Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi allah tuhan seru sekalian alam, selawat

serta salam dilimpahkan kepada rasulullah saw. Penulis bersyukur kepada ilahi

rabbi yang telah memberikan hidayah serta taufiknya kepada penulis sehingga

studi kasus ini dapat diselesaikan.

Terima kasih kepada Dosen Pembimbing yang telah mengarahkan dan

memberi bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan studi kasus ini

dengan baik.Namun penulis yakin di dalam penulisan makalah ini banyak terdapat

kesalahan atau kekurangan.Oleh karena itu, penulis berharap demi kesempurnaan

makalah ini mohon kritik dan saran yang membangun sehingga penulis dapat

memperbaikinya di lain waktu.

Mudah-mudahan bermanfaat bagi penulis sendiri dan kepada pembaca

sekalian.

Amin ya rabbal alamin.

Langsa, Desember 2015

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .. i

DAFTAR ISI . ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1

B. Tujuan................................................................................

BAB II KAJIAN TEORI ......................................................................... 3

A. Manajemen Kasus............................................................
..........................................................................................

B. Dampak Sosial .................................................................


..........................................................................................

C. Kebijakan ........................................................................
..........................................................................................

10

D. Tujuan dan Fungsi Manajemen Kasus.............................


..........................................................................................

11

E. Pendekatan ......................................................................
..........................................................................................

15

BAB III PEMECAHAN MASALAH...................................................... 18

BAB V PENUTUP .................................................................................. 21

A. Kesimpulan ....................................................................... 21

2
B. Saran ................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang masalah

Kita semua mungkin sudah banyak mendengar cerita-cerita yang

menyeramkantentang HIV/AIDS.Penyebrangan AIDS itu berlangsung secara cepat

dan mungkin sekarangsudah ada disekitar kita.Sampai sekarang belum ada obat yang

bisa menyembuhkan AIDS,bahkan penyakit yang saat ini belum bisa dicegah dengan

vaksin.

Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

AIDS adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus HIV yaitu: H = Human

(manusia), I = Immuno deficiency (berkurangnya kekebalan), V = Virus.

Maka dapat dikatakan HIV adalah virus yang menyerang dan merusak sel

kekebalan tubuh manusia sehingga tubuh kehilangan daya tahan dan mudah terserang

berbagai penyakit antara lain TBC, diare, sakit kulit, dll. Kumpulan gejala penyakit

yang menyerang tubuh kita itulah yang disebut AIDS. Maka, selama bertahun-tahun

orang dapat terinfeksi HIV sebelum akhirnya mengidap AIDS. Namun penyakit yang

paling sering ditemukan pada penderita AIDS adalah sejenis radang paru-paru yang

langka, yang dikenal dengan nama pneumocystis carinii pneumonia (PCP), dan

sejenis kanker kulit yang langka yaitu kaposis sarcoma (KS). Biasanya penyakit ini

baru muncul dua sampai tiga tahun setelah penderita didiagnosis mengidap AIDS.

1
Seseorang yang telah terinfeksi HIV belum tentu terlihat sakit. Secara fisik dia akan

sama dengan orang yang tidak terinfeksi HIV.

Oleh karena itu 90% dari pengidap AIDS tidak menyadari bahwa mereka telah

tertular virus AIDS, yaitu HIV karena masa inkubasi penyakit ini termasuk lama dan

itulah sebabnya mengapa penyakit ini sangat cepat tertular dari satu orang ke orang

lain. Masa inkubasi adalah periode atau masa dari saat penyebab penyakit masuk ke

dalam tubuh (saat penularan) sampai timbulnya penyakit.

B. Tujuan

Untuk mengetahui studi kasus dan penyelesaian masalah pada klien.

2
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Manajemen Kasus

Pelayanan Manajemen kasus merupakan bagian integral dari pelayanan

menyeluruh dan berkesinambungan dalam perawatan, dukungan dan pengobatan

orang terinfeksi HIV (ODHIV). Manajer Kasus : Seseorang yang bertanggung jawab

menyelesaikan kegiatan manajemen kasus, termasuk penilaian atas kebutuhan-

kebutuhan, perencanaan layanan, implementasi rencana pelayanan, koordinasi

layanan, monitoring dan tindak lanjut, konferensi kasus, intervensi krisis dan

Terminasi kasus, pendokumentasian.

