Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka


2.1.1 Definisi Persepsi Konsumen
Persepsi pelanggan merupakan suatu pesan yang timbul dan
dirasakan oleh pelanggan setelah mengkonsumsi atau menikmati
produk barang dan jasa.Persepsi juga sangat menentukan tingkat
kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan, karena merupakan
penilaian pelanggan terhadap produk yang dinikmatinya.Kualitas
penyampaian jasa dimulai dari kebutuhan pelanggan yang
mempunyai harapan tersendiri terhadap barang dan jasa yang
dikonsumsinya. Pelanggan akan menilai serta menentukan sendiri
citra atau kualitas suatu produk (Ferrinadewi, 2008).
Persepsi pelanggan terhadap kualitas suatu jasa merupakan
penilaian menyeluruh atas keunggulan suatu jasa. Dengan
mengetahui persepsi dari pelanggan maka perusahaan bisa
mengetahui penilaian pelanggan terhadap produk atas jasa
pelayanan yang diberikan perusahaan terhadap pelanggannya,
dimana penilaian itu bisa positif dan juga bisa negatif sehingga
perusahaan bisa memperbaiki dan meningkatkan serta
menyempurnakan produk atau pelayanan kualitas produk
ataupun pelayanan yang diberikan perusahaan kepada pelanggan
dimasa yang akan datang sehingga kualitas produk ataupun
pelayanan dari perusahaan tersebut menjadi lebih baik dan sesuai
dengan harapan konsumen yang pada akhirnya tercapai
kepuasan konsumen (Ferrinadewi, 2008).
Assael (dalam Mariono, 2010), menjelaskan bahwa persepsi
konsumen dapat diketahui dengan cara mengukur atau
mengevaluasi dampak dari informasi pemasaran yang diterima
konsumen. Tahapan-tahapan persepsi terdiri dari: exposure
(pemaparan), attention (perhatian), comprehension
(pemahaman), dan retention (ingatan).

1
2.1.2 Pengertian Atribut Produk
Atribut produk dapat memberikan gambaran yang jelas tetang produk itu
sendiri. Agar dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai pengertian atribut
produk ini, penulis mengemukakan pengertian atribut dari beberapa ahli:
Menurut Tjiptono (2007;103) yaitu:Atribut produk adalah unsurunsur
produk yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan
keputusan pembelian.
Berdasarkan defenisi-defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa atribut produk
merupakan unsur-unsur produk yang mencerminkan pengembangan suatu produk
untuk dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian. Adapun lima hal
pokok yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Merk
Merek adalah sesuatu yang ditujukan untuk mengidentifikasi barang atau jasa
jasa dari seseorang atau kelompok penjual dan untuk membedakannya dari
produk penjual dapat dalam bentuk nama, istilah, tanda, simbol atau rancangan
atau kombinasi hal-hal tersebut.Dalam melakukan pembelian konsumen tidak
hanya memperhatikan macam dari produk. Tapi juga pembeli memperhatikan
merek dari produk tersebut , merek lebih dari sekedar simbol, merek dapat
memiliki 6 tingkatan perhatian sebagai berikut:
1) Atribut
2) Manfaat
3) Nilai
4) Budaya
5) Kepribadian
6) Pemakai
Merek yang baik adalah merek yang mempunyai karakteristik-karakteristik
tertentu, adapun karakteristik merek yang baik adalah :
a) Mengingatkan suatu tentang karakteristik produk dan kegunaannya
b) Mudah dieja, dibaca dan diingat
c) Bisa diadaptasi oleh produk-produk baru yang mungkin ditambahkan dilini
produk
d) Bisa didaftarkan dan dilindungi hak paten
Produsen membuat suatu merek untuk produknya karena ada tujuan-tujuan
tertentu yang dapat diambil manfaatnya oleh penjual (produsen) maupun
pembeli (konsumen), ada banyak manfaat dari pencantuman merek pada suatu
produk. Manfaat dari pencantuman merek adalah:

2
1) Merek memberikan identitas
Produk kita akan mudah dikenali dan dicari oleh pembeli karena
merek. Ini adalah fungsi dasar merek yaitu sebagai pemberi identitas bagi
produk kita.
2) Membedakan dengan pesaing
Manfaat dasar merek yang kedua adalah membedakan produk kita
dengan produk pesaing.Apa gunanya kita membuat produk yang bagus jika
ternyata pelanggan tidak mampu membedakan produk kita dengan produk
pesaing yang kualitasnya ada di bawah produk kita.
3) Meningkatkan penjualan
Bila merek kita dipersepsikan dengan baik oleh konsumen, maka tidak
perlu diragukan lagi mereka akan bercerita kepada siapa saja yang
ditemuinya tentang produk kita. Itu berarti naiknya angka penjualan bisnis
kita.
4) Membangun loyalitas
Pelanggan yang puas akan produk yang kita jual, mereka akan dengan
sendirinya memasukkan merek kita tidak hanya di kepala pelanggan tapi juga
di hati mereka. Bagi mereka, merek kitalah yang terbaik.Mereka merasa
mendapatkan banyak manfaat dari membeli produk kita.Tidak hanya manfaat
fungsional, namun juga manfaat emosional. Mereka akan selalu melakukan
pembelian ulang tanpa pernah silau oleh harga murah ataupun promosi dan
janji-janji dari pihak pesaing.
5) Membuat pelanggan tidak sensitif harga
Sama ketika kita telah jatuh cinta pada seseorang, keluar biaya berapa
pun tidak menjadi masalah yang besar asalkan dapat bersama dengan orang
yang kita cintai. Begitu pula dengan merek, jika para pelanggan telah jatuh
cinta dengan merek kita, mereka tidak akan peduli berapa banyak biaya yang
harus dikeluarkan untuk memperoleh produk kita. Ini berarti ada margin
keuntungan yang lebih besar bagi produk kita.
6) Komunikasi pemasaran jadi lancar
Hampir semua pakar pemasaran sepakat bahwa iklan yang terbaik
adalah kata-kata yang keluar dari mulut pelanggan yang puas. Secara tidak
langsung, pelanggan yang puas terhadap merek kita akan membantu
mempromosikan produk dan citra merek kita. Kita tidak perlu susah-susah
mengeluarkan dana, waktu dan tenaga lagi untuk memperkenalkan merek kita
kepada calon pelanggan baru.
7) Terbuka peluang untuk waralaba

