Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
T R A N S F O R M AT O R T E G A N G A N
Dokumen nomor : PDM/PGI/03:2014
PT PLN (PERSERO)
Jl Trunojoyo Blok M I/135
JAKARTA
DOKUMEN: PDM/PGI/03:2014
DOKUMEN Lampiran Surat Keputusan Direksi
PT PLN (PERSERO)
Kelompok Kerja Trafo Arus dan Trafo Tegangan (CT & CVT)
1. Abdul Salam (PLN P3BS) : Koordinator merangkap anggota
Koordinator Verifikasi dan Finalisasi Review KEPDIR 113 & 114 Tahun
2010 (Nota Dinas KDIVTRS JBS Nomor 0018/432/KDIVTRS JBS/2014)
Tanggal 27 Mei 2014
1. Jemjem Kurnaen
2. Sugiartho
3. Yulian Tamsir
4. Eko Yudo Pramono
TRAFO TEGANGAN
DAFTAR ISI
i
TRAFO TEGANGAN
ii
TRAFO TEGANGAN
DAFTAR GAMBAR
iii
TRAFO TEGANGAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1-1 Batasan Kesalahan Tegangan dan Penyimpangan Fasa untuk CVT Pengukuran 10
Tabel 1-2 Batasan Kesalahan Tegangan dan Penyimpangan Fasa untuk CVT Proteksi ...... 10
Tabel 2-1 Rekomendasi Hasil Pemeliharaan Shutdown Treatment ...................................... 18
Tabel 3-1 Rekomendasi Hasil Pemeliharaan In Service Inspection ...................................... 18
Tabel 3-2 Rekomendasi Hasil Thermovisi In Service Measurement ..................................... 20
Tabel 3-3 Rekomendasi Hasil Tahanan Isolasi Shutdown Testing/Measurement ................. 21
Tabel 3-4 Rekomendasi Hasil Tangen Delta dan Kapasitansi .............................................. 21
Tabel 3-5 Standar Kualitas Minyak Berdasarkan IEC 60422 ................................................ 23
Tabel 3-6 Interpretasi Hasil Uji DGA..................................................................................... 26
Tabel 3-7 Rekomendasi Hasil Pengujian Tahanan Pentahanan ........................................... 27
Tabel 3-8 Rekomendasi Hasil Pengujian Ratio Shutdown Testing/Measurement ................. 27
Tabel 3-9 Rekomendasi Hasil Pemeliharaan Shutdown Inspection ...................................... 28
Tabel 4-1 Uraian Kegiatan Pemeliharaan Transformator Tenaga......................................... 28
iv
TRAFO TEGANGAN
DAFTAR LAMPIRAN
v
TRAFO TEGANGAN
PRAKATA
PLN sebagai perusahaan yang asset sensitive, dimana pengelolaan aset memberi kontribusi
yang besar dalam keberhasilan usahanya, perlu melaksanakan pengelolaan aset dengan
baik dan sesuai dengan standar pengelolaan aset. Parameter Biaya, Unjuk kerja, dan Risiko
harus dikelola dengan proporsional sehingga aset bisa memberikan manfaat yang maksimum
selama masa manfaatnya.
PLN melaksanakan pengelolaan aset secara menyeluruh, mencakup keseluruhan fase dalam
daur hidup aset (asset life cycle) yang meliputi fase Perencanaan, Pembangunan,
Pengoperasian, Pemeliharaan, dan Peremajaan atau penghapusan. Keseluruhan fase
tersebut memerlukan pengelolaan yang baik karena semuanya berkontribusi pada
keberhasilan dalam pencapaian tujuan perusahaan.
Dalam pengelolaan aset diperlukan kebijakan, strategi, regulasi, pedoman, aturan, faktor
pendukung serta pelaksana yang kompeten dan berintegritas. PLN telah menetapkan
beberapa ketentuan terkait dengan pengelolaan aset yang salah satunya adalah buku
Pedoman pemeliharaan peralatan penyaluran tenaga listrik.
