Anda di halaman 1dari 55

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengetahuan ialah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan

panca inderanya, yang berbeda sekali dengan kepercayaan (belief), takhayul

(superstitions), dan penerangan yang keliru (misinformation). Pengetahuan

merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan

terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui : panca indera manusia

(indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba). Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Nomoatmodjo, 2003 ).

Pengetahuan seseorang terhadap sesuatu dan berdampak terhadap

kondisinya. Misalnya pada ibu post partum yang mengalami insersi luka

perineum.Bila ibu post partum dapat merawat lukanya dengan benar, maka

penyembuhan luka perineum dapat berjalan dengan baik.

Perawatan luka perineum merupakan perawatan lebih lanjut bagi wanita

sesudah melahirkan anak karena pada daerah vulva dan perineum merupakan area

yang rentan sekali terjadi trauma sebagai akibat dari proses melahirkan. Kondisi

demikian harus mendapatkan perhatian khusus baik bagi Bidan maupun Klien itu

sendiri sebab Bila daerah vulva dan perineum tersebut tidak bersih maka akan

mudah terjadi infeksi pada jahitan perineum (Farrer, 1999).

Selain itu, bila perawatan kurang baik maka kuman di vagina dapat

mengadakan kontaminasi sehingga dapat terjadi infeksi nifas oleh karena adanya

mikroorganisme yang menyerang laserasi akibat persalinan, yang tidak lain adalah

1
2

penghuni normal serviks dan jalan lahir. Disamping itu penyebab infeksi bisa dari

mikroorganisme luar (Mansjoer, 2001 ).

Terjadinya infeksi disebabkan oleh keadaan yang kurang bersih dan

tindakan pencegahan infeksi yang kurang baik dari ibu, yaitu perasaan takut untuk

membilas dan mengeringkan daerah perineumnya setelah buang air kecil, jarang

mengganti pembalutnya dan juga jarang membersihkan daerah perineum

(Saifuddin, 2002). Disamping itu perilaku lain yang turut berpengaruh terhadap

terjadinya infeksi/hambatan penyembuhan luka perineum diantaranya adalah

kurangnya perhatian akan pentingnya asupan nutrisi yang berkualitas, mobilisasi

dini sesuai kemampuan klien serta kepatuhan dalam program terapi termasuk

didalamnya adalah mentaati jadwal minum obat.

Agar jahitan lekas baik diadakan perawatan yang intensif. Dan bila timbul

kelainan akibat jahitan atau lainnya maka dapat cepat diadakan pengobatan hingga

demikian penyembuhan cepat terjadi. Efek samping yang timbul pada perineum

misalnya perineum menjadi nyeri, odema, berwarna merah, jahitan terlepas dan

lainya yang dapat disebabkan kurangnya jahitan sehingga mengganggu sirkulasi

darah penderita yang mengalami rasa nyeri dan bengkak. Ini tentu menjadi gelisah

dan merasa tidak nyaman sampai keadaan berkurang dengan pemberian obat

(Cristina, 1993)

Menurut Ida Bagus Gede Manuaba (1998) bahwa angka kematian ibu

sebesar 19.500 sampai 20.000 jiwa setiap tahunnya atau terjadi setiap 26 27

menit. Penyebab utama kematian ibu tersebut adalah perdarahan, infeksi dan

toxsemia. Pada masa nifas ini, yang meminta korban demikian banyak,

disebabkan oleh infeksi pada luka dijalan lahir (Prawiroharjo,S 2007).


3

Pencegahan infeksi pada jahitan perineum dapat dilakukan dengan cara

perawatan perineum secara benar. Pelaksanaan pencegahan infeksi ini tidak

mutlak harus dilaksanakan oleh petugas kesehatan namun juga diperlukan peran

aktif ibu didalam pelaksanaanya (Prawiroharjo, 2001).

Data persalinan tahun 2009 di Polindes Restu Ibu Desa Kedungrojo Kec

Plumpang Tuban dilaporkan ada 85 ibu melahirkan secara normal,didapatkan

yang mengalami luka perineum ada 45 ibu (52,9%), dan yang tidak mengalami

luka perineum ada 40 ibu (47,1%). Dari 45 ibu yang mengalami luka perineum

akibat episiotomi ada 5 ibu (5,8%). Sedangkan 40 ibu (47,1%) akibat laserasi

perineum. Dari 45 ibu yang mengalami luka perineum ada 6 ibu yang luka

perineumnya mengalami infeksi.

Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Januari 2010 di

Polindes Restu Ibu Desa Kedungrojo Kecamatan Plumpang melalui uji coba

kuesioner terhadap 10 orang ibu post partum yang mengalami luka perineum,

hampir seluruhnya yaitu 8 ibu (80 % ) memiliki pengetahuan yang kurang

tentang perawatan luka perineum. Dimana dari 8 ibu yang memiliki pengetahuan

kurang tentang perawatan luka perineum, 75% nya mengalami luka infeksi

perineum. Hal ini disebabkan sebagian besar ibu post partum belum melakukan

perawatan luka perineum dengan benar.

Keikutsertaan klien dalam proses pencegahan infeksi pasca melahirkan

sangat menentukan dalam upaya menurunkan angka kejadian penyakit infeksi

pasca melahirkan yang kurang memperhatikan perawatan diri, karena merasa

takut berbuat sebagai dampak kurangnya pengetahuan ibu tentang perawatan luka

perineum (Manjoer, 2001)


4

Dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan tersebut, peneliti ingin

mengetahui pengetahuan ibu post partum tentang perawatan luka perinium

ditinjau dari segi pendidikan, umur, paritas dan pekerjaan. Kenyatanya masih ada

ibu nifas yang belum mempersiapkan atau melakukan perawatan dengan baik. Hal

ini merupakan suatu masalah yang harus diatasi karena penyembuhan yang tidak

sempurna dapat menyebabkan mulut rahim kaku dan menyulitkan persalinan yang

akan datang.

1.2 Identifikasi Masalah

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu post partum tentang

perawatan luka perineum.

Pengetahuan ibu
post partum tentang
perawatan luka
perineum

Usia Pendidikan Pekerjaan Paritas

Sumber : Notoatmojo, 2005

Gambar 1.1 Identifikasi Penyebab Masalah

1. Usia

Menurut Hurlock (1997) pada usia dua puluhan seseorang telah memiliki

kemampuan mental yang diperlukan untuk mempelajari diri pada situasi baru,

misalnya mengingat hal-hal yang dulu pernah dipelajari, penalaran analogis dan

berfikir kreatif. Sekitar awal atau pertengahan usia tiga puluhan kebanyakan orang
5

muda menyelesaikan masalah-masalah mereka dengan cukup baik sehingga

menjadi stabil, tenang secara emosional.

2. Pendidikan

Mochtar Rustam (1998) berpendapat, bahwa ketidaktahuan dapat disebabkan

karena pendidikan yang rendah. Demikian pula dengan Nasrul Efendi (1998) yang

juga berpendapat bahwasanya tingkat pendidikan yang rendah susah mencerna

pesan atau informasi yang disampaikan.

3. Pekerjaan

Adanya suatu pekerjaan pada seseorang akan menyita banyak waktu dan

tenaga untuk menyelesaikan pekerjaan yang dianggap penting dan memerlukan

perhatian tersebut sehingga masyarakat yang sibuk hanya mempunyai sedikit

waktu memperoleh informasi (Notoatmodjo 2003).

4. Paritas

Suwartawan (1997), berpendapat bahwa semakin sedikit jumlah anak waktu

yang tersedia untuk mendapat informasi semakin besar karena beban kerja lebih

berkurang dibandingkan dengan responden yang mempunyai banyak anak.

1.3 Pembatasan Masalah

Sehubungan dengan banyaknya faktor-faktor dengan keterbatasan penelitian,

maka peneliti membatasi ruang lingkup pembahasan mengenai pengetahuan ibu

post partum tentang perawatan luka perineum dipandang dari karakteristik ibu.

1.4 Rumusan Masalah

Bagaimana pengetahuan ibu post partum tentang perawatan luka perineum

berdasarkan karakteristik?.
6

1.5 Tujuan Penelitian

1.5.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengetahuan ibu post partum tentang perawatan luka

perineum berdasarkan karakteristik. Di Polindes Restu Ibu Desa Kedungrojo

Kecamatan Plumpang Tuban.