3
Merek adalah intangible asset (aset tak berwujud) bagi perusahaan.
Dalam jangka panjang, ketika merek kita telah mengakar kuat dibenak para
konsumen, kita akan dapat mewaralabakan merek kita dengan nilai yang
tinggi.
8) Magnet bagi para stakeholder
Merek yang telah dikenal baik, tidak hanya akan menjadi daya tarik
bagi para calon konsumen, namun juga akan menjadi magnet bagi para
stakeholder terbaik. Mereka tidak akan kesulitan untuk mencari pemasok,
karyawan, bahkan juga para investor. Hali ini berarti merek yang baik akan
meningkatkan daya tawar kita di hadapan para stakeholder itu.

b. Kualitas Produk
Kualitas produk sebagai driver dari kepuasan pelanggan sudah lama
diyakini.Setidaknya, lebih lama dibandingkan dengan keyakinan terhadap
kualitas pelayanan sebagai driver kepuasan pelanggan.
Kualitas merupakan faktor yang terdapat dalam suatu produk yang
menyebabkan produk tersebut bernilai sesuai dengan maksud untuk apa produk
itu diproduksi. Kualitas ditentukan oleh sekumpulan kegunaan dan fungsinya,
termasuk di dalamnya daya tahan, ketergantungan dengan produk lain,
esklusifitas, kenyamanan wujud (warna, bentuk pembungkus dsb) dan harga
yang ditentukan oleh biaya produk.
Jadi bila suatu produk telah dapat menjalankan fungsi-fungsi-nya dapat
dikatakan sebagai produk yang memiliki kualitas yang baik.

c. Sifat Produk
Sifat barang merupakan karakter yang melekat pada barang itu sendiri secara
fisik dapat dilihat.Sifat produk disebut juga dengan istilah ciri produk yang
dalam bahasa inggris disebut produk feature.Suatu produk dapat ditawarka
dalam berbagai sifat, sebuah model Polos produk berupa tambahan apapun
merupakan titik awal.Perusahaan dapat menciptakan model dari tingkat lebih
tinggi dengan menambahkan beberapa sifat.
Sifat produk adalah alat bersaing untuk membedakan produk perusahaan
dengan produk pesaing. Menjadi produsen yang pertama yang memperkenalkan
sifat baru yang dibutuhkan dan nilai tinggi oleh pelanggan adalah salah satu cara
yang paling efektif untuk bersaing. Produsen tidak perlu menawarkan produk
yang nilainya rendah bagi pelanggan dalam hubungan dengan biaya

4
sebaliknya.Sebaliknya sifat-sifat produk yang sifatnya tinggi bagi pelanggan
dalam hubungan dengan biaya perlu untuk ditambahkan.

d. Kemasan
Kemasan berasal dari kata kemas yang berarti teratur (terbungkus) rapi;
bersih; rapi; beres; selesai. Pengertian kemasan lainnya merupakan hasil
mengemas atau bungkus pelindung dagangan (niaga). Sedangkan pengertian
bungkus dapat diartikan sebagai kata bantu bilangan untuk benda yang dibalut
dengan kertas (botol, plastik, dan sebagainya); pengertian lainnya barang apa
yang dipakai untuk membalut. Dengan demikian dalam tulisan ini pengertian
kemasan adalah sesuatu (material) dapat berupa botol, kertas, maupun plastik
yang digunakan untuk membungkus makanan.
Kesadaran akan pentingnya kemasan yang menarik dan baik semakin
meningkat. Karena pentingnya fungsi kemasan dalam pemasaran dan
merupakan atribut yang dilihat konsumen paling awal.Tidak jarang konsumen
bersedia membayar lebih untuk memudahan penampilan, kehandalan dan
prestise dari kemasan yang lebih baik.Faktor lainnya adalah makin meluasnya
penjualan dengan sistem swalayan (self service), makin meningkatnya standar
kesehatan dan sanitasi yang dituntut masyarakat.
Dalam pemasaran suatu produk, pemberian wadah atau kemasan dapat
memainkan peran kecil, misalnya paku, sekrup atau peran yang penting,
misalnya pada kosmetika. Masalah kemasan dirumuskan sebagai segala kegiatan
merancang dan memperbaiki kaidah atau bungkus suatu produk
Kemasan juga didefinisikan sebagai seluruh kegiatan merancang dan
memproduksi bungkus atau kemasan suatu produk. Ada tiga alasan mengapa
kemasan diperlukan Kemasan memenuhi sasaran, Keamanan (safety) dan
kemanfaatan (utilitarian) Kemasan bisa melaksanakan program pemasaran
perusahaan. Manajemen bisa mengawasi produknya sedemikian rupa untuk
meningkatkan perolehan laba.
Dengan adanya keamanan dan kemanfaatan kemasan, produk akan terlidungi
selama dalam perjalananya dari produsen kekonsumen, bahkan terahir dipakai
oleh konsumen selain itu dengan adanya kemasan, identifikasi produk menjadi
lebih efektif dan dengan sendirinya mencegah pertukaran oleh produk pesaing.
Kemasan juga perlu ditawarkan dengan bentuk dan ciri yang demikian
menariknya sehingga konsumen bersedia membayar lebih mahal hanya untuk
memperoleh kemasan yang lebih baik.