Pedoman pemeliharaan yang dimuat dalam buku ini merupakan bagian dari kumpulan
Pedoman pemeliharaan peralatan penyaluran yang secara keseluruhan terdiri atas 25 buku.
Pedoman ini merupakan penyempurnaan dari pedoman terdahulu yang telah ditetapkan
dengan keputusan direksi nomor 113.K/DIR/2010 dan 114.K/DIR/2010. Perubahan atau
penyempurnaan pedoman senantiasa diperlukan mengingat perubahan pengetahuan dan
teknologi, perubahan lingkungan serta perubahan kebutuhan perusahaan maupun
stakeholder. Di masa yang akan datang, pedoman ini juga harus disempurnakan kembali
sesuai dengan tuntutan pada masanya.
Penerapan pedoman pemeliharaan ini merupakan hal yang wajib bagi seluruh pihak yang
terlibat dalam kegiatan pemeliharaan peralatan penyaluran di PLN, baik perencana,
pelaksana maupun evaluator. Pedoman pemeliharaan ini juga wajib dipatuhi oleh para pihak
diluar PLN yang bekerjasama dengan PLN untuk melaksanakan kegiatan pemeliharaan di
PLN.
Demikian, semoga kehadiran buku ini memberikan manfaat bagi perusahaan dan
stakeholder serta masyarakat Indonesia.
DIREKTUR UTAMA
NUR PAMUDJI
vi
TRAFO TEGANGAN
TRANSFORMATOR TEGANGAN
1 PENDAHULUAN
Trafo tegangan adalah peralatan yang mentransformasi tegangan sistem yang lebih tinggi ke
suatu tegangan sistem yang lebih rendah untuk kebutuhan peralatan indikator, alat
ukur/meter dan relai.
E1 N1
a
E2 N 2
Dimana:
N1 N 2
E1 = Tegangan primer
E2 = Tegangan sekunder
1
TRAFO TEGANGAN
Dimana:
Im = arus eksitasi/magnetisasi
Trafo tegangan memiliki prinsip kerja yang sama dengan trafo tenaga tetapi rancangan Trafo
tegangan berbeda yaitu:
Kapasitasnya kecil (10 150 VA), karena digunakan hanya pada alat-alat ukur,
relai dan peralatan indikasi yang konsumsi dayanya kecil.
2
TRAFO TEGANGAN
Sebagai standarisasi besaran tegangan sekunder (100, 100/3, 110/3 dan 110
volt) untuk keperluan peralatan sisi sekunder.
Memiliki 2 kelas, yaitu kelas proteksi (3P, 6P) dan kelas pengukuran (0,1; 0,2;
0,5;1;3).
Disebut juga Trafo tegangan induktif. Terdiri dari belitan primer dan sekunder
pada inti besi yang prinsip kerjanya belitan primer menginduksikan tegangan
kebelitan sekundernya.
Trafo tegangan ini terdiri dari dua bagian yaitu Capacitive Voltage Divider (CVD)
dan inductive Intermediate Voltage Transformer (IVT). CVD merupakan
rangkaian seri 2 (dua) kapasitor atau lebih yang berfungsi sebagai pembagi
tegangan dari tegangan tinggi ke tegangan rendah pada primer, selanjutnya
tegangan pada satu kapasitor ditransformasikan oleh IVT menjadi teganggan
sekunder.
Rangkaian Electromagnetic
Expansion Chamber
3
TRAFO TEGANGAN
Terminal Primer
Adalah terminal yang terhubung pada sisi tegangan tinggi (fasa) dan satu lagi
terhubung pada sistim pentanahan (grounding)
Struktur Mekanikal
Terdiri dari:
Pondasi
Struktur penopang VT
Isolator (keramik/polyester)
Sistem Pentanahan
4
TRAFO TEGANGAN
Secara umum bagian trafo tegangan jenis kapasitif dapat jelaskan sebagai berikut:
Dielectric
Minyak Isolasi
5
TRAFO TEGANGAN
Expansion Chamber
Terminal Primer
HVT adalah terminal tegangan tinggi (high voltage terminal) yaitu bagian yang
dihubungkan dengan tegangan transmisi baik untuk tegangan bus maupun
tegangan penghantar terminal tegangan tinggi/primer. (Gambar 1-4 poin 1)
Terminal Sekunder
Adalah terminal yang terhubung pada sisi tegangan rendah, untuk keperluan
peralatan ukur dan relai. Pada merk tertentu terminal ini ditandai dengan simbol
1a dan 2a. (Gambar 1-4 poin 7). Pada box terminal sekunder terdapat juga
komponen lain yang terdiri dari:
H.F (high frequency) adalah teminal frekuensi tinggi yang berkisar sampai
puluhan kilohertz, sebagai pelengkap pada salah satu konduktor penghantar
dalam memberikan sinyal komunikasi melalui PLC.
