Anda di halaman 1dari 13

Borang Portofolio

Nama Peserta : dr. Supriadi

Nama Wahana : RSUD Toboali, Bangka Selatan

Topik : PPOK

Tanggal (kasus) : 18 November 2016

Nama Pasien : Tn.B No. RM : 06.08.66

Tanggal Presentasi : 31 Januari 2017 Nama Pendamping : dr. Agus Pranawa

Tempat Presentasi : RSUD Toboali, Bangka Selatan

Obyektif Presentasi :

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil

Deskripsi : Tn.B 70 Tahun, Anamnesis dilakukan langsung ditanyakan kepada pasien sendiri pada tanggal
18 November 2016.
Tujuan : Diagnosa dan Penatalaksanaan PPOK

Bahan bahasan : Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit

Cara membahas : Diskusi Presentasi dan diskusi Email Pos

Data pasien : Nama : Tn.B Nomor registrasi : 06.08.66

Terdaftar sejak :
Nama wahana : RSUD Toboali, Bangka Selatan Telp :-
18 November 2016

Data utama untuk bahan diskusi :

Borang Porto folio PPOK 1


dr.Supriadi
Anamnesis :

Subjektif
Pasien Tn.B 70 tahun datang diantar keluarga ke UGD dengan keluhan sesak nafas yang
dirasakan semakin memberat sejak 1 hari SMRS. Sesak dirasakan semakin berat saat melakukan
aktivitas. Pasien juga mengeluh batuk disertai dahak yang sudah dirasakan sejak 3 bulan SMRS dan
kadang pasien merasa sesak tetapi tidak seberat seperti sekarang ini, sesak hilang timbul. Terkadang
pasien hanya merasakan adanya keluar dahak tanpa disertai batuk. Dahak berwarna putih tanpa disertai
darah. Keluhan demam, keringat malam hari, serta nyeri dada disangkal pasien. Pasien sekarang sudah
tidak bekerja lagi. Dan pasien riwayat merokok sejak muda 40 Tahun yang lalu dan banyaknya rokok
2 bungkus perhari. Sejak 2 bulan terakhir pasien pernah beberapa kali memeriksakan diri ke
puskesmas dengan keluhan yang sama dan sejak 1 hari SMRS keluhan dirasakan semakin memberat
akhirnya os berobat ke RSUD Bangka Selatan.
A. Riwayat Pengobatan :
Pasien 2 bulan terakhir sudah beberapa kali berobat Kepuskesmas Toboali dengan keluhan yang sama cuma
pasien tidak tahu nama obatnya.
Riwayat pengobatan TB Paru (-)
B. Riwayat kesehatan/Penyakit :
Riwayat keluhan serupa (+)
Pasien sudah sejak 3 Bulan ini sering sesak disertai batuk berdahak, sesak hilang timbul.
Riwayat Penyakit Terdahulu(-)
o Riwayat asma (-)
o Riwayat TB Paru (-)
o Riwayat Hipertensi (-)
o Riwayat Diabetes Melitus (-)
o Riwayat Penyakit Jantung (-)
C. Riwayat keluarga :
Pada keluarga tidak ada yang mengalami penyakit yang serupa seperti pada pasien.

D. Riwayat Kebiasaan Pasien


pasien riwayat merokok sejak muda 40 Tahun yang lalu dan banyaknya rokok 2 bungkus perhari.
Anak laki-laki pasien juga merupakan seorang perokok berat dan sering merokok di dalam rumah

Objektif

Pemeriksaan Fisik
KU : tampak sesak napas
Kesadaran : composmentis
Vital signs :
Borang Porto folio PPOK 2
dr.Supriadi
o TD : 130/80 mmHg
o Nadi : 88 x/menit, regular, isi dan tegangan cukup
o Frekuensi napas : 26 x/menit
o Suhu : 36,5 C per aksilla

KEPALA
- Bentuk : Bulat, simetris
- Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik-/-
- Telinga : Bentuk normal, simetris, serumen (-/-)
- Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-), pernafasan cuping hidung (+/+)
- Mulut : Bibir sianosis (-), lidah kotor (-)

