Anda di halaman 1dari 19

BAB VIII

TEORI HAMILTONIAN

8.1 Pendahuluan
Dalam mekanika fisika, banyak persamaan yang saling berhubungan
antara satu persamaan dengan persamaan yang lainnya. Dari persamaan-
persamaan tersebut dapat terbentuk suatu teorema yang dapat digunakan untuk
memecahkan satu atau lebih permasalahan dalam lingkup mekanika fisika dan
mungkin dapat digunakan lebih lanjut dalam menyelesaikan permasalahan lain.
Salah satu hubungan antara persamaan satu dengan persamaan yang lain dimana
persamaan tersebut dapat saling melengkapi adalah hubungan antara persamaan
Newtonian, Lagrangian, dan Hamiltonian.
Persamaan Newtonian pertama kali diungkapkan oleh Newton dalam
bukunya yang berjudul Principia Mathematica pada tahun 1867. Lagrange
menerbitkan persamaannya dalam bukunya yang berjudul Mechanique Analytique
pada tahun 1788. Pada awal abad 19, beberapa ilmuan fisika termasuk Lagrange
memulai mengembangkan formulasi ketiga dari mekanika, yang diselesaikan
dalam suatu persamaan pada tahun 1834 oleh matematikawan asal Irlandia
bermana Williamm Hamilton yang kini dinamakan Hamiltonian Mechanics.
Pada bab ini akan dipelajari tentang formulasi Hamiltonian yang secara
umum dikenal sebagai metode Hamiltonian atau teori Hamiltonian. Metode
Hamiltonian banyak digunakan untuk menyelesaikan gerak benda dalam
mekanika kuantum, mekanika statistik, dan mekanika jagad raya.

8.2 Persamaan Hamiltonian


Hamiltonian mekanik dari suatu sistem merupakan jumlah dari energi
kinetik dan energi potensial yang dinyatakan dalam fungsi posisi dan momentum
konjugatnya. Hamiltonian Mekanik mempunyai kesaaman dengan persamaan
Lagrangian dan juga secara alami muncul dari persamaan Lagrangian pula.
Sehingga, dapat didefinisikan bahwa fungsi Hamiltonian sebagai transformasi
legendre dari fungsi Lagrangian, dalam persamaan, Hamiltonian dapat dinyatakan
sebagai :
H ( q , p , t )=q . p=L(q , q , t) (8.1)
Dimana q = (q1,. . . , qn)T dan p = (p1, . . . , pn)T dan q = q (q,p,t) , serta notasi

n
untuk q.p dinyatakan dengan q . p= q j . p j
j=1

Persamaan hamiltonian dalam gerak ketika hamiltonian didefinisikan sebagai


transformasi dari lagrangian, persamaan lagrange dari gerak menjadi :
H
q i =
p 'i
(8.2)
H
p i= (8.3)
q'i
Untuk i = 1, . . . , n. Ini merupakan persamanan canocial Hamilton, terdiri dari
persamaan gerak turunan pertama 2n. Didapatkan nilai dari H adalah
H = q ( q , p ) . pL ( q , q ( q , p ) ) (8.4)

Pada persamaan Hamiltonian H = H (q.p) juga tidak terpengaruh terhadap


nilai t eksplisit. Kemudian dapat digunakan penurunan berantai untuk
menunjukkan bahwa jika H tidak eksplisit terhadap t maka H adalah :
a Konstan terhadap geraknya
b Kuantitasnya kekal
c Integral dari geraknya

Oleh karena tidak adanya ketergantungan terhadap t yang eksplisit pada


fungsi Hamiltonian H dapat berfungsi sebagai sistem konseatif , walaupun H
secara umum mungkin bukan energi totalnya. Akan tetapi untuk sistem mekanik
sederhana dengan nilai energi kinetik T = T (q,q.) dan potensial V = V (q), maka
nilai H akan menjadi energi Totalnya. Dimana nilai dari H adalah :
H=T+V (8.5)