Struktur Mekanikal
Pondasi
6
TRAFO TEGANGAN
Sistem Pentanahan
Prinsip kerja CCVT adalah menurunkan besaran tegangan primer menjadi besaran tegangan
sekunder melalui kapasitor (C1 & C2) yang berfungsi sebagai pembagi tegangan (voltage
divider) dan trafo tegangan sebagai penurun tegangan. Keluaran tegangan sekunder
dirancang seakurat mungkin sama dengan perbandingan rasio tegangan masukan disisi
primer dalam segala kondisi operasi.
7
TRAFO TEGANGAN
dimana:
Zb = impedansi beban.
N2
Vo Vi
N1 Volt,
Pada keadaan tunak (steady state) kondisi ini dapat dipenuhi sesuai dengan desain dan
penyetelan CCVT, namun akurasi CCVT akan menurun pada keadaan peralihan (transient)
mengikuti komponen induktif, kapasitif dan nonliniernya, seperti:
terjadinya sambaran petir langsung atau tidak langsung pada saluran transmisi
tegangan tinggi (SUTT/SUTET) yang terhubung ke busbar gardu induk, yang
diikuti ataupun tidak diikuti kerusakan isolasi; atau kerjanya arrester.
Oleh karena itu, dalam menentukan rancangan instalasi meter dan proteksi, harus
mempertimbangan beberapa karakteristik kerja CCVT dan kesalahan (error) akibat arus
eksitasi dan pembebanan (burden) CCVT tersebut.
Kesalahan (error) pembacaan pada meter dan proteksi dapat juga disebabkan terjadinya
osilasi feroresonansi (ferroresonance) yang diakibatkan:
apabila sirkit kapasitansi beresonansi dengan induktasi nonlinier inti besi (iron
core). Gejala-gejala ini juga terjadi pada kondisi operasi pemberian tegangan
(energize) pada saluran tanpa beban yang diikuti fenomena tegangan lebih
(overvoltage), sehingga dapat menyebabkan kerusakan peralatan atau
penurunan tahanan.
8
TRAFO TEGANGAN
Bahaya tegangan lebih tidak terjadi selama periode gangguan hubung singkat,
karena terjadi penurunan tegangan pada saat hubung singkat, namun
sebaliknya pada saat hilangnya gangguan, tegangan sistem dapat naik dan
menimbulkan gejala feroresonansi.
Trafo tegangan biasanya dibebani oleh rangkaian impedansi yang terdiri dari relai-relai
proteksi, peralatan meter dan kawat (penghubung dari terminasi PT ke instrumen proteksi
maupun meter). Kesalahan pengukuran PT () berdasarkan IEC-186 adalah sebagai berikut:
K T VS V P
100% ,
VP
dimana:
Jika kesalahan trafo tegangan () positif maka tegangan sekunder lebih besar dari nilai
tegangan nominal pengenalnya. Jumlah lilitan yang lebih kecil pada pembebanan rendah dan
negatif pada pembebanan besar. Selain kesalahan rasio juga terdapat kesalahan akibat
pergeseran fasa. Kesalahan ini bernilai positif jika tegangan sekunder mendahului tegangan
primer.
Untuk pemakaian proteksi, akurasi pengukuran tegangan menjadi penting selama kondisi
gangguan. Berdasarkan IEC 60044-5, klas standar akurasi dan pergeseran fasa CVT untuk
fungsi pengukuran dan proteksi seperti pada Tabel 1 dan Tabel 2 berikut.
