Disiplin SPK :
Rumusan tentang penampilan atau nilai diinginkan yang mampu dicapai, berkaitan
dengan parameter yang telah ditetapkan yaitu standar pelayanan kebidanan yang menjadi
tanggung jawab profesi bidan dalam sistem pelayanan yang bertujuan untuk meningkatan
kesehatan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat
(Depkes RI, 2001: 53).
Manfaat Standar Pelayanan Kebidanan :
1. Standar pelayanan berguna dalam penerapan norma tingkat kinerja yang diperlukan
untuk mencapai hasil yang diinginkan
2. Melindungi masyarakat
a. Penampilan yg diperkirakan
b. Kewajaran
d. Nilai
e. Teloransi umum
f. Ideal
h. kepantasan
Faktor2 yg mempengaruhi kepuasan :
3. Biaya (cost)
6. Kehandalan (reliability)
2) Memberi pelayanan dasar pranikah pada anak remaja dan dengan melibatkan mereka
sebagai klien, mencakup:
a. Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan anak remaja dan wanita dalam masa pranikah.
b. Menentukan diagnosis dan kebutuhan pelayanan dasar.
c. Menyusun rencana tindakan/layanan sebagai prioritas mendasar bersama klien.
d. Melaksanakan tindakan/layanan sesuai dengan rencana.
e. Mengevaluasi hasil tindakan/layanan yang telah diberikan bersama klien.
f. Membuat rencana tindak lanjut tindakan/layanan bersama klien.
g. Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan.
4) Memberi asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinar dengan melibatkan
klien/keluarga, mencakup:
a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada klien dalam masa persalinan.
b. Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan dalam masa persalinan.
c. Menyusun rencana asuhan kebidanan bersama klien sesuai dengar prioritas masalah.
d. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
e. Mengevaluasi asuhan yang telah diberikan bersama klien.
f. Membuat rencana tindakan pada ibu selama masa persalinan sesuai dengan prioriras.
g. Membuat asuhan kebidanan.
6) Memberi asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan
klien/keluarga, mencakup:
a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas.
b. Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan pada masa nifas.
c. Menyusun rencana asuhan kebidanan berdasarkan prioritas masalah.
d. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana.
e. Mengevaluasi bersama klien asuhan kebidanan yang telah diberikan.
f. Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien.
7) Memberi asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan pelayanan
keluarga berencana, mencakup:
a. Mengkaji kebutuhan pelayanan keluarga berencana pada pus (pasangan usia subur)
b. Menentukan diagnosis dan kebutuhan pelayanan.
c. Menyusun rencana pelayanan KB sesuai prioritas masalah bersama klien.
d. Melaksanakan asuhan sesuai dengan rencana yang telah dibuat.
e. Mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan.
f. Membuat rencana tindak lanjut pelayanan bersama klien.
g. Membuat pencatatan dan laporan.
8) Memberi asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan sistem reproduksi dan wanita
dalam masa klimakterium serta menopause, mencakup:
a. Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan asuhan klien.
b. Menentukan diagnosis, prognosis, prioritas, dan kebutuhan asuhan.
c. Menyusun rencana asuhan sesuai prioritas masalah bersama klien.
d. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana.
e. Mengevaluasi bersama klien hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan.
f. Membuat rencana tindak lanjut bersama klien.
g. Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan.
9) Memberi asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan melibatkan keluarga, mencakup:
a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan sesuai dengan tumbuh kembang bayi/balita.
b. Menentukan diagnosis dan prioritas masalah.
c. Menyusun rencana asuhan sesuai dengan rencana.
d. Melaksanakan asuhan sesuai dengan prioritas masalah.
e. Mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan.
f. Membuat rencana tindak lanjut.
g. Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan.