5
e. Label
Label adalah setiap keterangan mengenai barang yang dapat berupa gambar,
tulisan atau kombinasi keduanya atau bentuk lain yang memuat informasi
tentang barang dan keterangan pelaku usaha serta informasi lainnya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang disertakan pada
produk, dimasukkan kedalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian
kemasan.
Kegunaan Label adalah memberikan infomasi yang benar,jelas danlengkap
baik mengenai kuantitas, isi, kualitas maupun hal-hal lain yang diperlukan
mengenai barang yang diperdagangkan.
Label Bagi Konsumenadalah Konsumen akan memperoleh informasi yang
benar, jelas dan baik mengenai kuantitas, isi, kualitas mengenai barang / jasa
beredar dan dapat menentukan pilihan sebelum membeli atau mengkonsumsi
barang dan jasa. Bagaimana Kewajiban Pelaku Usaha mencantumkan
Label,Pelaku Usaha yang memproduksi atau memperdagangkan dan atau
memasukkan barang di atau ke pasar dalam negeri wajib mencantumkan label
dalam dan atau luar kemasan.
Pencantuman label di kemasan dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak
mudah lepas, tidak mudah luntur atau rusak, letaknya mudah untuk dilihat dan
dibacaIsi Label :
a) Nama barang
b) Ukuran
c) Berat, isi bersih, netto
d) Komposisi
e) Aturan pakai
f) Tanggal kadaluarsa
g) Akibat sampingan
h) Nama dan alamat pelaku usaha serta keterangan untuk penggunaan yang
menurut ketentuan harus dipasang/dibuat
Apa yang harus tercantum pada Label Makanan :
a) Nama makanan/nama produk
b) Komposisi/daftar ingredien
c) Berat, isi bersih, netto
d) Nama dan Alamat Pabrik/Importir
e) Nomor Pendaftaran
f) Kode Produksi
g) Tanggal Kadaluarsa
h) Petunjuk atau Cara Penyimpanan
i) Petunjuk atau Cara Pengunaan

6
Wajib Label Untuk Setiap orang yang memproduksi atau memasukan pangan
yang dikemas ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan wajib
mencantumkan label, di luar atau di dalam kemasan pangan dan menggunakan
Bahasa Indonesia.
Wajib Mencamtumkan Nama dan Alamat untuk Pelaku usaha yaitu produsen
pangan, importir, pengedar produk pangan. Hal ini bertujuan agar konsumen
dapat memperoleh informasi yang lengkap, yaitu baik importir pangan yang
bersangkutan. Ketentuan lebih lanjut mengenai Label dapat dilihat pada :
a) Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
b) Undang-undang No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan, Pasal 30 s/d 33
c) Undang-undang No. 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal
d) Peraturan Pemerintah No. 69 tentang Label dan Iklan Pangan

2.1.3 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap persepsi


pelanggan
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap persepsi pelanggan
menurut Ferrinadewi (2008) adalah :
1. Harga
Harga yang rendah menimbulkan persepsi produk tidak
berkualitas.Harga yang terlalu rendah menimbulkan persepsi
pembeli tidak percaya kepada penjual.Sebaliknya harga yang
tinggi menimbulkan persepsi produk tersebut berkualitas harga
yang terlalu tinggi menimbulkan persepsi penjual tidak percaya
terhadap pembeli.
2. Citra
Citra yang baik menimbulkan persepsi produk tidak
berkualitas.Sehingga pelanggan mudah marah untuk kesalahan
terkecil sekalipun. Citra yang baik menimbulkan persepsi produk
berkualitas sehingga pelanggan memaafkan suatu kesalahan
meskipun tidak untuk kesalahan selanjutnya
3. Tahap pelayanan Kepuasan pelanggan
Ditentukan oleh berbagai jenis pelayanan yang didapat
selama ia menggunakan berbagai tahapan tersebut.
Ketidakpuasan yang diperoleh pada tahap awal pelayanan
menimbulkan persepsi berupa kualitas pelayanan yang buruk oleh

7
tahap pelayanan selanjutnya, sehingga pelayanan terasa tidak
puas dengan pelayanan secara keseluruhan.
4. Momen pelayanan (situasi pelayanan)
Situasi pelayanan dikaitkan dengan kondisi internal pelanggan
sehingga mempengaruhi kinerja pelayanan.Kinerja pelayanan
ditentukan oleh pelayanan, proses pelayanan dan lingkup fisik
dimana pelayanan diberikan.