1. Dukungan pribadi Langsung

Peran sebagai pemberi dukungan dimana adanya hubungan suportif yang baik

dengan klien dan membuat mereka merasa memiliki harapan, merupakan salah satu

fondasi untuk membantu klien. Salah satu cara untuk mengembangkan hubungan baik

dengan klien yang resisten adalah dengan meningkatkan kemampuan manajer kasus

berhubungan dengan orang lain: menunjukkan sikap empati, menyimak dengan aktif,

memfokuskan; mengikhtisarkan (membuat ringkasan), menyusun tujuan,

bernegosiasi, membuat kontrak, pemihakan, menawarkan rasa hangat, dan mampu

menerima kemarahan dan balikan korektif. Tentu saja, hubungan baik dengan klien

adalah sesuatu yang baik jika saja hal itu dapat diciptakan. Jika ada seseorang yang

mendatangi seorang manajer kasus untuk meminta bantuan, maka prosesnya akan

3
lebih menyenangkan jika orang itu menyukai si manajer kasus. Hal ini berlaku sama

bagi pembantu dan yang dibantu. Manajer kasus akan jauh lebih menyenangi

pekerjaannya jika memiliki hubungan yang baik dengan kliennya.

2. Intervensi Krisis

Seperti yang tersirat dari bunyinya, intervensi krisis merupakan strategi yang

terbatas dan terfokus. Jika manajer kasus menyadari krisis yang dihadapi klien dalam

kehidupan mereka, maka faktor waktu menjadi sangat penting. Jika krisis itu sangat

mengancam klien sebelum rujukan yang tepat dapat ditemukan, maka tugas manajer

kasus harus dengan cepat mengambil tindakan yang dapat mengurangi kadar

ancaman itu bagi . Tanggung jawab manajer kasus adalah menilai kadar keseriusan

situasi. Krisis itu bisa mencakup penyakit, hubungan dengan anggota keluarga,

penggunaan obat-obatan, kematian mendadak anggota keluarga, dsb. Keterampilan

melakukan asesmen dengan baik merupakan hal yang penting dalam intervensi krisis.

Dari perspektif manajemen kasus, intervensi krisis dapat hanya berupa upaya

memastikan bahwa sumber rujukan mengetahui krisis itu dan kemudian

menanganinya dengan tepat, sampai dengan intervensi yang sifatnya komprehensif, di

mana manajer kasus bertindak selaku pekerja utama (central worker).

3. Perantara/Fasilitator

Setelah proses asesmen, peran manajer kasus yang umum adalah memfasilitasi

proses pemberian bantuan melalui hubungan dengan lembaga-lembaga sosial,

pemerintah, atau organisasi kemasyarakatan, orang-orang yang peduli lainnya. Hal ini

paling sering diselesaikan melalui perujukan. Sekilas hal ini tampaknya seperti proses

4
yang sangat sederhana. Melakukan rujukan yang baik berasumsi bahwa para manajer

kasus mengetahui sumber rujukan dan terdapat kesesuaian yang tepat antara

kebutuhan klien dan pemenuhan yang tersedia. Seorang manajer kasus tidak sekadar

merujuk ke suatu tempat yang dianggap dapat menangani masalah, tetapi ke suatu

tempat yang dipandang paling dapat memenuhi kebutuhan klien. Perujukan klien ke

sumber yang tidak dapat memenuhi kebutuhannya dapat memperbesar rasa putus asa

dan berkurangnya rasa percaya terhadap sistem dukungan masyarakat. Perujukan

yang ceroboh dan tidak tepat juga dapat merusak citra manajer kasus.

Sebagai perantara, manajer kasus perlu mengidentifikasi sumber-sumber layanan baik

medis maupun layanan sosial lainnya yang tersedia di masyarakat sebagai layanan

rujukan. Mengetahui bagaimana cara melakukan rujukan; apa persyaratannya; siapa

yang perlu hubungi; siapa contact person untuk perujukan dalam sistem manajemen

kasus di lembaga tersebut, isu seputar keuangan.

