Singkat
sekitar 44,38 persen, perempuan hampir Hal tersebut menunjukkan kaum ibu cenderung
mencapai 47 persen. Begitu pula dengan melahirkan anak banyak. Sejalan dengan hal
masalah perceraian, terdapat kecenderungan tersebut, terlihat pada Tabel 1.9 bahwa anak
bahwa perempuan kemungkinannya lebih kecil yang dilahirkan hidup kurang dari 2 orang
untuk tidak kawin lagi jika bercerai, dibanding hanya mencapai kurang dari 26 persen.
laki-laki sebagaimana ditunjukkan Tabel 1.4.1 Dalam hal mortalitas terlihat pada Tabel
dan 1.4.2. 1.11, di mana sekitar 17 persen perempuan
Penduduk perempuan usia subur (15-49) yang pernah melahirkan juga pernah memiliki
tahun 70,82 persen berstatus kawin, anak yang meninggal. Hal tersebut
sementara yang belum kawin sekitar 25,02 menunjukkan cukup banyak perempuan yang
persen (Tabel 1.5). Usia perkawinan pernah melahirkan anak hidup yang mengalami
perempuan di Sulawesi Tengah masih kematian anak karena berbagai sebab.
tergolong muda yaitu lebih dari 16 persen kawin Diantaranya karena kurangnya fasilitas yang
pertama kali saat umurnya masih kurang dari memadai dalam melahirkan, gizi yang buruk,
17 tahun (Tabel 1.6). juga karena banyaknya persalinan yang
Salah satu upaya untuk menekan laju ditolong oleh tenaga non medis.
pertumbuhan penduduk adalah dengan prog-
2.2 Kesehatan dan Balita
ram KB. Tabel 1.7 memperlihatkan hampir
77,26 persen perempuan usia subur berstatus Kesehatan merupakan salah satu aspek
kawin pernah menggunakan alat/cara KB penting dalam menentukan tingkat kesejah-
namun sekitar 54,68 persen diantaranya teraan penduduk. Hal ini disebabkan karena
merupakan peserta KB aktif (Tabel 1.7). Hal ini salah satu faktor yang menentukan tingkat
mungkin disebabkan institusi BKKBN di kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) ialah
kabupaten/kota sudah otonomi sehingga kesehatan. Orang yang sehat dapat bertumbuh
petugas lapangan KB (PPLKB) sudah tidak aktif secara optimal sehingga apabila mendapat
lagi melakukan penyuluhan terhadap kesempatan untuk memperoleh pendidikan
masyarakat dan banyak yang beralih fungsi. maka tingkat nalarnya akan berkembang
Kabupaten Poso merupakan daerah optimal pula. Seterusnya orang yang cerdaslah
dengan proporsi tertinggi dalam mengikuti yang dapat menangkap peluang yang terbuka
program KB aktif yakni hampir mencapai 66 lebih cepat dibanding orang yang kurang
persen. Sebaliknya, proporsi yang terendah cerdas. Pada akhirnya orang yang cerdas
yaitu Kabupaten Donggala yang hanya sekitar tersebut dapat memperoleh pendapatan yang
48,39 persen saja. lebih baik sehingga hidupnya lebih sejahtera.
Sebagai dasar perhitungan tingkat fer- Begitu pentingnya aspek kesehatan sehingga
tilitas, dapat digunakan data jumlah anak yang salah satu indikator atau ukuran dalam
dilahirkan hidup dan yang masih hidup. Tabel menentukan besarnya angka Indeks
1.9 menunjukkan perempuan usia 10 tahun ke Pembangunan Manusia (IPM) suatu daerah
atas yang pernah kawin sekitar 74 persen ialah tingkat kesehatan penduduk. Demikian
melahirkan anak hidup 2 orang anak atau lebih. pula keberhasilan pembangunan suatu daerah
menggunakan salah satu indikator kesehatan, Peranan ASI ( Air Susu Ibu ) sangat
yaitu angka harapan hidup/angka kematian berarti pada awal kehidupan manusia karena
bayi. ASI mengandung zat yang sempurna untuk
Angka kesakitan (morbidity rate) menun- pertumbuhan bayi. Selain itu ASI juga
jukkan bahwa keluhan kesehatan yang dialami mengandung zat yang menciptakan kekebalan
penduduk Sulawesi Tengah memperlihatkan tubuh sehingga mampu menangkal dan
angka yang cukup besar di mana sekitar 31,61 mencegah masuknya kuman penyakit sejak
persen penduduk pernah mengalami keluhan dini. Pada Tabel 2.6 terlihat bahwa umumnya
kesehatan (Tabel 2.1.1). Keluhan kesehatan bayi yang lahir telah mendapat ASI dari ibunya
yang tertinggi yang dialami masyarakat berupa (94,29 persen). Tampaknya tidak terdapat
batuk. Keluhan batuk tertinggi terdapat di perbedaan yang signifikan dalam pemberian
Kabupaten Tojo Una Una yaitu mencapai 23,05 ASI menurut jenis kelamin bayi.