1.5.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pengetahuan ibu post partum tentang perawatan luka

perineum

2. Mengidentifikasi pengetahuan ibu post partum tentang perawatan luka

perineum berdasarkan usia.

3. Mengidentifikasi pengetahuan ibu post partum tentang perawatan luka

perineum berdasarkan pendidikan.

4. Mengidentifikasi pengetahuan ibu post partum tentang perawatan luka

perineum berdasarkan pekerjaan.

5. Mengidentifikasi pengetahuan ibu post partum tentang perawatan luka

perineum berdasarkan paritas (pengalaman melahirkan)

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam

melakukan analisa serta mengaplikasikan teori yang didapatkan selama

perkuliahan dengan kenyataan dilapangan.


7

1.6.2 Bagi Tenaga Kesehatan

Sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan khususnya bidan, dalam

memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik dengan tidak hanya

memberikan pelayanan medis tetapi lebih memberikan KIE pada ibu post partum

tentang perawatan luka perineum.

1.6.3 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai referensi sehingga dapat digunakan untuk penelitian lebih

lanjut. .
8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan dibahas tentang : (1) konsep dasar pengetahuan, (2)

konsep dasar nifas dan (3) konsep dasar perawatan luka perineum.

2.1 Konsep Dasar Pengetahuan

2.1.1 Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

(Soekidjo Notoatmodjo,2003).

Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang

memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya

(Soekidjo Notoatmodjo, 2005).

Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari

oleh seseorang (http://www.Wikipedia.com,2010)

Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia

melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang

menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian

tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebalumnya.

(http://www.Wikipedia.com,2010)

8
9

2.1.2 Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmojo (2003) dalam domain kognitif pengetahuan

mempunyai 6 tingkatan yaitu :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkatan ini adalah mengingat

kembali atau recall terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini

adalah merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja

untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang terjadi antara lain :

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

Contoh : dapat menyebutkan cara melakukan perawatan perineum.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar

tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat

menjelaskan mengapa harus melakukan perawatan luka perineum yang benar.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di

sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat

menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian,

dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem


10

solving cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang

diberikan.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu

struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja, dapat

menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan dan sebagainya.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun, dapat

merencanakan, dapat meningkatkan, dapat menyesuaikan dan sebagainya

terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek penilaian. Penilaian itu

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-

kriteria yang telah ada, misalnya : dapat membandingkan anak-anak yang

cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya

wabah diare di suatu tempat, dapat menafsirkan sebab-sebab ibu-ibu tidak mau

ikut KB dan sebagainya.


11

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek

penelitian atau responden, kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui

atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan tersebut di atas.

2.1.3 Cara memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) cara memperoleh pengetahuan dapat

dikelompokan menjadi dua, yaitu :

1. Cara tradisional atau Non Ilmiah

Cara kuno atau tradisional ini dipakai untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan, sebelum diketemukanya metode ilmiah atau metode penemuan

secara sistimatik dan logis. Cara-cara penemuan pengetahuan, antara lain :

a. Cara Coba Salah (Trial and Error )

Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan

dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak

berhasil, dicoba kemungkinan yang lain.

b. Cara Kekuasaan atau Otoritas

Kebiasaan-kebiasaan biasanya diwariskan turun menurun dari

generasi kegenerasi dan seolah-olah diterima dari sumbernya sebagai

kebenaran yang mutlak.Sumber pengetahuan diperoleh berdasarkan pada

otoritas atu kekuasan, baik tradisi , otoritas pemerintah, otoritas pemimpin

agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.

c. Berdasarkan pengalaman pribadi.

Pengalaman adalah guru yang baik, maksudnya pengalaman itu

merupakan sumber pengetahuan atau suatu cara untuk memperoleh


12

kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu, pengalaman pribadi pun dapat

digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Namun tidak semua

pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan

dengan benar.

d. Melalui jalan pikiran

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia bisa

menggunakan jalan pikiranya, baik melalui indoksi maupun deduksi.

Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara melahirkan pemikiran

secar tidak langsung melalui pernyataan-pernyataan yang dikemukakan,

kemudian dicari hubunganya sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan.

2. Cara Modern atau Cara Ilmiah

Dalam memperoleh pengetahuan dapat dilakukan dengan mengadakan

observasi langsung dan membuat pencatatan terhadap semua fakta

sehubungan dengan obyek yang diamatinya.

Pencatatan ini mencakup 3 hal pokok, yaitu

a. Segala sesuatu yang positif, yaitu gejala tertentu yang muncul pada saat

pengamatan.
b. Segala sesuatu yang negatif, yaitu gejala tertentu yang tidak muncul pada

saat pengamatan.
c. Gejala- gejala yang muncul secara bervariasi, yaitu gejala- gejala yang

berubah- ubah pada kondisi- kondisi tertentu.

2.1.4 Karakteristik/ Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan


13

Pengetahuan merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang (over behavior) (Soekidjo Notoatmojo,2003). Ada 3 faktor

yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya:

1. Faktor Instrinsik

Dari faktor instrisik diantaranya adalah kepribadian ibu, intelegensi,

bakat dan minat, perasaan atau persepsi, kebutuhan, motifasi dan emosi

2. Faktor Ekstrinsik

Bagian dari ekstrinsik adalah lingkungan, sosial, ekonomi, budaya,

ideologi, politik, hukum, iklim dan manusia.

3. Karakteristik

Karakteristik disisni adalah riwayat yang dimiliki ibu baik dari segi

pemdidikan, usia, paritas dan pekerjaan.

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam

pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan

kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu,

kelompok dan masyaraka (Soekidjo Notoatmodjo, 2003).

Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran pada

masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan (praktik) untuk

memelihara (mengatasi masalah) dan meningkatkan kesehatannya

(Soekidjo Notoatmodjo, 2005).

Pendidikan dapat melatar belakangi seseorang termasuk juga

perilaku seseorang akan pilihan hidup. Terutama dalam perilaku, makin

tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah menerima


14

informasi, sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki,

sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan

sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru (Koencoroningrat : 1997).

Makin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah menerima

informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.

Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan

sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

(Kuncoroningrat,1997 dikutip Nursalam, 2000).

Menurut undang undang nomor 20 tahun 2003, jenjang pendidikan

formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan

pendidikan tinggi.

Pendidikan di Indonesia mengenal tiga jenjang pendidikan, yaitu:

1) Pendidikan Dasar : SD, MI, Paket A dan SLTP, MTs, Paket B.

2) Pendidikan Menengah : SMU, SMK

3) Pendidikan Tinggi : Perguruan tinggi, Akademik, Diploma

( Hasbullah, 2006)

b. Usia

Usia adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan

sampai saat beberapa tahun, semakin cukup umur, tingkat kematangan

seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja dari segi

kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa akan lebih

dipercaya dari orang yang belum cukup kedewasaannya (Nursalam,

2002).
15

Menurut Hanafi (2002) bahwa kurun waktu masa reproduksi

dibagi menjadi 3 fase :

1) Fase menunda kehamilan : usia dibawah 20 tahun.

2) Fase menjarangkan kehamilan : usia 2030 tahun

Periode usia ini paling baik untuk melahirkan anak dengan jarak

kelahiran 2-4 tahun.

3) Fase menghentikan atau mengakhiri kehamilan : > 30 tahun.

c. Paritas ( Pengalaman Melahirkan )

Paritas adalah keadaan seorang wanita berkaitan dengan memiliki

bayi yang lahir hidup. Semakin sedikit jumlah anak, maka waktu yang

tersedia untuk mendapatkan informasi semakin besar, karena beban kerja

berkurang dibandingkan yang memiliki banyak anak.(Manuaba, 1998).

Menurut (Manuaba,1998) paritas dibagi menjadi:

1. Primipara adalah wanita yang telah melahirkan bayi cukup bulan/

aterm sebanyak satu kali.

2. Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan anak hidup

beberapa kali, dimana persalinan itu tidak lebih dari lima kali.

3. Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan janin

aterm/ cukup bulan lebih dari lima kali.

d. Pekerjaan

Dalam rangka pemenuhan kebutuhan akan barang dan jasa

diperlukan suatu pengorbanan. Dengan kerja seseorang akan memperoleh

jasa. Dengan jasa inilah manusia memenuhi kebutuhannya.

