Disusun Oleh :
Oldi Nelson Patadungan 11.2015.191
Pembimbing :
dr. Arroyan Wardhana, Sp.THT-KL
BAB I
1
PENDAHULUAN
Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) merupakan penyakit infeksi telinga tengah dan
sangat sering terjadi di negara berkembang. Di Indonesia, penyakit OMSK dikenal dengan istilah
congek, kopok, toher, curek, teleran, atau telinga berair. Angka kejadian OMSK di negara
berkembang sangat tinggi dibandingkan dengan negara maju. Hal ini disebabkan oleh faktor
higiene yang kurang, faktor sosioekonomi, gizi yang rendah, kepadatan penduduk, serta masih
adanya kesalahpahaman masyarakat terhadap penyakit ini sehingga mereka tidak berobat sampai
tuntas. Komplikasi ini bisa hanya otore yang menetap, mastoiditis, labirinitis, paralisis saraf
fasialis sampai pada komplikasi serius seperti meningitis, abses intrakranial atau trombosis.1
A. Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani. Daun
telinga (aurikula) terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit yang berfungsi menampung
gelombang suara yang datang luar masuk ke dalam telinga. Liang telinga berbentuk huruf S,
dengan rangka tulang rawan pada 1/3 bagian luar, sedangkan 2/3 bagian dalam rangkanya terdiri
dari tulang dengan panjang kira-kira 2,5 3 cm. Pada 1/3 bagian luar kulit liang telinga terdapat
banyak kelenjar serumen (kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh
kulit liang telinga. Pada 2/3 bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.1
2
Telinga tengah berbentuk kubus dengan :
3
5 pada telinga kanan. Refleks cahaya ialah cahaya dari luar yang dipantulkan oleh membran
timpani. Di membran timpani terdapat 2 macam serabut sirkuler dan radier. Serabut inilah yang
menyebabkan timbulnya refleks cahaya ini dinilai, misalnya bila mendatar berarti terdapat
gangguan pada tuba eustachius. Membran timpani dibagi menjadi 4 kuadran yaitu kuadran
anterior superior, posterior superior, anterior inferior, dan posterior inferior untuk menyatakan
letak perforasi. Bila melakukan miringotomi atau parasentesis dibuat insisi dibagian posterior
inferior untuk menghindari cedera pada tulang pendengaran.1
Tulang pendengaran di dalam telinga tengah saling berhubungan. Prosesus longus maleus
melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus, dan inkus melekat stapes. Stapes
terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea. Pada pars flaksida terdapat
daerah yang disebut atik. Ditempat ini terdapat aditus ad antrum yang merupakan suatu lubang
yang menghubungkan telinga tengah dengan antrum mastoid. Tuba eustachius menghubungkan
daerah nasofaring dengan telinga tengah.1
4
terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran tektoria, dan pada membran basal
melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis corti.1
Gambar 4. Koklea
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energy bunyi oleh daun telinga dalam
bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut
menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui tulang pendengaran yang
akan mengamplifikasikan getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian
perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah
diamplifikasikan diteruskan ke stapes yang menggerakan tingkap lonjong sehingga perilimfe pada
skala vestibuli bergerak. Getaran diteruskan melalui membran reisner yang mendorong endolimfe
pada skala media sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan
membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya
defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion
bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan depolarisasi sel rambut sehingga
melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf
auditoris, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di
lobus parietal otak.1
BAB II
5
PEMBAHASAN
OMSK adalah stadium dari penyakit telinga tengah dimana terjadi peradangan kronis dari
telinga tengah dengan mastoid dan membran timpani tidak intak (perforasi) dan ditemukan sekret
(otorea) purulen yang hilang timbul. Istilah kronik digunakan apabila penyakit ini hilang timbul