4. Pemberdaya/Edukator/Mediator

Membuat klien secara berangsur-angsur bertanggung jawab untuk mencapai

tujuan yang telah disepakati, meningkatkan rasa percaya diri (PD) klien adalah peran

manajer kasus sebagai pemberdaya/memampukan (enabling). Penting bagi manajer

kasus mengetahui kemampuan setiap klien untuk terlibat dalam proses itu dan dapat

mendorong tingkat tanggung jawabnya secara bertahap. Beranjak dari melakukan

untuk, ke melakukan dengan, sampai dengan klien melakukannya sendiri, berarti

meningkatkan rasa PD klien. Penentuan saat yang tepat bagi klien untuk siap dan

5
mampu melakukannya sendiri mengharuskan manajer kasus untuk dapat secara tepat

menentukan tingkat kemajuan klien dalam tahapan proses pemberian bantuan.

Manajer kasus dapat berperan selaku guru/edukator yang memberi kesempatan

belajar bagi klien. Semua kegiatan yang umumnya dilakukan dalam program

manajemen kasus termasuk penyampaian informasi tentang HIV dan AIDS,

pengobatannya, sumber daya masyarakat, penyakit mental, kesehatan, penyakit yang

ditularkan melalui hubungan seksual, serta obat-obatan dan alkohol. Melakukan

diskusi kelompok dan permainan peran untuk membantu klien melakukan sesuatu

yang dapat membantu mereka memanfaatkan sumber-sumber layanan pelayanan.

Ada saat dimana manajer kasus harus memainkan peran sebagai mediator dalam

pertikaian yang terjadi di antara klien, antara klien dan lembaga pelayanan

masyarakat, atau di antara pegawai lembaga pelayanan yang terlibat dengan klien.

5. Advokat

Advokasi berarti bahwa manajer kasus bertindak untuk kepentingan klien yang

tidak dapat atau tidak mau bertindak atas namanya sendiri. Sebenarnya, advokasi

dapat terjadi jika klien dapat bertindak sendiri, tetapi itu tidak dilakukan karena

manajer kasus akan dapat menanganinya lebih efektif. Ini dapat terjadi jika klien

kurang mampu karena satu dan lain alasanseperti klien anak, warga masayarakat

penyandang cacat, lansia, atau mereka yang terganggu secara emosional dan fisik.

Advokasi adalah jenis intervensi yang paling signifikan yang dapat dilakukan

manajer kasus, utamanya jika sumber daya tidak memadai, tidak efisien, atau tidak

ada.

6
6. Koordinator Pelayanan

Peran sebagai koordinator pelayanan dapat berkembang melalui beberapa cara,

apakah secara formal atau tidak formal, bergantung pada seberapa rumit

kemungkinan solusi bagi kasus klien yang dihadapi. Banyak program manajemen

kasus yang dirancang dan mengharuskan manajer kasus menjadi koordinator

pelayanan dalam jangka waktu tertentu. Misalnya, terdapat program manajemen

kasus yang disebut Intensive Case Management (ICM), di mana manajer kasus

bekerja dengan erat bersama klien selama empat sampai delapan minggu.

7. Peran Pelacakan/Tindak Lanjut

Peran tindak lanjut tidak hanya memerlukan waktu untuk melacak klien setelah

berakhirnya manajemen kasus, tetapi juga kemauan organisasi untuk meneruskan

upaya tindaklanjut tersebut. Betapapun sulitnya, upaya melacak bekas klien ada

manfaatnya, hal yang baik untuk mengetahui bagaimana keadaan klien yang pernah

dilayani, mengetahui seberapa baik hasil program manajemen kasus dan seberapa

baik pula kinerja tenaga profesional lain dan sistem dukungan masyarakat. Peran ini

merupakan bentuk lain dari evaluasi layanan

Tindak lanjut dalam manajemen kasus membutuhkan waktu, energi, dan dana.

Peran ini bagi manajer kasus semakin lebih mengemuka ketika para profesional dan

penyandang dana memahami pentingnya hal tersebut.

7
B. Dampak Sosial
1. Dampak terhadap demografi

Salah satu efek jangka panjang endemi HIV dan AIDS yang telah meluas

seperti yang telah terjadi di Papua adalah dampaknya pada indikator

demografi. Karena tingginya proporsi kelompok umur yang lebih muda

terkena penyakit yang membahayakan ini, dapat diperkirakan nantinya

akan menurunkan angka harapan hidup. Karena semakin banyak orang

yang diperkirakan hidup dalam jangka waktu yang lebih pendek, kontribusi

yang diharapkan dari mereka pada ekonomi nasional dan perkembangan

sosial menjadi semakin kecil dan kurang dapat diandalkan. Hal ini menjadi

masalah yang penting karena hilangnya individu yang terlatih dalam jumlah

besar tidak akan mudah dapat digantikan.