2.1.4 Perceived Quality


Aaker (1991) juga menyatakan bahwa kesan kualitas adalah
persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan
suatu produk atau jasa layanan berkenaan dengan maksud yang
diharapkan.Dengan demikian kesan kualitas merupakan penilaian
pelanggan tentang keseluruhan keunggulan dan superioritas produk
atau jasa yang berbeda dari kualitas objektif
yangsesungguhnya.Kesan kualitas merupakan bagian inti atau
utama dari kerangka ekuitas merek berbasis konsumen (Aaker, 1996,
dan Farquhar, 1989).
Kualitas yang dirasakan menambah nilai merek dalam
beberapa cara yaknimemberikan pelanggan alasan yang baik untuk
membeli merek dan memungkinkan merek untuk membedakan
dirinya dari pesaing, untuk menetapkan harga premium, dan
memiliki dasar yang kuat untuk perluasan merek (Aaker,
1991).Pemasar di semua kategori produk dan jasa semakin
mengakui pentingnya kesan kualitas dalam keputusan merek
(Morton, 1994, dalam Yassin et al., 2007).Kotler (1991) mencatat
hubungan yang erat antara kualitas produk dan layanan, kepuasan
pelanggan, dan profitabilitas perusahaan.
Konsep kualitas yang dirasakan, Zeithaml (1988) dan
Steenkamp (1997) mengklasifikasikannya menjadi dua kelompok
yaitu atribut intrinsik dan atribut ekstrinsik.Atribut intrinsik
berkaitan dengan aspek fisik produk (seperti warna, rasa, aroma,
bentuk, penampilan). Sedangkan atribut ekstrinsik berkaitan dengan
produk namun tidak dalam bagian fisik dari produk (seperti nama

8
merek, tanda kualitas, harga, toko, pengemasan dan informasi
produksi).

2.1.5 Keputusan Pembelian


Schiffman dan Kanuk (2008), mendefinisikan keputusan
pembelian sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih
pilihan alternatif.Pilihan alternatif harus tersedia bagi seseorang
ketika pengambilan keputusan. Terdapat beberapa tahapan dalam
proses pengambilan keputusan yang diungkapkan Suryani (2013),
tahapan tersebut antara lan: pengenalan kebutuhan, pencarian
informasi, evaluasi alternatif, pengambilan keputusan, dan evaluasi
paska pembelian.

2.1.6 Definisi Merek


Merek adalah nama atau simbol yang diasosiasikan dengan produk atau jasa
dan menimbulkan arti psikologis atau asosiasi. Inilah yang membedakan produk dan
merek.Produk adalah sesuatu yang dibuat di pabrik, namun yang sesungguhnya dibeli
pelanggan adalah mereknya. Merek bukan hanya apa yang tercetak di dalam produk
atau kemasannya, tetapi termasuk apa yang ada di benak konsumen dan bagaimana
konsumen mengasosiasikannya (Susanto dan Wijanarko, 2004).
Merek merupakan sarana bagi perusahaan untuk mengembangkan dan
memelihara loyalitas pelanggan. Merek yang kuat akan menghasilkan harga yang
menarik dan menjadi penghalang bagi masuknya pesaing (Susanto dan Wijanarko,
2004).

2.1.7 Kesadaran Merek (Brand Awareness)


Shimp (2003) kesadaran merek (brand awareness) adalah
dimensi dasar dalam ekuitas merek.Berdasarkan cara pandang,
sebuah merek tidak memiliki ekuitas hingga konsumen
menyadarikeberadaan merek tersebut.
Pengukuran Brand Awareness didasarkan kepada pengertian-
pengertian dari Brand Awareness yangmencakup tingkatan Brand
Awareness menurut Aaker (1991), yaitu Top of Mind (Puncak

9
pikiran),Brand Recall (Pengingatan kembali merek) dan Brand
Recognition (Pengenalan Merek).
Brand Awareness atau kesadaran merek diperlukan dengan
tujuan membedakan produk satu dengan produk yang lain. Dengan
adanya brand awareness, diharapkan akan meningkatkan kesadaran
konsumen terhadap suatu produk dan mengingatnya dengan
harapan akan timbul pembelian berulang.

2.1.8 Korean wave


Korean wave merupakan istilah yang digunakan untukmenjelaskan fenomena
budaya populer Korea yang dalam beberapa tahunterakhir berkembang dengan sangat
pesat dan menginvasi negara-negara lain diberbagai belahan dunia.Korean wave
sendiri sebenarnya merupakan bentukpemasaran budaya (marketing of the culture)
yang dilakukan oleh KoreaSelatan.Yuswohadi (2011) seorang pakar pemasaran di
Indonesia, menyatakan bahwa fenomena Koreanwave ini dapat pula disebut sebagai
marketing of the nation atau memasarkannegara karena budaya digunakan untuk
mempromosikan negara sehinggaterjadi peningkatan citra negara yang positif, yang
pada akhirnya dapatberujung pada keuntungan ekonomi.
Seiring dengan kesuksesan produk-produk budaya dan meningkatnyacitra
negara Korea, produk-produk industri atau manufaktur Korea menjadisemakin
dikenal dan mendapatkan pengakuan dari masyarakat dunia. Banyakperusahaan
Korea yang kemudian menyusun strategi pemasaran denganmenggunakan bantuan
produk-produk budaya Korea, yang kemudian disebutdengan istilah Bussiness
Hallyu atau Hallyu Marketing (Lee, 2012).Strategi ini dilakukan karena adanya
kecenderungan bahwa generasi baru darikonsumen budaya populer Korea mulai
diklasifikasikan sebagai fanatik,yang secara agresif mengadopsi dan meniru gaya
hidup Korea, mulai dari kosmetik, gayaberpakaian, makanan, teknologi, bahkan
operasi plastik.
Hal ini sesuai dengan yang dikatakan olehYuswohadi (2011) bahwa derajat
tertinggi dalam pemasaran adalah ketikasudah mencapai level menjual budaya. Ketika
konsumen sudah terasuki olehbudaya (nilai-nilai, perilaku, dan gaya hidup) Korea,
maka mereka cenderungakan menjadi Korea-sentris. Mereka tidak hanya menyukai

10
danmengonsumsi produk-produk budaya Korea, tetapi juga menyukai
danmengonsumsi produk-produk lain yang berkaitan dengan Korea.
Angka penjualan produk-produk Korea di Indonesia mengalami
peningkatan,begitu pula dengan angka impor Indonesia terhadap barang-barang
Korea, sertanilai investasi Korea di Indonesia. Laporan tahunan Korean Trade-
InvestmentPromotion Agency (KOTRA) menyatakan bahwa investor mulai melihat
pasardomestik Indonesia sebagai bisnis potensial dengan adanya fenomena
Koreanwave (Lee, 2012). KOTRA juga menyatakan bahwa Korean wave di
Indonesiamenyebabkan konsumen lokal menjadi tertarik pada gaya hidup Korea.