LEHER
- Bentuk : Simetris
- Trakhea : Di tengah
- KGB : Tidak membesar

THORAKS
- Inspeksi : Bentuk simetris, retraksi intercostal (+), retraksi suprasternal (-), retraksi substernal (-),
spider nevi (-), ketinggalan gerak dada (-), ictus cordis tak tampak.
PARU
- Palpasi : fremitus suara meningkat
- Perkusi : hipersonor seluruh lapang paru kiri dan kanan
- Auskultasi : ronki +/-, wheezing +/+

JANTUNG
- Palpasi : Iktus kordis teraba sela iga IV garis midclavicula sinistra
- Perkusi : Batas atas sela iga II garis parasternal sinistra
Batas jantung kanan sela iga IV garis parasternal dextra
Batas jantung kiri sela iga IV garis midclavicula sinistra
- Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni, murmur (-),gallop (-)

ABDOMEN
- Inspeksi : Perut datar
- Palpasi : Supel, turgor kulit baik, Hepar sulit dinilai, nyeri tekan (-), nyeri tekan epigastrium
(-)
Borang Porto folio PPOK 3
dr.Supriadi
- Perkusi : Asites (-), pembesaran lien dan hepar (-)
- Auskultasi : Bising usus normal.

EKSTREMITAS
- Akral Hangat - Edema Tungkai - CRT

<2 <2
<2 <2

Pemeriksaan Laboratorium:

HEMATOLOGI
Tanggal 18 NOVEMBER 2016
Nama Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Leukosit 21.000 / l 4000-10.000
Eritrosit 5.0 Juta / l 4.0-6.0
Hemoglobin 15.9 gr/dl 12.0-16.0
Hematokrit 48 % 37-48
Trombosit 307.000 / l 150.000-450.000
GDS 99 mg/dl 70-150
Cholesterol Total 211 mg/dl <200

HEMATOLOGI
Tanggal 20 NOVEMBER 2016
Nama Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Leukosit 12.400 / l 4000-10.000
Eritrosit 4.3 Juta / l 4.0-6.0
Hemoglobin 13.9 gr/dl 12.0-16.0
Hematokrit 39.7 % 37-48
Trombosit 286.000 / l 150.000-450.000
GDS 92 mg/dl 70-150
Cholesterol Total 168 mg/dl <200
Pemreiksaan EKG Tanggal 18 November 2016

Borang Porto folio PPOK 4


dr.Supriadi
Kesimpulan : Dalam Batas Normal

Foto Ro Thorax AP

Deskripsi :
Tampak hiperlusen dihillus pulmo dextra
Sudut costrofrenicus dextra et sinistra lancip
Trakhea tampak di tengah
Corakan bronkovaskuler meningkat
ICS melebar
Bentuk dan ukuran jantung dalam batas normal, CTR 48%
Diafragma mendatar

Kesan : PPOK
Plan:
IVFD RL 10 Tetes / Menit
O2 2-4 L/M
Borang Porto folio PPOK 5
dr.Supriadi
Nebulizer Combivent / 8 jam
Inj Gastridin 1 Ampul / 8 jam
Inj Ceftriaxon 1 gr / 12 jam
Silopec 3x 3 gr
Intifen 3 x 1 mg
Intidrol 3 x 4 mg
Hasil Pembelajaran:
1. Definisi PPOK
2. Faktor Risiko PPOK
3. Gambaran Klinik PPOK
4. Diagnosis Banding PPOK
5. Penilaian PPOK
6. Penatalaksanaan PPOK Stabil
Diagnosis
Penyakit Paru Obstruksi Kronis
Assessment :

A. Definisi PPOK
Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) merupakan penyakit kronik yang ditandai dengan
keterbatasan aliran udara di dalam saluran nafas yang tidak sepenuhnya reversible. Gangguan yang bersifat
progresif ini disebabkan karena terjadinya inflamasi kronik akibat pajanan partikel atau gas beracun yang
terjadi dalam kurun waktu yang lama dengan gejala utama sesak nafas, batuk, dan produksi sputum.
Salah satu karakteristik PPOK adalah kencenderngannya untuk eksaserbasi. Definisi eksaserbasi PPOK
adalah kondisi perburukan yang bersifat akut dari kondisi sebelumnya yang stabil dan dengan variasi harian
normal dan mengharuskan perubahan dalam pengobatan yang biasa diberikan pada pasien PPOK .
Eksaserbasi dapat disebabkan infeksi atau faktor lainnya seperti polusi udara, kelelahan atau timbulnya
komplikasi. Kriteria PPOK eksaserbasi akut ditandai oleh meningkatnya jumlah konsistensi sputum dan
bertambahnya gejala sesak nafas. Eksaserbasi dapat menurunkan fungsi paru dan kualitas hidup pasien,
oleh sebab itu harus ditangani dan di cegah kekambuhannya secara maksimal. Gejala eksaserbasi sering
diikuti batuk dan demam. Semakin sering terjadi eksaserbasi akut akan semakin berat kerusakan paru dan
semakin memperburuk fungsinya.