atau menetap selama 2 bulan atau lebih. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa
nanah.2
Suatu teori patogenesis mengatakan terjadinya otitis media nekrotikans akut menjadi awal
penyebab OMSK yang merupakan hasil invasi mukoperiosteum organisme yang virulen, terutama
berasal dari nasofaring atau karena rendahnya daya tahan tubuh penderita sehingga terjadinya
nekrosis jaringan akibat toxin nekrotik yang dikeluarkan oleh bakteri kemudian terjadi perforasi
pada membran timpani setelah penyakit akut berlalu membran timpani tetap berlubang atau
sembuh dengan membran atrofi. Pada saat ini kemungkinan besar proses primer untuk terjadinya
OMSK adalah tuba eustachius, telinga tengah dan sel-sel mastoid. Faktor yang menyebabkan
penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi kronis sangat majemuk, antara lain :
6
b obstruksi anatomik tuba eustachius parsial atau total
2 Perforasi membrane timpani yang menetap
3 Terjadinya metaplasia skuamosa / perubahan patologik menetap lainnya pada telinga
tengah
4 Obstruksi terhadap aerasi telinga tengah atau rongga mastoid
5 Terdapat daerah dengan skuester atau otitis persisten di mastoid
6 Faktor konstitusi dasar seperti alergi kelemahan umum atau perubahan mekanisme
pertahanan tubuh.
7
Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering dengan mukosa telinga tengah
yang pucat. Gejala yang dijumpai berupa tuli konduktif ringan. Gejala lain yang dijumpai seperti
vertigo, tinitus, atau suatu rasa penuh dalam telinga. Faktor predisposisi pada penyakit
tubotimpani :
1. Infeksi saluran nafas yang berulang, alergi hidung, rhinosinusitis kronis.
2. Pembesaran adenoid pada anak, tonsilitis kronis.
3. Mandi dan berenang dikolam renang, mengkorek telinga dengan alat yang terkontaminasi.
4. Malnutrisi dan hipogammaglobulinemia.
5. Otitis media supuratif akut yang berulang.
a. Kongenital
Kriteria untuk mendiagnosa kolesteatom kongenital adalah :
1. Berkembang dibelakang dari membran timpani yang masih utuh.
2. Tidak ada riwayat otitis media sebelumnya.
3. Pada mulanya dari jaringan embrional dari epitel skuamous atau dari epitel undiferential
yang berubah menjadi epitel skuamous selama perkembangan.
Kongenital kolesteatom lebih sering ditemukan pada telinga tengah atau tulang temporal,
umumnya pada apeks petrosa. Dapat menyebabkan fasialis parese, tuli saraf berat unilateral, dan
gangguan keseimbangan.
b. Kolesteatom didapat.
1. Primary acquired cholesteatoma. Koelsteatom yang terjadi pada daerah atik atau pars
flasida
8
2. Secondary acquired cholesteatoma. Berkembang dari suatu kantong retraksi yang
disebabkan peradangan kronis biasanya bagian posterosuperior dari pars tensa. Khasnya
perforasi marginal pada bagian posterosuperior. Terbentuknya dari epitel kanal aurikula
eksterna yang masuk ke kavum timpani melalui perforasi membran timpani atau kantong
retraksi membran timpani pars tensa. Banyak teori yang diajukan sebagai penyebab
kolesteatom didapat primer, tetapi sampai sekarang belum ada yang bisa menunjukan
penyebab yang sebenarnya.
9
Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran. Biasanya di jumpai tuli
konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun
proses patologi sangat hebat, karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat menghambat
bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Bila tidak dijumpai kolesteatom, tuli konduktif kurang
dari 20 db ini ditandai bahwa rantai tulang pendengaran masih baik. Kerusakan dan fiksasi dari
rantai tulang pendengaran menghasilkan penurunan pendengaran lebih dari 30 db. Beratnya
ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas
sistem pengantaran suara ke telinga tengah.1-4
Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat karena putusnya rantai
tulang pendengaran, tetapi sering kali juga kolesteatom bertindak sebagai penghantar suara
sehingga ambang pendengaran yang didapat harus diinterpretasikan secara hati-hati. Penurunan
fungsi kohlea biasanya terjadi perlahan-lahan dengan berulangnya infeksi karena penetrasi toksin
melalui jendela bulat (foramen rotundum) atau fistel labirin tanpa terjadinya labirinitis supuratif.