2.1.9 Etude House


Etude House adalah salah satu merek kosmetik dan skin care
Korea yang diimporoleh PT. Interkos Jaya Bhakti ke pasar Indonesia.
Etude House adalah merek kosmetik dari Korea, salahsatu Amore
Pacific Group. Hingga tahun 2018, Etude akan menambah 40 gerai
baru di Indonesia (Wulandari, 2013). Penjualan Etude House sangat
diuntungkan dengan happening-nya Korean Pop tiga tahun
belakangan ini. Menurut Yenni, Managing Director Indonesia,
penjualan produk Etude House mengalami kenaikan penjualan
apalagi sejak Korean Wave di Indonesia dan brand ambassadornya
artis Korea, penjualan naik 25-30 persen.
Etude House Indonesia yang telah beroperasi selama 12 tahun
diuntungkan dengan situasi merebaknya Korean Wave belakangan
ini.Hal tersebut tercermin dari peningkatan penjualan sebesar 30
persen. Survei oleh lembaga survei clicktop10 menunjukkan hasil
yang hamperisama (Clicktop10, 2013), yaitu pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.1 MerekKosmetikDenganPenjualanTerbaik di Indonesia Tahun
2013
1. LOreal Group 6. Oriflame
2. Etude 7. Urban Decay
3. Revlon 8. Maybelline New
York
4. Avon 9. MAC
5. Covergirl 10. Clinique

11
Sumber: Clicktop10 Tahun 2013 dalamStudiDeskriptifMengenai Brand Image
Muhamad Irfan Agia

Berdasarkan tabel di atas, Etude House masuk menjadi salah


satu merek kosmetik dengan penjualan terbaik dikarenakan adanya
pemahaman yang baik mengenai pasar kosmetik. Dinamika pada
pasar ditanggapi dengan terus-menerus melakukan inovasi agar
permintaan konsumen dapat dipenuhi dan eksistensi mereka pada
industry kosmetik di Indonesia dapat terjaga. Dari data di atas,
penjualan Etude House meningkat disebabkan oleh banyak faktor
salah satunya Brand Awareness (kesadaran merek).

2.1.10 Perilaku konsumen


Perilaku konsumen didefinisikan sebagai tindakan-tindakan
individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh
dan menggunakan barangbarang dan jasa ekonomi termasuk proses
pengambilan keputusan yang mendahuluidan menentukan
tindakan-tindakan tersebut. Menurut Swastha dan Irawan (2005)
perilaku konsumen adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara
langsung terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan barang
dan jasa termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada
persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersbut.
Pemasar perlu memahami perilaku konsumen, karena pada
dasarnya suatu produk dan jasa diperuntukkan bagi konsumen,
maka dari itu studi perilaku konsumen sangatlah penting.Keputusan
pembelian merupakan suatu bagian pokok dalam perilaku
konsumen yang mengarah kepada pembelian produk dan
jasa.Dalam membuat sebuah keputusan pembelian, konsumentidak
terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi dan memotivasi
konsumen untuk mengadakan pembelian. Dari faktor-faktor inilah
konsumen akan melakukan penilaian terhadap berbagai alternatif
terhadap berbagai alternatif pilihan dan memilih salah satu atau
lebih alternatif yang diperlukan berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan tertentu.

12
13
2.1. Studi Pendahuluan

No Nama Tahun Judul Tujuan Variabel Metode Hasil


.
1. Endah 2015 Analisis Untuk Variabel : Metode penelitian Dengan mengetahui
Pujiastuti Variabel mengetahui Lokasi, iklan dan yang digunakan bahwa lima variabel
Pembentuk persepsi promosi, harga, pada jurnal ini yaitu tersebut dapat membentuk
Persepsi konsumen kenyamanan penelitian deskriptif, persepsi konsumen pada
Konsumen dengan berbelanja, maka metode ritel hypermarket di Lebak
pada Ritel memperhatikan kelengkapan pengumpulan data Bulus, maka penelitian ini
Hypermarket variabel- produk, yang digunakan bisa menjadi masukan
di Lebak Bulus variabel pelayanan. adalah Metode bagi pengusaha ritel
pembentuk Survei yaitu teknik hypermarket untuk lebih
persepsi pengumpulan data memahami konsumen dan
konsumen primer yang mengaplikasikannya
dalam diperoleh secara kedalam strategi
berbelanja pada langsung berupa pemasaran. Harga
ritel opini atau pendapat menunjukkan variabel
hypermarket di dari subjek yang yang paling mendominasi
Lebak Bulus.. diteliti (responden) dalam membentuk
dengan menjawab persepsi konsumen
pernyataan- berbelanja pada ritel

