Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR KANKER OVARIUM


1.1 Defenisi

Kanker ovarium adalah kumpulan tumor dengan histogenesis yang


beraneka ragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast (endoderma, mesoderma,
ektoderma) dengan sifat-sifat histologis maupun biologis yang beraneka ragam.
Kanker ovarium adalah penyakit yang membuat frustasi bagi pasien dan
pemberi perawatan kesehatan karena awitannya yang tersembunyi dan tidak
ada gejala. Kanker ovarium ini dapat berupa kistik, padat, kecil, besar dan bisa
pula jinak atau ganas. (Sinopsis obstetri, 2001).
Kanker Ovarium adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan
cepat disertai pembelahan yang terjadi dalam salah satu atau kedua kelenjar
reproduksi ovarium dimana ova, atau telur dan hormon pada wanita dibuat.
Apabila sel membelah terlalu banyak dan cepat, maka kumpulan sel tersebut
dapat diidentifikasi sebagai tumor. Apabila tumor tersebut dibatasi oleh sedikit
dari lapisan sel, seperti permukaan sel dan tumor tersebut tidak menyebar ke
jaringan lain maka dapat dikatakan tumor tersebut termasuk dalam kategori
benign (jinak). Apabila tumor tersebut menyebar hingga ke jaringan atau
bahkan ke organ lain maka tumor tersebut dapat di kategorikan malign (ganas)
atau kanker. Apabila sel kanker menyebar jauh dari sel tumor aslinya dan
berpindah melalui pembuluh darah atau lymphatic dan tumbuh di bagian lain
tubuh, proses ini disebut Metastasis (www.oncologychannel.com)
2.2. Etiologi dan Faktor Resiko
Etiologi pasti dari kanker ovarium belum ditemukan, namun beberapa
faktor resiko diduga dapat menginduksi terjadinya penyakit ini pada wanita.
Faktor biologis yang menyebabkan kanker ovarium tetap belum diketahui.
Beberapa faktor (hormonal, kesehatan lingkungan, dan variabel
genetik) diduga juga mempengaruhinya, walaupun sebenarnya setiap wanita
mempunyai resiko untuk terkena penyakit ini. Beberapa spesifik faktor resiko
dihubungkan dengan kanker ovarium epithelial, walaupun faktor ini tidak
berhubungan dengan kanker ovarium dalam kategori yang jarang terjadi,
seperti tumor sel germ, pada kenyataanya, banyak kasus terjadi tanpa
diketahui faktor resikonya.
Faktor risiko itu antara lain :
1. Riwayat Keluarga
Riwayat penyakit keluarga merupakan faktor penting dalam
mengestimasi resiko kanker ovarium. Penelitian menilai bahwa wanita
memiliki resiko setinggi 50% terkena kanker ovarium apabila silsilah pertama
(ibu, adik, anak) atau silsilah kedua (nenek,tante) dalam keluarga memiliki
penyakit ini. Adanya kanker payudara juga dapat menyebabkan sindrom
kanker payudara yang dapat mempengaruhi terhadap resiko terhadap kanker
ovarium
2. Umur
Resiko berkembangnya kanker ovarium meningkat seiring dengan
bertambahnya umur. Kebanyakan kasus kanker ovarium terjadi setelah
