Pengukuran
Menurut Mahrens; pengukuran dapat diartikan sebagai informasi
berupa angka yang diperoleh melalui proses tertentu
Menurut Suharsimi Arikunto; pengukuran adalah
membandingkan sesuatu dengan suatu ukuran
Menurut Lien; pengukuran adalah sejumlah data yang dikumpul
dengan menggunakan alat ukur yang objektif untuk keperluan
analisis dan interpretasi
Penilaian
Menurut Suharsimi Arikunto; menilai adalah mengambil
keputusan terhadap sesuatu dengan baik, penilaian yang bersifat
kuantitatif
Menurut Mahrens; penilaian adalah suatu pertimbangan
professional atau proses yang memungkinkan seseorang untuk
membuat suatu pertimbangan mengenai nilai sesuatu
Evaluasi
Menurut Norman E. Grounloud; evaluasi dalah suatu proses
yang sistematik dan berkesinambungan untuk mengetahui efisien
kegiatan belajar mengajar dan efektifitas dari pencapaian tujuan
instruksi yang telah ditetapkan
Menurut Edwin Wond dan Gerold W. Brown; evaluasi
pendidikan atau proses untuk menentukan nilai dari segala
sesuatu yang berkenaan dengan pendidikan
Evaluasi adalah proses pengukuran dan penilaian untuk
mengetahui hasil belajar yang telah dicapai seseorang
Assessment
Assessment adalah metode yang dikembangkan dalam ilmu
manajemen untuk mengetahui job analisis. Banyak metode yang
dapat dipakai, bisa bersifat deep interview, wawancara terfokus,
diskusi kelompok, presentasi, dan bahkan yang paling rumit yaitu
360 (tiga ratus enampuluh derajat) atau biasa disebut three sixty
Secara umum ruang lingkup dari evaluasi dalam bidang pendidikan di sekolah mencakup
tiga komponen utama yaitu :
1. Evaluasi program pengajaran
Evaluasi atau penilaian terhadap program pengajaran akan mencakup tiga hal, yaitu:
a. Evaluasi terhadap tujuan pengajaran
b. Evaluasi terhdap isi program pengajaran
c. Evaluasi terhadap strategi belajar mengajar.
2. Evaluasi proses pelaksanaan pengajaran
Evaluasi mengenai proses peaksanaan pengajaran akan mencakup :
d. Kesesuaian antara proses belajar mengajar yang berlangsung, dengan garis-garis
besar program pengajaran yang telah ditentukan.
e. Kesiapan guru dalam melaksanakan program pengajaran.
f. Kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
g. Minat atau perhatian siswa didalam mengikuti pelajaran.
h. Keaktifan atau partisipasi siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
i. Peranan bimbingan dan penyuluhan terhadap siswa yang memerlukannya.
j. Komunikasi dua arah antara guru dan murid selama proses pembelajaran
berlangsung.
k. Pemberian dorongan atau motivasi terhadap siswa.
l. Pemberian tugas-tugas kepada siswa dalam rangka penerapan teori-teori yang
diperoleh didalam kelas dan upaya menghilangkan dampak negatif yang timbul
sebagai akibat dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sekolah.
Evaluasi adalah suatu proses, yakni proses menentukan sampai berapa jauh
kemampuan yang dapat dicapai oleh siswa dalam proses belajar mengajar. Kemampuan
yang diharapkan tersebut sebelumnya sudah ditetapkan secara operational. Selanjutnya
juga ditetapkan patokan pengukuran hingga dapat diperoleh penilaian (value judgement),
Karena itu dalam evaluasi diperlukan prinsip-prinsip sebagai petunjuk agar dalam
pelaksanaan evaluasi dapat lebih efektif. Prinsip-prinsip itu antara lain:
a. Kepastian dan kejelasan.
Dalam proses evaluasi maka kepastian dan kejelasan yang akan dievaluasi
menduduki urutan pertama. Evaluasi akan dapat dilaksanakan apabila tujuan evaluasi
tidak dirumuskan dulu secara jelas dalam definisi yang operational. Bila kita ingin
mengevaluasi kemajuan belajar siswa maka pertama-tama kita identifikasi dan kita
definisikan tujuan-tujuan instruksional pengajaran dan barulah kita kembangkan alat
evaluasinya. Dengan demikian efektifitas alat evaluasi tergantung pada deskripsi yang
jelas apa yang akan kita evaluasi.
Pada umumnya alat evaluasi dalam pendidikan terutama pengajaran berupa test.
Test ini mencerminkan karakteristik aspek yang akan diukur. Kalau kita akan
mengevaluasi tingkat intelegensi siswa, maka komponen-komponen intelegensi itu harus
dirumuskan dengan jelas dan kemampuan belajar yang dicapai dirumuskan dengan tepat
selanjutnya dikembangkan test sebagai alat evaluasi. Dengan demikian keberhasilan
evaluasi lebih banyak ditentukan kepada kemampuan guru (evaluator) dalam
merumuskan/mendefinisikan dengan jelas aspek-aspek individual ke dalam proses
pendidikan.
b. Teknik evaluasi
Teknik evaluasi yang dipilih sesuai dengan tujuan evaluasi. Hendaklah diingat
bahwa tidak ada teknik evaluasi yang cocok untuk semua keperluan dalam pendidikanl
Tiap-tiap tujuan (pendidikan) yang ingin dicapai dikembangkan tekmk evaluasi tersendiri
yang cocok dengan tujuan tersebut. Kecocokan antara tujuan evaluasi dan teknik yang
digunakan perlu dijadikan pertimbangan utama.
c. Komprehensif
Evaluasi yang komprehensif memerlukan tehnik bervariasi. Tidak adalah teknik
evaluasi tunggal yang mampu mengukur tingkat kemampuan siswa dalam belajar,
meskipun hanya dalam satu pertemuan jam pelajaran. Sebab dalam kenyataannya tiap-
tiap teknik evaluasi mempunyai keterbatasan-keterbatasan tersendiri. Test obyektif
misalnya akan memberikan bukti obyektif tentang tingkat kemampuan siswa.
Tetapi hanya memberikan informasi sedikit dari siswa tentang apakah ia benar-
benar mengerti tentang materi tersebut, apakah sudah dapat mengembangkan ketrampilan
berfikirnya, apakah akan dapat mengubah / mengembangkan sikapnya apabila
menghadapi situasi yang nyata dan sebagainya. Lebih-lebih pada test subyektif yang
penilaiannya lebih banyak tergantung pada subyektivitas evaluatornya.
Atas dasar prinsip inilah maka seyogyanya dalam proses belajar-mengajar, untuk
mengukur kemampuan belajar siswa digunakan teknik evaluasi yang bervariasi. Bob
Houston seorang ahli evaluasi di Amerika Serikat (Texas) menyarankan untuk
mendapatkan hasil yang lebih I obyektif dalam evaluasi, maka variasi teknik tidak hanya
dikembangkan dalam bentuk pengukuran kuantitas saja. Evaluasi harus didasarkan pula
data kualitatif siswa yang diperoleh dari observasi guru, Kepala Sekolah, catatan catatan
harian dan sebagainya.