Pengelompokkan ini didasarkan pada teori bahwa dengan adanya


16

pekerjaan seseorang akan melakukan banyak waktu dan tenaga untuk

menyelasaikan pekerjaan yang dianggap penting dan cenderung

mempunyai banyak waktu untuk tukar pendapat / pengalaman antar

teman dalam kantornya. (Notoatmodjo, 1993).

Menurut Nursalam (2002) :

1) Bekerja (PNS, TNI, Polri, buruh, swasta)

2) Tidak bekerja (sebagai ibu rumah tangga saja)

2.2 Konsep Dasar Post Partum (Nifas)

2.2.1 Pengertian

Masa nifas (puerperium) adalah masa waktu antara kelahiran plasenta dan

membran (yang menandai berakhirnya periode intrapartum) sampai waktu tertentu

menuju kembalinya jalan reproduksi wanita tersebut ke kondisi tidak hamil.

(Farrer, 1999 )

Masa puerperium atau masa nifas mulai setelah partus selesai, dan

berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih

kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan.(Prawirohardjo

2007)

2.2.2 Lama Masa Nifas

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir

ketika alat-alat kandungan seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas

iniberlangsung selama 6 minggu. (Saifuddin, 2002 )


17

2.2.3 Perubahan Fisiologi Nifas

Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas antara lain :

1. Perubahan fisik.

Perubahan fisik yang terjadi pada masa nifas meliputi :

1) Suhu tubuh

Selama 24 jam pertama dapat meningkat sampai 38 derajat

celcius sebagai akibat efek dehidrasi persalinan. Selama 24 jam wanita

harus tidak demam (Bobak, 2005)

2) Denyut nadi

Denyut nadi dan volume sekuncup serta curah jantung tetap tinggi

setelah jam pertama bayi lahir. Kemudian mulai menurun dengan

frekwensi yang tidak diketahui. Pada minggu ke 8 sampai ke 10 setelah

melahirkan, denyut nadi kembali ke frekwensi sebelum hamil

(Bobak,2005)

3) Takanan darah

Penurunan tekanan darah segera setelah persalinan sering terjadi

akibat kehilangan darah yang berlebihan. Pada umumnya beberapa kasus

ditemukan keadaan hipertensi post partum, tetapi akan menghilang

dengan sendirinya apabila tidak terdapat penyakit-penyakit lainnya yang

menyertainya dalam kurang lebih 2 bulan tanpa pengobatan

(Hanifa,2000)

4) Pernafasan

Pernafasan berada pada batas normal, teratur, cukup dalam dengan

frekwensi kurang lebih 18 kali permenit. Apabila pernafasan tidak


18

teratur, dangkal, berbunyi, frekwensi rendah atau tinggi menunjukan

keadaan jantung dan paru-paru tidak normal (Bobak,2005).

2. Perubahan sistem reproduksi

Menurut Ari Sulistiyawati (2009) involusi alat alat kandungan yang dialami

oleh ibu nifas :

1) Involusi uterus

Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus kepada kondisi

sebelum hamil baik dalam bentuk maupun posisi dengan involusi uterus

ini, lapisan luar dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan

menjadi neurotic( layu/mati). Perubahan ini dapat diketahui dengan

melakukan pemeriksaan untuk meraba dimana tinggi fundus uterinya,

yaitu :

a. Pada saat bayi, TFU setinggi fundus dengan berat 1000 gram

b. Pada akhir kala III, TFU teraba 2 jari dibawah pusat

c. Pada 1 minggu post partum. TFU teraba pertengahan pusat simpisis

dengan berat 500 gram

d. Pada 2 minggu post partum, TFU teraba diatas simpisis dengan berat

350 gram

e. Pada 6 minggu post partum TFU mengecil (tak teraba) dengan berat

50 gram
19

Perubahan ini erat kaitannya dengan perubahan miometrium yang

bersifat proteolisis. Involusi uterus terjadi melalui 3 proses yang

bersamaan, antara lain :

1. Autolysis

Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang

terjadi di dalam otot uteri

2. Attrofi Jaringan

Jaringan yang berpoliferasi dengan adanya estrogen dalam

jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap

penghentian produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta,

selain itu lapiran desidua juga akan mengalami atrofi dan terlepas

dengan meninggalkan lapisan basal yang akan bergenrasi menjadi

endometrium yang baru.

3. Efek Oksitosin

Hormon oksitosin yang dilepas kelenjar hipofise akan

memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh

darah serta membantu proses homeotasis. Selain 1-2 jam pertama

post partum intensitas kontraksi uterus akan berkurang dan menjadi

teratur.

Ketiga faktor tersebut saling mempengaruhi dengan yang

lainnya dalam proses involusi uterus.


20

Tabel 1. Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi

Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus


Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pasat simpisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba di atas simpisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 ram

2) Bekas Implantasi Uri

Tempat implantasi placenta bias mengecil karena kontraksi dan

menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm. Sesudah 2 minggu

menjadi 3,2 cm, pad minggu ke enam 2,4 cm dan akhirnya pulih (Bobak,

2005)

3) Rasa sakit atau after pains

Mules-mules yang di sebabkan kontraksi rahim, biasanya

berlangsung 2-4 hari pasca persalinan (Bobak,2005).

4) Lokhea

Lokhea yaitu cairan secret yang berasal dari dalam kavum uteridan

vagina dalam masa nifas.


Menurut Bobak (2005) lokhea yang keluar dari ibu nifas setelah

bayi lahir adalah :


1. Lokhea rubra (crutea)
Mengandung darah dan debris desidua serta debris trofoblastik, terjadi

selama 2 hari pasca persalinan

2. Lokhea serosa
21

Aliran darah yang menyembur menjadi merah muda atau coklat.

Cairan ini terdiri dari darah lama, serum leukosit, dan debris jaringan,

terjadi setelah 3-4 hari pasca persalinan.


3. Lokhea alba
Cairan berwarna kuning sampai putih yang mengandung leukosit,

desidua, sel epithel, muskus, serum, dan bakteri. Terjadi 10 hari setelah

bayi lahir sampai 2-6 minggu setelah bayi lahir.


5) Serviks
Menurut Bobak (2005), setelah persalinan bentuk serviks agak

menganga seperti corong berwarna merah kehitaman, Konsistensi lunak,

kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir,

tangan masih bias masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui 2-3 jari

dan setelah 7 harihanya dapat dilalui 1 jari.

6) Vagina dan Perineum

Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap

ke ukuran sebelum hamil, 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan

kembali terlihat pada sekitar minggu keempat, walaupun tidak akan

semenonjol pada wanita nulipara, pada umumnya rugae akan memipih

secara permanen. Mukosa tetap atropik pada wanita menyusui sekurang-

kurangnya sampai menstruasi dimulai kembali, penebalan mukosa vagina

terjadi seiring pemulihan fungsi ovarium (Bobak,2005).

7) Topangan otot panggul

Menurut Bobak (2005), struktur penopang uterus dan vagina bias

mengalami cedera sewaktu melahirkan dan masalah ginekologi dapat

timbul di kemudian hari. Jaringan penopang dasar panggulyang terobek


22

atau teregang saat ibu melahirkan memerlukan waktu sampai enam bulan

untuk kembali ke tonus semula.

2.2.4 Tujuan Asuhan Perawatan Masa Nifas

1. Mencegah infeksi.

2. Meningkatkan penyembuhan jaringan.

3. Meningkatkan involusi uterus.

4. Meningkatkan istirahat, aktivitas, dan keamanan serta mencegah komplikasi

dari imobilisasi.

5. Meningkatkan harapan makanan dan cairan yang adekuat.

6. Meningkatkan pembentukan laktasi.

7. Meningkatkan pola eliminasi normal.

8. Pencegahan isoimunisasi Rh pada ibu dengan rhesus negative.

9. Memenuhi kebutuhan belajar ibu, kebersihan diri perawatan perineal, perawatan

payudara, latihan peregangan otot, hubungan seksual dan kontrasepsi.

10. Meningkatkan rasa percaya diri dan gambaran tubuh serta penurunan stress.

11. Mendorong untuk mempertahankan kesehatan melalui penggunaan sumber-

sumber kesehatan yang ada di masyarakat

( Hamilton,1995 )

2.3 Perawatan Luka Perineum

Luka pada perineum akibat episiotomi, ruptura atau laserasi merupakan

daerah yang tidak mudah untuk dijaga agar tetap bersih dan kering. Pengamatan
23

dan perawatan khusus diperlukan untuk menjamin agar daerah tersebut sembuh

dengan cepat dan mudah. (Farrer, 1999 )

2.3.1 Derajat Luka Perineum

Robekan perineum dapat dibagi atas 3 tingkat :

1. Tingkat I : Robekan hanya terjadi pada selaput lendir vagina dengan atau

tanpa mengenai kulit perinium sedikit.