2. Dampak terhadap sistem pelayanan kesehatan

Tingginya tingkat penyebaran HIV dan AIDS pada kelompok manapun

berarti bahwa semakin banyak orang menjadi sakit, dan membutuhkan jasa

pelayanan kesehatan. Perkembangan penyakit yang lamban dari infeksi HIV

berarti bahwa pasien sedikit demi sedikit menjadi lebih sakit dalam jangka

waktu yang panjang, membutuhkan semakin banyak perawatan kesehatan.

Biaya langsung dari perawatan kesehatan tersebut semakin lama akan

menjadi semakin besar.

8
3. Dampak terhadap ekonomi nasional

Mengingat bahwa HIV lebih banyak menjangkiti orang muda dan mereka

yang berada pada umur produktif utama (94% pada kelompok usia 19

sampai 49 tahun), epidemi HIV dan AIDS memiliki dampak yang besar

pada angkatan kerja, terutama di Papua. Epidemi HIV dan AIDS akan

meningkatkan terjadinya kemiskinan dan ketidak seimbangan ekonomi

yang diakibatkan oleh dampaknya pada individu dan ekonomi. Dari sudut

pandang individu HIV dan AIDS berarti tidak dapat masuk kerja, jumlah

hari kerja yang berkurang, kesempatan yang terbatas untuk mendapatkan

pekerjaan dengan gaji yang lebih baik dan umur masa produktif yang lebih

pendek.

4. Dampak Terhadap Tatanan Sosial

Adanya stigma dan diskriminasi akan berdampak pada tatanan sosial

masyarakat. Penderita HIV dan AIDS dapat kehilangan kasih sayang dan

kehangatan pergaulan sosial. Sebagian akan kehilangan pekerjaan dan

sumber penghasilan yang pada akhirnya menimbulkan kerawanan sosial.

Sebagaian mengalami keretakan rumah tangga sampai perceraian. Jumlah

anak yatim dan piatu akan bertambah yang akan menimbulkan masalah

tersendiri. Oleh sebab itu keterbukaan dan hilangnya stiga dan diskriminasi

sangat perlu mendapat perhatian dimasa mendatang.

9
C. Kebijakan

Jadi Strategi penanggulangan HIV dan AIDS ditujukan untuk mencegah dan

mengurangi risiko penularan HIV, meningkatkan kualitas hidup ODHA, serta

mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat HIV dan AIDS pada individu,

keluarga dan masyarakat, agar individu dan masyarakat menjadi produktif dan

bermanfaat untuk pembangunan. Skenario strategi dan rencana aksi ini pada tahun

2014 adalah bahwa 80% populasi kunci terjangkau oleh program yang efektif dan

60% populasi kunci berperilaku aman. Kesimpulan tentang strategi pencegahan HIV

melalui program nasional di antaranya:

1. Upaya penanggulangan HIV AIDS harus memperhatikan nilai-nilai agama dan

budaya/norma kemasyarakatan dan kegiatannya diarahkan untuk

mempertahankan dan memperkokoh ketahanan dan kesejahteraan keluarga


2. Mengingat luasnya respon dan permasalahan, maka upaya penanggulangan AIDS

harus dilakukan melalui suatu gerakan secara nasional bersama sektor dan

komponen lain
3. Upaya penanggulangan HIV AIDS harus menghormati harkat dan martabat

manusia serta memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender


4. Upaya pencegahan HIV AIDS pada anak sekolah, remaja dan masyarakat umum

diselenggarakan melalui kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi guna

mendorong kehidupan yang lebih sehat


5. Upaya pencegahan yang efektif termasuk penggunaan kondom 100% pada setiap

hubungan seks berisiko, semata-mata hanya untuk memutus rantai penularan HIV

10
6. Upaya penanggulangan HIV AIDS merupakan upaya-upaya terpadu dari

peningkatan perilaku hidup sehat, pencegahan penyakit, pengobatan dan

perawatan berdasarkan data dan fakta ilmiah serta dukungan terhadap ODHA
7. Upaya penanggulangan HIV AIDS diselenggarakan oleh masyarakat, pemerintah,

