PENDAHULUAN
Antipsikotik
Pembimbing: dr. Vita Camelia, Sp.KJ Page 1
anesthesia; (3) dapat menimbulkan gejala ekstrapiramidal yang reversible atau
ireversibel; (4) tidak ada kecenderungan untuk menimbulkan ketergantungan fisik
dan psikis. 2
Antipsikotik
Pembimbing: dr. Vita Camelia, Sp.KJ Page 2
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Defenisi
Sinonim obat Antipsikotik yaitu Psikotropika, Psikofarmaka, Psycho-active
Drugs, Psychotherapeutic drugs.
Antipsikotik adalah obat-obat yang dapat menekan fungsi psikis tertentu
tanpa mempengaruhi fungsi umum seperti berpikir dan berkelakuan normal. Obat
ini dapat meredakan emosi dan agresi dan dapat pula menghilangkan atau
mengurangi gangguan jiwa seperti impian dan berkhayal (halusinasi) serta
menormalkan perilaku yang tidak normal. Obat antipsikotik terutama digunakan
pada gangguan psikosis misalnya pada skizofrenia. 3
Antipsikotik
Pembimbing: dr. Vita Camelia, Sp.KJ Page 3
Semua psikofarmaka bersifat lipofil dan mudah masuk ke cairan cerebrospinal
dan obat-obat ini melakukan kegiatannya secara langsung secara langsung
terhadap saraf otak.
Antipsikotik mengahambat (agak) kuat Reseptor Dopamin (D2) di system
limbik otak dan di samping itu juga menghambat Reseptor D1/ D4, 1, 2-
adrenergic,Serotonin, Muskarin,dan Histamin. Riset baru mengenai otak telah
menunjukkan bahwa Blokade-D2 saja tidak selalu cukup untuk menanggulangi
skizofrenia secara efektif.
Keb rfuuuuuuuuufanyakan antipsikotik golongan tipikal mempunyai afinitas
tinggi dalam menghambat reseptor Dopamin 2, hal inilah yang diperkiran
menyebabkan reaksi ekstrapiramidal yang kuat. Golongan Antipsikosi Tipikal
umumnya hanya berespon untuk gejala positif.
Obat golongan Atipikal pada umumnya mempunyai afinitas yang lemah
terhadap Dopamin 2, selain itu juga memiliki afinitas terhadap reseptor Dopamin
4, Serotonin, Histamin, reseptor muskarinik, dan reseptor alfa aderenergik.
Golongan antipsikosis Atipikal efektif untuk gejala positif ( seperti bicara kacau,
halusinasi, waham) maupun gejala negatif ( miskin kata- kata, afek yang datar,
menarik diri dari lingkungan, inisiatif menurun) pada pasien skizofrenia. Obat
atipikal ini mempunyai risiko gejala ekstrapiramidal yang lebih sedikit
dibandingkan antipsikotik tipikal.5
a. Absorbsi
Antipsikotik
Pembimbing: dr. Vita Camelia, Sp.KJ Page 4
1-4 jam setelah pemberian. Obat- Obat antasida, kopi, rokok, dan makanan dapat
mempengaruhi absorbsi.
b. Distribusi
Clozapine
a. Farmakokinetik
Absorbsi : Clozapine hanya tersedia dalam bentuk preparat oral
konsentrasi plasma puncak dicapai setelah 2 jam pemberian oral.
Waktu paruh eliminasi 10-16 jam.
Distribusi : volume distribusi clozapin lebih rendah.
Metabolisme dan Eliminasi : Metabolisme utama di liver dan GIT.
Bioavabilitas absolute (persentase clozapin yang mencapai sirkulasi
sistemik yang tak mengalami perubahan) setelah pemberian oral oral
sekitar 27%- 47%. Ada dua bentuk metabolit (setelah demetilasi dan
oksidasi) yaitu N- demethyl dan N-Oxide. Kedua metabolit ini
dikeluarkan dengan cepat. Sekitar 80% clozapine yang diberikan
ditemukan dalam urine dan feses dalam bentuk metabolitnya.