Untuk membentuk persamaan Hamiltonian Canocial untuk proses sistem


mekanika adalah :
1 Memilih cordinat yang umum q = (q1,. . . , qn)T dan susunlah :

L (q,q,t) = T V
2 Tentukan dan hitung nilai momen secara umum
L
pi =
q'i
Untuk i = 1, . . . , n. Selesaikan hubungan untuk mendapatkan qi = qi
(q,p,t)
3 Susun dan hitung fungsi Hamiltoniannya
4 Tuliskan persamaan gerak Hamiltoniannya

Persamaan Hamiltonian dapat dihubungkan untuk pengembangan dari :


a Teori Hamiltonian Jacobi
b Teori gangguan klasik
c Mekanika Kuantum
d Mekanika Statistika

Contoh dari penggunaan persamaan hamiltonian terdapat dalam kasus


hukum konservatif dan simetris untuk koordinat Siklik
Telah diketahui bahwa
H dH
= (8.6)
t dt
Karena hamiltonian tidak bergantung eksplisit dari t kemudian ini merupakan
suatu integral konstan dari gerak, yang kadang dinamakan sebagai Integral Jacobi
yang mungkin juga energi totalnya. Dari definisi momen secara umum pi =

L
' , persamaan lagrange, dan persamaan hamiltonian untuk momen secara
qi
umum adalah :
L H
pi = '
= ' (8.7)
qi qi
Dari hubungan tersebut , dapat dilihat bahwa qi secara eksplisit tidak ada terhadap
lagrangian L, dan qi secara eksplisit menghilang dari Hamiltonian H, dan :
pi = 0 (8.8)
Oleh karena pi kuantitas yang tetap, dalam persamaan gerak konstan. Maka qi
dinamakan siklik atau diabaiakan. Untuk koordinat dari qi transformasinya :
t t+ t i (8.9)
qi qi + qi
(8.10)
Biarkan lagrangian / hamiltonian tidak berubah. Invariansi ini signifikan suatu
simetri dasar dari sistem.
Selain itu, persamaan hamiltonian relativistik juga dapat dihubungkan
dengan bidang elektromagnetik, menggunakan vektor :
L=m0 c2 1 2+ eA . v e (8.11)

Dimana A merupakan Vektor potensial dan potensial skalar.


Diketahui bahwa L T U secara relativistik, namun momentum canocial
masih bisa didapatkan dari :
L
p= =mo v k +e A k (8.12)
q'
Namun tidak sama lagi dengan momen mekanikal mo v k dalam kehadiran
kecepatan yang bergantung pada potensial A.

Relativitas partikel tungal Hamiltonian dalam medan elektromagnetik menjadi :


1
2
H ( q , p , t )=e +c ( peA ) +m2o c 2 2 (8.13)

Sejak (p eA) 2 = (mo c )2 , H = e + mo c2 , mempunyai nilai dari energi


totalnya, termasuk energi diamnya.

8.3 Momentum Umum


Pada pembahasan dibab sebelumnya telah ditunjukkan bagaimana
mendeskripsikan suatu sistem dengan n derajat kebebasan, diperlukan n koordinat
umum. Lagrangian L digambarkan dalam suku-suku koordinat q k , dan
keceatan umum q k . Jika Lagrangian secara eksplisi sebagai fungsi waktu,
maka dapat dinyatakan;
q1 , q2 , q n ; q 1 , q 2 , , q n ; t
(8.14)
L ( q , q , t ) =L
Terdapat perumusan lain untuk menyelesaikan persamaan gerak benda, yaitu
perumusan Hamilton.