dan LSM berdasarkan prinsip kemitraan. Masyarakat dan LSM menjadi pelaku

utama sedangkan pemerintah berkewajiban mengarahkan, membimbing dan

menciptakan suasana yang mendukung terselenggaranya upaya penanggulangan

HIV AIDS
8. Upaya penanggulangan HIV AIDS diutamakan pada kelompok masyarakat

berperilaku risiko tinggi tetapi harus pula memperhatikan kelompok masyarakat

yang rentan, termasuk yang berkaitan dengan pekerjaannya dan kelompok

marginal terhadap penularan HIV AIDS.

D. Tugas Dan Fungsi Manajemen Kasus


1. Tugas Pendamping sebagai Manajer Kasus
a. Mengumpulkan informasi dan menilai situasi klien agar dapat

mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta apa yang dapat dilakukan

terhadap mereka.
b. Memformulasikan suatu rencana pelayanan yang memungkinkan untuk

pemenuhan kebutuhan dan masalah klien.


c. Menempatkan dan menyediakan pelayanan, menyusun dan menyampaikan

pelayanan yang dibutuhkan bagi kien serta mengkoordianasikan bantuan dari

pelayanan-pelyanan tersebut.
d. Memonitor keefektifan dari rencana pelayanan dalam memenuhi kebutuhan

klien, dan membuat penyesuaian yang dibutuhkan dalam rencana untuk

memberikan pelayanan yang lebih baik.

11
e. Pelayanan sebagai titik central dari tanggungjawab dan komunikasi sehingga

klien dan berbagai penyedia pelayanan akan mempunyai akses yang cepat

pada seseorang yang dapat membantu mereka ketika muncul pertanyaan dan

masalah selama pemberian pelayanan.


f. Pembelaan bagi klien terutama apabila pelayanan yang ada menjadi system

yang sulit dimanfaatkan atau diakses.


g. Bekerja dengan orang-orang lain dalam masyarakat untuk mengembangkan

pelayanan dan program yang dibutuhkan oleh klien tetapi tidak tersedia dalam

masyarakat tersebut.
2. Fungsi
a. Identifikasi klien dan orientasi (Client Identification and Orientation). Dalam

hal ini manajer kasus terlibat identifikasi secara langsung dan menyeleksi

orang-orang yang menjadi tujuan pelayanan yang ingin dicapai, kualitas

hidup, atau berapa biaya untuk suatu perawatan dan pelayanan yang dapat

dipengaruhi dengan positif oleh manajemen kasus.


b. Asesmen klien (Client Assessment). Fungsi ini mengacu pada pengumpulan

informasi dan perumusan suatu as esmen dari kebutuhan-kebutuhan

komprehensif klien, situasi kehidupan, dan sumber-sumber. Dalam hal ini

termasuk jua melakukan penggalian atas potensi klien, baik kekuatan dan

kelemahannya, mana yang memerlukan pelayanan dan mana yang tidak.


1) Menyadari kebutuhan komprehensif kliennya, termasuk kekuatan dan

kelemahannya.
2) Memahami hasil kontak dan pengkajian awal, walaupun belum tentu harus

terlibat secara langsung.


3) Selalu dekat dengan tenaga pelayanan langsung untuk meyakinkan bahwa

informasi mereka menyeluruh (komprehensif) dan terkini (aktual).

12
4) Selalu kontak secara teratur dengan klien sehingga dapat memahami

perubahan kemampuan dan kebutuhannya.


c. Rencana Intervensi/Pelayanan. Pekerja sosial sebagai manajer kasus

mengidentifikasi pelayanan-pelayanan atau sumber yang bervariasi yang

dapat dijangkau untuk membantu penanganan masalah klien.


1) Memiliki daftar lengkap tentang lembaga/organisasi pelayanan di dalam

masyarakat serta memahami pelayanan yang diberikan masing-masing

lembaga/organisasi, termasuk kebijakan dan prosedurnya.


2) Memberikan informasi yang dimilikinya kepada perencanaan kasus

tentang sumber-sumber yang tersedia.


