Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN

STUDI LAPANGAN (BIO301)

Judul :

Keanekaragaman Udang dan Kepiting Air Tawar di Gunung Walat

Disusun Oleh :

Nama kelompok

Mia Sumiati G34120018

Novi Liani G34120019

Pristina Tuti Wijayanti G34120060

Vinna Windy Putri G34120095

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2014
RINGKASAN

PRISTINA TUTI WIJAYANTI, MIA SUMIATI, NOVI LIANI, DAN VINNA


WINDY PUTRI. Keanekaragaman Udang dan Kepiting Air Tawar di Gunung
Walat. Dibimbing oleh DR. ACHMAD FARAJALLAH.

Hutan Pendidikan Gunung Walat terletak di Kecamatan Cibadak, Sukabumi.


Anggota Crustacea yang bisa ditemukan di air tawar adalah udang dan kepiting
sebagai makrobentos dan isopoda sebagai mikrobentos. Peran penting Crustacea di
air tawar adalah sebagai dekomposer. Tujuan Studi lapang ini untuk mengetahui
keanekaragaman udang dan kepiting air tawar di Gunung Walat.

Udang dan kepiting ditangkap di tiga aliran air yang berasal dari tiga mata air yang
berbeda di Gunung Walat selama 2 hari berturut-turut di bulan Juni 2014. Titik-
titik penangkapan ditentukan secara purposive. Penangkapan udang dan kepiting
dilakukan dengan tangan kosong, hand net, dan tiga jenis trap for small
crustacean. Perangkap jenis pertama dibuat dari botol bekas air minum mineral,
yang kedua dibuat dari keranjang plastik, dan yang ketiga dibuat dari jaring kawat.
Semua perangkap diisi dengan umpan ikan dan udang dan kemudian disimpan
semalam di dalam air. Udang dan kepiting yang tertangkap direkam kemudian
dimasukkan ke alkohol 70% sebagai deep anesthetize. Setelah 2 jam, alkohol 70%
diganti dengan yang baru.

Jumlah udang yang berhasil ditangkap sebanyak 13 ekor dan kepiting sebanyak 1
ekor. Setelah dilakukan identifikasi berdasarkan karakter morfologi, semua udang
yang ditangkap hanya satu spesies, yaitu Macrobrachium pillimanus, sedangkan
kepitingnya adalah Parathelphusa convexa. Kedua spesies Crustacea yang
ditemukan di Gunung Walat merupakan spesies yang umum ditemukan di wilayah
Indonesia Bagian Barat, mulai Pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan.
Macrobrachium pillimanus diperoleh pada habitat berbatu, air yang mengalir deras
atau air tidak mengalir deras. Udang ini tidak ditemukan di air tergenang, yaitu di
dua kolam yang ada di kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat. Parathelphusa
convexa dapat ditemukan di pinggir sungai yang bersemak.

Key word : Crustacea, udang, kepiting. ii


HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN KEGIATAN STUDI LAPANGAN (BIO301) TAHUN 2014

Judul : Keanekaragaman Crustacea Air Tawar di Gunung Walat

Penyusun : Mia Sumiati G34120018

Novi Liani G34120019

Pristina Tuti Wijayanti G34120060

Vinna Windy Putri G34120095

Bogor, Juli 2014

Menyetujui,

(Dr. Achmad Farajallah)

Pembimbing

Mengetahui,

Dr. Ir. Iman Rusmana, M.Si

Ketua Departemen

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atasa
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan studi lapang dengan
judul Keanekaragaman Crustacea Air Tawar di Gunung Walat. Laporan ini
disusun untuk diajukan sebagai pertanggungjawaban atas studi lapangan yang telah
dilaksanakan oleh penulis.

Segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini


masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penulisan laporan ini. Terima kasih kepada Bapak Dr.Achmad Farajallah sebagai
dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan bimbingannya. Terima kasih
juga kepada kak Puji Utari Ardika,S.Si yang telah membantu dalam proses
pengambilan dan pengolahan sampel. Terima kasih kepada seluruh orang tua
penulis yang telah memberikan dukungan moral dan materi sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan laporan ini.

Penulis berharap laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak,
khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Bogor, 18 Juli 2014

Penulis

iv
DAFTAR ISI

RINGKASAN.......................................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................