2. Tugas Kolaborasi
Tugas-tugas kolaborasi (kerja sama) bidan, yaitu:
1) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi
dengan melibatkan klien dan keluarga. mencakup:
a. Mengkaji masalah yang berkaitan dengan komplikasi dan kondisi kegawatdaruratan yang
memerlukan tindakan kolaborasi.
b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas kegawatdaruratan yang memerlukan
tindakan kolaborasi.
c. Merencanakan tindakan sesuai dengan prioriras kegawatdaruratan dan hasil kolaborasi
serta berkerjasama dengan klien.
d. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana dan dengan melibatkan klien.
e. Mengevaluasi hasil tindakan yang telah diberikan.
f. Menyusum rencana tindak lanjut bersama klien.
g. Membuat pencatatan dan pelaporan.
2) Memberi asu6an kebidanan pada ibu hamil dengan risiko tinggi dan pertolongan pertama
pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi, mencakup:
a. Mengkaji kebutuhan asuhan pada kasus risiko tinggi dan keadaan kegawatdaruratan yang
memerlukan tindakan kolaborasi.
b. Menentukam diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan faktor risiko serta keadaan
kegawatdaruratan pada kasus risiko tinggi.
c. Menyusun rencana asuhan dan tindakan pertolongan pertama sesuai dengn prioritas
d. Melaksanalkan asuhan kebidanan pada kasus ibu hamil dengan risiko tinggi dan memberi
pertolongan pertama sesuai dengan prioritas.
e. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama.
f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien.
g. Membuat pencatatan dan pelaporan.
3) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko tinggi serta
keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan
kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga, mencakup:
a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan risiko
tinggi dan keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan faktor risiko dan keadaan
kegawatdaruratan
c. Menyusun rrencana asuhan kebidanan pada i6tl dalam masa persalinan dengan risiko tinggi
dan pertolongan pertama sesuai dengan prioritas.
d. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan risiko tinggi dan
memberi pertolongan pertama sesuai dengan priositas.
e. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama pada ibu hamil dengan
risiko tinggi.
f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien.
g. Membuat pencatatan dan pelaporan.
4) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko tinggi serta
pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi
bersama klien dan keluarga, mencakup:
a. Mengkaji kebutuhan asuhan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko tinggi dan keadaan
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan faktor risiko serta keadaan
kegawatdaruratan.
c. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko tinggi dan
pertolongan pertarna sesuai dengan prioritas.
d. Melaksanakan asuhan kebidanan dengan risiko tinggi dan memberi pertolongan pertama
sesuai dengan rencana.
e. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama.
f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien.
g. Membuat pencatatan dan pelaporan.
5) Memberi asuhan kebidanan pada bay, baru lahir dengan risiko tinggi dan pertolongan
pertama dalam keadaan kegawatdaruraran yang memerlukan tindakan kolaborasi bersama
klien dan keluarga, mencakup:
a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir de ngan risiko tinggi dan
keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan Faktor risiko serta keadaan
kegawatdaruratan.
c. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko tinggi dan
memerlukan pertolongan pertama sesuai dengan prioritas.
d. Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko tinggi dan pertolongan
pertama sesuai dengan prioritas.
e. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama.
f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien.
g. Membuat pencatatan dan pelaporan.
6) Memberi asuhan kebidanan pada balita dengan risiko cinggi serta pertolongan pertama
dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi betsamut klien dan
keluarga, mencakup:
a. Mengkaji kebutuhan asuhan pada balita dengan risiko tinggi dan keadaan
kegawatdaruratan yang nemerlukan tindakan kolaborasi.
b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioricas sesuai dengan faktor risiko serta keadaan
kegawatdaruratan.
c. Menyvsun rencana asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi dan memerlukan
pertolongan pertama sesuai dengan prioritas.
d. Melaksanakan asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi dan pertolongan pertama
sesuai dengan prioritas.
e. Mengevaluasi hasil asuhan kebidaman dan pertolongan pertama.
f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien.
g. Membuat pencatatan dan pelaporaan.