2. Tingka II : Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu selain mengenai selaput

lendir vagina juga mengenai muskulus perinei transversalis, tapi tidak

mengenai sfingter ani.

3. Tingkat III : Robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum sampai

mengenai otot-otot sfingter ani.

(Prawiroharjo, 2000 )

2.3.2 Tujuan Pwerawatan Luka Perineum

1. Mengurangi rasa ketidaknyamanan.

2. Menjaga kebersihan.

3. Mencegah infeksi.

4. Meningkatkan penyembuhan.

2.3.3 Pelaksanaan Perawatan Luka Perineum

1. Prinsip-prinsip dasar dalam perawatan luka perineum adalah sebagai berikut :

a. Mencegah kontaminasi dari rektum

b. Menangani dengan lembut pada jaringan yang terkena trauma

c. Bersihkan semua kawasan yang menjadi sumber bakteri dan bau

2. Langkah-langkah dalam pelaksanaan perawatan luka perineum :


24

a. Bidan mengajarkan ibu untuk:

1) Mencuci tangan

2) Mengisi botol plastik yang dimiliki dengan air hangat

3) Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan ke bawah

mengarah ke rektum dan letakkan pembalut tersebut ke dalam kantung

plastik

4) Berkemih dan BAB ke tolilet

5) Semprotkan keseluruh perineum dengan air

6) Keringkan perineum dengan menggunakan tisue dari depan ke belakang

7) Pasang pembalut dari depan ke belakang

8) Mencuci tangan kembali

( Hamilton, 1995 )

b. Mandi berendam

Mandi berendam biasanya sangat berguna karena kehangatan tidak hanya

meningkatkan sirkulasi untuk meningkatkan penyembuhan, tetapi juga

melemahkan jaringan untuk meningkatkan rasa nyaman dan menurunkan

oedema. Mandi berendam mungkin dilakukan dalam bak mandi, kursi yang

dibentuk dengan khusus atau unit disposibel yang didekatkan di sebelah

toilet. Bidan harus memastikan suhu air sehingga membuat rasa nyaman

yaitu sekitar 105F (40,5C), beberapa peneliti menganjurkan bahwa mandi

berendam dengan air dingin jauh lebih efektif daripada mandi dengan air

hangat. Berikan dorongan pada pasien untuk melakukan mandi berendam

tiga sampai empat kali sehari selama 20 menit.(Hamilton, 1995)

c. Penghangatan kering
25

Penghangatan kering dari cahaya lampu kadang-kadang digunakan untuk

meningkatakan penyembuhan perineal. Perineum harus dibersihkan terlebih

dahulu untuk membuang sekresi. Penghangatan dengan cahaya lampu

biasanya dilakukan tiga kali sehari selama 20 menit. (Hamilton, 1995:287)

d. Anastetik topikal

Anastetik lokal seperti Dermoplast aerosol Spray atau Nupercainal Ointment

mungkin digunakan untuk menghilangkan rasa sakit pada perineum. Pasien

dianjurkan untuk mengoleskan obat setelah ia melakukan mandi berendam

atau perawatan perineum. Untuk menghindari terbakarnya jaringan, anjurkan

pasien untuk tidak menggunakannya sebelum ia melakukan penghangatan

dengan lampu.( Hamilton, 1995)

2.3.4 Hal-hal yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka

Menurut Hidayat (2008 ) hal-hal yamg mempengaruhi penyembuhan luka

perineum adalah :

1. Status Nutrisi : diperlukan asupan protein, vitamin A dan C, tembaga, zinkum

dan zat besi yang adekuat. Protein mensuplai asam amino yang dibutuhkan

untuk perbaikan jaringan dan regenerasi vitamin A dan zinkum untuk

epiteliasi. Zat besi diperlukan untuk sintesis haemoglobin yang bersama

oksigen diperlukan untuk menghantarkan oksigen ke seluruh tubuh.

2. Merokok : mempengaruhi ambilan dan pelepasan oksigen ke jaringan

sehingga memperburuk perfusi jaringan.

3. Penambahan Usia : berpengaruh terhadap penyembuhan luka

sehubungan dengan adanya gangguan sirkulasi dan koagulasi, respon

inflamasi yang lebih lambat dan penurunan aktivitas fibroblas.


26

4. Obesitas : jaringan lemak menyebabkan suplai darah yang tidak adekuat,

mengakibatkan lambatnya proses penyembuhan dan menurunnya resistensi.

5. Diabetes Mellitus : gangguan sirkulasi dan perfusi jaringan.

6. Kortikosteroid : Dapat menghambat respon inflamasi dan respon imun yang

dapat menghambat penyembuhan dan menjadi predisposisi infeksi.

7. Obat-obatan : obat anti inflamasi menekan proses sintesis protein, inflamasi,

kontraksi luka dan epiteliasi.

8. Gangguan Oksigenasi : rendahnya oksigen arterial dapat mengganggu sintesis

kolagen dan menghambat epiteliasi.

9. Infeksi : peningkatan inflamasi dan nekrosis yang menghambat penyembuhan

luka.

10. Stress Luka : muntah yang hebat atau terlalu lama, distensi abdomen atau sesak

nafas dapat menyebabkan ketegangan yang berat pada luka, menghambat

pembentukan jaringan kolagen dan jaringan ikat.

2.3.5 Nasehat-nasehat Yang Diberikan Pada Ibu

1. Menganjurkan kebersihan seluruh tubuh.

2. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun

dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar

vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan

daerah sekitar anus. Nasehatkan kepada ibu untuk membersihkan vulva setiap

kali buang air kecil atau besar.

3. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua

kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jikatelah dicuci dengan baik dan

dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.


27

4. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan

sesudah membersihkan daerah kelaminnya.

5. Sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh luka.

6. Sarankan ibu untuk mengerutkan bokong jika duduk dan bila perineum nyeri

saat ambulasi.

7. Anjurkan ibu untuk memperhatikan keadaan perineumnya dengan adanya bau

busuk, abnormal, dan lain-lain.

( Tucker, 1998)

2.3.6 Waktu Penyembuhan pada jalan lahir

Luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6 7

hari

2.3.7 Tanda-tanda Infeksi Pada Luka Perineum

Menurut Mochtar, Rustam (1998), tanda-tanda luka perineum adalah

demam, luka bengkak, merah dan nyeri

2.4 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara

konsep-konsep yang akan dilakukan.(Notoadmodjo,2005)


28

Kerangka Konseptual

Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan
ibu post partum tentang
perawatan luka perineum
Faktor instrinsik
- Bakat
- Perasaan
- Motivasi
- Emosi

Faktor ekstrinsik Pengetahuan ibu


- Lingkungan post partum tentang
- Sosial perawatan luka
- Budaya perineum
- Sumber informasi

Faktor Karakteristik
- Pendidikan Pengetahuan :
- Usia - Baik
- Paritas - Cukup
- Pekerjaan - Kurang

Sumber : Notoadmodjo,2005

Keterangan :

: diteliti

: tidak diteliti

Gambar 2.4 Kerangka Konseptual Pengetahuan Ibu Post Partum Tentang


Perawatan Luka Perineum Berdasarkan Karakteristik

Dari kerangka diatas dapat dijelaskan bahwa ada 3 faktor yang

mempengaruhi pengetahuan ibu post partum tentang perawatan luka perineum itu

faktor karakteristik, faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor karakteristik


29

meliputi pendidikan, usia, paritas dan pekerjaan. Pada penelitian ini yang akan

diteliti adalah faktor karakteristik yaitu pendidikan, usia, paritas dan pekerjaan.

BAB 3

METODE PENELITIAN

30
30

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian

yang telah ditetapkan sebagai pedoman atau penuntun penelitian pada seluruh

proses penelitian ( Nursalam, 2008 ).

Desain yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif yakni suatu

metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran

atau deskriptif tentang suatu keadan secara objektif (Notoatmodjo, 2002).