B. Diagnosis PPOK
Diagnosis PPOK klinis ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

Borang Porto folio PPOK 6


dr.Supriadi
penunjang, yang akan diuraikan sebagai berikut :
a. Anamnesis.
Terdapat faktor risiko yang mendukung :
Riwayat merokok
Derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman (IB), yaitu perkalian jumlah rata-rata batang
rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam tahun :
o Ringan : 0-200

o Sedang : 200-600

o Berat : > 600

Pada pasien ini tidak dapat diketahui seberapa banyak batang rokok yg dihisap

Riwayat terpajan polusi udara di lingkungan dan tempat kerja


Riwayat infeksi saluran nafas berulang

Gejala PPOK terutama berkaitan dengan respirasi. Keluhan respirasi ini harus diperiksa dengan
teliti karena seringkali dianggap sebagai gejala yang biasa terjadi pada proses penuaan.
Batuk kronik
Batuk kronik adalah batuk yang hilang timbul selama 3 bulan yang tidak hilang dengan
pengobatan yang diberikan.
Berdahak kronik
Kadang kadang pasien menyatakan hanya berdahak terus menerus tanpa disertai batuk.
Sesak napas, terutama pada saat melakukan aktivitas
Seringkali pasien sudah mengalami adaptasi dengan sesak napas yang bersifat progresif lambat
sehingga sesak ini tidak dikeluhkan

b. Pemeriksaan Fisik
Secara umum pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan hal-hal sebagai berikut :

Borang Porto folio PPOK 7


dr.Supriadi
Inspeksi
Bentuk dada : barrel chest (dada seperti tong)
Terdapat cara bernapas purse lips breathing (seperti orang meniup).
Takipnea
Terlihat penggunaan dan hipertrofi (pembesaran) otot bantu napas.
Pelebaran sela iga
Tampilan fisik pink puffer atau blue bloater.
Palpasi
Fremitus melemah
Perkusi
Hipersonor
Auskultasi
Suara napas vesikuler normal
Ekspirasi memanjang.
Mengi (biasanya timbul pada eksaserbasi)
Ronki kering.
Bunyi jantung jauh

c. Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada diagnosis PPOK antara lain :
Radiologi (foto toraks)
berguna untuk menyingkirkan penyakit paru yang lain.
Hasil pemeriksaan radiologis dapat berupa kelainan :
Paru hiperinflasi atau hiperlusen
Diafragma mendatar
Corakan bronkovaskuler meningkat
Bulla
Jantung pendulum
Spirometri
Laboratorium darah rutin
Analisa gas darah
Terutama untuk menilai :
gagal nafas kronik stabil
Gagal nafas akut pada gagal nafas kronik
Mikrobiologi sputum
Pemeriksaan mikrobiologi sputum pewarnaan gram dan kultur resistensi diperlukan untuk
mengetahui pola kuman dan untuk memilih antibiotik yang tepat.