KATA PENGANTAR.............................................................................................. iv

DAFTAR ISI............................................................................................................ v

DAFTAR GAMBAR................................................................................................ vi

I. PENDAHULUAN................................................................................................. 1

1.1 Latar belakang.............................................................................................. 1

1.2 Tujuan.......................................................................................................... 2

II. BAHAN DAN METODE.................................................................................... 3

2.1 Alat dan Bahan............................................................................................ 3

2.2 Metode Penelitian........................................................................................ 3

2.2.1 Pembuatan Alat.................................................................................. 3

2.2.2 Penentuan Lokasi dan Pengambilan Sampel...................................... 3

2.2.3 Identifikasi Sampel............................................................................. 5

III. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................... 8

3.1 Hasil Pengamatan......................................................................................... 8

3.1.1 Kondisi Umum Perairan..................................................................... 8

3.2 Pembahasan................................................................................................. 10

3.2.1 Macrobrachium pilimanus................................................................ 10

3.2.1 Parathelphusa convexa..................................................................... 11

v
IV. SIMPULAN DAN SARAN.............................................................................. 12

4.1 Simpulan..................................................................................................... 12

4.2 Saran........................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 13

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Hand Net..................................................................................................3


Gambar 2. SmalTrap..................................................................................................3
Gambar 3. Peta Lokasi Titik Pemasangan Perangkap...............................................4

Gambar 4. Morfologi Udang Air Tawar....................................................................5

Gambar 5. Macrobranchium pilimanus.....................................................................5

Gambar 6. Parathelphusa convexa....6

Gambar 6a 6b. Morfologi Parathelphusa convexa.......................................7

Gambar 7. Titik 1...8

Gambar 8. Titik 2...8

Gambar 9. Titik 3...9

Gambar 10. Titik 4.9

vi
I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Gunung Walat merupakan kawasan hutan yang terletak di Kecamatan


Cibadak, Sukabumi. Surat Keputusan Menhut No.188/Menhut-II/2005 menetapkan
fungsi kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) sebagai Kawasan Hutan
Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) dan pengolahannya diserahkan kepada Fakultas
Kehutanan IPB. Hutan Pendidikan Gunung Walat mengemban tujuan sebagai
Hutan Pendidikan dan Pelatihan (Hutan Diklat) yang dikelola sebagai media
implementasi Tridharma Fakultas Kehutanan IPB yang meliputi fungsi pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Kawasan HPGW masuk ke dalam sistem pengelolaan DAS (Haska 2012).


Hutan Pendidikan Gunung Walat merupakan sumber air bersih bagi masyarakat
sekitarnya terutama di bagian selatan yang mempunyai anak sungai yang mengalir
sepanjang tahun, yaitu anak sungai Cipereu, Citangkalak, Cikabayan, Cikatomas,
dan Legok Pusar.

Biota yang bisa ditemukan di perairan air tawar antara lain Crustacea, yaitu
udang dan kepiting sebagai macrobenthos dan isopoda sebagai microbenthos.
Udang adalah anggota dari Crustaceae, ordo Decapoda.. Udang bisa ditemukan
pada air tawar dan air laut. Udang air tawar biasanya dikelompokkan sebagai udang
palaemonid dan untuk udang air laut dikelompokkan sebagai udang penaeid. Udang
air tawar yang memiliki penyebaran yang luas adalah genus Macrobrachium yang
terdiri dari 240 spesies (Grave et al 2008). Sekitar 100 spesies anggota
Macrobrachium diperoleh di Asia Tenggara dan Asia Timur. Udang ini menghuni
habitat air tawar yang bervariasi yaitu kolam, danau, rawa dan sungai (Wowor
2008).

Salah satu peranan Crustacea menjaga keseimbangan ekosistem. Udang air


tawar berfungsi sebagai salah satu rantai makanan. Selain itu udang ar tawar
merupakan mangsa dari hewan akuatik yang lebih besar, seperti ikan. Wowor dalam
tesis Taufik (2011) juga menjelaskan bahwa jika udang air tawar tidak terdapat
diperairan, perairan akan mengalami pembusukan yang dapat meningkatkan zat
amoniak dan bersifat racun, yang secara langsung dapat memengaruhi kehidupan
hewan perairan lainnya.

Kepiting memiliki peran yang sangat penting di dalam ekosistem,


diantaranya mengkonversi nutrien dan mempertinggi mineralisasi, meningkatkan
distribusi oksigen di dalam tanah, membantu daur hidup karbon, serta tempat
penyedia makanan alami bagi berbagai jenis biota perairan. Kepiting juga berfungsi
menghancurkan dan mencabik-cabik daun/serasah menjadi lebih kecil (ukuran
detritus) sehingga mikrofauna dapat dengan mudah menguraikannya. Hal ini
menjadikan adanya interaksi lintas permukaan, yaitu antara daun yang gugur akan
berfungsi sebagai serasah (produsen), kepiting sebagai konsumen dan detrivor,
mikroba sebagai pengurai.Kepiting juga mampu meningkatkan distribusi oksigen
dalam tanah. juga dapat membantu daur hidup karbon (Prianto 2007).