Baik

Ibu Post Partum Yang


Pengetahuan Tentang
Mengalami Luka Cukup
Perawatan Luka
Perineum
Perineum

Kurang

Gambar 3.1 Desain Penelitian Pengetahuan Post Partum Tentang Perawatan Luka
Perineum.Berdasarkan Karakteristik

3.2 Kerangka Kerja


Populasi : seluruh ibu post partum di Polindes Restu Ibu pada 31
periode bulan Nopember 2009 April 2010 adalah 65 Orang

Sampel : sebagian ibu post partum di Polindes Restu Ibu


sebanyak 30 orang
Purposive Sampling

Pengumpulan data Primer


dengan kuesioner

Pengolahan data :
Editing, Coding dan Tabulating

Analisa data
Deskriptif

Penyajian data & Pembahasan

Kesimpulan

Pelaporan

Gambar 3.2 Kerangka Kerja Penelitian Pengetahuan Ibu Post Partum Tentang
Perawatan Luka Perineum Berdasarkan Karakteristik.

3.3 Populasi, Sampel, Sampling

3.3.1 Populasi

Populasi adalah setiap subyek yang memenuhi kriteria yang telah

ditetapkan (Nursalam, 2008 ).

Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh ibu post partum periode

bulan Nopember 2009 sampai dengan April 2010 adalah 65 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat digunakan

sebagai subyek penelitian melalui sampling ( Nursalam, 2008 ).


32

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu post partum yang

mengalami luka perineum periode 15 April sampai 15 Mei 2010 yang memenuhi

kriteria inklusi.

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau yang akan diteliti yaitu :

a. Ibu post partum dengan luka jahitan perineum tingkat I & II.

b. Ibu post partum yang bersedia diteliti.

c. Ibu post partum yang bisa membaca dan menulis

3.3.3 Besar Sampel

Besar sampel adalah menentukan jumlah sampel pada suatu penelitian

(Notoatmojo S,2005).

Adapun rumus yang digunakan untuk mengetahui besarnya sampel dalam

penelitian ini adalah :

Rumus : Keterangan :

N n = besar sample
n =
1 N (d ) 2
N = besar populasi
= 65
1 + 65 (0,05)2 d = tingkat signifikasi
(0.05)
= 56

Jadi sample yang digunakan pada penelitian ini adalah 56 orang.Karena jumlah n

Yang terlalu besar,maka dikonversikan atau dijadikan jumlah terbaik.

Rumus : n
n 1
n* 1 N

Keterangan
33

n* : Besar sampel untuk populasi infinit

n : Besar sampel untuk populasi finit

N : Besar populasi

Perhitungan :

n* = 56 = 56 = 30 orang

1+ 56 1 1,85

65

Jadi jumlah sampel pada penelitian ini adalah 30 orang.

3.3.4 Sampling

Sampling adalah suatu proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi (Nursalam, 2008 ).

Pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu suatu

tehnik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai

dengan yang di kehendaki peneliti, yaitu sesuai dengan kriteria inklusi yang telah

ditentukan.

3.4 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional

3.4.1 Variabel

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda

terhadap sesuatu (Nursalam, 2008 ). Variabel dalam penelitian ini adalah

pengetahuan ibu post partum tentang perawatan luka perineum berdasarkan

karakteristik yaitu (usia, pendidikan, pekerjaan dan paritas).

3.4.2 Definisi Operasional

Tabel 3.4 Definisi Operasional Pengetahuan Ibu Post Partum Tentang


Perawatan Luka Perineum Berdasarkan Karakteristik
34

Definisi
Variabel Indikator Variabel Alat Ukur Skala Kriteria/kode
Operasional
Pengetahuan Hasil dari Perawatan luka Kuesioner Ordinal - Jawaban benar
ibu post pengetahuan perineum meliputi : nilai 1
partum ibu post 1. Pengertian luka - Jawaban salah
tentang partum tentang perineum.soal No nilai 0
perawatan perawatan luka 1-2
luka perineum 2. Tujuan pera-watan Kriteria untuk
perineum luka perineum.soal soal
No 3-5 pengetahuan :
3. Waktu dilaku-kan - Baik bila
perawatan luka jawaban benar
perineum.soal No 19 25 :hasil
6-8 76 - 100%.
4. Peralatan dan
bahan yang - Cukup bila
diperlu-kan jawaban benar
dalam perawatan 14 18 :hasil
luka 56 - 75%.
perineum.soal No - Kurang bila
9-13 jawaban benar
5. Cara member- kurang dari
sihkan daerah 14 : hasil
kelamin yang 56%.
benar.soal No 14-
17
6. Waktu yang
dibutuhkan untuk
penyem buhan
luka perineum.
soal No 18-19
7. Tanda-tanda
infeksi .perineum
soal No 20-25
35

Lanjutan Tabel 3.4. Definisi Operasional Pengetahuan ibu post partum tentang
perawatan luka perineum berdasarkan karakteristik
Sub variabel Umur ibu nifas - Menunda Kuesioner Ordinal 1. Menunda
karakteristik (post partum) - Reproduksi (< 20 tahun)
Usia yang tertulis - Mengahiri kode : 1
dalam jawaban 2. Reproduksi
kuesioner (20-30 tahun)
kode : 2
3. Mengakhiri
(> 30 tahun)
Kode : 3

Pendidikan Sekolah - Dasar Kuesioner Ordinal 1. SD


formal yang - Menengah SMP sederajat
tertulis dalam - Tinggi (Dasar)
jawaban kode: 1
kuesioner 2. SMA
sederajat
(Menemgah)
kode : 2
3. PT/
Akademi
(Tinggi)
kode :3

Pekerjaan Kegiatan yang - Bekerja Kuesioner Nominal 1. Bekerja


menghasilkan - Tidak (Buruh,Tani,
upah bekerja Swasta,PNS/
TNI) kode :1
2. Tidak
bekerja(IRT)
kode : 2

Paritas Jumlah anak - Primipara


Kuesioner Oridinal 1. Primipara :
yang - Multipara
wanita yang
dilahirkan - Grande
pernah
hidup yang multipara
melahirkan bayi
tertulis dalam
sebanyak I kali.
jawaban
kode :1
kuesioner
2. Multipara :
wanita yang
pernah
melahirkan bayi
tidak lebih dari
5 kali. kode :2
3. Grande
multipara :
wanita yang
pernah
melahirkan bayi
lebih dari 5
36

kali.kode : 3
3.5 Instrumen

Instrumen adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan

data penelitiannya agar pekerjaannya mudah dan hasil yang lebih baik, cermat,

dan lengkap serta sistematis serta mudah diolah. (Arikunto, 1998)

Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dengan jenis pertanyaan

tertutup yang terdiri dari multiple choice, tentang pengetahuan ibu post partum

tentang perawatan luka perineum.

3.6 Lokasi dan waktu

Lokasi penelitian ini dilakukan di Polindes Restu Ibu Desa Kedungrojo

Kecamatan Plumpang Kabupaten Tuban. Waktu penelitian mulai Nopember 2009

sampai April 2010.

3.7 Prosedur Penelitian dan Pengumpulan Data

Setelah responden menandatangani surat persetujuan, maka responden

mengisi kuesioner yang telah disediakan. Jawaban dari responden diberi koding

menurut variabel yang diukur meliputi : (1) pengetahuan dengan cara jawaban

benar diberi skor 1, jawaban salah diberi skor 0. Dengan demikian nilai

pengetahuan tertinggi adalah 25 dan terendah 0. Langkah berikutnya adalah :

3.7.1 Editing

Data yang terkumpul di edit di lapangan untuk memastikan semua

jawaban responden telah diisi sesuai petunjuk.

3.7.2 . Coding

Yaitu member kode pada lembar kuesioner, hal ini dimaksudkan untuk

mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa jawaban kuesioner yang


37

terkumpul. Adapun kode yang dipakai adalah R1 : untuk responden nomor 1dan

seterusnya sampai responden terakhir pada sampel penelitian.

3.7.3 Tabulating

Menyajikan data dalam bentuk table distribusi frekuensi dari hasil

pengukuran variabel.

