ABSTRAK
Sampai saat ini penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia. Kejadian DBD di Kelurahan Pasar Pangururan 2010 Juli 2011 sebanyak 31
kasus. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian DBD
yaitu: perilaku (pengetahuan, sikap, tindakan) dan keberadaan jentik. Penelitian ini adalah penelitian
observasi dengan rancangan studi kasus kontrol. Sampel terdiri dari 31 kasus dan 31 kontrol. Metode
analisi data meliputi analisa univariat dan bivariat (chi-square). Hasil analisis chi-square menunjukkan
variabel yang berhubungan dengan kejadian DBD yaitu sikap (p=0,063), tindakan (p=0,025),dan
keberadaan jentik (p=0,009),dan variabel yang tidak berhungan dengan kejadian DBD yaitu
pengetahuan. Disarankan agar meningkatkan program promosi tentang upaya pencegahan dan
penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD) kepada masyarakat secara intensif, meningkatkan
gerakan masyarakat untuk melakukan kerja bakti seminggu sekali dan kegiatan survey jentik.
Kata Kunci : Kejadian DBD, Perilaku ( Pengetahuan, Sikap, Tindakan ), Keberadaan Jentik
halamannya. Bila banyak tanaman hias dan tanaman pada semua organ umumnya timbul pada hari 2-3
pekarangan, berarti akan menambah tempat yang di setelah demam. Sebab perdarahan adalah
senangi nyamuk untuk hinggap istrahat (Depkes, trombositopenia. Bentuk perdarahan dapat berupa :
Total p
N Tin
O
o dak CI
R V
. an Kontro
Kasus PEMBAHASAN
l al
u
e Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
n % N % f % penelitian Eka (2009), tentang hubungan pengetahuan
dengan kejadian DBD. Penelitian tersebut lewat suatu proses pengambilan keputusan yang
menghasilkan kesimpulan terdapat hubungan diteliti dan beralasan , dimana seseorang akan
pengetahuan responden tentang DBD dengan kejadian melakukan suatu perbuatan apabila ia memandang
DBD di Kelurahan Ploso Di Kecamatan Pacitan. perbuatan itu positif.
Menurut asumsi penulis penelitian ini tidak ada
Dari hasil uji chi-square ada hubungan
hubungan pengetahuan dengan kejadian DBD, karena
Tindakan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (
masyarakat mayoritas berpengetahuan baik tentang
DBD ) pada masyarakat yang tindakan buruk dengan
DBD, tetapi tidak sejalan dengan sikap dimana sikap
tindakan baik di Kelurahan Pasar Pangururan
yang baik dan juga tidak sesuai dengan tindakan yaitu
Kecamatan Pangururan. Hasil penelitian ini
baik.
didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh
Dari hasil uji chi-square ada hubungan sikap Fahmi syahputra (2006) tentang hubungan
dengan kejadian Demam Berdarah Dengue ( DBD ) pengetahuan, tindakan dengan kejadian demam
pada masyarakat. Sedangkan nilai Odds Ratio (OR) berdarah dengue menyatakan ada hubungan yang
diperoleh 3,214, artinya bahwa resiko orang yang signifikan antara tindakan dengan kejadian demam
memiliki sikap negatip 3,214 kali lebih besar berdarah dengue dengan nilai P = 0,0023.
berpeluang terkena kejadian DBD dibandingkan
Tindakan merupakan aktivitas nyata atau
dengan sikap yang positip. Penelitian ini sesuai
perbuatan seseorang terhadap stimulus atau objek.
dengan teori yang di kemukakan Notoatmodjo,
Suatu sikap belum tentu sepenuhnya terwujud dalam
(2003). Sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat)
suatu tindakan atau praktek kesehatan. Untuk
seseorang terhadap stimulus atau objek (dalam hal
mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata,
ini masalah pencegahan dan pemberantasan). Setelah
perlu faktor lain yaitu : fasilitas atau sarana dan
seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses
prasarana. Tindakan dan peran aktif
selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap
masyarakat sangat penting dalam pencegahan dan
stimulus tersebut.
penanggulangan kejadian DBD (Dini,2010). Menurut
Sikap adalah suatu pola perilaku atau asumsi penulis semakin buruk tindakan masyarakat
kesiapan antisipasif. Semakin kurang sikap terhadap pencegahan DBD maka semakin banyak
masyarakat tentang kejadian DBD maka semakin masyarakat yang akan terkena DBD. Sebaliknya
besar kemungkinan timbulnya Kejadian Luar Biasa semakin baik tindakan masyarakat terhadap
(KLB) demam berdarah ( Azwar, 2003). Hasil pencegahan DBD maka semakin sedikit masyarakat
penelitian di dukung oleh Yudhastuti (2005) di Rantau yang terkena DBD.
Parapat, mendapatkan ada hubungan yang signifikan
Dari hasil analisis bivariat hubungan
antara sikap dengan kejadian demam berdarah dengue
keberadaan jentik di lingkungan rumah responden
dengan nilai P = 0,03. Menurut asumsi penulis, sikap
dengan kejadian Demam Berdarah Dengue ( DBD )
seseorang sangat ditentukan oleh tindakan yang
ada hubungan Keberadaan jentik dengan kejadian
dilakukan responden yang mempengaruhi perilaku
Demam Berdarah Dengue ( DBD ) pada masyarakat. SARAN
Rumah yang terdapat jentik 0,295 kali lebih besar
Di harapkan kepada petugas kesehatan
berpeluang mengalami DBD dibandingkan yang
setempat untuk meningkatkan promosi tentang
rumahnya tidak ada jentik. Hal ini sejalan dengan
pencegahan dan penanggulangan Demam Berdarah
penelitian Eka (2009) tentang bererapa faktor yang
Dengue ( DBD) kepada masyarakat. Perlu tindakan
berhubungan dengan kejadian DBD di Kelurahan
aktif dan peran serta masyarakat dalam melakukan
Ploso menyatakan ada hubungan keberadaan jentik
kegiatan kerjabakti satu minggu sekali untuk
dengan kejadian DBD. Menurut asumsi penulis
membersihkan rumah dan lingkungan dari sampah/
bahwa ABJ tinggi pada kasus karena pada umumnya
wadah yang menjadi tempat bersarangnya nyamuk .
abate yang diberikan atau dibagi oleh pihak
Meningkatkan kegiatan survey jentik dan
Puskesmas langsung dipakai atau dilakukan sesuai
membagikan bubuk abate kepada masyarakat sebagai
perintah sedangkan bagi yang kontrol tidak
upaya pencegahan terhadap DBD .
melakukan abatesasi pada tempat tempat
perindukan.Diharapkan kepada masyarakat agar DAFTAR PUSTAKA
berperan aktif dalam pemberantasan sarang nyamuk
(PSN DBD) untuk megurang dan mencegah populasi Depkes RI, 2009. Profil Kesehatan Indonesia.
Diakses 6 februari 2011.http:www.dinkes.go.id.
nyamuk aedes aegypti.
DepkesRI, 2010. Pencegahan Dan Pemberantasan
KESIMPULAN Demam Berdrah (DBD) Di Indonesia.