9
TRAFO TEGANGAN
Tabel 1-1 Batasan Kesalahan Tegangan dan Penyimpangan Fasa untuk CVT Pengukuran
Tabel 1-2 Batasan Kesalahan Tegangan dan Penyimpangan Fasa untuk CVT Proteksi
FMEA adalah suatu metode untuk menganalisa penyebab kegalan pada suatu peralatan.
Pada buku pedoman pemeliharaan ini FMEA digunakan sebagai dasar utama untuk
menentukan komponen yang akan diperiksa dan dipelihara. FMEA PT/CVT yang terdiri dari
Subsistem, functional failure, dan failure mode dapat dilihat pada Lampiran 2
FMEA atau Failure Modes and Effects Analysis dibuat dengan cara:
10
TRAFO TEGANGAN
2 PEDOMAN PEMELIHARAAN
Secara umum kondisi CVT ditentukan oleh kondisi dari setiap subsistemnya. Informasi
tentang setiap subsistem diperoleh melalui Inspeksi Level 1, Inspeksi Level 2 dan Inspeksi
Level 3. Kontribusi dari masing-masing faktor penentu ditentukan oleh hasil FMECA. Konsep
umum asesmen ini diperlihatkan di Gambar 2-1.
Fungsi asesmen kondisi adalah untuk memberikan indikasi penurunan kondisi CVT. Score
kondisi pada setiap item inspeksi diperoleh dengan membandingkan hasil inspeksi terhadap
norm untuk setiap item pengujian. Selanjutnya, kondisi setiap subsistem CVT diperoleh
dengan mengalikan score kondisi setiap hasil pengujian terhadap weighting factor setiap
pengujian.
11
TRAFO TEGANGAN
Keterangan Gambar:
kumparan sekunder)
2.2.1 Dielectric
Memeriksa isolator dari keretakan, flek, pecah dan kelainan yang lainnya
12
TRAFO TEGANGAN
2.2.4 Pentanahan VT
2.3.1 Thermovision
Thermovision digunakan untuk melihat hot spot pada instalasi listrik, dengan Infra red
Thermovision dapat dilihat losses yang terjadi di jaringan. Semakin tinggi suhu hot spot yang
terjadi maka semakin besar losses yang terjadi. Losses dapat diakibatkan oleh sambungan
yang kurang baik, pemeriksaan dengan thermovision pada CVT digunakan untuk melihat
titik-titik sambungan pada CVT.
Konduktor dan klem VT. Hal ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan suhu
antara konduktor dan klem VT
Isolator dan housing VT. Hal ini bertujuan untuk mengetahui adanya
kelainan/hotspot di dalam VT
Thermovisi dilakukan setiap 1 bulan, kecuali untuk CVT 500 kV dilakukan setiap 2 minggu.
Pada kondisi khusus, thermovisi juga harus dilakukan pada instalasi yang baru beroperasi,
pasca dilakukan perbaikan/pemeliharaan, gangguan dan pada trafo tegangan yang
berdasarkan hasil pengujian sudah mengalami pemburukan.
13
TRAFO TEGANGAN
Pengujian tahanan isolasi menggunakan alat ukur tahanan isolasi 5 kV untuk sisi primer dan
500 V untuk sisi sekunder. Berfungsi untuk mengetahui kualitas tahanan isolasi pada trafo
tegangan tersebut. Pencatatan hasil pengukuran dilakukan pada saat 60 detik.
Pada trafo tegangan yang menggunakan minyak untuk isolasinya, minyak memiliki nilai
konduktansi yang cukup rendah dan nilai kapasitansi yang cukup tinggi. Pengujian tangen
delta dilakukan untuk mengetahui besarnya nilai faktor disipasi (tan delta) dan kapasitansi
dari VT. Peningkatan nilai dari kapasitansi mengindikasikan adanya pemburukan pada isolasi
kertas isolasi. Khusus untuk peralatan CVT, hanya pengukuran kapasitansi yang dilakukan.