Jika Hamiltonian secara eksplisit sebagai fungsi waktu maka dinyatakan bahwa ;
H=H (q , p , t)=H (q1 , q2 , ...q n ; p1 , p 2 , ... , p n ; t) (8.15)
Tinjau partikel tunggal yang bergerak dengan kecepatan xx sepanjang sumbu X.
Energi kinetik partikel adalah ;
1
T = m x 2 (8.16)
2
Momentum biasanya didefinisikan dengan p=mx x , namun kali ini momentum
dinyatakan sebagai ;
T
p=
xx
(8.17)
Jika V bukan fungsi kecepatan xx, yaitu V = V(x), maka momentum p dapat juga
dinyatakan dengan :
L
p=
xx

Selanjutnya konsep diatas digunakan untuk mendefinisikan momentum umum.


Untuk suatu sistem yang dideskripsikan dengan sekumpulan koordinat umum q1 ,
q2 , ... qndan terkait dengan momentum umum p1, p2, ...,pk , ..., pn , dapat
didefinisikan momentum umum, pk yang terkait dengan koordinat umum qk ;
L
p= (8.18)
qxk
Untuk sistem yang konservatif, persamaan Lagrange adalah;
d L L
( )
dt q k qk
=0 (8.19)

Dari persamaan (8.18) ;


d L
pk=
dt q k
(8.20)
Sehingga persamaan Lagrange memiliki bentuk ;
L
pk= (8.21)
qk

8.4 Fungsi Hamiltonian dan Hukum Konservasi


Suatu sistem yang tidak berinteraksi dengan sistem lainnya disebut dengan
sistem tertutup. Untuk sistem tertutup selalu terdapat tujuh konstanta gerak, yaitu
momentum linier yang memiliki komponen, momentum anguler yang memiliki
tiga komponen, dan energi total. Pada bahasan ini, akan dipelajarai munculnya
tujuh konstanta gerak melalui tinjauan Lagrangian suatu sistem tertutup.

8.3.1 Konservasi Momentum Linier


Tinjau Lagrangian sistem tertutup dalam suatu kerangka inersia dan
bersifat invarian (tidak terpengaruh translasi). Misalkan partikel tunggal dengan
Lagrangian L ( q, qx ) bersifat invarian ;
L L
L= q k+ qx k =0
k qk k qx k

(8.22)
q1 bukan fungsi dari waktu, sehingga ;
qk
qx k = ( )
dt
(8.23)
d

dt
( q k )=0
Dan persamaan (8.22) menjadi ;
L
L= q =0
k qk k
(8.24)
Pergeseran q k tidak bergantung satu dengan lainnya. Persamaan (8.24) akan
berharga nol jika masing- masing turunan parsial dari L adalah nol, yaitu ;
L
=0 (8.25)
qk
Jadi persamaan Lagrange pada persamaan (8.19) menjadi ;
d L
( )
dt qk
=0

(8.26)
Sehingga ;
L
=konstan (8.27)
qx k
Mengingat bahwa L = T(qxk) V(qk) , persaamaan (8.27) dapat dinyatakan dengan:
L
= ( T V )
qx k q k
1

q k 2(m q 2k
k
)
mqx k = pk =konstan (8.28)
Persamaan (8.28) menyatakan bahwa jika suatu ruang adalah homogen maka
momentum linier pk suatu sistem tertutup adalah konstan. Karena gerak partikel
tunggal dapat dideskripsikan oleh tiga koordinat kartesian, maka akan terdapat
tiga konstanta gerak, yaitu px, py, dan pz yang merupaka komponen dari vektor
momentum linier pk . Secara umum dapat dinyatakan bahwa jika Lagrangian suatu
sistem adalah invarian terhadap suatu translasi dalam arah tertentu, maka
momentum linier sistem dalam arah tersebut konstan.

