TINJAUAN PUSTAKA
2.3. Klasifikasi
Klasifikasi stadium kanker ovarium berdasarkan FIGO (International
Federation of Gynecology and Obstetrics
Stadium I terbatas pada 1 / 2 ovarium
IA Mengenal 1 ovarium, kapsul utuh, ascites (-)
IB Mengenai 2 ovarium, kapsul utuh, ascites (-)
IC Kriteria I A / I B disertai 1 > lebih keadaan sbb :
1. Mengenai permukaan luar ovarium
2. Kapsul ruptur
3. Ascites (+)
Tanda dan gejala pada kanker ovarium ini biasanya tidak ada
(asimptomatik) untuk periode yang lama dan kalaupun muncul biasanya tidak
spesifik. Pada stadium awal penyakit, gejala yang mungkin muncul antara lain :
kembung
2.5. Patofisiologi
Riwayat menstruasi yang mempengaruhi siklus ovulasi bisa
mempengaruhi proliferasi sel ovarium sehingga menimbulkan hyperplasia
jaringan ovarium. Faktor genetik, atau terjadinya mutasi BRCA1 dan BRCA
2 yang merupakan gen pembawa kanker, yang bisa diturunkan.
Penggunaan konsmetik speerti bedak talk pada organ genitalia bisa
mengganggu proliferasi sel yang juga memicu terbentuknya jaringan
abnormal. Alkohol,rokok dan zat yang meningkatkan radikal bebas sehingga
menimbulkan jejas jaringan ovarium yang mempengaruhi proliferasi sel.
Umur yang lebih dari 50 tahun banyak mengalami perubahan
keseimbangan steroid endogen yang merangsang pertumbuhan sel abnormal
dan akhirnya memicu proliferasi sel.
Riwayat ca,colon, ca.mamae yang bermestatase ke ovarium juga memicu
pertumbuhan sel kanker di ovarium. Mengomsumsi lemak yang tinggi akan
merubah keseimbangan steroid endogen.
Faktor-faktor tersebut diatas memicu pertumbuhan kanker di ovarium.
Kanker ovarium ini memiliki stadium perkembangan yang berbeda sesuai
umur pertumbuhan dan penyebarannya. Pada stadium 1, kanker hanya
terbatas pada ovarium. Pada stadium ini, terjadi hyperplasia pada ovarium
yang menyebabkan kadar androgen meningkat yang menyebabkan efek
maskulinisasi. Selain itu, estrogen juga meningkat yang mempengaruhi
perdarahan saat haid, peningkatan jaringan mamae sehingga mamae terasa
padat dan terasa nyeri.
Pada stadium 2, pertumbuhan sudah mulai menyebar ke rongga peritoneal,
namun hal ini seiring memasuki stadium 3. Pada stadium 3 ini penyebaran
sudah sampai ke GIT yang menyebabkan anoreksia, obstruksi usus, dll. (lebih
rinci di woc).
Pada stadium 4 penyebaran sudah sampai di paru,otak dan hati. Pada
stadium ini, keluhan utama adalah terjadinya asites akibat pecahnya tumor
dan menyebar ke rongga peritonium dan akhirnya menyebabkan asites pada
abdomen, lebih lanjut akan menimbulkan peritonitis.
2.6. Komplikasi
Obstruksi usus merupakan komplikasi yang sering terjadi pada kasus
tindakan lanjut yang dikelola dengan melakukan reseksi usus sekali atau
beberapa kali untuk membuat by pass bila kondisi penderita mengizinkan
(Brunner dan Suddart, 2001).
Kanker ovarium dapat bermetastasis dengan invasi langsung ke struktur
yang berdekatan pada abdomen dan panggul dan melalui penyebaran benih
tumor melalui cairan peritoneal ke rongga abdomen dan rongga panggul.
Asites dapat terjadi dan cairan yang mengundang sel-sel panas melalui
saluran tipe limfe menuju pleura dan akhirnya menyebabkan efusi pleura.
Fisik
Pemeriksaan fisik lebih di fokuskan pada pemeriksaan genitalia, untuk
melihat adanya kelainan pada vagina ada uterusnya. Pemeriksaan vagina
dapat dilakukan dengan cara palpasi (merasakan dengan tangan atau dengan
sentuhan kecil). Masukkan jari ke dalam vagina dan raba kulit di sekitar
ovarium dengan menggunakan tangan yang lain untuk mendeteksi adanya
nodule (tonjolan) pada salah satu atau dua bagian uterus. Jika memang benar
terdapat nodule yang berdiameter kurang lebih 2 inchi, lebih padat dari kista
dan terdapat pada bilateral (di kedua sisi) maka kemungkinan adalah kanker
ovarium.