Pengujian dengan mode GST-Ground pada VT bertujuan untuk mengetahui nilai tan delta
overall (secara umum). Tegangan uji yang digunakan adalah antara 1 kV hingga 2 kV.
Tegangan uji ini disesuaikan dengan level isolasi terminal sisi netral HV.
14
TRAFO TEGANGAN
Keterangan:
15
TRAFO TEGANGAN
2.4.4 Rasio
Pengukuran ratio bertujuan untuk membandingkan nilai ratio hasil pengukuran dengan nilai
pada nameplate.
Pengukuran dilakukan dengan menginjeksi tegangan AC 2 10KV pada sisi primer dan
dibandingkan dengan output tegangan pada sisi sekunder.
Pengujian ini hanya dilakukan ketika pemasangan baru atau setelah relokasi.
Berdasarkan standard IEC 60422 Supervision and Maintenance Guide for Mineral Insulating
Oils in Electrical Equipment, Trafo tegangan (VT) masuk dalam kategori D
(instrument/protection transformer >170 kV) dan kategori E (instrument/protection transformer
170 kV). Pengujian Kualitas minyak pada trafo instrument hanya dapat dilakukan pada trafo
instrument jenis non hermetically sealed. Pengujian kualitas isolasi dilakukan setelah VT 10
tahun beroperasi. Pengambilan sample yang selanjutnya perlu dilakukan konsultasi terlebih
dahulu dengan manufacturer atau mengacu pada manual instruction dari manufacturer
masing-masing.
16
TRAFO TEGANGAN
Pengujian kadar air untuk mengetahui seberapa besar kadar air yang
terlarut/terkandung di minyak. Menurut standar IEC 60422 perlu dilakukan
koreksi hasil pengujian kadar air terhadap suhu 20 oC yaitu dengan mengalikan
hasil pengujian dengan faktor koreksi f.
Dimana:
f 2,24e 0,04ts
Keterangan:
f= faktor koreksi
a. Pengujian Acidity
Minyak yang rusak akibat teroksidasi akan menghasilkan senyawa asam yang
akan menurunkan kualitas isolasi kertas isolasi pada trafo. Asam ini juga dapat
menjadi penyebab proses korosi pada tembaga dan bagian trafo yang terbuat
dari bahan metal.
Pengujian ini bertujuan mengukur arus bocor melalui minyak isolasi, yang
secara tidak langsung mengukur seberapa besar pengotoran atau pemburukan
yang terjadi.
17
TRAFO TEGANGAN
listrik dengan cara mengukur beberapa kandungan gas di dalam minyak isolasi
meliputi gas: Nitrogen(N2), Oxygen (O2), Hydrogen (H2), Carbon monoxide
(CO), Carbon dioxide(CO2), Methane (CH4), Ethane (C2H6), Ethylene(C2H4)
dan Acetylene (C2H2). Mengacu pada standard IEC 60599 Mineral oil-
impragnated electrical equipment in service-Guide to interpretation of Dissolved
and free gas analysis , kelainan dalam peralatan trafo instrument dapat
dideteksi dengan menggunakan DGA.
18
TRAFO TEGANGAN
3. Kondisi fisik Flek/Retak/pecah Lakukan penggantian PT/CVT bila pecah tdk bisa
isolator ditoleransi.
porcelain
Lakukan pembersihan
Kotor
19
TRAFO TEGANGAN
No T1 Rekomendasi
(perbedaan suhu
antar fasa)
20
TRAFO TEGANGAN
Standard: VDE ( catalogue 228/4 ) minimum besarnya tahanan isolasi kumparan trafo, pada
suhu operasi dihitung 1 Kilo Volt = 1 MOhm
Tabel 3-3 Rekomendasi Hasil Tahanan Isolasi Shutdown Testing/Measurement
Pengukuran tangen delta diimplementasikan pada trafo tegangan magnetik (PT) sedangkan
pengukuran kapasitansi dapat diimplmentasikan pada trafo tegangan magnetik dan kapasitif.