menopause yang terjadi pada usia sekitar 51 tahun. Lebih dari 50% kanker
ovarium ditemukan pada wanita berusia diatas 65 tahun.
3. Riwayat Menstruasi dan Riwayat Kehamilan
Banyak ahli percaya bahwa ada hubungan antara usia siklus menstruasi
wanita dengan kanker ovarium. Bahwa resiko kanker ovarium meningkat
pada wanita yang mengalami menstruasi sebelum usia 12 tahun dan/atau
wanita yang mengalami menopause setelah usia 50 tahun. Nullipariti (tidak
dapat melahirkan anak yang dapat hidup) juga merupakan resiko
berkembangnya kanker ovarium, juga pada mereka yang baru memiliki anak
pada usia setelah 30 tahun. Dengan kata lain wanita yang tidak pernah
melahirkan memiliki resiko kanker ovarium lebih tinggi dibanding yang
pernah melahirkan. Kehamilan yang berulang dapat memicu adanya efek
protektif. Sama halnya dengan wanita yang mengkonsumsi/ pernah
mengkonsumsi pil KB akan mengurangi resiko kanker ovarium sekitar 40%-
50%. Sehingga timbul pemikiran bahwa efek protektif pada kehamilan,
penggunaan pil KB, dan pemberian asi dapat menekan ovulasi, dan dengan
makin sedikitnya siklus ovulasi maka yang dialami wanita, maka akan
memperkecil pula resiko terhadap kanker ovarium.
4. Obat Kesuburan
Wanita yang menggunakan obat obatan untuk mengstimulasi kesuburan
seperti clomiphene citrate (Clomid) dan menotropins (Pergonal) akan
meningkatkan resiko kanker ovarium. Tipe kanker ovarium yang terjadi
akibat pemakiaan obat kesuburan ini adalah Low Malignant Potential tumors
(LMP tumors).
5. Pola Makan dan Asupan Nutrisi
Banyaknya daging dan lemak hewani pada diet dapat berhubungan
dengan perkembangan kanker ovarium. Diet semacam ini banyak terjadi pada
negara-negara maju dan daerah industri, yang mana angka penderita kanker
ovarium lebih banyak terjadi ketimbang negara negara berkembang. Obesitas
juga sangat mempengaruhi resiko ini, terutama pada wanita yang tidak pernah
melahirkan anak yang hidup (Nullipara)
6. Kosmetik
Beberapa penelitian mengindikasi adanya peningkatan resiko kanker
ovarium pada wanita yang menggunakan kosmetik/ bedak talek pada
kemaluannya. Bedak talek ini mengandung asbestos yang merupakan salah
satu zat kimia yang dapat menyebabkan kanker. Walaupun sekarang telah
banyak jenis bedak seperti ini yang bebas dari asbestos, tapi keamanannya
terhadap potensial penyebab kanker belum dapat ditegaskan.
7. Mutasi
Para peneliti masih belum bisa mengidentifikasi faktor lingkungan yang
mempengaruhi mutasi genetik penyebab kanker ovarium.Baik mutasi genetik
yang diperoleh , begitu juga dari mutasi genetik yang diwariskan, sangat
berpengaruh pada kecacatan DNA yang mengacu pada kanker ovarium.
Identifikasi terhadap perubahan genetik dapat membantu memprediksi
ramalan gangguan pada seorang wanita. Faktor risiko lainnya adalah
merokok, alkohol, riwayat kanker kolon atau kanker payudara.