3) Menginterprestasikan tujuan dan fungsi rencana kasus kepada pemberi

pelayanan.
d. Koordinasi hubungan dan pelayanan.
Seorang manajemen kasus harus menghubungkan klien dengan sumber-

sumber yang sesuai. Selain itu juga harus menekankan adanya koordinasi

diantara sumber-sumber yang digunakan oleh klien dengan menjadi sebuah

saluran serta poin utama dari komunikasi yang teriintegrasi.


e. Tindak lanjut dan Monitoring pelaksanaan pelayanan.
Seorang manajer kasus membuat peraturan dan kontak tindak lanjut yang

terus menerus dengan klien dan penyedia pelayanan untuk menyaknkan baha

pelayanan yang diperlukan memang benar-benar diterima/diperoleh dengan

baik, serta digunakan oleh klien secara tepat. Apabila ditemukan adanya

penyimpangan atau ketidaksesuaian, manajer kasus harus segera mengambil

tindakan perbaikan atau memodifikasi rencana pelayanan. Manajer kasus juga

menyelesaikan laporan termasuk didalamnya dokumen klien, kemajuan yang

13
dicapai dalam perkembangan kasus klien, pelaksanaan pelayanan serta

kesesuaian terhadap rencana yang telah disusun.


f. Mendukung klien.
Selama masa pelayanan yang diberikan oleh berbagai jenis penyedia pelayanan

atau sumber, manajer kasus membantu klien dan keluarganya pada saat mereka

menghadapi masalah yang tidak diharapkan dalam mendapatkan pelayanan.

Kegiatan ini termasuk mengatasi konflik pribadi, konseling, penyediaan

informasi, memberikan dukungan emosional, dan apabila sesuai, melakukan

pembelaan atas nama klien untuk menjamin bahwa mereka menerima

pelayanan sesuai dengan haknya.

E. Pola Pendekatan dalam Mengatasi Permasalahan HIV/AIDS


1. Pendekatan Agama

Pendekatan ini bersifat individual dalam arti sangat berhubungan dengan

keyakinan masing-masing orang terhadap ajaran agamanya. Semakin orang yakin

akan ajaran agamanya, semakin pendekatan ini efektif kegunaannya. Melalui

pendekatan agama diajarkan bahwa masalah sosial timbul bila terjadi pelanggaran

terhadap norma-norma agamanya.

2. Pendekatan Hukum

Antara pendekatan hukum dan pendekatan agama ada kesamaan segi historis,

dalam arti pendekatan hukum dalam memandang fenomena masalah sosial bisa

bersumber pada pendekatan agama. Hanya pada pendekatan hukum biasanya ia

berlaku bagi semua anggota masyarakat dimana ia bertempat tinggal dan hukum

tersebut diberlakukan.

14
Pendekatan ini bisa besifat preventif dalam arti masalah sosial dapat dicegah

melalui upaya sosialisasi norma-norma hukum yang berlaku dalam masyarakat

maupun bersifat kuratif atau rehabilitatif dalam arti terhadap pelaku pelanggar norma

hukum akan diberikan sanksi tertentu dan diadakan pembinaan agar dia tidak lagi

melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap norma hukum. Mereka yang berperan

dalam pendekatan ini antara lain adalah para penegak hukum maupun aparat

pemerintah yang berwajib.

3. Pendekatan Jurnalistik

Dengan pendekatan jurnalistik dimaksudkan sebagai usaha penyebarluasan

informasi yang berkaitan dengan masalah sosial melalui tulisan-tulisan di media

cetak. Melalui pendekatan ini masalah sosial diusahakan untuk dikenalkan pada

masyarakat baik dalam arti masalah sosial itu sendiri maupun sebab-akibat serta cara-

cara menghadapinya. Sampai saat ini majalah, surat kabar masih menjadi sarana yang

berharga dalam membangkitkan kesadran masyarakat akan bahaya narkoba,

Prostitusi, HIV/AIDS dan masalah-masalah sosial lain.

4. Pendekatan Seni

Pendekatan seni adalah suatu upaya yang dilakukan para seniman (seni drama,

musik, tari, lukis, sastra dsb) untuk membangun simpati kemanusiaan sehubungan

dengan sistuasi sosial yang bermasalah.

Dalam pendekatan ini juga harus memperhitungkan kelompok yang jadi sasaran.