Borang Porto folio PPOK 8


dr.Supriadi
Diagnosis PPOK (secara klinis) apabila sekurang-kurangnya pada anamnesis ditemukan adanya riwayat
pajanan faktor risiko disertai batuk kronik dan berdahak dengan sesak napas terutama pada saat melakukan
aktivitas pada seseorang yang berusia pertengahan atau yang lebih tua..
Faal paru, yang dapat dinilai melalui Volume Ekspirasi Paksa detik pertama atau Force Expiratory
Volume in one second (VEP1=FEV1), Kapasitas Vital Paru atau Force Vital Capacity (KVP=FVC), dan
rasio VEP1/KVP.
Klasifikasi berdasarkan spirometri:
GOLD 1 Ringan FEV1/FVC > 80% predikted
Dengan atau gejala klinis (batuk produksi sputum), keterbatasan aliran udara ringan. Pada derajat
ini, orang tersebut mungkin tidak menyadari bahwa fungsi parunya abnormal.
GOLD 2 Sedang 50% < FEV1 < 80% predikted
Semakin memburuknya hambatan aliran udara, disertai dengan adanya pemendekan dalam
bernafas. Dalam tingkat ini pasien biasanya mulai mencari pengobatan oleh karena sesak nafas yang
dialaminya.
GOLD 3 Berat 30% < FEV1 < 50% predikted
Ditandai dengan keterbatasan / hambatan aliran udara yang semakin memburuk. Terjadi sesak nafas
yang semakin memberat, penurunan kapasitan latihan atau eksaserbasi yang berulang yang
berdampak pada hidup pasien.

GOLD 4 Sangat berat FEV1 < 30% predikted


Keterbatasan atau hambatan aliran udara yang berat. Ditambah dengan adanya gagal nafas kronik
dan gagal jantung kanan.

C. Diagnosis Banding PPOK

Diagnosis Karakteristik
PPOK Awitan pada usia paruh baya.
Gejala progresif perlahan.
Riwayat merokok tembakau atau paparan pada asap
Asma Awitan pada usia dini (lebih sering pada anak-anak).
Borang Porto folio PPOK 9
dr.Supriadi
Gejala sangat bervariasi dari hari ke hari.
Gejala memburuk pada malam/dini hari.
Adanya alergi, rhinitis, dan/atau eczema.
Riwayat asma pada keluarga.
Gagal Jantung Kongestif Foto X-ray toraks menunjukkan jantung membesar, edema paru.
Tes fungsi paru mengindikasikan restriksi volume, bukan keterbatasan
aliran udara.
Bronkiektasis Sputum purulen dengan volume yang banyak.
Biasanya disertai infeksi bakteri.
Foto X-Ray/CT toraks menunjukkan dilasi bronkial, penebalan dinding
bronkial.
Tuberkulosis Awitan segala usia.
X-ray toraks menunjukkan infiltrat paru.
Konfirmasi mikrobiologis.
Prevalensi lokal yang tinggi akan tuberkulosis.

D. Penatalaksanaan PPOK

Terapi farmakologis dilakukan untuk mengurangi gejala, mengurangi keparahan eksaserbasi


dan meningkatkan status kesehatan. Setiap pengobatan harus spesifik terhadap setiap pasien, karena
gejala dan keparahan dari keterbatasan aliran udara dipengaruhi oleh banyak faktor seperti frekuensi
keparahan eksaserbasi, adanya gagal nafas dan status kesehatan secara umum. Pemberian terapi
farmakologis pada PPOK untuk terapi PPOK stabil perlu disesuaikan dengan keparahan penyakitnya
Bronkodilator adalah obat pilihan pertama untuk menangani gejala PPOK, terapi inhalasi
lebih dipilih dan bronkodilator diresepkan sebagai pencegahan/ mengurangi gejala yang akan timbul
dari PPOK. Bronkodilator inhalasi kerja lama lebih efektif dalam menangani gejala daripada
bronkodilator kerja cepat. Agonis -2 kerja singkat baik yang dipakai secara reguler maupun saat
diperlukan (as needed) dapat memperbaiki FEV1 dan gejala, walaupun pemakaian pada PPOK tidak
dianjurkan apabila dengan dosis tinggi. Agonis -2 kerja lama, durasi kerja sekitar 12 jam atau lebih.
Saat ini yang tersedia adalah formoterol dan salmeterol. Obat ini dipakai sebagai ganti agonis -2
kerja cepat apabila pemakaiannya memerlukan dosis tinggi atau dipakai dalam jangka waktu lama.
Efek obat ini dapat memperbaiki FEV1 dan volume paru, mengurangi sesak napas, memperbaiki
kualitas hidup dan menurunkan kejadian eksaserbasi, akan tetapi tidak dapat mempengaruhi
mortalitas dan besar penurunan faal paru.
Kortikosteroid inhalasi dipilih pada pasien PPOK dengan FEV1<60%, pengobatan reguler
dengan kortikosteroid inhalasi dapat mengurangi gejala, meningkatkan fungsi paru dan kualitas
hidup dan menurunkan frekuensi eksaserbasi.
Kortikosteroid inhalasi diasosiasikan dengan peningkatan pneumonia. Penghentian tiba-tiba