3. Tugas ketergantungan
Tugas-tugas ketergantungan (merujuk) bidan, yaitu:
1) Menerapkan manajamen kebidanan ,pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan fungsi
keterlibatan klien dan keluarga, mencakup:
a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebndanan yang memerlukan tindakan di luar lingkup
kewenangan bidan dan memerlukan rujukan.
b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas serta sumbersumber dan fasilitas untuk
kebmuuhan intervensi lebih lanjut bersama klien/keluarga.
c. Merujuk klien uncuk keperluan iintervensi lebih lanjuc kepada petugas/inscitusi pelayanan
kesehaatan yang berwenang dengan dokumentasi yang lengkap.
d. Membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasikan seluruh kejadian dan
incervensi.
2) Membeci asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada kasus kehamilan dengan
risiko tinggi serta kegawatdaruratan, mencakup:
a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan.
b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas.
c. Memberi pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan.
d. Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan.
e. Mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi pelayanan
kesehatan yang berwenang.
f. Membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasikan seluruh kejadian dan
intervensi.
3) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi serta rujukan pada masa persalinan dengan
penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga, mencakup:
a. Mengkaji adanya penyulit dan kondisi kegawatdaruratan pada ibu dalam persalinan yang
memerlukan konsultasi dan rujukan.
b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas.
c. Memberi pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan.
d. Merujuk klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi pelayanan
kesehatan yang berwenang.
e. Membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasikae seluruh kejadian dan
intervensi.
4) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam masa nifas
yang disertai penyulit tertentu dan kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan keluarga,
mencakup:
a. Mengkaji adanya penyulit dan kondisi kegawatdaruratan pada ibu dalam masa nifas yang
memerlukan konsultasi serta rujukan.
b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas.
c. Memberi pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan.
d. Mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi pelayanan
kesehatan yang berwenang
e. Membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasikan seluruh kejadian dan
intervensi.
5) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan tertentu dan
kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan melibatkan keluarga,
mencakup:
a. Mengkaji adanya penyulit dan kondisi kegawatdaruratan pada bayi baru lahir yang
memerlukan konsulrasi serta rujukan.
b. Menentatkan diagnosis, prognosis, dan prioritas.
c. Memberi pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan
d. Merujuk klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi pelayanan
kesehatan yang berwenang.
e. Membuat pencatatan dan pelaporan serta dokumentasi.
6) Memberi asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan tertentu dan
kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan melibatkan
klien/keluarga, mencakup:
a. Mengkaji adanya penyulit dan kegawatdaruratan pada balita yang memerlukan konsultasi
serta rujukan.
b. Menenrukan diagnosis, prognosis, dan prioritas.
c. Memberi pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan
d. Merujuk klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi pelayanan
kesehatan yang berwenang.
e. Membuat pencatatan dan pelaporan serta dokumentasi.
FUNGSI BIDAN
Berdasarkan peran bidan seperti yang dikemukakan di atas, maka fungsi bidan adalah sebagai
berikut.
A. Fungsi Pelaksana
Fungsi bidan sebagai pelaksana mencakup:
1. Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu, keluarga, serta masyarakat
(khususnya kaum remaja) pada masa praperkawinan.
2. Melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan normal, kehamilan dengan kasus
patologis tertentu, dan kehamilan dengan risiko tinggi.
3. Menolong persalinan normal dan kasus persalinan patologis tertentu.
4. Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi dengan risiko tinggi.
5. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
6. Memelihara kesehatan ibu dalam masa menyusui.
7. Melakukan pelayanan kesehatan pada anak balita dan pcasekolah
8. Memberi pelayanan keluarga berencanasesuai dengan wewenangnya.
9. Memberi bimbingan dan pelayanan kesehatan untuk kasus gangguan sistem reproduksi,
termasuk wanita pada masa klimakterium internal dan menopause sesuai dengan
wewenangnya.