(misal melalui musik, apabila yang jadi sasaran pendekatan adalah anak muda, maka

musik yang digunakan juga musik yang sesuai dengan selera anak muda, begitu juga

15
dengan ksenian lainnya, misalnya wayang cocok untuk digunakan pada masyarakat

desa di Jawa dst).

5. Pendekatan Ekologi

Yaitu suatu metode pendekatan yang yang didasarkan atas konsep dan prinsip

ekologi ,dalam arti menelaah masalah sosial sebagai hasil interrelasi antara

masyarakat manusia dengan lingkungannya pada suatu ekosistem. pada pendekatan

ini kita tidak memisahkan komponen masyarakat manusia dari komponen

lingkungannya.

6. Pendekatan Interdisipliner dan Multidispliner

Karena subsistem masalah sosial banyak jumlahnya, kita harus menggunakan

disiplin ilmu sosial yang juga lebih dari satu. Dengan demikian, pada pendekatan ini

kita gunakan disiplin ilmu sosial yang sesuai dengan jumlah subsistem masalah yang

kita analisa dan kita kaji, disebut pendekatan interdisipliner.

Pada pendekatan ini, masalah sosial didekati, dianalisa dan dikaji dari berbagai

disiplin ilmu sosial secara serentak dalam waktu yang sama. Masalah sosial yang

kompleks sesuai dengan subsistem masalahnya diunngkapkan dari berbagai disiplin

akademis seperti : Sosiologi, Ekonomi, Antropologi, Politik, Geografi, Psikologi,

Sejarah dst, bahkan mungkin dari disiplin akademis diluar ilmu sosial.

Dalam mengkaji masalah sosial yang kompleks melalui pendekatan interdisipliner

atau pendekatan sistem, perlu memiliki kemampuan interdisipliner dan sistem.

Kemampuan tersebut baik yang ada dalam diri kita, maupun kerjasama dengan

berbagai keahlian dari berbagai bidang keilmuan.

16
BAB III

PEMECAHAN MASALAH

A. (Istilah perawatan HIV/AIDS)

Nyonya N usia 39 tahun, status menikah dan memiliki 2 orang anak. Suami

dan kedua anak HIV -, sedangkan Nyanya N HIV +.

Suami tidak memiliki pekerjaan dan tidak mengetahui status penyakit HIV

Nyonya N.saat ini Nyanya N dan keluarga tidak memiliki tempat tinggal

dikarenakan rumah dan barang-barang hanyut terbawa banjir. Nyonya N sudah

menjalani Terapy ARV, dan sekarang harus selalu ke Kota Medan untuk mengambil

obat.

Permasalahn lain yang dimiliki Nyonya N adalah sering tidak adanya biaya

transport untuk mengambil obat-nya tersebut.

Pemecahan Masalah :

1. Pihak wanita meminta bantuan konselor untuk menjelaskan kepada suaminya


Peran sebagai pemberi dukungan dimana adanya hubungan suportif yang baik

dengan klien dan membuat mereka merasa memiliki harapan, merupakan salah

17
satu fondasi untuk membantu klien. Salah satu cara untuk mengembangkan

hubungan baik dengan klien yang resisten adalah dengan meningkatkan

kemampuan manajer kasus berhubungan dengan orang lain: menunjukkan sikap

empati, menyimak dengan aktif, memfokuskan; mengikhtisarkan (membuat

ringkasan), menyusun tujuan, bernegosiasi, membuat kontrak, pemihakan,

menawarkan rasa hangat, dan mampu menerima kemarahan dan balikan

korektif. Tentu saja, hubungan baik dengan klien adalah sesuatu yang baik jika

saja hal itu dapat diciptakan. Jika ada seseorang yang mendatangi seorang

manajer kasus untuk meminta bantuan, maka prosesnya akan lebih

menyenangkan jika orang itu menyukai si manajer kasus. Hal ini berlaku sama

bagi pembantu dan yang dibantu. Manajer kasus akan jauh lebih menyenangi

pekerjaannya jika memiliki hubungan yang baik dengan kliennya.


