Pengertian guru sangat banyak makna dan arti, ada yang bilang juga arti guru di gugu
terus ditiru yang dalam bahas Indonesia artinya adalah dipercaya dan di contoh. Guru
dari bahasa Sansekerta guru yang juga berarti guru, tetapi artinya harafiahnya adalah
berat adalah seorang pengajar suatu ilmu.
Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik.
McLeod, (1989) berasumsi guru adalah seseorang yang pekerjaanya mengajar orang
lain. Kata mengajar dapat kita tapsirkan misalnya :
Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini
harus mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap
orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru.
Jadi pengertian guru adalah tenaga pendidik yang pekerjaanya utamanya mengajar
(UUSPN tahun 1989 Bab VII pasal 27 ayat 3)
Selain siswa, faktor penting dalam proses belajar mengajar adalah guru. Guru sangat
berperan penting dalam menciptakan kelas yang komunikatif. Breen dan Candlin dalam
Nunan(1989:87) mengatakan bahwa peran guru adalah sebagai fasilitator dalam proses
yang komunikatif, bertindak sebagai partisipan, dan yang ketiga bertindak sebagai
pengamat.
Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina
yang baik bagi anak didiknya,ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari
depan anak didik terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat SD) dan mereka
yang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menngah) .Secara konstitsional,guru
hendaknya berkepribadianh Pancasila dan UUD 45 yang beriman dan bertagwa kepada
Tuhan YME,disamping itu dia harus punya keahlian yang di perlukan sebagai tenaga
pengajar.
1. Fleksibilitas kognitif
2. Keterbukaan Psikologis pribadi guru.
Kompetensi
Jenis Kompetensi
1. Kompentensi Pribadi
a. Mengembangkan Kepribadian
2. Kompetensi Profesional
Profesionalsime
Profesionalsime sendiri berasal dari kata profesus (bahasa latin), yang berarti siap
tampil di depan publik. Jadi untuk tampil di depan umum, seorang professional harus
telah siap untuk menghadapi semua masalah dan menyelesaikannya dengan baik
Ada yng mengatakan bahwa Profesional adalah suatu bidang pekerjaan yang
memerlukan beberapa bidang ilmu yang secara sengaja harus dipelajari dan kemudian
diaplikasikan bagi kepentingan umum. Dengan kata lain sebuah profesi memerlukan
kemampuan dan keahlian khusus dalam melaksanakan profesinya. Pekerjaan yang
bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang
khusus dipersiapkan untuk itu.
Yang dimaksud dengan terdidik dan terlatih bukan hanya memilki pendidikan formal
tetapi juga harus menguasai berbagai strategi atau teknik dalam KBM serta landasan-
landasan kependidikan seperti tercantum dalam kompetensi guru dalarn uraian
selanjutnya. Dalam melakukan kewenangan profesionalismenya, guru dituntut memiliki
seperangkat kemampuan (kompetensi) yang beraneka ragam. Namun sebelum sampai
pada pembahasan kompetensi ada beberapa syarat profesi yang harus dipahami terlebih
dahulu.
Jadi, guru profesional adalah guru yang melaksanakan tugas keguruan dengan
kemampuan tinggi sebagai sumber kehidupan.
Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian
dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan
pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian. Profesionalisme guru yang
dimaksud dalam skripsi ini adalah guru Fiqih yang profesional. Adapun guru
profesional itu sendiri adalah guru yang berkualitas, berkompetensi, dan guru yang
dikehendaki untuk mendatangkan prestasi belajar serta mampu mempengaruhi proses
belajar mengajar siswa, yang nantinya akan menghasilkan prestasi belajar siswa yang
lebih baik.
Seorang yang memiliki predikat professional memiliki ciri-ciri yang selalu melekat
dalam pikirannya, dan tercermin dalam tingkah laku dari para professional. Ciri-ciri
professional tersebut adalah sebagai berikut:
1. Disiplin
2. Berorientasi pada kualitas
3. Rajin dan antusias
4. Berpikir positif
5. Fleksibel
6. Rasional
7. Etis
8. Kompeten
9. Strategis
Semua ciri tersebut memiliki hubungan dengan kebiasaan kita sehari-hari. Jadi untuk
menjadi seorang yang professional, kita harus merubah secara terus-menerus kebiasaan
kita, mencapai yang lebih baik, dan lebih baik.
Mengingat tugas guru yang demikian kompleksnya, maka profesi ini memerlukan
persyaratan khusus sebagai berikut:
1. Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan
yang mendalam
2. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang
profesinya.
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa profesionalisme guru
adalah bisa didasarkan kepada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 Tahun 2007
tentang Guru, dinyatakan bahwasanya salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh
Guru adalah kompetensi professional. Kompetensi profesional yang dimaksud dalam
hal ini merupakan kemampuan Guru dalam penguasaan materi pelajaran secara luas
dan mendalam.
Yang dimaksud dengan penguasaan materi secara luas dan mendalam dalam hal ini
termasuk penguasaan kemampuan akademik lainnya yang berperan sebagai pendukung
profesionalisme Guru. Kemampuan akademik tersebut antara lain, memiliki
kemampuan dalam menguasai ilmu, jenjang dan jenis pendidikan yang sesuai.