Tegangan yang digunakan untuk pengukuran nilai tangen delta dan kapasitansi pada PT
disesuaikan dengan isolasi terminal netral HV, sedangkan pengukuran nilai kapasitansi CVT
digunakan tegangan 10 kV.
Standar yang digunakan IEC 60044-5 Instrument Transformer Part-5 Edisi I tahun 2004 dan
manual book peralatan atau yang tertera pada nameplate peralatan.
Shutdown Testing/Measurement
A Tangen Delta PT
21
TRAFO TEGANGAN
22
TRAFO TEGANGAN
Standard yang digunakan sebagai referensi adalah IEC 60422 Mineral insulating oils in
electrical equipment supervision and maintenance guidance.
Tabel 3-5 Standar Kualitas Minyak Berdasarkan IEC 60422
1. Breakdown Voltage:
Kategori D (>170kV)
<40kV/2.5 mm Poor
Kategori D (>170kV)
23
TRAFO TEGANGAN
5-15ppm Fair
>15ppm Poor
3. Acidity
Kategori D (>170kV)
0.1-0.2 Fair
>0.2 Poor
24
TRAFO TEGANGAN
4. Dielectric Dissipation
Factor
Kategori D (>170kV)
<0.1 Good
>0.3 Poor
5. Interfacial Tension
(mN/m)
Kategori D (>170kV)
25
TRAFO TEGANGAN
3.3.4 DGA
Standar yang digunakan adalah IEC 60599 tahun 1999 Mineral oil-impragnated electrical
equipment in service-Guide to interpretation of Dissolved and free gas analysis.
Tabel 3-6 Interpretasi Hasil Uji DGA
D1 Discharge of Low
energy >1 0.1-0.5 >1
D2 Discharge of High
energy 0.6-2.5 0.1-1 >2
T2 Thermal Fault
o
300<t<700 C <0.1 >1 1-4
T3 Thermal Fault
>700oC <0.2 >1 >4
26
TRAFO TEGANGAN
Shutdown Testing/Measurement
Pada merk tertentu, pengujian Spark Gap dapat dilakukan dengan mengukur nilai
resistansi antara terminal P1 dan P2. Hal ini dilakukan pada periksa Spark Gap jenis
bushing untuk mengetahui apakah masih memenuhi syarat atau tidak.
3.3.7 Ratio
Standard yang digunakan: IEC 60044-5 Instrument Transformer Part-5 Edisi I tahun 2004.
Tabel 3-8 Rekomendasi Hasil Pengujian Ratio Shutdown Testing/Measurement
27
TRAFO TEGANGAN
Jenis Inspeksi/Pengujian
Jenis Pemeliharaan Periode Tool
minyak VT/CVT
28
TRAFO TEGANGAN
Jenis Inspeksi/Pengujian
Jenis Pemeliharaan Periode Tool
29
TRAFO TEGANGAN
Jenis Inspeksi/Pengujian
Jenis Pemeliharaan Periode Tool
30
TRAFO TEGANGAN
2 Mingguan
Kondisional
Mingguan
3 Bulanan
Bulanan
1 Tahun
2 Tahun
5 Tahun
Harian
KODE SUB SISTEM ITEM INSPEKSI Keterangan
3 PT/CVT
3.1 Inspeksi
3.1.1 In Service Inspection
3.1.1.1 Level minyak Pemeriksaan level minyak VT/CVT
3.1.1.2 Kebocoran minyak Pemeriksaan kebocoran minyak
Disesuaikan
dengan
3.1.1.3 Isolator Pemeriksaan kondisi fisik isolator
kondisi
lingkungan
3.1.1.4 Core housing Pemeriksaan kondisi core housing
3.1.1.5 Struktur penyangga Pemeriksaan kondisi structure penyangga
3.1.1.6 Pentanahan Pemeriksaan kondisi pentanahan
3.1.2 In ServiceMeasurement
Thermovisi antara klem dan konduktor teg.
3.1.2.1 Klem dan isolator
operasi 150 kV
Thermovisi antara klem dan konduktor teg.