B. Fungsi Pengelola
Fungsi bidan sebagai pengelola mencakup:
1. Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi individu, keluarga, kelompok
masyarakat, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat yang didukung oleh
partisipasi masyarakat.
2. Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan di lingkungan unit kerjanya.
3. Memimpin koordinasi kegiatan pelayanan kebidanan.
4. Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan antarsektor yang terkait dengan
pelayanan kebidanan
5. Memimpin evaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan kebidanan.
C. Fungsi Pendidik
Fungsi bidan sebagai pendidik mencakup:
1. Memberi penyuluhan kepada individu, keluarga, dan kelompok masyarakat terkait dengan
pelayanan kebidanan dalam lingkup kesehatan serta keluarga berencana.
2. Membimbing dan melatih dukun bayi serta kader kesetan sesuai dengan bidang tanggung
jawab bidan.
3. Memberi bimbingan kepada para peserta didik bidan dalam kegiatan praktik di klinik dan
di masyarakat.
4. Mendidik peserta didik bidan atau tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan bidang
keahliannya.
D. Fungsi Peneliti
Fungsi bidan sebagai peneliti mencakup:
1. Melakukan evaluasi, pengkajian, survei, dan penelitian yang dilakukan sendiri atau
berkelompok dalam lingkup pelayanan kebidanan.
2. Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan keluarga berencana.
Langkah dalam menilai mutu Pelayanan Kebidanan berdasarkan daftar titik yang
dikembangkan sesuai konsep Plan, Do, Cek Action (PDCA)
Proses Melakukan penilaian Mutu Pelayanan Kebidanan melalui
Observasi
Wawancara
Dokumen
1. Observasi / pengamatan Langsung
Lakukan pengamatan langsung terhadap petugas pelayanan yang sedang melakukan
pelayanan kebidanan terhadap pasien, istilah Daftar Tilik: (dengan Ya Tidak) sesuai
kegiatan apa yang telah dilakukan oleh petugas.
Kelebihan observasi:
Dapat membandingkan apakah perkataan sesuai dengan tindakan. Peneliti dapat
mempelajari subjek yang tidak memberi kesempatan laporan lisan (verbal). Subjek observasi
bebas melakukan kegiatan. Dimungkinkan mengadakan pencatatan secara serempak kepada
sasaran penilaian yang lebih banyak.
Kelemahan observasi :
1. Observasi tidak selamanya memungkinkan untuk suatu kejadian yang spontan, harus ada
persiapan.
2. Tidak bisa menentukan ukuran kuantitas terhadap variabel yang ada, karena hanya dapat
menghitung variabel yang kelihatan.
3. Sulit mendapatkan data terutama yang sifatnya rahasia dan memerlukan waktu yang lama.
4. Apabila sasaran penilaian mengetahui bahwa mereka sedang diamati, mereka akan dengan
sengaja menimbulkan kesan-kesan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan, jadi
sifatnya dibuat-buat.
5. Subyektifitas dari observer tidak dapat dihindari
Instrumen Penilaian Mutu Dengan Observasi :
1. Daftar Tilik/Check List
Daftar alat berisi nama subyek dan beberapa hal/ciri yang akan diamati dari sasaran
pengamatan. Pengamat dapat memberi tAnda cek () pada daftar tersebut yang menunjukkan
adanya ciri dari sasaran pengamatan. Daftar tilik terdiri dari 4 bagian,yaitu: daftar tilik
pengamatan pelayanan, daftar tilik pengetahuan pasien, daftar tilik pengetahuan petugas dan
daftar tilik sarana esensial. Check list hanya dapat menyajikan data yang kasar saja, hanya
mencatat ada atau tidaknya suatu gejala.