Bila terjadinya labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf berat, hantaran tulang dapat
menggambarkan sisa fungsi kokhlea.1-4
Otalgia (nyeri telinga)
Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan suatu tanda yang
serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti
adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau
dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri telinga mungkin ada tetapi
mungkin oleh adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi
OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis.1-4
Vertigo
Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya. Keluhan vertigo
seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding labirin oleh
kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan udara yang mendadak atau
pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran
timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu.
Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa
terjadi akibat komplikasi serebelum.1-4
2.4 DIAGNOSIS
10
a. Anamnesis
OMSK biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita seringkali datang dengan gejala
penyakit yang sudah jelas. Gejala yang paling sering dijumpai adalah telinga berair. Pada
tipe tubotimpano sekretnya lebih banyak dan seperti benang, tidak berbau busuk, dan
itermiten. Sedeangkan pada tipe atikoantral sekretnya lebih sedikit, berbau busuk, kadang-
kadang disertai pembentukan jaringan granulasi dan secret yang keluar dapat bercampur
darah. Pasien juga kadang dating dengan keluhan pendengaran yang menurun.1
b. Pemeriksaan otoskopi
Pemeriksaan otoskopi akan menunjukkan adanya lebih perforasi. Dari perforasi dapat
dinilai kondisi mukosa telinga tengah.1
Derajat ketulian
Nilai ambang pendengaran:
11
Normal : -10 dB sampai 26 dB
Tuli ringan : 27 dB sampai 40 dB
Tuli sedang : 41 dB sampai 55 dB
Tuli sedang berat: 56 dB sampai 70 dB
Tuli berat : 71 dB sampai 90 dB
Tuli total : lebih dari 90 dB
Dengan menggunakan audiometri nada murni pada hantaran udara dan tulang serta
penilaian tutur, biasanya kerusakan tulang-tulang pendengaran dapat diperkirakan, dan bisa
ditentukan manfaat operasi rekonstruksi telinga tengah untuk perbaikan pendengaran. Untuk
melakukan evaluasi ini, observasi berikut bias membantu:
1. Perforasi biasa umumnya menyebabkan tuli konduktif tidak lebih dari 15-20 dB
2. Kerusakan rangkaian tulang-tulang pendengaran menyebabkan tuli konduktif 30-50 dB
apabila disertai perforasi.
3. Diskontinuitas rangkaian tulang pendengaran di belakang membran yang masih utuh
menyebabkan tuli konduktif 55-65 dB.
4. Kelemahan diskriminasi tutur yang rendah, tidak peduli bagaimanapun keadaan hantaran
tulang, menunjukan kerusakan kohlea parah. Pemeriksaan audiologi pada OMSK harus
dimulai oleh penilaian pendengaran dengan menggunakan garpu tala dan test Barani.
Audiometri tutur dengan masking adalah dianjurkan, terutama pada tuli konduktif bilateral
dan tuli campuran
d. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiografi daerah mastoid pada penyakit telinga kronis nilai diagnostiknya
terbatas dibandingkan dengan manfaat otoskopi dan audiometri. Pemerikasaan radiologi
biasanya mengungkapkan mastoid yang tampak sklerotik, lebih kecil dengan pneumatisasi
lebih sedikit dibandingkan mastoid yang satunya atau yang normal. Erosi tulang, terutama
pada daerah atik memberi kesan kolesteatom. Proyeksi radiografi yang sekarang biasa
digunakan adalah:
1. Proyeksi Schuller, yang memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral
dan atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus lateral
12
dan tegmen. Pada keadaan mastoid yang skleritik, gambaran radiografi ini sangat
membantu ahli bedah untuk menghindari dura atau sinus lateral.