1.2 Tujuan

Studi lapang ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman udang dan


kepiting air tawar di Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat.
II. BAHAN DAN METODE

2.1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam studi lapangan ini adalah : botol air mineral,
karet gelang, kawat, gunting, stapless, jaring ikan kecil, label, kamera, cawan petri,
mikroskop stereo, pinset, plastik, botol film, perangkap kepiting, bubu, tali rafia.
Bahan yang digunakan adalah sampel udang, sampel kepiting, alkohol 70%, umpan
udang dan ikan.

2.2 Metode Penelitian

2.2.1 Pembuatan Alat

Pembuatan perangkap dilakukan pada tanggal 23 Juni 2014 pukul 14.00


16.30. Alat perangkap ini dinamakan hand net (Gambar 1) dan small trap (Gambar
2).

Gambar 1 hand net Gambar 2 small trap

2.2.2 Penentuan Lokasi dan Pengambilan Sampel

Penentuan lokasi pemasangan perangkap (small trap) dilakukan pada


tanggal 24 Juni 2014 dimulai pukul 13.53,melalui penentuan titik. Titik pertama
dan kedua pada bendungan sedangkan titik tiga diselokan dan titik keempat
diletakkan di kolam bawah Wisma Woloan. Prinsip penentuan titik dari hilir ke
hulu agar air tetap jernih sehingga keberadaan sampel bisa diamati sebelum
diletakkan perangkapnya.Titik kedua berada dihulu titik pertama dengan jarak
sekitar 10 meter,dan untuk titik ketiga dan keempat ditentukan secara terpisah tidak
berada dalam satu aliran sehingga dapat menentukan titik secara acak..Selain
menggunakan small trap digunakan juga metode tangkap tangan dan hand net .

Gambar 3 Peta Lokasi Titik Pemasangan Perangkap

Pengambilan sampel dilakukan pada tanggal 25 Juni 2014 dimulai pukul


09.00. Hasil yang didapat dengan metode tangkap tangan dan hand net lebih
banyak yaitu 9 ekor udang dan 1 ekor kepiting sedangkan metode dengan small
trap hanya ditemukan 4 ekor udang. Sampel yang didapat kemudian dimasukkan
kedalam kantong plastik yang berisi air. Selanjutnya dilakukan preparasi sampel
pada tanggal 25 Juni 2014 pukul 11.00. Semua sampel dimasukkan kedalam gelas
lalu air dibuang dan diganti dengan alkohol 70% dan direndam selama dua jam.
Setelah itu dilakukan penggantian alkohol untuk pengenceran dan dimasukkan ke
dalam plastik. Sampel tersebut diidentifikasi sampai tingkat spesies di laboratorium
Biologi 4 Departemen Biologi FMIPA IPB.
2.2.3 Identifikasi sampel

Sampel diidentifikasi berdasarkan kunci identifikasi crustacea (Wowor


2004) dengan bantuan mikroskop stereo.

Gambar 4 Morfologi Udang Air Tawar (Cai & Ng 2004)

Tahap pertama udang diidentifikasi berdasarkan bentuk karapas, susunan


somit, bentuk kaki pertama, dan jumlah gigi dorsal dan ventral rostrum.
Keseluruhan sampel udang yang ditemukan berjumlah 13 ekor, dari jumlah sampel
tersebut telah diidentifikasi termasuk kedalam satu spesies. Famili Palaemonidae
dengan ciri karapasnya mempunyai duri hepatic. Pereopod satu dan dua tidak
ditemukan sisik (seta) pada ujung jarinya. Setelah menemukan famili identifikasi
selanjutnya dilakukan pada tingkat spesies. Spesies yang ditemukan yaitu
Macrobrachium pilimanus (Gambar 5) dengan ciri tiga sternit abdominal pertama
memiliki proses median yang berbeda. Preopod kedua ada merus yang sedikit
membengkak dengan jari-jari lebih pendek daripada telapak.