2. Meminta bantuan pihak LSM dan Dinas Sosial untuk membantu masalah

kemiskinan klien
Peran manajer kasus yang umum adalah memfasilitasi proses pemberian bantuan

melalui hubungan dengan lembaga-lembaga sosial, pemerintah, atau organisasi

kemasyarakatan, orang-orang yang peduli lainnya. Hal ini paling sering

diselesaikan melalui perujukan. Sekilas hal ini tampaknya seperti proses yang

sangat sederhana. Melakukan rujukan yang baik berasumsi bahwa para manajer

kasus mengetahui sumber rujukan dan terdapat kesesuaian yang tepat antara

kebutuhan klien dan pemenuhan yang tersedia.


3. Keluarga harus mengetahui status ibu dengan kondisi HIV, LSM sebagai mediator

pendekatan pada keluarga. Terdapat beberapa pendekatan yang dapat dilakukan

18
diantaranya pendekatan agama. Melalui pendekatan agama diajarkan bahwa

masalah social timbul bila terjadi pelanggaran terhadap norma-norma agamanya.

Terdapat jugan pendekatan hokum, pendekatan jurnalistik, pendekatan seni,

pendekatan ekologi dan pendekatan interdisipliner dan multidispliner


4. Advokasi terhadap dinas kesehatan setiap ODHA agar mendapat obat HIV/ARV
Advokasi berarti bahwa manajer kasus bertindak untuk kepentingan klien yang

tidak dapat atau tidak mau bertindak atas namanya sendiri. Sebenarnya, advokasi

dapat terjadi jika klien dapat bertindak sendiri, tetapi itu tidak dilakukan karena

manajer kasus akan dapat menanganinya lebih efektif. Ini dapat terjadi jika klien

kurang mampu karena satu dan lain alasan seperti klien anak, warga masayarakat

penyandang cacat, lansia, atau mereka yang terganggu secara emosional dan fisik.

Advokasi adalah jenis intervensi yang paling signifikan yang dapat dilakukan

manajer kasus, utamanya jika sumber daya tidak memadai, tidak efisien, atau

tidak ada.
5. Upaya penanggulangan HIV AIDS diselenggarakan oleh masyarakat, pemerintah,

dan LSM berdasarkan prinsip kemitraan. Masyarakat dan LSM menjadi pelaku

utama sedangkan pemerintah berkewajiban mengarahkan, membimbing dan

menciptakan suasana yang mendukung terselenggaranya upaya penanggulangan

HIV AIDS

19
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pelayanan Manajemen kasus merupakan bagian integral dari pelayanan

menyeluruh dan berkesinambungan dalam perawatan, dukungan dan pengobatan

orang terinfeksi HIV (ODHIV). Manajer Kasus : Seseorang yang bertanggung jawab

menyelesaikan kegiatan manajemen kasus, termasuk penilaian atas kebutuhan-

kebutuhan, perencanaan layanan, implementasi rencana pelayanan, koordinasi

layanan, monitoring dan tindak lanjut, konferensi kasus, intervensi krisis dan

Terminasi kasus, pendokumentasian.

Selama proses manajemen kasus sejak awal intake sampai hubungan tindak

lanjut, manajer kasus akan memainkan sejumlah peranan pemberi bantuan.

Keseluruhan peran itu akan dilakukan dari asesmen dan intervensi proses pemberian

bantuan intervensi langsung dengan klien, intervensi organisasi/masyarakat, dan

dalam konteks politik/budaya/social yang lebih luas. Setiap peran mengharuskan

manajer kasus berfokus pada strategi pemecahan masalah yang berbeda, keterampilan

yang tidak sama, dan basis konseptual yang berlainan.

B. Saran

20
Sebaiknya penderita HIV + lebih terbuka tentang penyakitnya kepada keluarga,

kalaupun harus disimpan untuk diri sendiri dengan tujuan tidak ingin menyakiti

keluarga. Selain itu juga harus selalu melakukan terapy ARV, karena dengan adanya

bantuan JKN, oasien yang kurang mampu pun bias mendapatkan pelayanan tersebut.

21
DAFTAR PUSTAKA

Maulanusantara.files.wordpress.com

Flexner, C. 1998. HIV-Protease Inhibitor. N. Engl. J.Med. 338:1281-1293

Patrick, A.K. & Potts, K.E. 1998. Protease Inhibitors as Antiviral Agents. Clin.

Microbiol. Rev. 11: 614-627

Google.com

22

Anda mungkin juga menyukai