2. Proyeksi Mayer atau Owen, diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak
gambaran tulang-tulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah kerusakan
tulang telah mengenai struktur-struktur.
3. Proyeksi Stenver, memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang lebih
jelas memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis semisirkularis.
Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan melintang sehingga dapat menunjukan
adanya pembesaran akibat kolesteatom.
4. Proyeksi Chause III, memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat
memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau CT scan dapat
menggambarkan kerusakan tulang oleh karena kolesteatom, ada atau tidak tulang-tulang
pendengaran dan beberapa kasus terlihat fistula pada kanalis semisirkularis horizontal.
Keputusan untuk melakukan operasi jarang berdasarkan hanya dengan hasil X-ray saja.
Pada keadaan tertentu seperti bila dijumpai sinus lateralis terletak lebih anterior
menunjukan adanya penyakit mastoid.
Pada CT scan akan terlihat gambaran kerusakan tulang oleh kolesteatom, ada tidaknnya
tulang-tulang pendengaran dan beberapa kasus terlihat fistula kanalis semisirkularis
horizontal.1-3
e. Bakteriologi
Walapun perkembangan dari OMSK merupakan lanjutan dari mulainya infeksi akut,
bakteriologi yang ditemukan pada sekret yang kronis berbeda dengan yang ditemukan
pada otitis media supuratif akut. Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah
Pseudomonas aeruginosa, Stafilokokus aureus dan Proteus. Sedangkan bakteri pada
OMSA Streptokokus pneumonie, H. influensa, dan Morexella kataralis. Bakteri lain yang
dijumpai pada OMSK E. Coli, Difteroid, Klebsiella, dan bakteri anaerob adalah
Bacteriodes sp. Infeksi telinga biasanya masuk melalui tuba dan berasal dari hidung, sinus
parasanal, adenoid atau faring. Dalam hal ini penyebab biasanya adalah pneumokokus,
streptokokus, atau hemofilius influenza. Tetapi pada OMSK keadaan ini agak berbeda.
13
Karena adanya perforasi membran timpani, infeksi lebih sering berasal dari luar yang
masuk melalui perforasi tadi.1-3
2.5 PENATALAKSANAAN
Penyebab penyakit telinga kronis yang efektif harus didasarkan pada faktor penyebabnya
dan pada stadium penyakitnya. Dengan demikian pada waktu pengobatan haruslah dievaluasi
faktor-faktor yang menyebabkan penyakit menjadi kronis. Pada OMSK telah terjadi banyak
perubahan-perubahan yang menetap, berupa resolusi spontan sangat sulit terjadi, terjadi gangguan
vaskularisasi di telinga tengah, antibiotik secara sistemik sukar mencapai sasaran dengan optimal,
kronisitas dengan fase aktif dan fase tenang yang bergantian dapat terjadi sepanjang umur,
diperlukan antibiotik pada setiap fase aktif, antibiotik yang dipakai dalam waktu lama akan
menimbulkan masalah resistensi kuman serta efek samping obat, masalah cost effective,
antibiotik profilaktik pada fase tenang tidak dianjurkan, pengobatan terhadap fokus infeksi di
hidung atau di tenggorok, perubahan-perubahan anatomi yang menghalangi penyembuhan serta
menganggu fungsi, dan proses infeksi yang terdapat ditelinga. Bila didiagnosis kolesteatom, maka
harus dilakukan operasi, tetapi obat-obatan dapat digunakan untuk mengontrol infeksi sebelum
operasi. Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, dimana
pengobatan dapat dibagi atas terapi secara konservatif dan terapi dengan tindakan operasi.2,6
14
Toilet telinga secara kering (dry mopping).
Toilet telinga secara basah (syringing).
Toilet telinga dengan pengisapan (suction toilet)
OMSK Maligna
Pengobatan yang tepat untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan konservatif
dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan.