2.3. Klasifikasi
Klasifikasi stadium kanker ovarium berdasarkan FIGO (International
Federation of Gynecology and Obstetrics
Stadium I terbatas pada 1 / 2 ovarium
IA Mengenal 1 ovarium, kapsul utuh, ascites (-)
IB Mengenai 2 ovarium, kapsul utuh, ascites (-)
IC Kriteria I A / I B disertai 1 > lebih keadaan sbb :
1. Mengenai permukaan luar ovarium
2. Kapsul ruptur
3. Ascites (+)

Stadium II perluasan pada rongga pelvis


II A Mengenai uterus / tuba fallopi / keduanya
II B Mengenai organ pelvis lainnya
II C Kriteria II A / II B disertai 1 / > keadaan sbb :
1. Mengenai permukaan ovarium
2. Kapsul ruptur
3. Ascites (+)

Stadium III kanker meluas mengenai organ pelvis dan intraperitoneal


III A Makroskopis : terbatas 1 / 2 ovarium
Mikroskopis : mengenai intraperitoneal
III B Makroskopis : mengenai intraperitoneal diameter < 2 cm, KGB (-)
III C 1. Meluas mengenai KGB dan /
2. Makroskopis mengenai intraperitoneal diameter > 2 cm

Derajat keganasan kanker ovarium


Derajat 1 : differensiasi baik
Derajat 2 : differensiasi sedang
Derajat 3 : differensiasi buruk
Penetapan Tingkat Klinik Keganasan

UICC Kriteria FIGO

T1 Terbatas pada ovarium I

T1a Satu ovarium, tanpa ascites Ia

T1b Kedua ovarium, tanpa ascites Ib

T1c Satu/dua ovarium, ada ascites Ic

T2 Dengan perluasan ke panggul II

T2a Uterus dan atau tuba, tanpa ascites Iia

T2b Jaringan panggul lainnya, tanpa ascites Iib

T2c Jaringan panggul lainnya, dengan ascites Iic

T3 Perluasan ke usus halus/omentum dalam panggul, atau III


penyebaran intraperitoneal/kelenjar retraperitoneal.

M1 Penyebaran ke alat-alat jauh IV

2.4. Manifestasi Klinis


Tanda-tanda dan gejala termasuk haid tidak teratur, ketegangan menstrual
yang terus meningkat, darah menstruasi yang banyak (menorhagi) dengan nyeri
tekan pada payudara, menopause dini, dan rasa tidak nyaman pada abdomen,
dispepsia, dan sering berkemih.
Gejala-gejala ini biasanya samar, tetapi setiap wanita dengan gejala-gejala
gastroistestinal dan tanpa diagnosis yang diketahui harus dievaluasi dengan
menduga kanker ovarium. Flatulens, rasa begah setelah makan makanan kecil, dan
lingkar abdomen yang terus meningkat merupakan gejala-gejala yang signifikan.
Tahap-tahap kanker ovarium :
1. Pertumbuhan terbatas pada ovarium.
2. Pertumbuhan mencakup satu atau dua ovarium dengan perluasan
pelvis.
3. Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan metastatis di
luar pelvis atau nodul inguinal atau retroperitoneal positif.
4. Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan metastatis
jauh.

Pengaruh kanker ovarium terhadap kehamilan dan persalinan:


Kanker yang besar dapat menghambat pertumbuhan janin sehingga
menyebabkan abortus, partus prematurus.
Kanker yang bertangkaian, karena pembesaran atau pengecilan uterus
setelah partus menyebabkan rasa nyeri, nekrosis dan infeksi yang
disebut abdomen akut.
Dapat menyebabkan kelainan-kelainan pada letak janin.
Kanker kistik dapat pecah karena trauma luar atau trauma persalinan.
Kanker besar berlokasi di bawah, dapat menghalangi persalinan.

Kanker ovarium menyebar secara limfogen ke kelenjar pada aorta,


mediastinal dan supra klavikular, dan seterusnya menyebar ke alat-alat yang jauh
terutama paru, hati dan otak. Obstruksi usus dan ureter merupakan masalah yang
sering menyertai penderita kanker ovarium.

Tanda dan gejala pada kanker ovarium ini biasanya tidak ada
(asimptomatik) untuk periode yang lama dan kalaupun muncul biasanya tidak
spesifik. Pada stadium awal penyakit, gejala yang mungkin muncul antara lain :

Mengalami menstruasi yang tidak teratur seakan-akan sedang


dalam masa akan menopause.Jika massa kanker menekan kandung
kemih atau rectum maka akan timbul keluhan sering BAK dan
konstipasi

timbul kembung atau sensasi seperti perut tertekan

Nyeri, misalnya seperti nyeri saat melakukan hubungan


seksual

Pada stadium lanjut, gejala yang muncul biasanya berkaitan dengan


penyebaran kanker ke organ lain seperti (Rahmat, 2006):

kembung

cairan pada rongga perut (ascites)

konstipasi (susah buang air besar)

mual dan muntah

wanita menjelang menopause mungkin mengeluh menstruasi


yang tidak teratur dan banyak.