2. Skala penilaian (rating scale)
Skala ini berupa daftar yang berisikan ciri-ciri tingkah laku yang dicatat secara
bertingkat. Rating scale ini dapat merupakan satu alat pengumpulan data untuk menerangkan,
menggolongkan dan menilai seseorang atau suatu gejala
3. Alat-alat mekanik
Alat-alat ini antara lain: alat perekam, alat fotografis, film, tape recorder, kamera televisi,
dan sebagainya. Alat-alat tersebut setiap saat dapat diputar kembali untuk memungkinkan
mengadakan penilaian secara teliti.
Observasi sebagai alat pengumpul data : pengamatan yg memiliki sifat-sifat
(depdikbud:1975:50)
a. dilakukan sesuai dgn tujuan yg telah dirumuskan lebih dulu.
b. direncanakan secara sistematis.
c. hasilnya dicatat & diolah sesuai dgn tujuannya.
d. dpt diperiksa validitas, reliabilitas & ketelitiannya.
e. bersifat kuantitatif.
2. Wawancara
Wawancara terhadap Petugas
Pengamat melakukan wawancara terhadap petugas yang diamati untuk mengetahui
tingkat pengetahuan petugas yang bersangkutan tentang pelayanan yang telah dilakukan.
Wawancara terhadap Pasien
Dilakukan pula wawancara terhadap pasien yang diamati, sewaktu pasien akan
meninggalkan tempat pelayanan untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien mengenai
bagaimana penanganan pelayanan misalnya : penyuluhan, kapan harus kembali atau cara
minum obat.
Tujuan : Memperoleh informasi yang rinci dan akurat dalam rangka pembuktian kejadian/ peristiwa
yang seharusnya terjadi adalah benar-benar terjadi.
Kebijakan Operasional:
Komunikasi yang dilakukan oleh tim penilai harus dua arah
Dalam wawancara harus diusahakan tidak ada informasi yang hilang
Dalam wawancara kata-kata tidak spesifik harus lebih dispesifikasikan, misal: kendaraan
spesifik adalah mobil
Dalam wawancara gunakan kata-kata kunci :
- Mengapa
- Dimana
- Apa
- Kapan
- Siapa
- Bagaimana
Dalam wawancara usahakan untuk bisa menyelediki sistem atau menguji sistem. Untuk itu
tim penilai menggunakan check list sebagai panduan wawancara.
Gunakan panduan Fish bone diagram untuk melakukan wawancara dalam ( deep interview)
Kelebihan wawancara
1. Flexibility
Pewawancara dapat secara luwes mengajukan pertanyaan sesuai dengan situasi saat itu.
Dan memungkinkan diberikan penjelasan kepada responden bila pertanyaan kurang
dimengerti.
2. Nonverbal behavior
Pewawancara dapat mengobservasi perilaku nonverbal, misalnya rasa suka, rasa tidak
suka atau perilaku lainnya pada saat pertanyaan diajukan dan dijawab oleh responden.
3. Completeness
Pewawancara dapat memperoleh jawaban atas seluruh pertanyaan yang diajukan secara
langsung.
4. Time of interview
Pewawancara dapat menyusun jadwal wawancara yang relatif pasti. Kapan, dimana,
sehingga data yang diperoleh tidak keluar dari rancangan yang sudah disusun Data yang
diperoleh dapat langsung diketahui objektifitasnya karena dilaksanakan secara tatap muka.
Kelemahan wawancara :
1. Proses wawancara membutuhkan biaya dan tenaga yang besar.
2. Keberhasilan wawancara sangat tergantung kepandaian pewawancara dalam menggali,
mencatat, dan menafsirkan setiap jawaban.
3. Responden sulit menyembunyikan identitas dirinya, pewawancara bisa dipandang
mempunyai potensi yang bisa mengancam dirinya, sehingga jawaban harus dilakukan ekstra
hatihati, apalagi jika jawabannya direkam melalui pita perekam.
Instrumen Penilaian Mutu Dengan Wawancara Dapat berupa kuesioner yaitu daftar
pertanyaan yang sudah disusun dengan baik sehingga pewawancara dalam wawancara dapat
memberi jawaban atau Anda pada lembaran tersebut.