persen, kemudian Kabupaten Parigi Moutong
2.3. Pendidikan
dengan persentase 19,92 persen sedangkan
terendah berada di Kota Palu dengan nilai 8,33 Selain kesehatan, anak seharusnya
persen dari total penduduk pernah mengalami memperoleh pendidikan yang layak agar tingkat
batuk. intelektualnya berkembang secara optimal.
Indikator kesehatan yang dapat digunakan Pendidikan juga merupakan salah satu aspek
sebagai indikator pelayanan kesehatan adalah penting dalam proses pembangunan karena
penolong kelahiran balita, ini berkaitan dengan menentukan kualitas SDM selain kesehatan.
tingkat kesehatan ibu dan anak. Tabel 2.5.3 Sebagai pelaku pembangunan, orang
menunjukkan bahwa secara umum penolong harus memiliki kualitas yang baik agar dapat
kelahiran yang dilakukan oleh tenaga medis berperan serta dalam pembangunan. Sebagai
dan paramedis belum mencapai angka yang aparat pemerintah mereka dapat melayani
menggembirakan karena baru mencapai masyarakat sesuai dengan kebutuhannya.
sekitar 58,41 persen. Meskipun bila Sebagai karyawan swasta mereka dapat
diperhatikan lebih lanjut terdapat distribusi yang bekerja secara baik sehingga ikut berperan
tidak merata pada masing-masing kabupaten/ serta dalam meningkatkan pertumbuhan eko-
kota. nomi sehingga pada akhirnya ikut menyumbang
Persalinan dengan tenaga medis tertinggi pajak kepada pemerintah yang akan digunakan
di Kota Palu yaitu lebih dari 87 persen oleh pemerintah dalam membangun berbagai
sedangkan yang terendah di Kabupaten fasilitas umum dan fasilitas sosial.
Banggai Kepulauan yang hanya sekitar 36,92 Keberhasilan pendidikan Sulawesi Tengah
persen. Sejalan dengan itu persalinan yang berdasarkan profil pendidikan di atas ditunjuk-
dibantu tenaga medis, persalinan yang dibantu kan pada Tabel 3.1.3 di mana penduduk
oleh tenaga dukun di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah yang berumur 10 tahun atau
Kepulauan masih sangat tinggi yaitu sekitar lebih yang mampu membaca dan menulis
58,58 persen. mencapai sekitar 95,37 persen.
Kota Palu dan Kabupaten Buol Tingkat perekonomian yang belum maju,
mempunyai angka melek huruf tertinggi sarana dan prasana pendidikan yang masih
masing-masing sebesar 99,05 dan 98,32 jauh dari jangkauan masyarakat serta
persen. Tabel 3.1.1 dan 3.1.2 juga rendahnya kesadaran masyarakat untuk
menunjukkan bahwa perempuan kurang menempuh tingkat pendidikan yang lebih tinggi
beruntung dibanding laki-laki karena sekitar merupakan beberapa kendala yang meng-
5,92 persen perempuan tidak mampu hambat majunya tingkat pendidikan di Sulawesi
membaca dan menulis sedangkan laki-laki Tengah.
sekitar 3,40 persen. Hal ini diduga karena laki- Dari sepuluh kabupaten/kota di Sulawesi
laki lebih diprioritaskan dalam memperoleh Tengah proporsi penduduk yang berumur 10
pendidikan terutama pada rumah tangga yang tahun ke atas yang tidak atau belum tamat SD
ekonominya kurang mampu. terbesar adalah Kabupaten Parigi Moutong
Penduduk Sulawesi Tengah yang berumur (32,81 persen) diikuti oleh Kabupaten Banggai
(31,41 persen), sementara Kota Palu
10 tahun ke atas dengan status tidak/belum
merupakan yang terkecil (10,89 persen).