2.5. Patofisiologi
Riwayat menstruasi yang mempengaruhi siklus ovulasi bisa
mempengaruhi proliferasi sel ovarium sehingga menimbulkan hyperplasia
jaringan ovarium. Faktor genetik, atau terjadinya mutasi BRCA1 dan BRCA
2 yang merupakan gen pembawa kanker, yang bisa diturunkan.
Penggunaan konsmetik speerti bedak talk pada organ genitalia bisa
mengganggu proliferasi sel yang juga memicu terbentuknya jaringan
abnormal. Alkohol,rokok dan zat yang meningkatkan radikal bebas sehingga
menimbulkan jejas jaringan ovarium yang mempengaruhi proliferasi sel.
Umur yang lebih dari 50 tahun banyak mengalami perubahan
keseimbangan steroid endogen yang merangsang pertumbuhan sel abnormal
dan akhirnya memicu proliferasi sel.
Riwayat ca,colon, ca.mamae yang bermestatase ke ovarium juga memicu
pertumbuhan sel kanker di ovarium. Mengomsumsi lemak yang tinggi akan
merubah keseimbangan steroid endogen.
Faktor-faktor tersebut diatas memicu pertumbuhan kanker di ovarium.
Kanker ovarium ini memiliki stadium perkembangan yang berbeda sesuai
umur pertumbuhan dan penyebarannya. Pada stadium 1, kanker hanya
terbatas pada ovarium. Pada stadium ini, terjadi hyperplasia pada ovarium
yang menyebabkan kadar androgen meningkat yang menyebabkan efek
maskulinisasi. Selain itu, estrogen juga meningkat yang mempengaruhi
perdarahan saat haid, peningkatan jaringan mamae sehingga mamae terasa
padat dan terasa nyeri.
Pada stadium 2, pertumbuhan sudah mulai menyebar ke rongga peritoneal,
namun hal ini seiring memasuki stadium 3. Pada stadium 3 ini penyebaran
sudah sampai ke GIT yang menyebabkan anoreksia, obstruksi usus, dll. (lebih
rinci di woc).
Pada stadium 4 penyebaran sudah sampai di paru,otak dan hati. Pada
stadium ini, keluhan utama adalah terjadinya asites akibat pecahnya tumor
dan menyebar ke rongga peritonium dan akhirnya menyebabkan asites pada
abdomen, lebih lanjut akan menimbulkan peritonitis.

2.6. Komplikasi
Obstruksi usus merupakan komplikasi yang sering terjadi pada kasus
tindakan lanjut yang dikelola dengan melakukan reseksi usus sekali atau
beberapa kali untuk membuat by pass bila kondisi penderita mengizinkan
(Brunner dan Suddart, 2001).
Kanker ovarium dapat bermetastasis dengan invasi langsung ke struktur
yang berdekatan pada abdomen dan panggul dan melalui penyebaran benih
tumor melalui cairan peritoneal ke rongga abdomen dan rongga panggul.
Asites dapat terjadi dan cairan yang mengundang sel-sel panas melalui
saluran tipe limfe menuju pleura dan akhirnya menyebabkan efusi pleura.

2.7. Pemeriksaan Penunjang


Diagnosis pada kanker ovarium dapat dilakukan dengan :
Riwayat Kesehatan
Dapat diteliti dengan mengajukan pertanyaan kepada pasien tentang faktor
faktor yang mempengaruhi kanker ovarium seperti tentang penggunaan pil
KB, riwayat kehamilan dan pemberian ASI, riwayat keluarga dengan kanker
ovarium, dan kanker-kanker lain seperti kanker payudaya. Riwayat merokok
juga bisa ditanyakan untuk perkiraan adanya pengaruh kanker ovarium
terhadap merokok.