8.3.2 Konservasi Momentum Anguler


Sifat lain dari sistem inersia adalah bahwa ruang akan isotropik dalam
kerangka inersia, yaitu sistem tertutup yang tidak dipengaruhi oleh orientasi atau
rotasi. Hai ini berimplikasi bahwa Lagrangian sistem tertutup akan invarian jaika
sistem diputar dengan sudut yang sangat kecil. Tinjau sistem yang terdiri dari
partikel tunggal. Perubahan Lagrangian dinyatakan dengan;
L L
L=
qk k
q + q =0 (8.29)
k k q k k
Berdasarkan definisi bahwa (lihat persamaan 8.18);
L
pk =
q k
Persamaan Lagrange (persamaan 8.21) dapat dinyatakan dengan;
L
pk = (8.30)
qk
Dan persamaan (8.29) dapat dinyatakan sebagai;
L= pk q k + pk q k =0 (8.31)
k k

Hasil ini akan dicoba diterapkan pada kasus sebagaimanan ditunjukkan pada
gambar 8.1. Suatu partikel berada di r dari titik asal O. Sistem dirotasi dengan
sudut terhadap suatu sumbu. Nilai dari r akan berubah sedemikian rupa
sehingga;
r = r (8.32)
Perubahan kecepatannya dinyatakan dengan;
r = r (8.33)
Dengan menggunakan persamaan (8.31), untuk pk = p diperoleh (k = 1, 2, 3; tiga
komponen vektor);
L= p . r + p r =0 (8.34)
Dengan menggunakan persamaan (8.32) dan (8.33), persamaan (8.34) menjadi;
L= p . ( r ) + p . ( r )=0 (8.35)

r
r + r

Gambar 8.1. Partikel m yang berada di r dan dirotasi dengan sudut

Dengan menggunakan sifat perkalian vektor, persamaan (8.35) menjadi;


. ( r p ) + . ( r p )=0 (8.36)
. [ ( r p ) + ( r p ) ]=0 (8.37)

. ( dtd (r p))=0 (8.38)

Dan;
r p=L (8.39)
Dengan L adalah momentum anguler. Untuk itu;
dL
. =0 (8.40)
dt
Karena adalah sembarang maka;
dL
=0
dt
(8.41)
Atau
L=r p
Dengan L memiliki tiga komponen. Secara umum dapat dinyatakan bahwa jika
Lagrangian invarian dibawah pengaruh rotasi, maka momentum anguler adalah
konstan.

8.3.3 Konservasi Energi dan Fungsi Hamiltonian


Waktu adalah homogen dalam kerangka referensi inersia. Hal ini
mengakibatkan Lagrangian dalam sistem tertutup secara eksplisit bukan fungsi
waktu, sehingga;
L L L
dL= d q k+ d q k + dt (8.42)
k qk k q
k k t
Dengan;
L
=0
t
(8.43)
Derivatif L terhadap t diperoleh;
dL L d qk L d q k
= + =0
dt k q k dt k q k dt
Atau
dL L L
= q k + q =0
dt k q k k k
k q

(8.44)
Dari persamaan Lagrange (lihat persamaan 8.19);
d L L
( ) =
dt q k qk
L
Disubtitusikan untuk dalam persamaan (8.44), diperoleh;
qk
dL L d L L
dt
=
k q k
q k
dt q
( )
k
+
k
q
q k k

d L
( q
q )
=0 k
dt k k

Jadi;
d L dL
dt ( q k ) q
dt
=0
k k

(8.45)
Atau;
d L
dt ( q k q
k k
L =0 ) (8.46)

Kuantitas dalam tanda kurung harus konstan terhadap waktu. Konstanta ini
disimbolkan dengan H yang disebut dengan Hamiltonian, dan dinyatakan dengan
menggunakan definisi momentum umum menjadi:
L
q k L= p k q k L=
q k k konstan (8.47)
H=
k

H adalah konstanta gerak jika L secara eksplisit bukan fungsi dari waktu t,

L
=0 . H memiliki sebuah bentuk khusus jika kita membuat dua asumsi
t
sebagai berikut:
1. Energi potensial V adalah independen dari koordinat kecepatan sehingga
L (T V ) T
= = (8.48)
qk q k q k
2. Jika persamaan mewakili transformasi koordinat tidak mengandung waktu
secara eksplisit, maka energi kinetik T tidak hanya fungsi kuadrat dari
kecepatan umum, tetapi juga akan homogen di semua hal. [Hati-hati:
persamaan transformasi antara koordinat, mengatakan dari sebuah persegi
panjang untuk umum, akan berisi waktu secara eksplisit jika q ini yang
berputar sehubungan dengan koordinat inersia (katakanlah persegi panjang)
atau jika kendala adalah fungsi dari waktu]