Ada beberapa langkah strategis yang harus dilakukan dalam upaya meningkatkan
profesionalisme guru, yaitu :
Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten, yang dapat
merusak citra profesi guru.
6. Kurangi beban guru dari tugas-tugas administrasi yang sangat menyita waktu.
1. Guru sebagai perencana (planner) yang harus mempersiapkan apa yang akan
dilakukan di dalam proses belajar mengajar (pre-teaching problems).;
2. Guru sebagai pelaksana (organizer), yang harus dapat menciptakan situasi,
memimpin, merangsang, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar mengajar
sesuai dengan rencana, di mana ia bertindak sebagai orang sumber (resource person),
konsultan kepemimpinan yang bijaksana dalam arti demokratik & humanistik
(manusiawi) selama proses berlangsung (during teaching problems).
3. Guru sebagai penilai (evaluator) yang harus mengumpulkan, menganalisa,
menafsirkan dan akhirnya harus memberikan pertimbangan (judgement), atas tingkat
keberhasilan proses pembelajaran, berdasarkan kriteria yang ditetapkan, baik mengenai
aspek keefektifan prosesnya maupun kualifikasi produknya.
Di lain pihak, Moh. Surya (1997) mengemukakan tentang peranan guru di sekolah,
keluarga dan masyarakat. Di sekolah, guru berperan sebagai perancang pembelajaran,
pengelola pembelajaran, penilai hasil pembelajaran peserta didik, pengarah
pembelajaran dan pembimbing peserta didik. Sedangkan dalam keluarga, guru
berperan sebagai pendidik dalam keluarga (family educator). Sementara itu di
masyarakat, guru berperan sebagai pembina masyarakat (social developer), penemu
masyarakat (social inovator), dan agen masyarakat (social agent).
Lebih jauh, dikemukakan pula tentang peranan guru yang berhubungan dengan
aktivitas pengajaran dan administrasi pendidikan, diri pribadi (self oriented), dan dari
sudut pandang psikologis.
Di pandang dari segi diri-pribadinya (self oriented), seorang guru berperan sebagai :
1. Pekerja sosial (social worker), yaitu seorang yang harus memberikan pelayanan
kepada masyarakat;
2. Pelajar dan ilmuwan, yaitu seorang yang harus senantiasa belajar secara terus
menerus untuk mengembangkan penguasaan keilmuannya;
3. Orang tua, artinya guru adalah wakil orang tua peserta didik bagi setiap peserta didik
di sekolah;
4. model keteladanan, artinya guru adalah model perilaku yang harus dicontoh oleh
mpara peserta didik; dan
5. Pemberi keselamatan bagi setiap peserta didik. Peserta didik diharapkan akan merasa
aman berada dalam didikan gurunya.
Sementara itu, Doyle sebagaimana dikutip oleh Sudarwan Danim (2002) mengemukan
dua peran utama guru dalam pembelajaran yaitu menciptakan keteraturan (establishing
order) dan memfasilitasi proses belajar (facilitating learning). Yang dimaksud
keteraturan di sini mencakup hal-hal yang terkait langsung atau tidak langsung dengan
proses pembelajaran, seperti : tata letak tempat duduk, disiplin peserta didik di kelas,
interaksi peserta didik dengan sesamanya, interaksi peserta didik dengan guru, jam
masuk dan keluar untuk setiap sesi mata pelajaran, pengelolaan sumber belajar,
pengelolaan bahan belajar, prosedur dan sistem yang mendukung proses pembelajaran,
lingkungan belajar, dan lain-lain.
Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru pada masa
mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru untuk senantiasa
melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian kemampuan profesionalnya. Guru
harus harus lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan proses pembelajaran
peserta didik. Guru di masa mendatang tidak lagi menjadi satu-satunya orang yang
paling well informed terhadap berbagai informasi dan pengetahuan yang sedang
tumbuh, berkembang, berinteraksi dengan manusia di jagat raya ini. Di masa depan,
guru bukan satu-satunya orang yang lebih pandai di tengah-tengah peserta didiknya.
Jika guru tidak memahami mekanisme dan pola penyebaran informasi yang demikian
cepat, ia akan terpuruk secara profesional. Kalau hal ini terjadi, ia akan kehilangan
kepercayaan baik dari peserta didik, orang tua maupun masyarakat. Untuk menghadapi
tantangan profesionalitas tersebut, guru perlu berfikir secara antisipatif dan proaktif.
Artinya, guru harus melakukan pembaruan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya
secara terus menerus. Disamping itu, guru masa depan harus paham penelitian guna
mendukung terhadap efektivitas pengajaran yang dilaksanakannya, sehingga dengan
dukungan hasil penelitiaan guru tidak terjebak pada praktek pengajaran yang menurut
asumsi mereka sudah efektif, namum kenyataannya justru mematikan kreativitas para
peserta didiknya. Begitu juga, dengan dukungan hasil penelitian yang mutakhir
memungkinkan guru untuk melakukan pengajaran yang bervariasi dari tahun ke tahun,
disesuaikan dengan konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
sedang berlangsung.