Fisik
Pemeriksaan fisik lebih di fokuskan pada pemeriksaan genitalia, untuk
melihat adanya kelainan pada vagina ada uterusnya. Pemeriksaan vagina
dapat dilakukan dengan cara palpasi (merasakan dengan tangan atau dengan
sentuhan kecil). Masukkan jari ke dalam vagina dan raba kulit di sekitar
ovarium dengan menggunakan tangan yang lain untuk mendeteksi adanya
nodule (tonjolan) pada salah satu atau dua bagian uterus. Jika memang benar
terdapat nodule yang berdiameter kurang lebih 2 inchi, lebih padat dari kista
dan terdapat pada bilateral (di kedua sisi) maka kemungkinan adalah kanker
ovarium.

Pemeriksaan Penunjang :
USG
Pemeriksaa ultrasonography pada bagian vagina atau disebut Tranvaginal
sonography (TVS). Untuk lebih akuratnya biasanya tes ini disertai dengan
tes darah yang disebut CA125
Laboratorium

Pemeriksaan serum CA 125. Serum CA 125 merupakan tumor marker


yang dapat digunakan untuk memisahkan antara kanker yang ganas
dengan jinak. CA 125 atau penanda tumor (tumor marker) merupakan
suatu protein yang konsentrasinya sangat tinggi pada sel tumor. Meskipun
CA 125 juga terdapat pada berbagai jenis kanker namun konsentrasi zat
ini paling tinggi ditemukan pada kanker ovarium. CA sendiri merupakan
singkatan dari Cancer Antigen.

Laparoskopi

Laparoskopi diagnostik merupakan pemeriksaan pasti untuk dapat


menentukan keganasan kanker. Indikasi untuk melakukan laparoskopi
antara lain :
- massa ovarium > 7 cm
- pembesaran ovarium pada masa menopause atau 1 tahun
sebelum menstruasi
- pasca pemberian kontrasepsi hormonal
- tumor bilateral (kecuali kista theca lutein)
- tumor keras
- gejala torsi (tumor terputar) atau rupture (tumor pecah)
- ascites

2.7. Penatalaksanaan
a. Pengobatan

Pada umumnya, pengobatan kanker ovarium dilakukan dengan


tindakan operasi, lalu dilanjutkan dengan pengobatan tambahan seperti
kemoterapi, radioterapi, dan imunoterapi.
Operasi

Pada umumnya dilakukan:


- Histerektomi total yaitu mengangkat rahim dengan organ
sekitarnya
- Salpingo ooporekmitomi yaitu mengangkat kedua ovarium dan
kedua saluran tuba fallopii
- Omentektomi yaitu mengangkat lipatan selaput pembungkus
perut yang memanjang dari lambung ke alat-alat perut

- Radioterapi

Teleterapi pelvis dan abdomen dan penetesan isotop radioaktif pada


rongga peritoneal digunakan pada wanita dengan kanker ovarium tahap awal
(stadium I dan II). Isotop radioaktik (P32) digunakan sebagai terapi residual
kanker pada rongga peritoneum. Pasien yang memiliki residu penyakit yang
terbatas, kurang dari 2cm, merupakan kandidat utama terapi P32 ini.