Sekarang, menurut teorema Euler untuk fungsi homogen f

q q
( 1 , q 2 , . , q k , . , q n) dari urutan N di variabel ( 1 , q 2 , . , q k , . , qn ) ,

N

q k qf =Nf (8.49)
k=1 k

Dengan demikian, jika energi kinetik T adalah fungsi kuadrat homogen, yaitu, dari
urutan N = 2. dari pers. (8.49 ) kita peroleh :
N

q k qf =2 f (8.50)
k=1 k

Gabungkan persamaan (8.48) dan (8.50) dengan persamaan (8.47), kita peroleh :
H=2 T ( T V )=T +V =E=konstan (8.51)
Dimana E adalah energi total dan konstan. Sehingga, dengan asumsi diatas, (1) V
= V(qk) dan (2) T adalah sebuah fungsi kuadrat yang homogen ; gerakan konstan,
hamiltonian H, adalah total energy E dari sistem yang sama. Hal ini sangat
penting untuk menjaga pendapat bahwa H adalah bukan selalu sama untuk E.
Kemungkinan perbedaan seperti berikut:
H adalah konstan dan sama untuk energI total E
H adalah konstan tetapi tidak sama untuk energI total E
H adalah tidak konstan tetapi sama untuk energI total E
H adalah tidak konstan dan tidak sama untuk energI total E

Hukum konservasi di sini dapat diringkas seperti yang ditunjukkan pada


tabel 8.1. Penting untuk dicatat bahwa invarian kuantitas fisik akibat dari sifat
simetri dari sistem dan tidak terbatas hanya untuk tiga kasus yang dibahas. Jenis
sebelumnya penalaran sering digunakan dalam tiba di hukum konservasi yang
berbeda dalam teori modern partikel dasar dan bidang.
Table 8.1 sifat simetri dan hukum konservasi
Properti di kerangka inersia Kuantitas ditinjau Pembatasan Lagrangian L
Ruang homogen Momentum Linier L adalah invarian untuk
translasi; L=0
Ruang isotropik Momentum Anguler L adalah invarian rotasi ;
L=0
Waktu homogen Energi Total L adalah bukan fungsi eksplisit

L
waktu t ; =0
t

8.5 Dinamika Hamiltonian


Berikut ini akan diturunkan persamaan gerak Hamilton, disebut juga
persamaan gerak kanonik. Lagrangian merupakan fungsi dari koordinat umum
dan kecepatan umum, dan dimungkinkan secara eksplisitsebagai fungsi dari
waktu, sehingga;
L=L(q 1 , q 2 , , q n ; q 1 , q 2 , , q n ; t ) (8.52)
Diferensiasi L adalah;
n
dL=
k=1
( qL d q + qL d q )+ tL dt
k
k
k
k (8.53)

Dengan menggunakan kaitan berikut;


L L
pk = dan = pk
qk qk
(8.54)
Diperoleh;
n
L
dL= ( p k d q k + pk d qk ) + dt (8.55)
k=1 t
Dengan menambahkan suku q k d pk pada kedua ruas akan diperoleh;
p k q k L
n n

= ( q k d pk p k d q k ) (8.56)
k=1 k=1
L )
d ( dt
t
Didefinisikan fungsi Hamilton sebagai;
n
H= p k q k L(q 1 ,q 2 , , q n ; p1 , p 2 , , pn ; t ) (8.57)
k=1