3. Dokumentasi
a. Pendokumentasian Menejemen Asuhan Kebidanan
Bentuk pendekatan yang dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan
dengan menggunakan pemecahan masalah.
Asuhan kebidanan merupakan suatu pemecahan masalah yang digunakan sebagai
metode untuk mengorganisasikan dari tindakan berdasarkan teori ilmiah penemuan
keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan
yang berfokus pada klien (Varney, 1997).
b. Metode Pendokumentasian
1) Pengertian
Adalah suatu sistem pencatatan dan pelaporan informasi tentang kondisi dan
perkembangan kesehatan pasien dan semua kegiatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan
(Konsep Kebidanan, 2003).
Proses penatalaksanaan asuhan kebidanan atau manajemen kebidanan merupakan
langkah-langkah yang berurutan dimulai dengan pengumpulan data dasar dan diakhiri dengan
evaluasi.
Proses manajemen kebidanan ini merupakan urutan langkah saling berhubungan,
berkesinambungan untuk mengevaluasinya dan membuat rencana asuhan kembali.
2) Pembagian Dokumen Dokumen terbagi dua kategori yaitu:
a. Dokumen sumber resmi
Merupakan dokumen yang dibuat/dikeluarkan oleh lembaga atau perorangan atas nama
lembaga. Ada dua bentuk yaitu sumber resmi normal dan sumber resmi informal
b. Dokumen sumber tidak resmi
Merupakan dokumen yang dibuat/dikeluarkan oleh individu tidak atas nama lembaga. Ada
dua bentuk yaitu sumber tak resmi formal dan sumber tak resmi informal.
3) Tujuan Pendokumentasian
a) Sebagai sarana komunikasi antar petugas kesehatan
Dokumentasi dapat dibagikan diantara petugas kesehatan, hal ini penting jika dilakukan
rujukan untuk mengetahhui sejauh mana kondisi klinis klien dan asuhan yang diberikan
kepada klien, sehingga dapat dilakukan penanganan lebih lanjut.
b) Sebagai aspek financial ekonomi
c) Merupakan data untuk mengganti (penggantian biaya) yang wajar dan informsdi
penghematan biaya
d) Bermanfaat bagi penelitian
e) Sumber informasi statistik untuk standarisasi dan penelitian kesehatan
f) Mempunyai aspek legal
Objektif
a) Keadaan umum.
b) Tanda-tanda vital.
c) Tinggi badan, berat badan, dan lingkar lengan atas.
Pemeriksaan fisik : kelopak mata, konjungtiva, sclera, mulut dan gigi, pemeriksaan kelenjar
tyroid dan getah bening, jantung, peruh, pembesaran payudara, putting susu, nyeri pinggang,
posisi tulang belakang, ekstremitas atas/bawah, odem, refleks patella, varises, abdomen
(bekas luka operasi, linea, strie).
Pemeriksaan palpasi Leopold : TFU, difundus teraba bokong, sebelah kanan/kiri teraba
punggung atau ekstrimitas, bagian terendah kepala, sejauh mana kepala masuk pintu atas
panggul.
Auskultasi : bunyi jantung janin, frekuensi, puctum maximum.
Anogenital : perineum, vulva vagina, pengeluaran pervaginam normal, hemoroid tidak ada.
Pemeriksaan penunjang, pemeriksaan Hb dan urine.
Assasemen
Diagnosa dibuat dengan dasar HPHT dan TFU, sudah atau belum pernah hamil, sudah
atau belum pernah melahirkan.
Diagnosa janin dibuat dengan dasar BJJ, punctum maximum, bagian terendah janin.
Planning
Jelaskan tentang personal hygien, mandi dua kali sehari dan menjaga kebersihan yang
lebih pada daerah lipatan kulit (ketiak, bawah payudara, dan daerah genetalia).
Beriakn obat Fe dan vitamin.