Olanzapine
a. Farmakodinamik
Antipsikotik
Pembimbing: dr. Vita Camelia, Sp.KJ Page 5
Olanzapin merupakan derivat tienobenzapin, struktur kimianya mirip
dengan clozapine. Olanzapin memiliki afinitas tehadap reseptor dopamin
(D2, D3, D4, D5) reseptor serotonin (5HT2), muskarinik, histamin dan
reseptor alfa 1.
b. Farmakokinetik
Quetiapine
a. Farmakodinamik
b. Farmakokinetik
Risperidone
a. Farmakodinamik
Merupakan derivat dari binzisoxazole mempunyai afinitas yang tinggi
terhadap reseptor serotonin 5HT2 dan aktivitas menengah terhadap
dopamine (D2) , alfa1 dan alfa 2 adrenergik dan dan reseptor histamin.
Aktivitas antipsikotik diperkirakan melalui hambatan terhadap reseptor
serotonin dan dopamine.
b. Farmakokinetik
Antipsikotik
Pembimbing: dr. Vita Camelia, Sp.KJ Page 6
Gambar 2.1 struktur kimia Risperidone
a. Cara Penggunaan
Pada dasarnya semua obat anti psikotik mempunyai efek primer( efek
klinis yang sama pada dosis eqivalen, perbedaan terutama pada efek
sekunder ( efek samping): Sedasi, otonomik, ektrapiramidal).
Pemilihan jenis obat anti psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang
dominan dan efek samping obat. Pergantian obat di sesuaikan dengan
dosis eqivalen.
Apabila obat antipsikosis tidak menunjukkan respon klinis setelah dosis
optimal dan waktu yang sudah memadai maka ganti dengan obat
antipsikosis lainnya yang beda golongan.
Apabila gejala negative lebih menonjol dari gejala positif pada pasien
skizofrenia pemberian obat antipsikosis atipikal perlu dipertimbangkan.
Khususnya pada pasien yang tidak dapat mentolerir gejala ekstrapiramidal.
b. Pengaturan Dosis
Dalam pengaturan dosis perlu dipertimbangkan:
Antipsikotik
Pembimbing: dr. Vita Camelia, Sp.KJ Page 7
Onset efek primer (efek klinis) : 2-6 jam
Onset efek sekunder ( efek samping) : sekitar 2- 4 minggu
Waktu paruh 12-24 jam ( pemberian obat 1- 2x per hari)
Dosis pagi lebih rendah dan malam lebih besar untuk menghindari
efek samping sehingga tidak mengganggu kualitas hidup pasien.
Pemberian dimulai dari dosis awal sesuai dengan dosis anjuran naikkan sampai
dosis efektif ( mulai berkurang efek psikosis ) evaluasi setiap 2 minggu dan
bila perlu dinaikkan sampai dosis optimal di pertahankan selama 8- 12 minggu
( stabilisasi) dosis maintenance dipertahankan selama 6 bulan 2 tahun
tapering off dosis diturunkan secara perlahan setiap 2- 4 minggu STOP
Antipsikotik
Pembimbing: dr. Vita Camelia, Sp.KJ Page 8
NO Nama Obat Sediaan Obat Dosis Anjuran Per
Hari
1 Chlorpromazine 25mg, 100mg 150-600 mg/hari
2 Haloperidol 0,5mg, 1,5 mg, 5-15mg/hari
2mg, 5 mg,
amp 50 mg 50 mg/ 2-4 minggu
3 Perphenazine 2 mg, 4 dan 8 mg 12-24 mg/ hari
4 Fluphenazine 2,5 mg, 5 mg, 10- 15 mg/ hari
5 Levomepromazine 25mg 20-25 mg/ hari
6 Trifluoperazine 1 mg, 5 mg 10- 15 mg/ hari
7 Thioridazine 50 mg, 100 mg 150 mg- 600 mg/ hari
8 sulpiride Amp 50 mg, 300- 600 mg/ hari
tab 200 mg
9 Pimozide 4 mg 2- 4 mg/ hari
10 Risperidone 1 mg, 2mg, Tab 2-6 mg/ hari
3 mg
11 Clozapine Tab 25 mg, 25- 100 mg/ hari
100mg
12 Quetiapine 25 mg, 100 mg, 50- 400 mg/ hari
200 mg
13 Olanzapine 5 mg, 10 mg 10- 20 mg/ hari
Tabel 2.1 Obat Antipsikotik dan Dosis Anjuran
a. Gejala Ektrafiramidal
Antipsikotik
Pembimbing: dr. Vita Camelia, Sp.KJ Page 9
1. Parkinsonism :
Gejala penyakit Parkinson yaitu daya gerak berkurang, berjalan langkah demi
langkah, dan kekauan anggota tubuh, kadang-kadang tremor tangan dan keluar
liur berlabihan. Gejala lainnya adalah rabbit syndrome yaitu mulut membuat
gerakan mengunyah, mirip kelinci, yang dapat setelah beberapa minggu atau
bulan. Terutama pada dosis tinggi dan lebih jarang pada obat dengan kerja
antikolinergis.Insidensinya 2-10 %.