Bila terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum
kemudian dilakukan mastoidektomi. Ada beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang
dapat dilakukan pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara
lain mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy), mastoidektomi radikal, mastoidektomi
radikal dengan modifikasi, miringoplasti, timpanoplasti dan pendekatan ganda timpanoplasti
(Combined approach tympanoplasty). Tujuan operasi adalah menghentikan infeksi secara
permanen, memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau
kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.1
Mastoidektomi sederhana
Operasi ini dilakukan pada OMSK benigna yang dengan pengobatan konservatif tidak sembuh.
Dengan tindakan operasi ini dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologik.
Tujuannyya ialah supaya infeksi tenang dan tidak berair lagi. Pada operasi ini fungsi pendengaran
tidak diperbaiki.1
Mastoidektomi radikal
Operasi ini dilakukan pada OMSK maligna dengan infeksi atau kolesteatom yang sudah meluas.
Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan patologik.
Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan
sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan. Tujuan operasi ini untuk
membuang semua jaringan patologik dan mencegah komplikasi ke intracranial. Fungsi
pendengaran tidak diperbaiki. Kerugian operasi ini ialah pasien tidak diperbolehkan berenang
seumur hidup. Pendengaran berkurang sekali sehingga dapat menghambat pendidikan dan karir
pasien.1
Modifikasi operasi ini dengan memasang tandur (graft)pada rongga operasi serta membuat meatal
plasty yang lebar sehingga rongga operasi kering permanen, tetapi terdapat cacat anatomi yaitu
meatus luar liang telinga menjadi lebar.1
15
Mastoidektomy radikal dengan modifikasi (operasi bondy)
Operasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di daerah atik, tetapi belum merusak
kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding posterior liang telinga
direndahkan. Tujuan operasi ini ialah untuk membuang semua jaringan patologik dari rongga
mastoid dan mempertahankan fungsi pendengaran yang masih ada.1
Miringoplasti
Operasi ini merupakan jenis timpanoplasty yang paling ringan dikenal juga dengan nama
timpanoplasty tipe I. Rekonsruksi hanya dilakukan pada membrane timpani. Tujuan operasi ini
adalh untuk encegah berulangnya infeksi telinga tengah pada OMSK benigna dengan perforasi
yang menetaap. Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe benigna yang sudah tenang dengan derajat
ketulian ringan yang hanya disebabkan oleh perforsi membrane timpani.1
Timpanoplasti
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe benigna dengan kerusakan yang lebih berat atau OMSK
tipe benigna yang tidak bias ditenangkan dengan pengobatan medikamentosa. Tujuan operasi ini
untuk menyembukan penyakit serta memperbaiki pendengaran. Terapi difokuskan pada
penghilangan gejala dan infeksi.. Antibiotik mungkin diresepkan untuk infeksi bakteri. Terapi
antibiotic biasanya untuk jangka panjang yaitu melalui pemberian peroral atau tetes telingga jika
ada perforasi membrane timpani. Pembedahan untuk mengangkat adenoid mungkin cocok untuk
membuka tuba Eustachius. Pembedahan dengan miringotomi dengan maksud untuk mengalirkan
atau mengeluarkan cairan dari telinga tengah. Dekongestan tau antihistamin dapat digunakan
untuk membantu mengeluarkan cairan dari tuba Eusthacius. Pada opearsi ini selain rekonstruksi
membrane timpani sering kali hatus dilakukan juga rekonstruksi tulang ppendengaran.
Berdasarkan bentuk rekonstruksi tulang pendengaran maka dikenal timpanoplasti tipe II,III, IV,
V.1
Timpanoplasti dengan pendekatan Ganda ( Combined Approach Tympanoplasty)
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe maligna atau OMSK tipe benigna dengan jaringan
granulasi yang luas. Tujuan operasi ini untuk menyembuhkan serta memperbaiki pendengaran
tanpa melakukan tehnik mastoidektomi radikal (tanpa meruntuhkan dinding posterior liang
telinga). Membersihkan kolesteatom dan jaringan granulasi di kavum timpani, dikerjakan melalui
dua jalan yaitu melalui liang teling adan rongga mastoid dengan melakukan tipanotomi posterior.