Jelaskan tentang tanda bahaya kehamilan seperti perdarahan pervaginam, sakit kepala
yang luar biasa, mata berkunang-kunang, pembengkakan pada wajah dan tangan,
nyeri ulu hati, ketuban pecah sebelum waktunya, janin tidak bergerak seperti biasanya
dan demam yang tinggi.
Dokumentasi dapat berperan sebagai pembela atau advokasi yang dapat dijadikan
sebagai bukti dalam pengusutan kasus-kasus seperti mal praktik, penganiayaan atau
pemerkosaan.
Penilaian Mutu dengan Dokumen untuk melakukan penilaian mutu agar dapat
menemukan masalah mutu dalam pelayanan kebidanan dapat menggunakan cara diatas, agar
dalam pelaksananaanya berjalan dengan baik perlu dikembangkan atau disusun daftar
tilik/chek list sebelumnya. Check list adalah sebuah daftar pekerjaan yang harus dilakukan
dalam suatu rangkaian proses kegiatan untuk meminimalkan kesalahan dan kelalaian dalam
melakukan pekerjaan.
Jelaskan dari Segi Organisasi, Program dan Bidan tentang Standar Out Come yang
mengacu kepada :
Kepuasan Pelanggan
Ketepatan
Efisiensi dan Efektifitas
Outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional terhadap
klien. Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif maupun
negatif. Outcome jangka pendek adalah hasil dari segala suatu tindakan tertentu atau prosedur
tertentu. Outcome jangka panjang adalah status kesehatan dan kemampuan fungsional klien.
Ketepatan pelayanan kesehatan
Kepuasan Pelanggan
2. Pelaksanaan ( Do )
Tahapan kedua yang dilakukan ialah melaksanakan rencana yang telah disusun. Jika
pelaksanaan rencana tersebut membutuhkan keterlibatan staf lain di luar anggota tim, perlu
terlebih dahulu diselenggarakan orientasi, sehingga staf pelaksana tersebut dapat memahami
dengan lengkap rencana yang akan dilaksanakan.
Pada tahap ini diperlukan suatu kerjasama dari para anggota dan pimpinan manajerial. Untuk
dapat mencapai kerjasama yang baik, diperlukan keterampilan pokok manajerial, yaitu :
a. Keterampilan komunikasi (communication) untuk menimbulkan pengertian staf terhadap
cara pentelesaian mutu yang akan dilaksanakan.
b. Keterampilan motivasi (motivation) untuk mendorong staf bersedia menyelesaikan cara
penyelesaian masalah mutu yang telah direncanakan.
c. Keterampilan kepemimpinan (leadershif) untuk mengkordinasikan kegiatan cara
penyelesaian masalah mutu yang dilaksanakan.
d. Keterampilan pengarahan (directing) untuk mengarahkan kegiatan yang dilaksanakan.
3. Pemeriksaan ( Check )
Tahapan ketiga yang dilakukan ialah secara berkala memeriksa kemajuan dan hasil yang
dicapai dan pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan. Tujuan dari pemeriksaan untuk
mengetahui :
a. Sampai seberapa jauh pelaksanaan cara penyelesaian masalahnya telah sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.
b. Bagian mana kegiatan yang berjalan baik dan bagian mana yang belum berjalan dengan
baik.
c. Apakah sumberdaya yang dibutuhkan masih cukup tersedia.
d. Apakah cara penyelesaian masalah yang sedang dilakukan memerlukan perbaikan atau tidak.