Dan persamaan (8.56) dinyatakan dengan;


n
L
dH= ( q k d pk p k d q k ) dt (8.58)
k=1 t
Berdasarkan persamaan (8.57), L secara eksplisit sebagai fungsi dari
(q 1 , q 2 , , qn ; q 1 , q 2 , , q n ; t) . Pada beberapa kasus, H diekspresikan sebagai
fungsi dari (q 1 , q 2 , , qn ; p1 , p2 , , p n ; t) . Hal ini dapat dilakukan dengan

L
menggunakan kaitan definisi momentum umum, = pk . Sehingga H dapat
qk
dinyatakan sebagai fungsi;
H=L(q 1 ,q 2 , , q n ; p1 , p 2 , , pn ; t) (8.59)
Berdasarkan persamaan (8.59), diferensiasi dari H adalah;
n
dH=
k=1
( qH d q + Hp d p )+ tH dt
k
k
k
k (8.60)

Dengan membandingkan persamaan (8.60) dan (8.58) diperoleh;


H
q k = (8.61)
pk
H
p k = (8.62)
qk
Dan
H L
=
t t
(8.63)
Persamaan (8.61) dan (8.62) adalah persamaan gerak Hamilton dan juga
dinamakan dengan persamaan gerak karonik. Prosedur ini menggambarkan gerak
dengan persamaan ini disebut dinamika Hamilton. 2n pertama-persamaan
diferensial yang lebih mudah untuk memecahkan daripada n orde kedua
persamaan diferensial di formalisme Lagrangian. Ini harus jelas dari Persamaan.
(8.62), Bahwa jika ada koordinasi qk dapat diabaikan (yaitu, tidak terdapat dalam
Hamilton H) maka sesuai momentum konjugat pk adalah konstan gerak.
Mari kita mempertimbangkan kasus di mana L, dan karenanya H, tidak

H
mengandung waktu secara eksplisit. Dalam kondisi seperti itu; =0 dan
t
persamaan (8.60) kurangi ke
n
dH H H
= ( q + p)
dt k1 q k k pk k
(8.64)
Gunakan persamaan Hamilton (8.61) dan (8.62), kita peroleh;
n
dH H H H H
=
(
dt k1 q k p k pk q k
=0
)
(8.65)
Oleh karena H adalah konstan gerak jika tidak mengandung t secara eksplisit.
Selain itu, seperti yang kita menunjukkan sebelumnya, H identik dengan E, jika
(1) persamaan menggambarkan transformasi koordinat umum tidak mengandung
waktu secara eksplisit, dan (2) energi potensial bukan fungsi dari kecepatan
umum.

Contoh Soal 1
Gunakan metode Hamilton untuk mendapatkan persamaan gerak harmonik
sederhana!
Jawab
Untuk gerak harmonik sederhana dalam sistem koordinat kartesian berlaku;
1 1
T = m x 2 , V = k x2 i)
2 2
Dan
1 1
L ( x , x ) =T V = m x 2 k x 2 ii)
2 2
Untuk memperoleh Hamiltonian, x harus diganti dengan momentum umum
px ;
L px
px = =m x atau x = iii)
x m
Dan
2
1 p
T = m x 2= x iv)
2 2m
Sehingga
1 2 1 2
H=H ( x , p x )=T + V = p + kx v)
2m x 2
Persamaan Hamilton (lihat persamaan 8.44 dan 8.45);
H px
x = = atau px =m x vi)
px m
H
p x = =kx atau px =kx vii)
x
Subtitusi persamaan (vi) ke dalam persamaan (vii) dan didapatkan;
d
m x =kx atau m x +kx =0 viii)
dt

Contoh Soal 2
k
Partikel bermassa m ditarik oleh gaya bernilai 2 , dengan k adalah konstanta.
r
Tentukan Hamiltonian dan persamaan gerak hamiltonnya!
Jawab
Dengan menggunakan koordinat polar (r, ),
r 2 +r 2 2
1 i)
T = m
2
k k
V = F . d r= dr = ii)
r 2
r
Dan diperoleh;
1
L ( x , x ) =T V = m ( r + r ) + kx
2 2 2
iii)
2
Besaran r dan dan persamaan (i) harus diganti dengan pr dan p ;
L p
pr= =m r atau r = r iv)
r m

p=
L p
=mr 2 atau = v)
m r2
Energi kinetik pada persamaan (i) dapat dinyatakan dengan;
[( ) ( ) ]
2 2 2 2
1 pr p 1 p p
T= + r2 = ( r + 2 ) vi)
2 m m 2 m mr