- Kemoterapi
Kemoterapi dianjurkan setelah operasi dalam 6 dosis jarak 3 minggu
terpisah. Ini disebut baris pertama karena itu adalah kemo pertama kali
diberikan.Obat-obat kemoterapi disuntikkan intravena, seringkali dengan cara
port yang oncologist Anda akan menempatkan di dada atau lengan. Kadang-
kadang kemoterapi intraperitoneal digunakan yang menyuntikkan obat
langsung ke perut.
Terapi awal standar yang disarankan oleh dokter menggunakan kombinasi
obat berbasis platinum seperti cisplatin carboplatin atau bersama dengan
taxane seperti paclitaxel atau docetaxel. Obat kemoterapi membunuh sel
kanker yang tersisa dalam tubuh Anda setelah operasi, tetapi mereka juga
merusak sel-sel normal, seperti obat-obat tidak membedakan antara normal
dan berpenyakit.
Penjelasan sederhana adalah bahwa mereka bekerja dengan
menghancurkan sel-sel yang membelah dengan cepat adalah deskripsi dari
sel-sel kanker. Namun, sel-sel lain dalam tubuh juga termasuk dalam kategori
ini dan juga rusak dalam proses. Folikel rambut contoh, itulah sebabnya
mengapa kebanyakan pasien mengalami rambut rontok.
Ini hanya kondisi sementara meskipun dan rambut akan mulai tumbuh
kembali segera setelah kemoterapi dihentikan, meskipun dalam beberapa
kasus akan terlihat berbeda pada awalnya. sel-sel sehat lain yang rusak
termasuk sel darah merah dan putih, trombosit (yang diperlukan untuk
pembekuan), dan sel yang melapisi saluran pencernaan. Hal ini sering dapat
menyebabkan rasa mual yang begitu umum dengan pengobatan.
Karena obat kemoterapi dapat merusak sumsum tulang yang menghasilkan
sel normal, pasien dapat mengalami jumlah sel darah rendah dan sering harus
mengambil belum obat lain untuk mendorong sumsum tulang untuk mulai
memproduksi sel lagi. Kombinasi dari semua obat kadang-kadang
menyebabkan orang untuk memiliki kelupaan ringan dan kehilangan memori
sering disebut sebagai otak kemo. Hal ini harus pergi akhir sekali
perawatan.

- Terapi Tumor Ganas Ovarium

Pada tingkat awal prosedur adalah TAH + BSO + OM + APP. Luas


pembedahan ditentukan oleh insidensi metastase dan invasi terhadap korpus
uteri. Biopsi seperti omentum, kelenjar limfe penting. Pembedahan juga
penting sebagai tindakan primer dengan mengangkat sebagian besar jaringan
tumor, meskipun tidak semua dapat diangkat, hal ini memungkinkan tindakan
Kemoterapi dan Radioterapi lebih efektif.
Tindakan konservatif (hanya mengangkat tumor ovarium saja:
oophorektomi atau oophorokistektomi) masih dapat dibenarkan jika tingkat
klinik terbatas pada satu ovarium tanpa asites, wanita masih muda, belum
punya anak, derajat keganasan tumor rendah.

2.8 Pencegahan
Beberapa faktor muncul untuk mengurangi risiko kanker ovarium
termasuk:
Kontrasepsi oral(pil KB). Dibandingkan dengan wanita yang
tidak pernah menggunakan mereka, para wanita yang
menggunakan kontrasepsi oral selama lima tahun atau lebih
mengurangi risiko kanker ovarium sekitar 50 persen, sesuai
dengan ACS.
Kehamilan dan menyusui. Memiliki paling tidak satu anak
menurunkan risiko mengalami kanker ovarium. Menyusui anak-
anak juga dapat mengurangi risiko kanker ovarium.
Tubal ligasi atau histerektomi. Setelah tabung Anda diikat atau
memiliki histerektomi dapat mengurangi risiko kanker ovarium.
Perempuan yang berada pada risiko yang sangat tinggi
mengalami kanker ovarium dapat memilih untuk memiliki
indung telur mereka diangkat sebagai cara untuk mencegah
penyakit. Operasi ini, dikenal sebagai profilaksis ooforektomi,
dianjurkan terutama bagi perempuan yang telah dites positif
untuk mutasi gen BRCA atau wanita yang mempunyai sejarah
keluarga yang kuat payudara dan kanker ovarium, bahkan jika
tidak ada mutasi genetik yang telah diidentifikasi.