14
pernyataan hypermarket di Lebak
penelitian. Bulus.
2. Muhamad 2015 Studi Tujuan dari Variabel : Zero Metode yang Berdasarkan hasil
Irfan Agia Mengenai penelitian ini Defect digunakan pada pengolahan data mengenai
Gambaran adalah jurnal ini yaitu aspek - aspek brand
Aspek-Aspek Mengetahui penelitian deskriptif, image
Brand Image fenomena yang maka metode kosmetik organik jenis
Kosmetik terjadi pada pengumpulan data skin care merek The
Organik Jenis mahasiswi yang digunakan Body Shop pada
Skin Care Universitas adalah Metode mahasiswi
Merek The Padjadjaran penyebaran Universitas Padjadjaran
Body Shop sebagai kuisioner. maka diperoleh beberapa
Pada konsumen hasil sebagai berikut :
Mahasiswi kosmetik 1. Mahasiswi Universitas
Universitas organik Padjadjaran memiliki
Padjadjaran berdasarkan brand image yang
survey awal cenderung
yang telah positif terhadap kosmetik
dilakukan, organik jenis skin care
muncul merek The Body Shop.
kebutuhan Semua aspek brand image
untuk meneliti meliputi produk,

15
lebih lanjut pelayanan, tempat
mengenai penjualan,
gambaran harga, dan promosi
6 memiliki skor rata rata
aspek-aspek yang termasuk dalam
brand image kategori
kosmetik tinggi, dapat diartikan
organik jenis semua aspek tersebut
skin care merek dipertimbangkan oleh
The Body mahasiswi Universitas
Shop pada Padjadjaran.
mahasiswi 2. Skor rata rata brand
Universitas image kosmetik organik
Padjadjaran. merek The Body Shop
paling tinggi berada pada
. aspek produk. Hal ini
berarti aspek produk
menjadi aspek yang paling
dipertimbangkan oleh
sebagian besar Mahasiswi
Universitas Padjadjaran
yang menggunakan

16
kosmetik organik jenis
skin care
merek The Body Shop
3. Amina 2016 Pengaruh Selaras dengan Variabel : Metode yang 1. Terdapat pengaruh
Ningsih, Pengetahuan latar belakang Variabel yang digunakan dalam pengetahuan kosmetika
Lutfiyah Kosmetika dan masalah yang terdapat pada penelitian ini adalah terhadap keputusan
Nurlelah Persepsi telah diuraikan, penelitian ini pendekatan pembelian produk BB
Mahasiswa maka tujuan yaitu kuantitatif. cream pada mahasiswa
Tata Rias penelitian yang pengetahuan Penelitian ini Tata Rias Universitas
Terhadap ingin dicapai kosmetika (X1), dirancang dengan Negeri Surabaya.
Keputusan adalah sebagai persepsi (X2) menggunakan 2. Terdapat pengaruh
Pembelian berikut: dan keputusan penelitian asosiatif. persepsi terhadap
Produk BB 1. Menganalisis pembelian keputusan pembelian
Cream untuk pengaruh produk BB produk BB cream pada
Penampilan pengetahuan cream (Y). mahasiswa Tata Rias
Diri kosmetika Universitas Negeri
terhadap Surabaya.
keputusan 3. Terdapat pengaruh
pembelian signifikan pengetahuan
produk BB kosmetika dan persepsi
cream untuk secara bersama-sama
penampilan diri terhadap keputusan

17
pada mahasiswa pembelian produk BB
Program Studi cream pada mahasiswa
Tata Rias Tata Rias Universitas
Universitas Negeri Surabaya.
Negeri
Surabaya.
2. Menganalisis
pengaruh
persepsi
terhadap
keputusan
pembelian
produk BB
cream untuk
penampilan diri
pada mahasiswa
Program Studi
Tata Rias
Universitas
Negeri
Surabaya.

18
19
2.3 2.3Kerangka Pemikiran
Berdasarkan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, penelitian ini akan
menanalisis persepsi konsumen terhadap atribut make up korea berdasarkan atribut-
atribut yang dimiliki. Berdasarkan pada variabel pemasaran dari atribut produk yang
dikemukakan oleh Anam (2007:58) yaitu meliputi kualitas, kemasan, merek, jaminan,
pelayanan dan keunggulan produk agar dapat menarik konsumen, yang mencakup
bentuk, keistimewaan, kinerja, kesesuaian, daya tahan, keandalan, kemudahan untuk
diperbaiki, gaya dan rancangan maka dalam penelitian ini peneliti akan meneliti persepsi
konsumen terhadap atribut produk make up korea, kemasan, fitur produk, manfaat dan
jaminan. Konsumen akan mengidentifikasikan atribut-atribut atau karakteristik yang
dimiliki oleh objek yang akan dievaluasi. Konsumen menganggap atribut produk
memiliki tingkat kepentingan yang berbeda kemudian konsumen akan melakukan
evaluasi terhadap kepentingan atribut tersebut.

Atribut Make Up Korea : Kepercayaan


Atribut
1. Merek Persepsi
2. Kemasan Konsumen
3. Fitur Produk
4. Manfaat Produk Evaluasi
5. Jaminan Produk Atribut

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran

24
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Penelitian ini termasuk jenis penelitian analitik dimana rancangan
penelitian analitik ini digunakan untuk mengetahui hubungan sebab
akibat antara dua variabel. Observasional berarti penelitian ini
dilakukan dengan pengamatan tanpa memberikan perlakuan terhadap
variabel yang diteliti (Hasan, 2005). Jadi, penelitian analitik
observasional, yaitu untuk mencari hubungan antara variabel bebas
dengan variabel tergantung yang analisisnya untuk menentukan ada
tidaknya hubungan antar variabel sehingga perlu disusun
hipotesisnya. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan cross sectional/ studi potong lintang. Pendekatan cross
sectional adalah jenis pendekatan penelitian yang menekankan pada
waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan
dependen hanya satu kali, pada satu saat (Nursalam, 2003). Adapun
keuntungan dari pendekatan cross sectional adalah relative mudah,
murah, dan hasilnya cepat dapat diperoleh, namun adapun juga
kerugiannya adalah sulit menemukan sebab dan akibat karena
pengambilan data resiko dan efek pada saat yang bersamaan.
Akibatnya adalah sering tidak mungkin ditentukan mana penyebab
dan mana akibatnya.
Peneliti melakukan pengamatan langsung kepada responden
dengan melakukan penyebaran kuisioner kepada mahasiswi marketing
UPH tahun 2014. Penyebaran kuesioner kepada subyek penelitian ini
selain untuk dianalisis juga dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
apakah ada pengaruh persepsi konsumen mengenai atribut produk
make up korea (etude house) pada mahasiswi marketing UPH tahun
2014.

