Laporan Akhir Koralogi
Laporan Akhir Koralogi
KORALOGI
Oleh :
YUSUF PELU
2012-64-016
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang mempunyai potensi terumbu karang terbesar di dunia.
Luas terumbu karang di Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 60.000 km 2. Hal tersebut
membuat Indonesia menjadi negara pengekspor terumbu karang pertama di dunia. Dewasa ini,
kerusakan terumbu karang, terutama di Indonesia meningkat secara pesat. Terumbu karang yang
masih berkondisi baik hanya sekitar 6,2%. Kerusakan ini menyebabkan meluasnya tekanan pada
ekosistem terumbu karang alami. Meskipun faktanya kuantitas perdagangan terumbu karang
telah dibatasi oleh Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and
Flora (CITES), laju eksploitasi terumbu karang masih tinggi karena buruknya sistem
penanganannya.
Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis
tumbuhan alga yang disebut zooxanhellae. Terumbu karang termasuk dalam jenis filum Cnidaria
kelas Anthozoa yang memiliki tentakel. Kelas Anthozoa tersebut terdiri dari dua Subkelas yaitu
Hexacorallia (atau Zoantharia) dan Octocorallia, yang keduanya dibedakan secara asal-usul,
Morfologi dan Fisiologi.
Koloni karang dibentuk oleh ribuan hewan kecil yang disebut Polip. Dalam bentuk
sederhananya, karang terdiri dari satu polip saja yang mempunyai bentuk tubuh seperti tabung
dengan mulut yang terletak di bagian atas dan dikelilingi oleh Tentakel. Namun pada kebanyakan
Spesies, satu individu polip karang akan berkembang menjadi banyak individu yang disebut
koloni. Hewan ini memiliki bentuk unik dan warna beraneka rupa serta dapat menghasilkan
CaCO3. Terumbu karang merupakan habitat bagi berbagai spesies tumbuhan laut, hewan laut,
dan mikroorganisme laut lainnya yang belum diketahui.
Terumbu karang merupakan salah satu komponen utama sumber daya pesisir dan laut,
disamping hutan bakau atau hutan mangrove dan padang lamun. Terumbu karang dan segala
kehidupan yang ada didalamnya merupakan salah satu kekayaan alam yang dimiliki
bangsaIndonesia yang tak ternilai harganya. Diperkirakan luas terumbu karang yang terdapat di
perairan Indonesia adalah lebih dari 60.000 km2, yang tersebar luas dari perairan Kawasan Barat
Indonesia sampai Kawasan Timur Indonesia. Contohnya adalah ekosistem terumbu karang di
perairan Maluku dan Nusa Tenggara.
Terumbu karang secara umum dapat dinisbatkan kepada struktur fisik beserta ekosistem yang
menyertainya yang secara aktif membentuk sedimenkalsium karbonat akibat aktivitas biologi
(biogenik) yang berlangsung di bawah permukaan laut. Bagi ahli geologi, terumbu karang
merupakan struktur batuan sedimen dari kapur (kalsium karbonat) di dalam laut, atau disebut
singkat dengan terumbu. Bagi ahli biologi terumbu karang merupakan suatu ekosistem yang
dibentuk dan didominasi oleh komunitas koral. Dalam peristilahan 'terumbu karang', "karang"
yang dimaksud adalah koral, sekelompok hewan dari ordoScleractinia yang menghasilkan kapur
sebagai pembentuk utama terumbu. Terumbu adalah batuan sedimen kapur di laut, yang juga
meliputi karang hidup dan karang mati yang menempel pada batuan kapur tersebut. kapur di
terumbu dapat berasal dari karang maupun dari alga. Secara fisik terumbu karang adalah terumbu
yang terbentuk dari kapur yang dihasilkan oleh karang. Di Indonesia semua terumbu berasal dari
kapur yang sebagian besar dihasilkan koral. Kerangka karang mengalami erosi dan terakumulasi
menempel di dasar terumbu.
b. Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah :
1. Mahasiswa dapat membedakan bentuk-bentuk terumbu koral.
2. Dapat memberikan informasi tentang kondisi karang yang ada di perairan
tersebut.
BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.1. Waktu dan lkasi praktikum
lokasi pelaksanaan praktikum adalah pada ekosistem terumbu karang yang
menempati suatu perairan pesisir dan pulau-pulau kecil
Dimana :
Pt = persen penutupan komponen penyusun
Pjc = Panjang kategori
Pjt = Panjang tansek.
Kondisi terumbu karang pada areal praktikum ditentukan memakai kriteria yang
diusulkan oleh Wilkinson et.al. (1992), dimana nilai persen tutupan karang batu sebagai
parameter penentu. Kategori kondisi terumbu karang dimaksud adalah sebagai berikut :
Sangat baik (excellent) dengan nilai persen tutupan karang batu 75,0100%;
Baik (good) dengan nilai persen tutupan karang batu 50,0 4,9%;
Kurang baik (fair) dengan nilai persen tutupan karang batu 25,049,9% dan
Buruk (poor) dengan nilai persen tutupan karang batu sebesar 0,024,9%.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
2. Acropora merayap (Encursting Acropora), bentuk merayap, biasanya terjadi pada Acropora
yang belum sempurna.
3. Acropora Submasif (Submassive Acropora), percabangan bentuk gada/lempeng dan kokoh.
4. Acropora berjari (Digitate Acropora), bentuk percabangan rapat dengan cabang seperti jari-
jari tangan
(Supriharyono, 2000)
50
40
29.92
30
20
11.68
10
0
HARD CORAL Dead Scleractinia Abiotic
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa kelimpahan hard coral ( karang keras )
mencapai 58.4% dikarenakan faktor-faktor yang mempengaruhi terumbu karang
seperti dead scleractinia hanya mencapai 11.68% dan faktor abiotic hanya mencapai
29.92% dan memiliki persentasi yang rendah di bandingkan dengan karang keras
(hard coral) yang memiliki presentasi yang lebih tinggi dan mendominasi ekosistem.
Terumbu karang mendominasi ekosistem di karenakan mendapatkan suplai matahri
yang cukup disebakan karena faktor dead scleractinia dan faktor abiotic ( pasir,
sampah dll ) memiliki presentasi yang rendah.
Chart Title
140
120
100
80
60
40
20
0
Nilai Indeks Mortalitas ( MI ) di perairan desa Eri adalah 0.285047. yang mana bila dilihat
nilai indeksnya mendekati nilai 0, berarti kondisi terumbu karang dikatakan memiliki rasio
kematian karang yang kecil atau tingkat kesehatan karang tinggi.
terumbu koral lokasi praktek di lokasi berada dalam lokasi kondisi sehat di karenakan selain
mempunyai dampak negatif dari sedimen dan pembuangan sampah , bila sedimen dengan
sampah yang mengalir dari daratan berada dalam volume yang kecil ( tetapi merusak bila
dalam volume yang besar ).
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Dari praktikum yang sudah dilakukan kita dapat menyimpulkan beberapa hal, yaitu :
Dalam praktikum kali ini karang keras (Scleractinia) yang di temukan di Pulau Panjang
antara lain adalah jenis karang massive, karang branching, karang digitate dan karang
submassive. Karang keras yang paling banyak adalah jenis karang massive, karena
karang massive memiliki bentuk seperti bongkahan batu yang kokoh dan tahan akan
kondisi ekstrim.
Untuk identifikasi karang bisa dilihat dari bentuknya, seperti karang massive yang
memiliki bentuk seperti bongkahan batu. Karang branching memiliki cabang yang
panjang dan karang submassive yang memiliki tonjolan tonjolan atau kolom kolom
kecil. Beberapa karang massive memiliki coralite ceroid, meandroid dan phaceloid.
4.2. SARAN
Cintailah lingkungan dimana anda berada karena dengan mencintai maka ada kita juga
merasa memiliki.
DAFTAR PUSTAKA
Castro P & Huber ME. 2005. Marine Biology Ed ke-5. New York: Mc Graw Hill
International.Page 119-125.