3.8 Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul, kemudian dianalisa dengan narasi dan table

distribusi frekuensi dengan menggunakan teknik analisa prosentase scoring

dengan rumus :

P = SP x 100%
SM

P = Prosentase

SP = Skor yang diperoleh

SM = Skor maksimal

Pada penelitian ini skor yang digunakan adalah untuk kategori

pengetahuan tentang perawatan luka perineum :

1. pengetahuan baik : 76% - 100%

2. pengetahuan cukup : 56 75%

3. pengetahuan kurang : 55% (Nursalam , 2008)

Kemudian data di interpretasikan dengan menggunakan skala :

100% = seluruhnya

79 99% = hampir seluruhnya

50% = setengahnya

26 49% = hampir setengahnya

1-25% = sebagian kecil


38

0% = tidak ada satupun

(Arikunto, 2000)

3.9 Keterbatasan

Dalam penelitian ini keterbatasan yang dihadapi peneliti adalah:

3.9.1 Sampel yang diperoleh terbatas, oleh karena itu hasilnya kurang sempurna

dan kurang dapat mewakili keseluruhan pengetahuan ibu post partum

tentang perawatan luka perinium.

3.9.2 Pengumpulan data dengan kuisener memiliki jawaban yamg lebih banyak

dipengaruhi oleh setiap sikap,perasaan dan sosial budaya sehingga

hasilnya kurang mewakili secara kualitatif.

3.9.3 Intrumen pengumpulan data menggunakan kuisiner yang dibuat sendiri

oleh peneliti dan belum pernah diuji coba sehingga reliabilitas dan

validitasnya perlu disempurnakan

3.10 Etika penelitian

Penelitian dilaksanakan menitikberatkan perhatian pada permasalahan etik

yang meliputi :

3.10.1 Informed Consent

Lembar persetujuan disampaikan sebelum dilakukan pengumpulan data

melalui kuesioner dengan tujuan subyek memahami makna dan tujuan penelitian

yang dilakukan, subyek yang bersedia diteliti diminta untuk membubuhkan tanda

tangan pada lembar persetujuan tersebut. Subyek yang tidak bersedia untuk diteliti

tetap dihormati.
39

3.10.2 Anonymity

Dalam pengumpulan data, inisial/kode nama responden dicantumkan pada

lembar kuesioner sebagai alat pengumpulan data.

3.10.3 Confidentiality

Kuesioner yang telah diisi oleh responden kemudian dikumpulkan dan

dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.


40

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan disajikan mengenai hasil pengumpulan data dari ibu

post partum di Polindes Restu Ibu Desa Kedungrojo Kecamatan Plumpang Tuban

sebanyak 30 responden. Penyajian data meliputi data umum terdiri dari usia,

pendidikan, pekerjaan, paritas, sedangkan data khusus meliputi pengetahuan ibu

post partum tentang perawatan luka perineum berdasarkan karakteristik dan

tabulasi silang antara pengetahuan ibu post partum dengan perawatan luka

perineum.

4.1 Gambaran umum lokasi penelitian

Polindes Restu Ibu ikut Puskesmas Klotok berada di wilayah Kecamatan

Plumpang dengan luas wilayah 20,19 km2 . Jarak dari Polindes Restu Ibu dengan

ibu kota Kabupaten 30 km. Jumlah penduduk di wilayah Polindes Restu Ibu

adalah 4.798 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 2.100 jiwa dan perempuan

2.698 jiwa, dengan jumlah KK sebanyak 782 KK. Jumlah PUS sebanyak 1.280

dan jumlah WUS sebanyak 985 jiwa sasaran ibu bersalin 80. Sedangkan batas-

batas wilayah Polindes Restu Ibu adalah sebagai berikut : sebelah utara Desa

Kepohagung, sebelah timur Desa Sembungrejo, sebelah selatan bengawan solo

dan sebelah barat Desa Prambon Wetan.

4.2 Data umum


40
41

4.2.1 Distribusi responden berdasarkan usia

Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan usia ibu post partum di Polindes
Restu Ibu Desa Kedungrojo Kecamatan Plumpang Tuban pada bulan
April sampai Mei 2010.

No Kelompok usia f Prosentase


1 < 20 tahun 20 66,67
2 20-30 tahun 6 20,00
3 > 30 tahun 4 13,33
Jumlah 30 100,00
Sumber : Data Primer 2010

Dari tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa dari 30 ibu post partum sebagian

besar yaitu 20 ibu (66,67%) berusia < 20 tahun.

4.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan

Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan pendidikan ibu post partum di


Polindes Restu Ibu Desa Kedungrojo Kecamatan Plumpang Tuban
pada bulan April sampai Mei 2010

No Pendidikan f Prosentase
1 Dasar 21 70,00
2 Menengah 6 20,00
3 Tinggi 3 10,00
Jumlah 30 100,00
Sumber : Data Primer 2010

Dari tabel 4.2 dapat dijelaskan bahwa dari 30 ibu post partum sebagian

besar yaitu 21 ibu (70%) dengan pendidikan dasar.

4.2.3 Distribusi responden berdasarkan Pekerjaan


42

Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan ibu post partum di


Polindes Restu Ibu Desa Kedungrojo Kecamatan Plumpang Tuban
pada bulan April sampai Mei 2010.

No Kelompok pekerjaan f Prosentase


1 Bekerja 22 73,33
2 Tidak bekerja 8 26,67
Jumlah 30 100,00
Sumber : Data Primer 2010

Dari tabel 4.3 dapat dijelaskan bahwa dari 30 ibu post partum sebagian

besar yaitu 22 ibu (73,33% ) bekerja.

4.2.4 Distribusi Responden berdasarkan Paritas (Pengalaman melahirkan)

Tabel 4.4 Distribusi responden berdasarkan paritas di Polindes Restu Ibu Desa
Kedungrojo Kecamatan Plumpang Tuban pada bulan April sampai
Mei 2010

No Paritas f Prosentase
1 Primipara 14 46,67
2 Multipara 12 40,00
3 Grande multipara 4 13,33
Jumlah 30 100,00
Sumber: Data Primer 2010

Dari tabel 4.4 dapat dijelaskan bahwa dari 30 ibu post partum hampir

setengahnya yaitu 14 ibu (46,67) adalah paritas primipara.

4.3 Data Khusus


43

4.3.1 Pengetahuan ibu post partum tentang perawatan luka perineum di Polindes

Restu Ibu Desa Kedungrojo Kecamatan Plumpang Tuban.

Tabel 4.5 Distribusi pengetahuan ibu post partum tentang perawatan luka
perineum di Polindes Restu Ibu Desa Kedungrojo Kecamatan
Plumpang Tuban bulan April sampai Mei 2010.

No Pengetahuan f Prosentase
1 Baik 4 13,33
2 Cukup 8 26,67
3 Kurang 18 60,00
Jumlah 30 100,00
Sumber: Data Primer 2010

Dari tabel 4.5 dapat dijelaskan dari 30 ibu post partum sebagian besar yaitu

18 ibu (60%) berpengetahuan kurang.

4.3.2 Pengetahuan ibu post partum tentang perawatan luka perineum di Polindes

Restu Ibu Desa Kedungrojo Kecamatan Plumpang Tuban berdasarkan usia.

Tabel 4.6 Distribusi pengetahuan ibu post partum tentang perawatan luka
perineum di Polindes Restu Ibu desa Kedungrojo Kecamatan
Plumpang Tuban berdasarkan usia pada bulan April sampai Mei 2010.

No Usia Pengetahuan
Bai % Cuku % Kuran % Tota %
k p g l
1 < 20 th 2 10% 3 15% 15 75% 20 100%
2 20-30 th 0 0% 4 66,67% 2 33,33% 6 100%
3 > 30th 2 50% 1 25% 1 25% 4 100%
Jumlah 4 13,33% 8 26,67% 18 60% 30 100%
Sumber: Data Primer 2010

Dari tabel 4.6 dapat dijelaskan bahwa dari 30 ibu post partum, yang berusia < 20

tahun sebagian besar yaitu 15 ibu (75%) mempunyai pengetahuan kurang sedangkan

ibu berusia 20 - 30 tahun hampir setengahnya yaitu 2 ibu (33,33%) berpengetahuan

kurang dan yang berrusia > 30 tahun sebagian kecil yaitu 1 ibu (25%) berpengetahuan

kurang .

Jadi semakin cukup usia yang dimiliki maka pengetahuannya semakin baik.
44

4.3.3 Pengetahuan ibu post partum tentang perawatan luka perineum di

Polindes Restu Ibu Desa Kedungrojo Kecamatan Plumpang Tuban berdasarkan

pendidikan.

Tabel 4.7 Distribusi pengetahuan ibu post partum tentang perawatan luka
perineum di Polindes Restu Ibu desa Kedungrojo Kecamatan
Plumpang Tuban berdasarkan pendidikan pada bulan April sampai Mei
2010.