3.2. Subyek dan Obyek Penelitian


a. Subyek Penelitian

24
Yang dimaksud dengan subyek penelitian adalah pemberi atau sumber informasi
yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Subjek penelitian dalam penelitian
ini adalah mahasiswi marketing UPH tahun 2014 yang akan memberikan informasi
dengan pengisian kuesioner mengenai pendapat mereka tentang atribut make up korea
(etude house).

b. Obyek Penelitian
Yang dimaksud obyek penelitian adalah variabel-variabel yang akan diteliti.
Dalam penelitian ini, obyek penelitiannya adalah persepsi konsumen terhadap atribut-
atribut produk make up korea yang meliputi merek, kemasan fungsi produk, manfaat
produk, jaminan produk.

3.3. Variabel Penelitian


Dalam penelitian ini, variabel yang akan diteliti adalah persepsi konsumen
terhadap atribut produk make up korea. Berikut ini adalah penjelasan tentang variabel-
variabel penelitian, yaitu :

a. Variabel masalah pertama : Atribut Make Up Korea


Dalam penelitian ini, produk-produk makeup korea sebagai masalah pertama.
b. Variabel masalah ketiga : Persepsi konsumen terhadap produk make up korea
Yaitu untuk mengetahui bagaimana persepsi konsumen terhadap produk-produk
make up korea berdasarkan atribut-atribut produk yang meliputi : merek, kemasan
fungsi produk, manfaat produk, jaminan produk.
Sementara itu pengukuran mengenai persepsi konsumen diperoleh dari kuesioner.
Kuesioner merupakan daftar pertanyaan dengan memberikan alternatif jawaban tertentu,
dimana responden diminta memilih salah satu di antara jawaban-jawaban yang telah di
sediakan. Teknik pengukuran terhadap variabel penelitian dilakukan dengan
menggunakan skala rating. Untuk mengukur persepsi konsumen terhadap atribut make
up korea baik yang menggunakan produk make up korea maupun yang tidak
menggunakan produk tersebut digunakan skala rating. Dimana responden diminta untuk
menjawab pertanyaan pada salah satu jawaban yang telah disediakan dengan interval
angka dari 5 sampai dengan 1, dimana :
Angka 5 untuk nilai terbaik

24
Angka 4 untuk nilai baik
Angka 3 untuk nilai sedang
Angka 2 untuk nilai rendah
Angka 1 untuk nilai terendah

3.4. Definisi Operasional Variabel

No Variabel Definisi Alat Indikato Ukuran Skala


Operasional Ukur r Data
1 Persepsi Philip Kotler Kuesion Harga 1. Tingkat Ordinal
Konsum (1999) er kesesuai
en mengemukaka an harga
n Persepsi 2. Tingkat
merupakan pengaru
proses individu h harga
dalam dalam
memilih, persepsi
mengorganisas Kualitas 1. Tingkat Ordinal
ikan dan kesesuai
menafsirkan an
masukan kualitas
informasi produk
untuk 2. Tingkat
menciptakan pengaru
gambaran h
yang kualitas
bermakna. dalam
Dengan kata persepsi
lain Kemasa 1. Tingkat Ordinal
pengamatan n kemenar
adalah reaksi ikan
terhadap suatu kemasan
rangsangan 2. Tingkat
dari pengaru
lingkungan h
dan biasanya kemasan
berupa benda dalam
persepsi

24
Nilai 1. Tingkat Ordinal
fungsio kesesuai
nal an
sebagai
alat
pemenuh
an
kebutuha
n
2. Tingkat
pengaru
h nilai
fungsion
al dalam
persepsi

2 Atribut Atribut produk Kuesion Kualitas 1. Tingkat Ordinal


Produk merupakan er Prosuk kesesuai
pengembanga an
n suatu produk kualitas
atau jasa yang produk
melibatkan 2. Tingkat
penentuan pengaru
manfaat yang h
akan kualitas
diberikan. dalam
Atribut suatu atribut
produk tentu produk
akan berubah- Fitur 1. Tingkat Ordinal
ubah sesuai Produk kemenari
dengan kan fitur
kecerdikan produk
produsen 2. Tingkat
melihat kesesuai
keinginan an fitur
konsumennya produk
(Armstrong 3. Tingkat
dan Kotler, pengaru
2008). h fitur
produk
dalam
atribut
produk
Gaya 1. Tingkat Ordinal
dan kemenari
rancang kan gaya

24
an dan
produk rancanga
n produk
2. Tingkat
kesesuai
an gaya
dan
rancanga
n produk
3. Tingkat
pengaru
h gaya
dan
rancanga
n produk
dalam
atribut
produk
Sumber :
Kotler, Philip. 1999. Manajemen Pemasaran. Jilid II. Edisi Milenium. Jakarta: PT.
Prenhallindo.
Kotler, Philip; Armstrong, Garry, 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran, Jilid 1, Erlangga, Jakarta.