Gambar 5 Macrobrachium pilimanus


Identifikasi kepiting menggunakan beberapa karakter taksonomi yang
digunakan adalah bentuk karapas, bentuk abdomen, pleopod pertama dan kedua,
maksileped ketiga, palpus mandibula, dan meri ambulatori.Parathelphusa convexa
(Gambar 6) dicirikan dengan karapas berbentuk mirip trapesium, sisi-sisi cembung,
permukaan cembung, mata relatif kecil, di samping terdapat tiga duri (Gambar 6a);
abdomen menyerupai huruf T, tersusun atas 5 segmen (Gambar 6b); pleopod
pertama bagian proksimal tidak memiliki celah, terdapat banyak rambut pada sisi-
sisinya (Gambar 6c); pleopod kedua memiliki flagellum memanjang (Gambar 6d);
maksileped ketiga rata, tanpa celah ditengahnya dan memiliki flagellum yang
panjang (Gambar 6e); palpus mandibular dua lobus, di pinggirnya banyak rambut
(Gambar 6f); meri ambulatori antara segmen merus dan karpus terdapat celah
(Gambar 6g) (Nasokha 2012).

Gambar 6. Parathelphusa convexa


Gambar 6a 6g morfologi Parathelphusa convexa (Nasokha 2012)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil pengamatan

3.1.1 Kondisi umum perairan

Daerah sungai pada Gunung Walat merupakan sungai kecil dengan lebar 1-2
meter, dengan kedalaman maksimal 50 cm. Sungai di Gunung Walat memiliki
substrat berbatu dan berarus deras hingga tenang.

Titik 1 mempunyai karakteristik sebagai berikut: lebar sungai kecil, aliran air
deras dan memiliki substrat berbatu. Di sekeliling titik ini dinaungi pohon dan
tanaman herba (Gambar 7).

Gambar 7 Titik 1

Titik 2 mempunyai karakteristik : aliran air lambat, kedalaman dangkal, dan


kondisinya berlumpur. Di sekililing titik dinaungi pohon dan tanaman herba
(Gambar 8).

Gambar 8 Titik 2

Titik 3 mempunyai karakteristik : aliran air lambat,kedalaman dangkal,


kondisinya berlumpur. Di sekeliling titik ini dinaungi pohon dan tanaman herba.
Diperkirakan tidak ada udang dan hewan lain kecuali serangga air (Gambar 9).
Gambar 8 Titik 3

Titik 4 mempunyai karakteristik : aliran air tidak mengalir, kedalaman


sedang, dan disekeliling titik tersebut terdapat teratai dan tumbuhan air (Gambar
10).

Gambar 10 Titik 4

3.2 Pembahasan
Berdasarkan kunci identifikasi Wowor (2004), ketiga belas udang yang diperoleh
merupakan spesies Macrobrachium pilimanus dan kepiting Parathelphusa convexa.

3.2.1 Macrobranchium pilimanus

Klasifikasi udang Macrobrachium pilimanus menurut Myers et al. (2014)


adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Kelas : Malacostrata

Ordo : Decapoda

Famili : Palaemonidae

Genus : Macrobrachium

Spesies : M. pilimanus

M. pilimanus memiliki merus yang membengkak pada pereiopod kedua,


karpus pendek dan berbentuk seperti cangkir. M. pilimanus hidup transparan
dengan pigmen hitam pada mata (Holthuis 1979).Habitat Macrobrachium tersebar
di Malaysia, Sumatera, Jawa dan Borneo (Taufik 2011). Selain itu Taufik (2011)
juga melaporkan bahwa M. pilimanus diperoleh pada habitat berbatu dan air
mengalir deras atau habitat berbatu di air yang tidak mengalir. Hal ini diperkuat
oleh Iwata (2003) yang menyatakan bahwa M. pilimanus dapat diperoleh pada
substrat yang berbatu dan air mengalir.

M. pilimanus ditemukan pada titik 1 yang memiliki substrat berbatu dan air
mengalir, sesuai dengan habitat M. pilimanus yang dideskripsikan oleh Taufik
(2011) dan Iwata (2003). Pada titik 2 yang karakteristik perairannya berlumpur,
kondisi aliran airnya lambat tidak ditemukan spesies M.pilimanus. Titik lainnya pun
tidak ditemukan spesies M.pilimanus karena habitatnya tidak sesuai dengan habitat
yang dideskripsikan oleh Taufik(2011) dan Iwata(2003).

Sembilan dari tiga belas M.pilimanus yang diperoleh merupakan hasil dari
metode tangkap tangan. Hal ini membuktikan bahwa metode tangkap tangan lebih
efektif dibandingkan metode penangkapan dengan small trap. Faktor kegagalan
dari metode small trap yaitu pemasangan trap yang kurang lama, pemasangan
dilakukan di tempat yang diperkirakan tidak ada organismenya, dan kondisi aliran
air.