No Pendidika Pengetahuan
n Bai % Cuku % Kuran % Tota %
k p g l
1 Dasar 1 4,76% 4 19,04% 16 76,19% 21 100%
2 Menengah 1 16,67% 3 50% 2 33,33% 6 100%
3 Tinggi 2 66,67% 1 33,33% 0 0% 3 100%
Jumlah 4 13,33% 8 26,67% 18 60% 30 100%
Sumber: Data Primer 2010

Dari tabel 4.7 dapat dijelaskan bahwa dari 30 ibu post partum, yang

pendidikan dasar sebagian kecil yaitu 1 ibu (4,76%) berpengetahuan baik

sedangkan yang pendidikan menengah, sebagian kecil yaitu 1 ibu (16,67%)

berpengetahuan baik dan yang pendidikan tinggi sebagian besar yaitu 2 ibu

(66,67%) berpengetahuan baik.

Jadi bahwa semakin tinggi pendidikannya maka semakin baik pengetahuannya.


45

4.3.4 Pengetahuan ibu post partum tentang perawatan luka perineum di Polindes

Restu Ibu Desa Kedungrojo Kecamatan Plumpang Tuban berdasarkan pekerjaan

Tabel 4.8 Distribusi pengetahuan ibu post partum tentang perawatan luka
perineum di Polindes Restu Ibu desa Kedungrojo Kecamatan
Plumpang Tuban berdasarkan pekerjaan pada bulan April sampai Mei
2010.

No Pekerjaan Pengetahuan
Bai % Cuku % Kuran % Total %
k p g
1 Bekerja 2 9,09% 4 18,18% 16 72.72% 22 100%
2 Tidak bekerja 2 25% 4 50% 2 25% 8 100%
Jumlah 4 13,33% 8 26,67% 18 60% 30 100%
Sumber: Data Primer 2010

Dari tabel 4.8 dapat dijelaskan bahwa dari 30 ibu post partum, yang bekerja

sebagian besar yaitu 16 ibu (72,72%) berpengetahuan kurang dan yang tidak

bekerja sebagian kecil yaitu 2 ibu (25%) berpengetahuan kurang.

Jadi semakin banyak waktu yang dimiliki maka semakin banyak pengetahuan

yang diperoleh.
46

3.5.1 Pengetahuan ibu post partum tentang perawatan luka perineum di Polindes

Restu Ibu Desa Kedungrojo Kecamatan Plumpang Tuban berdasarkan paritas

Tabel 4.9 Distribusi pengetahuan ibu post partum tentang perawatan luka
perineum di Polindes Restu Ibu desa Kedungrojo Kecamatan
Plumpang Tuban berdasarkan paritas pada bulan April sampai Mei
2010

No Paritas Pengetahuan
Bai % Cuku % Kuran % Total %
k p g
1 Primipara 0 0% 1 7,14% 13 92,85% 14 100%
2 Multipara 2 16,67% 6 50% 4 33,33% 12 100%
3 Grande Multipara 2 50% 1 25% 1 25% 4 100%
Jumlah 4 13,33% 8 26,67% 18 60% 30 100%
Sumber: Data Primer 2010

Dari tabel 4.9 dapat dijelaskan bahwa dari 30 ibu post partum, yang primipara

hampir seluruhnya yaitu 13 ibu (92,85%) berpengetahuan kurang sedangkan

multipara hampir setengahnya yaitu 4 ibu (33,33%) berpengetahuan kurang dan

grande multipara sebagian kecil yaitu 1 ibu (25%) berpengetahuan kurang.

Jadi semakin banyak melahirkan tingkat pengetahuannya semakin baik.


47

BAB 5

PEMBAHASAN

5.1 Pengetahuan Ibu Post Partum Tentang Perawatan Luka Perineum

Dari tabel 4.5 dapat dijelaskan dari 30 ibu post partum sebagian besar yaitu

18 ibu (60%) berpengetahuan kurang.

Pengalaman adalah guru terbaik seperti bunyi pepatah. Pepatah ini

mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan cara untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan namun perlu diperhatikan bahwa tidak semua

pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan yang

benar. Untuk menarik kesimpulan dari pengalaman dengan benar diperlukan pola

pikir yang kritis dan logis. (Notoatmodjo,2003).

Tahu diartikan sebagai pengikat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang

paling rendah.(Notoatmojo,2003)

Untuk mengetahui bahwa seseorang tahu tentang sesuatu yang dipelajari

antara lain dapat menyebutkan, menguraikan, menyatakan, dan sebagainya.

Sedangkan memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus

47
48

dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap

obyek yang dipelajari.(Notoatmodjo, 1997).

Jika dikaitkan dengan teori yang dikemukakan diatas menunjukan bahwa

responden dalam penelitian ini memiliki pengetahuan pada tingkat tahu (Know)

dan memahami (comprehension).

Menurut Notoatmojo (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan yaitu: faktor instrinsik (kepribadian ibu, intelegensi, bakat dan

minat,perasaan atau persepsi, kebutuhan, motifasi dan emosi) sedangkan faktor

ekstrinsik (lingkungan, sosial ekonomi, budaya, idiologi politik, hukum, iklim dan

manusia) dan karakteristik ibu (riwayat yang dimiliki ibu baik itu tingkat

pendidikan, usia, paritas dan pekerjaan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Polindes Restu Ibu desa

kedungrojo Kecamatan Plumpang Tuban didapatkan bahwa sebagian besar

responden mempunyai pengetahuan kurang tentang perawatan luka perineum. Hal

ini dapat disebabkan kurangnya informasi yang diterima ibu tentang perawatan

luka perineum. Sedangkan yang pengetahuannya cukup kadang- kadang

mendapatkan informasi dari media masa maupun dari petugas kesehatan tetapi

dalam melakukan perawatan luka perineum jarang dilakukan karena belum tahu

manfaat yang sebenarnya. Dan yang mempunyai pengetahuan baik karena ibu

tersebut sering membaca maupun mencari informasi sendiri baik dari media masa

maupun majalah disamping itu mempunyai kemauan yang tinggi untuk

memperoleh pengetahuan terutama yang berhubungan dengan kesehatan kareba

hal itu sangat bermanfaat baik bagi dirinya maupun keluarganya.


49

5.2 Pengetahuan ibu post partum tentang perawatan luka perineum

menurut usia.

Dari tabel 4.6 dapat dijelaskan bahwa dari 30 ibu post partum, yang berusia < 20

tahun sebagian besar yaitu 15 ibu (75%) mempunyai pengetahuan kurang sedangkan

ibu berusia 20 - 30 tahun hampir setengahnya yaitu 2 ibu (33,33%) berpengetahuan

kurang dan yang berrusia > 30 tahun sebagian kecil yaitu 1 ibu (25%) berpengetahuan

kurang .

Menurut Hanafi (2002) bahwa kurun waktu masa reproduksi dibagi

menjadi tiga fase yaitu : fase menunda kehamilan usia dibawah 20 tahun, fase

menjarangkan kehamilan usia 20 30 tahun. Periode usia ini paling baik untuk

melahirkan anak dengan jarak melahirkan 2 sampai 4 tahun, fase menghentikan

atau mengakhiri kehamilan lebih dari 30 tahun.

Menurut Nursalam (2002) semakin cukup umur tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja dari segi

masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih di percaya daripada orang

yang belum cukup tinggi kedewasaannya.

Menurut Nurhidayah (2006) dijelaskan bahwa pada kelompok usia

tersebut seseorang memiliki energi yang potensial dalam memperolaeh informasi

dalam rangka untuk melengkapi pengetahuan yang telah dimiliki.

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Polindes Restu Ibu Desa

Kedungrojo Kecamatan Plumpang Tuban bahwa sebagian besar ibu post partum

yang berusia < 20 tahun mempunyai pengetahuan kurang tentang perawatan luka

perineum. Hal ini karena usia ibu yang masih muda sehingga belum siap menerima
50

kehidupan yang baru apalagi pengetahuan tentang perawatan luka perineum.

Sedangkan yang mempunyai pengetahuan cukup terdapat pada ibu yang berusia 20

30 tahun karena usia tersebut lebih dewasa dalam berfikir dan berkata serta

mempunyai kemauan dalam memperoleh informasi. Dan yang mempunyai

pengetahuan baik terdapat pada usia > 30 tahun hal ini karena ibu tersebut

memiliki semangat dalam memperoleh informasi serta mempunyai semangat

maupun kemauan untuk memperoleh informasi terutama tentang perawatan luka

prineum.