Pemeriksaan Penunjang :
USG
Pemeriksaa ultrasonography pada bagian vagina atau disebut Tranvaginal
sonography (TVS). Untuk lebih akuratnya biasanya tes ini disertai dengan
tes darah yang disebut CA125
Laboratorium
Laparoskopi
2.7. Penatalaksanaan
a. Pengobatan
- Radioterapi
- Kemoterapi
Kemoterapi dianjurkan setelah operasi dalam 6 dosis jarak 3 minggu
terpisah. Ini disebut baris pertama karena itu adalah kemo pertama kali
diberikan.Obat-obat kemoterapi disuntikkan intravena, seringkali dengan cara
port yang oncologist Anda akan menempatkan di dada atau lengan. Kadang-
kadang kemoterapi intraperitoneal digunakan yang menyuntikkan obat
langsung ke perut.
Terapi awal standar yang disarankan oleh dokter menggunakan kombinasi
obat berbasis platinum seperti cisplatin carboplatin atau bersama dengan
taxane seperti paclitaxel atau docetaxel. Obat kemoterapi membunuh sel
kanker yang tersisa dalam tubuh Anda setelah operasi, tetapi mereka juga
merusak sel-sel normal, seperti obat-obat tidak membedakan antara normal
dan berpenyakit.
Penjelasan sederhana adalah bahwa mereka bekerja dengan
menghancurkan sel-sel yang membelah dengan cepat adalah deskripsi dari
sel-sel kanker. Namun, sel-sel lain dalam tubuh juga termasuk dalam kategori
ini dan juga rusak dalam proses. Folikel rambut contoh, itulah sebabnya
mengapa kebanyakan pasien mengalami rambut rontok.
Ini hanya kondisi sementara meskipun dan rambut akan mulai tumbuh
kembali segera setelah kemoterapi dihentikan, meskipun dalam beberapa
kasus akan terlihat berbeda pada awalnya. sel-sel sehat lain yang rusak
termasuk sel darah merah dan putih, trombosit (yang diperlukan untuk
pembekuan), dan sel yang melapisi saluran pencernaan. Hal ini sering dapat
menyebabkan rasa mual yang begitu umum dengan pengobatan.
Karena obat kemoterapi dapat merusak sumsum tulang yang menghasilkan
sel normal, pasien dapat mengalami jumlah sel darah rendah dan sering harus
mengambil belum obat lain untuk mendorong sumsum tulang untuk mulai
memproduksi sel lagi. Kombinasi dari semua obat kadang-kadang
menyebabkan orang untuk memiliki kelupaan ringan dan kehilangan memori
sering disebut sebagai otak kemo. Hal ini harus pergi akhir sekali
perawatan.
2.8 Pencegahan
Beberapa faktor muncul untuk mengurangi risiko kanker ovarium
termasuk:
Kontrasepsi oral(pil KB). Dibandingkan dengan wanita yang
tidak pernah menggunakan mereka, para wanita yang
menggunakan kontrasepsi oral selama lima tahun atau lebih
mengurangi risiko kanker ovarium sekitar 50 persen, sesuai
dengan ACS.
Kehamilan dan menyusui. Memiliki paling tidak satu anak
menurunkan risiko mengalami kanker ovarium. Menyusui anak-
anak juga dapat mengurangi risiko kanker ovarium.
Tubal ligasi atau histerektomi. Setelah tabung Anda diikat atau
memiliki histerektomi dapat mengurangi risiko kanker ovarium.
Perempuan yang berada pada risiko yang sangat tinggi
mengalami kanker ovarium dapat memilih untuk memiliki
indung telur mereka diangkat sebagai cara untuk mencegah
penyakit. Operasi ini, dikenal sebagai profilaksis ooforektomi,
dianjurkan terutama bagi perempuan yang telah dites positif
untuk mutasi gen BRCA atau wanita yang mempunyai sejarah
keluarga yang kuat payudara dan kanker ovarium, bahkan jika
tidak ada mutasi genetik yang telah diidentifikasi.
3) Pemeriksaan Diagnostik.
Tes seleksi tergantung riwayat dan indeks kecurigaan untuk kanker
tertentu.
Scan (mis: MRI, CT, Gallium) dan ultrasound: dilakukan untuk
tujuan diagnostik, identifikasi metastatik dan evaluasi respon pada
pengobatan
Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum, melubangi): dilakukan untuk
diagnostik bidang-bidang menggambarnya pengobatan dan dapat
dilakukan melalui sumsum tulang, kulit, organ dan sebagainya.
Penanda tumor (zat yang dihasilkan sel tumor dan terdapat diserum
seperti : CEA, antigen spesifik prostat, HCG, alfafetoprotein, CA 15-
3, CA 19-9, CA 125 dsbnya ) terutama untuk prognostik atau
monitor perapeutik.
Tes kimia skrining : misal, elektrolit ( Na,K,Ca) ,tes ginjal, (BUN,
kreatinin) , tes hepar (GilimuGin, SGPT, SGOT, alkali fosfat, LDH)
tes tulang
JDL dengan diferensial dan trombosit : dapat menunjukkan anemia,
perubahan pada sel darah merah, sel darah putih, Trombosit
berkurang atau meningkat.
Sinar x dada: menyelidiki penyakit paru metastasis atau primer.