3.2.2 Parathelphusa convexa

P. convexa lebih banyak ditemukan di sungai yang beraliran lambat dan


dipinggir sungai. P. convexa dapat ditemukan di daerah sungai berarus lambat,
daerah genangan air, selokan dan persawahan. Persebaran spesies ini lebih luas,
yaitu dari sungai bagian hulu sampai bagian hilir (Wowor et al. 2010).

Klasifikasi Parathelphusa convexa menurut (Esser dan Cumberlidge 2008)

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Malacostraca

Ordo : Decapoda

Famili : Gecarcinucidae

Genus : Parathelphusa

Spesies : P. convexa

Ditemukan di daerah Jawa dan Sumatra bagian selatan (Chia dan Ng 2006).
P.convexa memiliki ciri tubuh berwarna coklat, memiliki mata faset, memiliki capit
dan tungkai 4 pasang. P.convexa termasuk golongan Decapoda tempurung
punggung umumnya berwarna kecoklatan, kehitaman, hingga ungu gelap, kerap
memiliki lekukan seperti bekas terinjak tapak kaki kuda (Nirmala 2012).

IV. SIMPULAN DAN SARAN


4.1 Simpulan

Jumlah udang yang berhasil ditangkap sebanyak 13 ekor dan kepiting sebanyak 1
ekor. Setelah dilakukan identifikasi berdasarkan karakter morfologi, semua udang
yang ditangkap hanya satu spesies, yaitu Macrobrachium pillimanus, sedangkan
kepitingnya adalah Parathelphusa convexa. Kedua spesies Crustacea yang
ditemukan di Gunung Walat merupakan spesies yang umum ditemukan di wilayah
Indonesia Bagian Barat, mulai Pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan.
Macrobrachium pillimanus diperoleh pada habitat berbatu, air yang mengalir deras
atau air tidak mengalir deras. Udang ini tidak ditemukan di air tergenang, yaitu di
dua kolam yang ada di kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat. Parathelphusa
convexa dapat ditemukan di pinggir sungai yang bersemak.

Key word : Crustacea, udang, kepiting

4.2 Saran

Dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan pengambilan sampel dari tiap-tiap aliran
sungai yang ada disekitar HPGW untuk membuktikan keanekaragaman Crustacea
air tawar yang ada di Gunung Walat.

DAFTAR PUSTAKA
Chia O K S, Ng Peter K L. 2006. The Freshwater Crabs of Sulawesi, with
Description of two new Genera and Four New Species
(Crustacea:Decapoda:Barchyura:Parathelphusidae. Jurnal The Raffles Buletin
of Zoology. 54(2):381-428.

Esser, L. and Cumberlidge, N. 2008. Parathelphusa convexa. The IUCN Red List
of Threatened Species. Version 2014.1. terhubung berkala
<www.iucnredlist.org>. Downloaded on 11 July 2014.

Grave SD, Cai Y, Anher A. 2008. Global diversity of shrimp (Crustacea Decapoda :
Caridea) in freshwater. Hidrobiologia. 595:287-293.

Holthuis LB. 1979. Cavernicolous and terrestrial decapod crustacea from Northern
Sarawak, Borneo. Zoologische Verhandlingen. 171:1-55.

Iwata T, Inoue M, Nakano S, Miyasaka H, Doi A, Covich AP. 2003. Shrimp


abundance and habitat relationship in tropical rainforest streams, Sarawak,
Borneo. Tropical Ecology. 19:387-395.

Myers P,Espinosa R,Parr CS Jones T,Hammond GS Dewey


TA.2014.Macrobrachium pilimanus.[internet]
http://animaldiversity.ummz.umich.edu/accounts/Macrobrachium
pilimanus/classification.

Nirmala. 2012. Keanekaragaman Arthropoda Pada Ekosistem Tanaman Desa Rante


Alang di Dusun Lewong. Kec. Larompong. Kab. Luwu. [Skripsi]. Makassar
(ID) : Universitas Hasanuddin.

Prianto, E. 2007. Peran Kepiting Sebagai Spesies Kunci (Keystone Spesies) pada
Ekosistem Mangrove. Prosiding Forum Perairan Umum Indonesia IV. Balai
Riset Perikanan Perairan Umum. Banyuasin.

Taufik. 2011. Keanekaragaman Udang Air Tawar di Danau Kerinci Provinsi Jambi.
[Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Wowor D, Cai Y, Ng PKL. 2009. Evolution of life history traits of Asian freshwater
prawns of genus Macrobrachium (Crustacea: Decapoda: Palaemonidae) based
on multilocus molecular phylogenetic analysis. Mol. Phylogenetic and Evol.
52:340-350.

Anda mungkin juga menyukai