3.1.2.2 Klem dan isolator
operasi > 150 kV
3.1.2.3 Body VT/CVT Thermovisi body VT/CVT teg. operasi 150 kV
31
TRAFO TEGANGAN
2 Mingguan
Kondisional
Mingguan
3 Bulanan
Bulanan
1 Tahun
2 Tahun
5 Tahun
Harian
KODE SUB SISTEM ITEM INSPEKSI Keterangan
3.1.2.4 Body VT/CVT Thermovisi body VT/CVT teg. operasi > 150 kV
Thermovisi pada isolator teg. operasi 150
3.1.2.5 Isolator
kV
Thermovisi pada isolator teg. operasi > 150
3.1.2.6 Isolator
kV
Thermovisi pada housing teg. operasi 150
3.1.2.7 Housing
kV
Thermovisi pada housing teg. operasi > 150
3.1.2.8 Housing
kV
Shutdown
3.1.3
Testing/Measurement
3.1.3.1 Tahanan isolasi Pengujian Tahanan isolasi
Untuk CVT
hanya
3.1.3.2 Tangen delta dan kapasitansi Pengujian Tangen delta dan kapasitansi
pengukuran
kapasitansi
3.1.3.3 Pentanahan Pengukuran Tahanan Pentanahan
Untuk
3.1.3.4 Kualitas minyak Pengujian Kualitas minyak kebutuhan
investigasi
Untuk
3.1.3.5 DGA Pengujian DGA kebutuhan
investigasi
3.1.3.6 Spark gap Pengukuran jarak spark gap
32
TRAFO TEGANGAN
2 Mingguan
Kondisional
Mingguan
3 Bulanan
Bulanan
1 Tahun
2 Tahun
5 Tahun
Harian
KODE SUB SISTEM ITEM INSPEKSI Keterangan
33
TRAFO TEGANGAN
No SUB SYSTEM FUNCTION SUB SYSTEM SUB - SUB SYSTEM FUNCTION FUNCTIONAL FAILURE FAILURE MODE LEVEL 1 FAILURE MODE LEVEL 2 FAILURE MODE LEVEL 3
Mentransformasi tegangan sumber menjadi level Spark Gap Melindungi trafo step-down dari over Fungsi pengaman Spark gap terbakar deformasi belitan trafo
3 Electromagnetic Circuit tegangan yang dapat digunakan untuk keperluan voltage berkurang/tidak berfungsi
proteksi dan metering
Series Reactor Meniadakan pengaruh impedansi unit transformasi tidak sesuai tegangan output tdk stabil
kapasitor nameplate
Harmonic supressor Mencegah osilasi feroresonansi yang interferensi pada tegangan distorsi gelombang output
terjadi terus menerus output
Media ekspansi minyak kapasitor unit level kemampuan rembes / kebocoran minyak
4 Expansion Chamber Media ekspansi minyak pada CVD menahan tekanan minyak
berkurang
Konektor CVT dengan konduktor bertegangan level kekuatan mekanik stud patah
5 Stud
(primer) terlampui
Menopang CVT level kekuatan mekanik support miring / bengkok
6 Mechanical Struktur Penopang fisik CVT
berkurang
34
TRAFO TEGANGAN
KOMPONEN YANG
NO KONDISI PERALATAN
DIPERIKSA
1 FASA R
1,1 DIELEKTRIK
CATATAN :
........
........