2. Distonia Akut
Yaitu kontraksi otot muka dan tengkuk, kepala miring, gangguan menelan,
sukar bicara dan kejang rahang. Guna menghindarkannya dosis harus dinaikkan
dengan perlahan, atau diberikan anti kolinergik sebagai profilaksis.
3. Akathisia
Yakni selalu ingin bergerak tidak mampu duduk diam tanpa menggerakkan
kaki, tangan, atau tubuh. Ketiga efek di atas dapat dikurangin dengan
mengurangi dosis dan dapat diobati dengan anti kolinergik. Akathisia juga
dapat diatasi dengan propranololatau benzodiazepine.
4. Dyskinesia Tarda
Yakni gerakan abnormal tidak disadari, khususnya otot-otot muka dan mulut
(menjulurkan lidah)yang dapat permanen.Gejala ini sering muncul setelah 0,5-
3 tahun dan berkaitan antara lain dengan dosis kumulatif (total) yang telah di
berikan.Efek samping ini meningkat pada penggunaan lama dan tidak
tergantung dosis dan sering terjadi pada lansia.Pemberian vitamin E
mengurangi efek samping ini.
b.galaktorrea
c. sedasi
d. hipotensi ortostatis:
Antipsikotik
Pembimbing: dr. Vita Camelia, Sp.KJ Page 10
g. gejala penarikan 3
2.11 Kontraindikasi
BAB III
PENUTUP
Antipsikotik
Pembimbing: dr. Vita Camelia, Sp.KJ Page 11
3.1 Kesimpulan
Antipsikotik adalah obat-obat yang dapat menekan fungsi psikis tertentu tanpa
mempengaruhi fungsi umum seperti berpikir dan berkelakuan normal. Obat ini
dapat meredakan emosi dan agresi dan dapat pula menghilangkan atau
mengurangi gangguan jiwa seperti impian dan berkhayal (halusinasi) serta
menormalkan perilaku yang tidak normal. Obat antipsikotik terutama digunakan
pada gangguan psikosis misalnya pada skizofrenia. 3
Antipsikotik dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu antipsikotik Tipikal
dan Atipikal.Obat antipsikotik Tipikal Penothiazine (Rantai Aliphatic :
Chlorpromazine dan Levomepromazine, Rantai piperazine : Perphenazine
Trifluoperazine Flupenazine, Rantai piperidine : Thioridazine) Butyrophenon
(Haloperidol) Diphenyl-Butyl- piperidine: (Pimozide). Obat Antipsikotik
Atipikal Benzamide (Sulpiride) Dibenzodiazepin : (Clozapine, Olanzapine,
Quetiapine) Benzisoxazole : ( Risperidone) 1
Mekanisme kerja antipsikotik tipikal adalah memblokade dopamine pada
reseptor pasca-sinaptik neuron di otak, khususnya di sistem limbik dan system
ekstrapiramidal (dopamine D2 receptor antagonists), sehingga efektif untuk gejala
Positif. Sedangkan obat antipsikotik atipikal selain berafinitas terhadap dopamine
2 reseptot juga terhadap serotonin 5HT2 receptors, sehingga efektif juga untuk
gejala Negatif.1
DAFTAR PUSTAKA
Antipsikotik
Pembimbing: dr. Vita Camelia, Sp.KJ Page 12
4. Amir, N. Buku Ajar Psikiatri: Skizofrenia. Jakarta: Badan Penerbit FK
UI. 2010 :
5. Kusumawardhani, Husin A, Adikusumo A, dkk. Buku Ajar Psikiatri
Edisi Kedua. Jakarta : FK UI. 2014 : 382-383
6. Puri BK, Laking PJ, Treasaden IH. Buku Ajar Psikiatri (Textbook Of
Psychiatry) Edisi 2. Jakarta : EGC. 2011 : 30-37
Antipsikotik
Pembimbing: dr. Vita Camelia, Sp.KJ Page 13