pernah sekolah tahun 2006 sebesar 3,93
Sebaliknya, Kabupate Morowali merupakan
persen (Tabel 3.2.3). Angka tertinggi terdapat di
kabupaten yang penduduknya paling rendah
Kabupaten Banggai yaitu 5,63 persen,
yang berpendidikan D1/D2 ke atas (1,82
sebaliknya angka terendah di Kota Palu yaitu
persen) sementara Kota Palu merupakan yang
sebesar 1,03 persen. Sementara untuk tertinggi (13,20 persen). Keadaan ini wajar
penduduk yang masih sekolah sebesar 19,74 mengingat status Kota Palu sebagai ibukota
persen, dengan angka tertinggi adalah Kota propinsi dengan fasilitas pendidikan yang lebih
Palu sebesar 25,47 persen dan terendah banyak dan kemampuan ekonomi masyarakat
Kabupaten Poso sebesar 17,53 persen, yang lebih baik dari daerah lainnya.
sementara kabupaten lainnya mempunyai Rata-rata lama sekolah penduduk ber-
perbedaan yang tidak begitu mencolok. umur 10 tahun ke atas di Sulawesi Tengah
Pendidikan yang ditamatkan merupakan pada tahun 2006 hanya sebesar 8,46 tahun
salah satu indikator yang menunjukkan kualitas sebagaimana terlihat pada Tabel 3.7. Hal ini
berarti secara rata-rata penduduk Sulawesi
penduduk. Hasil survei menunjukkan bahwa
Tengah belum menamatkan SLTP. Bila dirinci
penduduk Sulawesi Tengah berumur 10 tahun
menurut aspek gender, masih terdapat
ke atas masih memiliki tingkat pendidikan yang
perbedaan rata-rata lama sekolah antara laki-
rendah, dimana 61,02 persen penduduk
laki dengan perempuan. Rata-rata lamanya
Sulawesi Tengah hanya menamatkan
laki-laki bersekolah mencapai 8,56 tahun,
pendidikan sampai tingkat SD atau lebih sedangkan perempuan hanya 8,36 tahun.
rendah, dimana sekitar 25,26 persen di
antaranya tidak/belum tamat SD. Sementara 2.4. Perumahan dan Pemukiman
yang berpendidikan lebih tinggi dari SLTA Masalah perumahan merupakan masalah
hanya sebesar 4,39 persen (Tabel 3.6.3). Hal yang kompleks, sehingga penanganannya
ini menggambarkan bahwa kualitas SDM masih memerlukan perhatian yang serius. Sebagai-
relatif rendah. mana diketahui, perumahan merupakan salah
satu kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia mempengaruhi tingkat kesehatan rumah
di samping kebutuhan dasar lainnya seperti tangga. Jarak penampungan dengan sumber
sandang, pangan, pendidikan dan kesehatan. air minum yang sangat dekat memungkinkan
Oleh karena itu pada prinsipnya rumah harus terjadinya perembesan air dari penampungan
dapat memberikan keamanan, ketenangan kotoran terhadap air minum, sehingga kualitas
hidup, kehangatan hidup serta kebebasan. air untuk keperluan rumah tangga sehari-hari
Bila dilihat dari segi luas lantai, Tabel 4.1 tidak memenuhi syarat kesehatan.
menunjukkan jumlah rumah tangga menempati Pada Tabel 4.9 terlihat bahwa sekitar 26
2
rumah dengan luas lantai kurang dari 50 M persen rumah tangga jarak sumber air minum
sebanyak 58,22 persen dengan persentasi ke tempat penampungan kotoran kurang dari
terbesar berada di Kabupaten Banggai 10 meter dengan persentase tertinggi berada di
Kepulauan ( 68,78 persen ) dan yang terkecil di Kota Palu (48,83 persen), dan yang terendah
Kota Palu (50,48 persen). Sedangkan rumah berada di Kabupaten Banggai Kepulauan (6,28
tangga yang menempati rumah dengan luas persen). Tingginya angka di Kota Palu
2
lantai lebih besar dari 150 M terbanyak tampaknya disebabkan karena tingkat
terdapat di Kota Palu (7,59 persen ). kepadatan penduduk jauh lebih tinggi dari
Tingkat kesejahteraan rumah tangga juga daerah lainnya.