Terdapat dua cara yang sering di pergunakan untuk dapat memeriksa pelaksanaan cara
penyelesaian masalah, yakni :
a. Lembaran pemeriksaan (check list)
Lembar pemeriksaan adalah suatu formulir yang digunakan untuk mencatat secara periodik
setiap penyimpangan yang terjadi. Langkah pembuatan lembar pemeriksan adalah:
Tetapkan jenis penyimpangan yang diamati
Tetapkan jangka waktu pengamatan
Lakukan perhitungan penyimpangan
b. Peta kontrol (control diagram)
Peta kontrol adalahsuatu peta / grafik yang mengambarkan besarnya penyimpangan yang
terjadi dalam kurun waktu tertentu. Peta kontrok dibuat bedasarkan lembar pemeriksaan.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan peta kontrol adalah :
Tetapkan garis penyimpangan minimum dan maksimum
Tentukan prosentase penyimpangan
Buat grafik penyimpangan
Nilai grafik
4. Perbaikan ( Action )
Tahapan keempat yang dilakukan adalah melaksanaan perbaikan rencana kerja. Lakukanlah
penyempurnaan rencana kerja atau bila perlu mempertimbangkan pemilihan dengan cara
penyelesaian masalah lain. Untuk selanjutnya rencana kerja yang telah diperbaiki tersebut
dilaksanakan kembali. Jangan lupa untuk memantau kemajuan serta hasil yang dicapai.
Untuk kemudian tergantung dari kemajuan serta hasil tersebut, laksanakan tindakan yang
sesuai. Cara melakukan penilaian mutu pelayanan kebidanan adalah sebagai berikut :
a. Lihat daftar tilik
Daftar tilik adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh
pelayanan sesuai atau tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan. Berisi daftar kelengkapan
sarana, pra sarana, pengetahuan, kompetensi teknis, persepsi klien, dsb.
b. Lihat sasaran penilaian
Observasi
Observasi : mengamati pada saat pelayanan
Observasi : suatu penyelidikan yg dijalankan secara sistematis & sengaja diadakan dgn
menggunakan alat indra terutama mata terhadap kejadian-kejadian yg langsung (Bimo
Walgito, 1987:54)
Observasi : suatu tehnik untuk mengamati secara langsung maupun tidak langsung gejala-
gejala yg sedang / berlangsung baik di dlm (di luar) sekolah (Djumhur, 1985:51)
Observasi sebagai alat pengumpul data : pengamatan yg memiliki sifat-sifat
(depdikbud:1975:50) :
a) dilakukan sesuai dgn tujuan yg telah dirumuskan lebih dulu.
b) direncanakan secara sistematis.
c) hasilnya dicatat & diolah sesuai dgn tujuannya.
d) dapat diperiksa validitas, reliabilitas & ketelitiannya
e) bersifat kwantitatif.
Wawancara
Wawancara : dengan diskusi, tanya jawab, cek pemahaman
Kartono (1980: 171), Interview (wawancara) : suatu percakapan yg diarahkan pd suatu
masalah; ini merupakan proses tanya jawab lisan, dimana 2 orang atau lebih berhadap-
hadapan secara fisik.
Dlm proses interview terdapat 2 pihak dgn kedudukan yg berbeda. pertama berfungsi sebagai
penanya, disebut pula sebagai interviewer, lainnya berfungsi sebagai pemberi informasi
(Information supplyer), interviewer atau informan.
Interviewer mengajukan pertanyaan pertanyaan, meminta keterangan (penjelasan), sambil
menilai jawaban jawabannya. Sekaligus ia mengadakan paraphrase (menyatakan kembali
isi jawaban interviewee dgn kata-kata lain), mengingat-ingat & mencatat jawaban jawaban.
Disamping itu dia juga menggali keterangan keterangan lebih lanjut & berusaha melakukan
probing (rangsangan, dorongan).
Dokumen
Dokumen : sebuah tulisan yg memuat informasi. Biasanya, dokumen ditulis di kertas &
informasinya ditulis memakai tinta baik memakai tangan atau memakai media elektronik,
melihat kelengkapan dokumen rekam medik, register, buku catatan.
Masalah kesehatan Saat ini dalam pelayanan dan Upaya Pemerintah dalam
menyelesaikannya dilengkapi program dan bagaimana Dengan manajemen POAC nya.