Hamilton H menjadi;
p2 k
H=H ( r , p r , p ) =
1
2m (
p2r + 2
r r ) vii)

Persamaan gerak diperoleh dengan menggunakan persamaan (8.44) dan (8.45);


H H
q k = dan p k = viii)
pk qk
Koordinat-koordinat umumnya adalah r, , pr dan p ;
2
H p k p2 k
pr = = 3+ 2 atau pr= 3
2 ix)
mr r mr r
H
p = =0 atau p =0 atau p= konstan x)

p
r = H = r atau pr=mr xi)
pr m

H = p
= atau p=m r
2 xii)
p mr 2
Contoh Soal 3
Deskripsikan gerak partikel bermassa m yang geraknya dibatasi oleh permukaan
silinder berjari-jari a dan dikenai gaya tarik dititik asal yang besarnya sebanding
dengan jarak partikel dari titik asal!
Jawab
Gerak partikel bermassa m dalam gambar dapat dideskripsikan dalam sistem
koordinat kartesian x,y, dan z atau dalam koordinat silinder r, , dan z.
Persamaan konstrainnya adalah:
2 2 2
x + y =a i)
Sedangkan gaya tarik
F=k r ii)
Dengan k adalah konstanta dan r 2=x 2 + y 2+ z2 . Dengan menggunakan
koordinat silinder, energi kinetic T adalah:
1 1
T = m v 2= m(r 2+ r 2 2+ z 2 ) iii)
2 2
Karena r = a maka r =0 sehingga;
1
T = m(a + z )
2 2 2
iv)
2
Energi potensial dinyatakan dengan
1 2 1 2 2 2 1 2 2
V = k r = k ( x + y + z )= k (a + z ) v)
2 2 2
Untuk itu ;
1 1
L=L ( z , , z )=T V = m ( a + z ) k (a + z )
2 2 2 2 2
vi)
2 2
Dan
L p
p= =ma 2
atau = vii)

m a2
L p
pz = =m z atau z = z viii)
z m
Subtitusi ke persamaan (iv),
p 2 pz 2
+( )
ma 2 m
2
2 p p 2z
a = +
2 ma 2 2m
1
T= m
2
Sehingga Hamiltoniannya:
p2 p 2z 1 2
H=H ( z , , p , p Z )=T +V = + + kz ix)
2 ma 2 2m 2
Dengan menggunakan persamaan kanonik (8.61 dan 8.62)
H H
q k = dan p k =
pk qk
Diperoleh ;
H pz
z = = atau pz =m z
pz m
x)

H = p
= atau p=m a
2
xi)
p ma 2
H
p z= =kz atau pz =kz xii)
z
H
p = =0 atau p=0 atau p = konstan

xiii)
Dengan menggunakan persamaan (x) dan (xii) diperoleh ;
m z +kz =0 xiv)
Yang menyatakan bahwa gerak partikel dalam arah sumbu Z adalah gerak
harmonik sederhana dengan frekuensi ;

=
k
m
xv)
Sedangkan dari persamaan (xi) dan (xiii) diperoleh ;
p=konstan=ma 2 xvi)
Yang menyatakan bahwa momentum anguler disekitar sumbu Z adalah konstan.

Latihan Soal
1. Tuliskan persamaan Hamilton dari titik massa yang bergerak sepanjang
garis lurus!
2. Tentukan persamaan gerak partikel bermassa m yang ditembakkan vertikal
ke atas dalam medan gravitasi seragam!
3. Tentukan persamaan Hamilton untuk gerak proyektil dua dimensi!

Anda mungkin juga menyukai