Borang Porto folio PPOK 10


dr.Supriadi
terapi dengan kortikosteroid inhalasi bisa menyebabkan eksaserbasi di beberapa pasien. Terapi
monoterm jangka panjang dengan kortikosteroid inhalasi tidak direkomendasikan untuk pengobatan
eksaserbasi.
Kortikosteroid sistemik dapat meningkatkan fungsi paru FEV1 dan menurunkan resiko
kekambuhan awal, kegagalan terapi dan lama dirumah sakit. Dosis sebesar 30-40 mg prednisolon
setiap hari selama 10-14 hari direkomendasikan. Pemberian antibiotik harus diberikan kepada pasien
dengan tiga gejala: peningkatan dyspnea, peningkatan volume sputum, peningkatan purulensi dari
sputum, dan gejala kardinal lain, yang membutuhkan ventilasi mekanikal. Terapi tambahan
bergantung pada kondisi klinis dari pasien dan keseimbangan cairan dengan perhatian khusus pada
pelaksanaan diuretik, antikoagulan, pengobatan komorbid, dan aspek nutrisional harus diperhatikan.
Pada PPOK terjadi hipoksemia progresif dan berkepanjangan yang menyebabkan kerusakan
sel dan jaringan, pemberian terapi oksigen merupakan hal yang sangat penting untuk
mempertahankan oksigenasi seluler dan mencegah kerusakan sel baik di otot maupun organ organ
yang lain.
Manfaat oksigen :
- Mengurangi sesak
- Memperbaiki aktifitas
- Mengurangi hipertensi pulmonal
- Mengurangi vasokonstriksi
- Mengurangi peningkatan hematokrit
- Memperbaiki fungsi neuropsikiatri
- Meningkatkan kualitas hidup

Nilai berat gejala (kesadaran, RR, PF)


Analisis Gas darah
Foto toraks

Algoritme Tx PPOK eksaserbasi akut di Rumah Sakit

Tx Oksigen
Bronkodilator
Inhalasi / nebulizer : Agonis B2 , Anti kolinergik
Intravena : metilxantin, bolus & drip
Antibiotik
Kortikosteroid sistemik
Diuretika bila ada retensi cairan

Borang Porto folio PPOK 11


Mengancam jiwa (gagal nafas akut ) Tidak mengancam jiwa
dr.Supriadi

ICU Ruang Rawat


E. Edukasi Pada Pasien PPOK
Edukasi di berikan dengan bahasa yang sederhana, dan mudah diterima, langsung ke pokok
permasalahan yang ditemukan pada pemeriksaan saat itu
1. Berhenti merokok
Disampaikan pertama kali saat seseorang di diagnosis PPOK
2. Penggunaan obat-obatan
o Macam obat dan jenisnya
o Cara penggunaan yang tepat
o Waktu penggunaan yang tepat
o Dosis obat yang tepat dan efek sampingnya

F. Konsultasi
Konsultasi ditujukan kepada dokter spesialis paru untuk mendapatkan pengobatan lebih
lanjut, hal ini guna menghilangkan dan mengendalikan gejala PPOK, serta mencegah eksaserbasi
akut.

Daftar Pustaka
1. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2004. PPOK: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia. Jakarta

2. GOLD Inc. Pocket Guide to COPD Diagnosis, Management, and Prevention


http://www.goldcopd.com/Guidelineitem.asp?l1=2&l2=1&intId=989

3. Kumar V, Abbas AK, Fausto N, Aster JC, editors. Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. 7th

Borang Porto folio PPOK 12


dr.Supriadi
ed. Philadelphia: Saunders; 2014.

4. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease Revised 2011.

Toboali, 31 Januari 2017

DOKTER INTERNSIP, DOKTER PENDAMPING,

dr.Supriadi dr.Agus Pranawa

Borang Porto folio PPOK 13


dr.Supriadi

Anda mungkin juga menyukai