16
Teknik operasi ini pada OMSK tipe maligna belum disepakati oleh parah ahli sebab sering
kambuhnya kolesteatom.1
2.6 KOMPLIKASI
Otitis media supuratif mempunyai potensi untuk menjadi serius karena komplikasinya
yang sangat mengancam kesehatan dan dapat menyebabkan kematian. Tendensi otitis media
mendapat komplikasi tergantung pada kelainan patologik yang menyebabkan otorea. Biasanya
komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe maligna, tetapi suatu otitis media akut atau suatu
eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen pada OMSK tipe benigna pun dapat menyebabkan
komplikasi. Komplikasi intra kranial yang serius lebih sering terlihat pada eksaserbasi akut dari
OMSK berhubungan dengan kolesteatom.1-3
Komplikasi di telinga tengah yaitu perforasi persisten, erosi tulang pendengaran dan
paralisis nervus fasial.
Komplikasi telinga dalam yaitu fistel labirin, labirinitis supuratif dan tuli saraf
(sensorineural).
Komplikasi ekstradural yaitu abses ekstradural, trombosis sinus lateralis dan petrositis.
Komplikasi ke susunan saraf pusat yaitu meningitis, abses otak dan hidrosefalus otitis
2.7 PROGNOSIS
Pasien OMSK memiliki prognosis yang baik apabila ditatalaksana dengan baik.
Pemulihan dari fungsi pendengaran bervariasi dan tergantung dari penyebab. Hilangnya fungsi
pendengaran oleh gangguan konduksi dapat dipulihkan melalui prosedur pembedahan, walaupun
hasilnya tidak sempurna. Keterlambatan dalam penanganan kerena sifat tidak acuh dari pasien
dapat menimbulkan kematian akibat komplikasi intracranial yaitu meningitis.1-3
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Otitis media supuratif kronis adalah stadium dari penyakit telinga tengah dimana terjadi
peradangan kronis dari telinga tengah dengan mastoid dan membran timpani intak (perforasi)
yang berlangsung lebih dari 2 bulan. Gejala klinis yang dapat ditemukan diantaranya otore,
17
gangguan pendengaran, otalgia dan vertigo. Terdapat banyak faktor yang berperan dalam
terjadinya OMSK diantaranya akibat sumbatan dari tuba Eusthacius serta faktor pertahanan tubuh
yang menurun sehingga memudahkan invasi mikroba. Komplikasi yang terjadi akibat OMSK
dapat mengancam kesehatan, menggangu aktifitas dan menyebabkan kematian sehingga
diperlukan penanganan yang tepat. Penatalaksanaan pada kasus OMSK berupa konservatif
maupun tindakan operasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Soepardi E A, dkk. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorokan kepala dan leher.
Edisi Ke-VI. Jakarta: Penerbit FKUI; 2010.h.69-74.
2. Adams, George L. Boies: buku ajar penyakit THT. Edisi ke-VI. Jakarta EGC; 1997. h.99-
113.
3. Soetirto I, dkk. Gangguan pendengaran. Dalam : Soepartdi E A, Iskandar N, dkk. Buku
ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorokan kepala dan leher. Edisi Ke-VI. Jakarta:
Penerbit FKUI; 2010.h.18-20.
4. Dewi NP, Zahara D. Gambaran pasien otitis media supuratif kronik (OMSK) di RSUP H.
Adam Malik Medan. E-Jurnal FK USU. 2013; Vol 1 No 1.
5. Ganong, William. Buku ajar fisiologi kedokteran: pendengaran dan keseimbangan dalam.
Edisi 22. Jakarta: EGC; 2008.h. 179-85
6. Lutan R, Wajdi F. Pemakaian antibiotic topical pada otitis media supuratif kronik jinak
aktif. Cermin dunia kedokteran No 132: 2001.
18