5.3 Pengetahuan ibu post partum tentang perawatan luka perineum

Menurut pendidikan.

Dari tabel 4.7 dapat dijelaskan bahwa dari 30 ibu post partum, yang

pendidikan dasar sebagian kecil yaitu 1 ibu (4,76%) berpengetahuan baik

sedangkan yang pendidikan menengah, sebagian kecil yaitu 1 ibu (16,67%)

berpengetahuan baik dan yang pendidikan tinggi sebagian besar yaitu 2 ibu

(66,67%) berpengetahuan baik.

Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam pendidikan itu

terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih

dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok dan masyarakat

(Soekidjo Notoatmodjo, 2003).

Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran pada masyarakat agar

masyarakat mau melakukan tindakan (praktik) untuk memelihara (mengatasi

masalah) dan meningkatkan kesehatannya (Soekidjo Notoatmodjo, 2005).

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Polindes Resti Ibu Desa

Kedungrojo Kecamatan Plumpang Tuban bahwa sebagian besar pengetahuan baik


51

tentang perawatan luka perineum terdapat pada yang pendidikannya tinggi. Hal

ini karena ibu tersebut sering membaca buku maupun majalah, sehingga

informasi sering diperoleh baik informasi tentang perawatan luka perineum

maupun yang lainnya. Sedangkan pengetahuan cukup terdapat pada pendidikan

menengah karena ibu kadangkadang berkonsultasi dengan petugas kesehatan

apabila mengalami masalah kesehatan. Dan pengetahuan kurang terdapat pada

pendidikan dasar hal ini karena ibu tersebut apabila mendapatkan informasi baik

dari petugas kesehatan maupun media elektronik tidak begitu faham sehingga

apabila melakukan tindakan terutama melakukan perawatan luka perineum belum

benar atau merasa takut. Hal ini sesuai dengan teori Kuencoroningrat yang

dikutip dalam buku Nursalam (2000) bahwa makin tinggi pendidikan seseorang

makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan

yang dimiliki.

5.4 Pengetahuan ibu post partum tentang perawatan luka perineum

menurut pekerjaan

Dari tabel 4.8 dapat dijelaskan bahwa dari 30 ibu post partum, yang bekerja

sebagian besar yaitu 16 ibu (72,72%) berpengetahuan kurang dan yang tidak

bekerja sebagian kecil yaitu 2 ibu (25%) berpengetahuan kurang.

Dalam rangka pemenuhan kebutuhan akan barang dan jasa diperlukan suatu

pengorbanan. Dengan kerja seseorang akan memperoleh jasa. Dengan jasa inilah

manusia memenuhi kebutuhannya. Dengan adanya pekerjaan seseorang akan

melakukan banyak waktu dan tenaga untuk menyelesaikan pekerjaan yang

dianggap penting dan cenderung mempunyai banyak waktu untuk tukar pendapat /

pengalaman antar teman dalam kantornya. (Notoatmodjo, 1993).


52

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Polindes Restu Ibu Desa

Kedungrojo Kecamatan Plumpang Tuban didapatkan bahwa sebagian besar ibu

post partum yang mempunyai pengetahuan kurang terdapat pada ibu post partum

yang bekerja karena mereka tidak banyak waktu untuk membaca ataupun

mendapatkan informasi, baik dari petugas kesehatan maupun dari media masa.

Sedangkan ibu post partum yang tidak bekerja mempunyai kesempatan yang

banyak untuk berkonsultasi maupun mendapatkan informasi tentang perawatan

luka perineum. Hal ini sesuai dengan teori Notoatmodjo (2003) bahwa adanya

suatu pekerjaan pada seseorang akan menyita banyak waktu dan tenaga untuk

menyelesaikan pekerjaan yang dianggap penting dan memerlukan perhatian

tersebut, sehingga masyarakat yang sibuk hanya mempunyai sedikit waktu

memperoleh informasi. Pengetahuan yang mereka peroleh kemungkinan menjadi

sedikit daripada mereka yang mempunyai banyak waktu dan kesempatan untuk

memperoleh informasi tersebut.

5.5 Pengetahuan ibu post partum tentang perawatan luka perineum

menurut paritas.

Dari tabel 4.9 dapat dijelaskan bahwa dari 30 ibu post partum, yang primipara

hampir seluruhnya yaitu 13 ibu (92,85%) berpengetahuan kurang sedangkan

multipara hampir setengahnya yaitu 4 ibu (33,33%) berpengetahuan kurang dan

grande multipara sebagian kecil yaitu 1 ibu (25%) berpengetahuan kurang.

Paritas adalah keadaan seorang wanita berkaitan dengan memiliki bayi yang

lahir hidup. Semakin sedikit jumlah anak, maka waktu yang tersedia untuk

mendapatkan informasi semakin besar, karena beban kerja berkurang

dibandingkan yang memiliki banyak anak.(Manuaba, 1998)


53

Pengalaman juga merupakan sumber pengetahuan. Pengalaman merupakan

suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan

cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi masa lalu ( Manuaba ,1999).

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Polindes Restu Ibu Desa

Kedungrojo Kecamatan Plumpang Tuban didapatkan bahwa sebagian besar ibu

post partum yang memiliki pengetahuan kurang terdapat pada primipara. Hal ini

karena ibu tersebut belum mempunyai pengalaman tentang perawatan luka

perineum dan merasa malu untuk berkonsultasi pada petugas kesehatan sedangkan

yang pengetahuannya cukup pada multipara karena ibu tersebut sudah cukup

mempunyai pengalaman dan sering mencari informasi baik dari petugas kesehatan

maupun media masa sedangkan yang pengetahuannya baik pada grande multipara

hal ini karena ibu sudah banyak memiliki pengalaman tentang perawatan luka

perineum disamping itu sering berkonsultasi pada petugas kesehatan tentang

masalah yang pernah dialami sehingga ibu sudah biasa melakukan perawatan luka

perineum hal ini sesuai dengan teori Notoatmodjo (2003) bahwa pengalaman

seseorang merupakan modal yang dapat memperkaya pengetahuan seseorang.


54

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas. Peneliti menyimpulkan

sebagai berikut:

6.1.1 Pengetahuan ibu post partum tentang perawatan luka perineum sebagian

besar kurang.

6.1.2 Pengetahuan ibu post partum tentang perawatan luka perineum

berdasarkan usia sebagian besar kurang pada usia < 20 tahun.

6.1.3 Pengetahuan ibu post partum tentang perawatan luka perineum

berdasarkan pendidikan sebagian besar baik pada pendidikan tinggi..

6.1.4 Pengetahuan ibu post partum tentang perawatan luka perineum

berdasarkan pekerjaan sebagian besar kurang pada yang bekerja.

6.1.5 Pengetahuan ibu post partum tentang perawatan luka perineum

berdasarkan paritas sebagian besar kurang pada primipara.

6.2 SARAN

Dari kesimpulan tersebut peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut:

6.2.1 Bagi Bidan

Untuk meningkatkan pengetahuan ibu post partum tentang perawatan luka

perineum maka diupayakan agar lebih meningkatkan pendidikan kesehatan

khususnya cara perawatan luka perineum bagi ibu post partum agar

responden yang pengetahuannya kurang tidak bertambah banyak bahkan


54
meningkat menjadi lebih baik. Hal ini dapat dilakukan dengan
55

membiasakan untuk memberikan penyuluhan secara bertahap kepada klien

sejak perenatal care sampai post natal care dengan bantuan media yang

mudah diingat misalnya leafet, poster lembar balik atau media elektronik.

6.2.2 Bagi Tempat Penelitian.

Pelayanan yang baik tetap dipertahankan dengan selalu memberikan

kesempatan pada semua ibu post partum untuk berkonsultasi tentang

perawatan luka perineum selain itu ibu post partum yang pengetahuannya

baik untuk membantu memberikan penjelasan maupun bimbingan pada

ibu post partum yang pengetahuannya kurang sehingga pengetahuan ibu

post partum di wilayah Polindes Restu Ibu dapat meningkat atau menjadi

lebih baik.

6.2.3 Bagi ibu post partum.

Bagi ibu post partum yang pengetahuannya yang sudah baik dan tahu

manfaat dari perawatan luka perineum diharapkan mau melaksanakannya

secara rutin.

Anda mungkin juga menyukai