B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS


1.1 PENGKAJIAN
1) Identitas
Kanker ovarium sering terdapat pada wanita usia di atas 45
tahun (85%)
2) Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama : keluhan yang sering muncul tiba-tiba adalah
nyeri pada perut , menjalar ke ari-ari, penurunan nafsu makan,
diringi dengan mual dan muntah, bila terjadi infeksi dapat
menyebabkan demam, pucat (anemia) dan kecenderungan
terjadi perdarahan pada genitalia.
Riwayat kesehatan masa lalu : Pada penderita kanker ovarium
sering ditemukan dengan riwayat gangguan pada siklus
menstruasi, perdarahan, dan riwayat penggunaan kontraspesi
seperti penggunaan suntik KB, serta pola makan yang tidak
baik, seperti sering mengkonsumsi makanan cepat saji,
berlemak, makan kolesterol tinggi
Pola Persepsi - mempertahankan kesehatan : Tidak spesifik
dan berhubungan dengan kebiasaan buruk dalam
mempertahankan kondisi kesehatan dan kebersihan diri.
Kadang ditemukan laporan tentang riwayat personal hygine
yang buruk.
Pola Nurisi : wanita sering mengalami penurunan nafsu
makan, anorexia, muntah, perubahan sensasi rasa, penurunan
berat badan dan gangguan menelan, serta pharingitis. Dari
pemeriksaan fisik ditemukan adanya distensi abdomen,
penurunan bowel sounds, pembesaran limfa, pembesaran
hepar akibat invasi sel-sel darah putih yang berproliferasi
secara abnormal, dan stomatitis.
Pola Eliminasi : wanita kadang mengalami konstipasi,
penegangan pada perianal, nyeri abdomen, dan ditemukan
darah segar dan faeces berwarna teh, darah dalam urin, serta
penurunan urin output. Pada inspeksi didapatkan adanya abses
perianal, serta adanya hematuria.
Pola Tidur dan Istrahat : wanita memperlihatkan penurunan
aktifitas dan lebih banyak waktu yang dihabiskan untuk
tidur /istrahat karena mudah mengalami kelelahan.
Pola Kognitif dan Persepsi : wanita penderita kanker ovarium
kadang ditemukan mengalami penurunan kesadaran
(somnolence) , adanya keluhan sakit kepala, disorientasi,
karena sel darah putih yang abnormal berinfiltrasi ke susunan
saraf pusat.
Pola Mekanisme Koping dan Stress : wanita berada dalam
kondisi yang lemah dengan pertahan tubuh yang sangat jelek.
Dalam pengkajian dapat ditemukan adanya depresi,
withdrawal, cemas, takut, marah, dan iritabilitas. Juga
ditemukan perubahan suasana hati, dan bingung.
Pola Seksual : Pada wanita dengan kanker ovarium terjadi
penurunan terhadap aktivitas seksual, bahkan tidak disarankan
untuk melakukan hubungan seksual karena dapat memperberat
penyakit.
Pola Hubungan Peran : wanita biasanya merasa kehilangan
kesempatan berkumpul bersama keluarga dan menjalankan
fungsi perannya dalam keluarga
Pola Keyakinan dan Nilai : wanita mengalami kelemahan
umum dan ketidakberdayaan melakukan ibadah.

3) Pemeriksaan Diagnostik.
Tes seleksi tergantung riwayat dan indeks kecurigaan untuk kanker
tertentu.
Scan (mis: MRI, CT, Gallium) dan ultrasound: dilakukan untuk
tujuan diagnostik, identifikasi metastatik dan evaluasi respon pada
pengobatan
Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum, melubangi): dilakukan untuk
diagnostik bidang-bidang menggambarnya pengobatan dan dapat
dilakukan melalui sumsum tulang, kulit, organ dan sebagainya.
Penanda tumor (zat yang dihasilkan sel tumor dan terdapat diserum
seperti : CEA, antigen spesifik prostat, HCG, alfafetoprotein, CA 15-
3, CA 19-9, CA 125 dsbnya ) terutama untuk prognostik atau
monitor perapeutik.
Tes kimia skrining : misal, elektrolit ( Na,K,Ca) ,tes ginjal, (BUN,
kreatinin) , tes hepar (GilimuGin, SGPT, SGOT, alkali fosfat, LDH)
tes tulang
JDL dengan diferensial dan trombosit : dapat menunjukkan anemia,
perubahan pada sel darah merah, sel darah putih, Trombosit
berkurang atau meningkat.
Sinar x dada: menyelidiki penyakit paru metastasis atau primer.

Anda mungkin juga menyukai