Approval Pelaksana
() ()
35
TRAFO TEGANGAN
1 FASA R
1,1 GROUNDING
2 FASA S
2.1 GROUNDING
3 FASA T
3.1 GROUNDING
CATATAN :
Approval Pelaksana
() ()
36
TRAFO TEGANGAN
UNIT PELAKSANA :
LOKASI GI :
BAY :
TANGGAL :
PUKUL :
PELAKSANA :
1 FASA R
1.1 STRUKTUR MEKANIK
2 FASA S
2.1 STRUKTUR MEKANIK
3 FASA T
3.1 STRUKTUR MEKANIK
3.1.1 Kondisi Support Structure Normal Korosi Kendor Bengkok
CATATAN :
Approval Pelaksana
() ()
37
TRAFO TEGANGAN
PT. PLN
PT PLN (PERSERO)
(PERSERO) LEMBAR HASIL PEMELIHARAAN BAY PENGHANTAR FORM.2
"Logo Standar PT
Mutu"
P3B SUMATERA FORMULIR PEMELIHARAAN TAHUNAN TRAFO TEGANGAN
UPT.. PENGUJIAN / PENGUKURAN
PENGUJIAN TAHANAN
/ PENGUKURAN ISOLASI
TAHANAN PT
ISOLASI
NOMOR DOKUMEN : TANGGAL : REVISI : HALAMAN :.. /
NOMOR DOKUMEN : TANGGAL : REVISI : HALAMAN :
TITIK UKUR HASIL SEBELUMNYA (M) KONDISI AWAL (M) KONDISI AKHIR (M) KESIMPULAN
Standard TINDAKAN
R S T R S T R S T
- Primer - Ground
- Primer - Sekunder ( 1a - )
- Primer - Sekunder ( 2a - )
- Sekunder 1a - Sekunder 2a
- Sekunder 1a - Ground
- Sekunder 2a - Ground
Alat ukur tahanan isolasi 5 kV untuk sisi primer dan 500 V untuk sisi sekunder
(..) (..)
Mengetahui,
(..)
38
TRAFO TEGANGAN
PT. PLN
PT PLN (PERSERO)
(PERSERO) LEMBAR HASIL PEMELIHARAAN BAY PENGHANTAR FORM.2
"Logo Standar PT
Mutu"
P3B SUMATERA FORMULIR PEMELIHARAAN TAHUNAN TRAFO TEGANGAN (CVT/PT)
UPT.. PENGUJIAN / PENGUKURAN
PENGUJIAN TAHANAN
/ PENGUKURAN ISOLASI
TAHANAN PT
PENTANAHAN
NOMOR DOKUMEN : TANGGAL : REVISI : HALAMAN :.. /
NOMOR DOKUMEN : TANGGAL : REVISI : HALAMAN :
Catatan :
(..) (..)
Mengetahui,
(..)
39
TRAFO TEGANGAN
NO UJI ACUAN HASIL SEBELUMNYA / NAME PLATE HASIL AWAL TINDAKAN HASIL AKHIR KESIMPULAN PELAKSANA
A B C D E F G H
Primer Sekunder Primer Sekunder Primer Sekunder
Teg Sumber 1a-1n Ratio 2a-2n Ratio Teg Sumber 1a-1n Ratio 2a-2n Ratio Teg Sumber 1a-1n Ratio 2a-2n Ratio
phasa
R
phasa
S
phasa
T
40
TRAFO TEGANGAN
PT.PLN
PT PLNPLN
PT. (PERSERO)
(PERSERO)
(PERSERO) 'Logo Standar Mutu"
LEMBAR HASIL PEMELIHARAAN BAY PENGHANTAR FORM.2 LA
P3BP3B
SUMATERA
UPT..
SUMATERA FORMULIR PEMELIHARAAN TAHUNAN TRAFO TEGANGAN (CVT/PT)
UPT..
PENGUJIAN TAN DELTA DAN KAPASITANSI
PENGUJIAN / PENGUKURAN TAHANAN ISOLASI LA
NOMOR DOKUMEN : TANGGAL : REVISI : HALAMAN :
NOMOR DOKUMEN : TANGGAL : REVISI : HALAMAN :.. /
Name Plate
41
TRAFO TEGANGAN
42
TRAFO TEGANGAN
DAFTAR ISTILAH
43
TRAFO TEGANGAN
DAFTAR PUSTAKA
4. Paper IEEE, A Tool for Realibity and Safety: Predict and Prevent Equipment failures
with Thermography , Copyright mareial IEEE Paper No. PCIC-97-06
7. Buku Petunjuk Batasan Operasi dan Pemeliharaan Peralatan Penyaluran Tenaga Listrik
SKDIR 114.K/DIR/2010 Trafo Arus No. Dokumen: 02-22/HARLUR-PST/2009.
44