tercermin dari kualitas air minum yang Tersedianya tempat pembuangan air
dikonsumsi. Air yang dikonsumsi berpengaruh besar merupakan masalah yang cukup serius
pada kesehatan, karena itu penyediaan air yang perlu diperhatikan setiap rumah tangga.
bersih perlu mendapat perhatian serius. Air Di samping yang bersifat permanen juga perlu
yang tergolong bersih adalah yang bersumber mempertimbangkan kebersihan dan kesehatan
dari leding, pompa, sumur terlindung, mata air lingkungan.
terlindung dan air dalam kemasan. Persentase Pada Tabel 4.10 terlihat baru sekitar 46,49
rumah tangga pengguna air dari sumber relatif persen rumah tangga yang mempunyai fasilitas
bersih tersebut mencapai 75,34 persen (Tabel buang air besar sendiri. Persentase terbesar
5.2). Ini berarti masih terdapat sebesar 24,66 berada di Kabupaten Poso dan Kota Palu
persen rumah tangga yang mengkonsumsi air masing-masing 76,17 persen dan 71,62 persen.
kurang bersih.
2.5. Konsumsi/Pengeluaran
Kabupaten Parigi Moutong merupakan
kabupaten yang terbesar mengkonsumsi air Secara umum data konsumsi Susenas
relatif kurang bersih yaitu sekitar 40,57 persen. dibagi menjadi dua kelompok, yaitu konsumsi
Sebaliknya di Kota Palu hanya sebesar 3,74 untuk makanan dan bukan makanan. Tingkat
persen rumah tangga yang mengkonsumsi air urgensi kebutuhan terhadap kedua jenis
kurang bersih. pengeluaran tersebut pada dasarnya berbeda.
Jarak tempat penampungan kotoran dari Dalam kondisi pendapatan terbatas, terdapat
sumber air minum bagi pengguna air minum kecenderungan untuk mendahulukan
yang berasal dari pompa, sumur dan mata air kebutuhan makanan, sehingga pada kelompok
juga harus diperhatikan, karena hal ini juga masyarakat berpendapatan rendah akan
terlihat bahwa sebagian besar pendapatan Kabupaten Toli toli terendah yang hanya 6,96
mereka digunakan untuk mengkonsumsi persen.
makanan. Demikian pula dalam hal pengeluaran non
Seiring dengan peningkatan pendapatan, makanan selama sebulan, yang terbesar
maka lambat laun akan terjadi pergeseran, terdapat pada golongan Rp.40.000
yaitu penurunan porsi pendapatan yang Rp.59.999 yaitu mencapai 30,06 persen.
dibelanjakan untuk makanan atau peningkatan Proporsi terbesar adalah Kabupaten Toli toli
porsi yang dibelanjakan bukan untuk makanan. dan Donggala masing-masing 48,63 persen
Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa dan 39,40 persen (Tabel 5.2). Sedangkan untuk
pola pengeluaran dapat dipakai sebagai salah golongan pengeluaran lebih dari Rp 500.000
satu alat untuk menilai tingkat kesejahteraan jumlahnya kecil sekali yaitu mencapai 1,51
(ekonomi) penduduk, dan perubahan kompo- persen.
sisinya sebagai indikasi perubahan tingkat
kesejahteraan.
Tingkat kesejahteraan penduduk Sulawesi
Tengah dapat dilihat pada Tabel 5.1, 5.2 dan
5.3. Tabel 5.3 menunjukkan besarnya modus
golongan pengeluaran perkapita sebulan pada
golongan Rp 100.000-149.999, yakni 24,81
persen. Persentase terbesar berada di
Kabupaten Banggai Kepulauan sebesar 40,76
persen. Untuk pengeluaran Rp 200.000 atau
lebih, proporsi penduduk terbesar adalah Kota
Palu yang mencapai lebih dari 80,49 persen,
dan yang paling kecil adalah Kabupaten Toli toli
yang hanya mencapai 28,11 persen.
Dalam hal pengeluaran untuk makanan,
modusnya pada golongan Rp 100.000-149.999
yang mencapai 36,40 persen (Tabel 5.1) Bila
dilihat menurut kabupaten/kota, modus
pengeluaran makanan terbesar adalah
Kabupaten Buol yaitu sebesar 40,50 persen,
sedangkan yang terkecil Kota Palu sebesar
26,90 persen.
Secara umum untuk pengeluaran
makanan Rp.200.000 keatas hanya sebesar
14,91 persen. Kota Palu merupakan yang
tertinggi sebesar 37,08 persen, sementara itu