3.5. Data yang dicari


1. Data Primer
Data primer adalah data asli yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti untuk
menjawab masalah penelitiannya secara khusus (Istijanto, 2005: 32). Data primer
diperoleh dari hasil pengisian kuesioner mengenai persepsi konsumen terhadap
produk makeup korea (etude house).

2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan pihak lain, bukan oleh
periset sendiri, dan untuk tujuan lain (Istijanto, 2005 :27). Data sekunder dalam
penelitian ini diperoleh dari studi pustaka dan informasi lain yang berkaitan
dengan penelitian ini.

3.6. Teknik Pengumpulan Data

24
Untuk mengumpulkan informasi dari responden, penulis menggunakan alat
pengumpul data yaitu kuesioner. Kuesioner adalah teknik pengumpulan data dengan
memberikan daftar pertanyaan kepada responden untuk diisi yang telah ditentukan
terlebih dahulu berdasarkan teknik sampling (Arsyad dan Suranto, 1993 : 96).

3.7. Populasi, Sampel, Teknik Pengambilan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah suatu kelompok yang terdiri dari objek atau
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan (Sugiyono, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua
mahasiswi marketing UPH tahun 2014.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2010). Besar sampel dalam penelitian ini adalah 50

mahasiswi marketing UPH tahun 2014 yang dapat dihitung dengan

menggunakan rumus menurut Taro Yamane yaitu sebagai berikut :


N
n=
N d2 +1
Keterangan :

n = Besar sampel

N = Besar populasi seluruh mahasiswa marketing UPH tahun 2014

d = Tingkat kepercayaan yang diinginkan (0,1)

Sehingga besar sampel penelitian ini dapat dihitung :

155
n=
210 0,12 +1

155
n=
210 0,01+1

155
n=
2,1+1

24
155
n=
3,1

n=50

Jadi, besar sampel pada penelitian ini adalah 50 responden.

3. Teknik Pengambilan Sampel


Penelitian ini menggunakan 50 orang responden sebagai sampel yang dipilih
dengan menggunakan metode simple random sampling. Karakteristik responden yang
diisyaratkan dalam penelitian ini adalah semua responden yang pernah menggunakan
produk make up korea maupun yang tidak menggunakan. Selain itu untuk
mempermudah dalam menyebarkan kuesioner digunakan metode simple random
sampling yaitu suatu metode pengambilan sampel secara acak tanpa memperhatikan
jenjang dimana semua populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel.

3.7. Metode Pengambilan Data


Metode pengambil data pada penelitian ini adalah yang pertama menentukan populasi

pada penelitian ini, yaitu seluruh mahasiswi marketing UPH tahun 2014. Kemudian dari

populasi itu dicari besar sampelnya dengan menggunakan rumus dan hasilnya didapatkan

50 responden. Responden ini didapatkan dengan cara acak/ simple random sampling.

Setelah didapatkan data dari kuesioner yang telah disebar, data tersebut dikumpulkan

kemudian diolah dan didaptkanlah hasil penelitian. Hasil penelitian ini kemudian

dilakukan uji statistik sehingga diperolehlah kesimpulan dari penelitian ini.

24
DAFTAR PUSTAKA

Aswadi Rahmad. 2012. Analisis Persepsi Konsumen Terhadap Pelayanan


Karaoke Inul Vizta Family Outlet Cabang Kota Jambi.Vol 1
No.2.yangdiuduhdi online-
journal.unja.ac.id/index.php/digest/article/download/1261/858padaK
amis 13 Oktober 2016 pukul 18.30 WIB
DwiWulandari, 2013. Artikel mix.co.id yangdiuduhpadaKamis 13 Oktober
2016 pukul 07.30 WIB.
Endah Pujiastuti. 2009. Analisis Variabel Pembentuk Persepsi Konsumen
Pada Ritel Hypermarket Di Lebak
Bulusyangdiuduhdihttp://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/econom
y/2009/Artikel_10205417.pdfpada 12 Oktober 2013 pukul 19.25 WIB
Engel, F James., dkk. 1995. Perilaku Konsumen, Jilid 2. Jakarta : Binarupa
Aksara.

24
Ferrinadewi, Erna. 2008. Merek&PsikologiKonsumen. Yogyakarta:
GrahaIlmu.
Kotler, Phillip. (2003). Marketing Insights From A to Z. Jakarta: ERLANGGA
Mariono.2010.
PengaruhPersepsiKonsumenatasAtributProdukMinumanIsotonikMizo
neterhadapKeputusanPembelian.Skripsitidakditerbitkan. Surabaya:
PPs UniversitasNegeri Surabaya.
Muhamad Irfan Agia, 2013. Clicktop10 Tahun 2013
dalamStudiDeskriptifMengenai Brand Image diunduhpada 12
Oktober 2013 pukul 20.15 WIB
Schiffman, G. Leon., Lazar, Leslie. 2004. Perilaku Konsumen, edisi ketujuh.
Jakarta :Indeks.

TendiMahadi, 2013. Artikel Kontan.co.id yang diunduhpadaRabu, 12


Oktober 2016 pukul 20.05 WIB
Tjiptono, Fandy, Gregorius Chandra, Dodi Andriana. (2008).
PemasaranStrategik.Yogyakarta: ANDI YOGYAKARTA
Uniekz.2013. RahasiaCantikBintang Korea. Jakarta: GramediaWidiasarana
Indonesia.
Mariono.2010. Pengaruh Persepsi Konsumen atas Atribut Produk Minuman Isotonik Mizone
terhadap Keputusan Pembelian.Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: PPs Universitas
Negeri Surabaya.

24

Anda mungkin juga menyukai