Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT, MOTIVASI, DAN SUPERVISI DENGAN

KUALITAS DOKUMENTASI PROSES ASUHAN KEPERAWATAN

Retyaningsih Ida Yanti*, Bambang Edi Warsito**

*) Jurusan Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro


**) Jurusan Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

ABSTRAK

Dokumentasi dalam keperawatan memegang peranan penting terhadap segala macam tuntutan
masyarakat yang semakin kritis dan mempengaruhi kesadaran masyarakat akan hak-haknya dari suatu
unit kesehatan. Pendokumentasian yang tidak dilakukan dengan lengkap dapat menurunkan mutu
pelayanan keperawatan karena tidak dapat mengidentifikasi sejauh mana tingkat keberhasilan asuhan
keperawatan yang telah diberikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
karakteristik perawat, motivasi, dan supervisi dengan kualitas dokumentasi asuhan keperawatan. Metode
penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelatif dengan rancangan cross sectional. Pengambilan
sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel 106 responden. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 57 (53,8%) responden berusia kurang dari 32 tahun, 88 (83,0%) responden berjenis
kelamin wanita, 73 (68,9%) responden tingkat pendidikannya DIII Keperawatan, 54 (50,9%) responden
masa kerja kurang dari 7 tahun, 74 (69,8%) responden tidak pernah mengikuti pelatihan
pendokumentasian asuhan keperawatan, 56 (52,8%) responden motivasi pendokumentasian asuhan
keperawatan tidak baik, 90 (84,9%) responden persepsi terhadap supervisi kepala ruang tentang
pendokumentasian asuhan keperawatan baik, dan 58 (54,7%) kualitas dokumentasi kurang baik. Hasil
penelitian tidak ada hubungan antara umur P value=0,478 (P >0,05), jenis kelamin P value = 0,659,
tingkat pendidikan P value = 0,902, masa kerja P value = 0,546, dan pelatihan P value = 0,521 dengan
kualitas dokumentasi asuhan keperawatan. Ada hubungan antara motivasi P value = 0,036 dan supervisi
kepala ruang P value = 0,041 dengan kualitas dokumentasi asuhan keperawatan. Kesimpulan hasil
penelitian ini adalah motivasi perawat yang tidak baik cenderung kualitas dokumentasi juga tidak baik (P
value 0,036). Supervisi mempunyai hubungan yang signifikan dalam meningkatkan kualitas dokumentasi
asuhan keperawatan (P value = 0,041).

Kata kunci : Dokumentasi Asuhan Keperawatan, karakteristik perawat, motivasi, supervisi.

Hubungan Karakteristik Perawat, Motivasi, Dan Supervisi Dengan Kualitas Dokumentasi 107
Proses Asuhan Keperawatan
Retyaningsih Ida Yanti, Bambang Edi Warsito
Pendahuluan diinginkan atau menjahui situasi yang tidak
Mutu asuhan keperawatan dapat menyenangkan (Suarli & Yayan, 2008).
tergambar dari dokumentasi proses Faktor organisasi, supervisi adalah
keperawatan (Gillies, 1994). Dokumentasi pengamatan secara langsung dan berkala
dalam keperawatan memegang peranan oleh atasan terhadap pekerjaan yang
penting terhadap segala macam tuntutan dilakukan bawahan, apabila ditemukan
masyarakat yang semakin kritis dan masalah segera diberikan bantuan yang
mempengaruhi kesadaran masyarakat akan bersifat langsung guna mengatasinya (Suarli
hak-haknya dari suatu unit kesehatan. & Yayan, 2008).
Pendokumentasian merupakan suatu Hal ini yang melatarbelakangi penulis
kegiatan pencatatan, pelaporan atau untuk melakukan penelitian mengenai
merekam suatu kejadian serta aktivitas yang hubungan karakteristik perawat, motivasi,
dilakukan dalam bentuk pemberian dan supervisi dengan kualitas dokumentasi
pelayanan yang dianggap penting dan proses asuhan keperawatan. Tujuan
berharga (Dalami, 2011). Pendokumentasian penelitian ini adalah untuk mengetahui
yang tidak dilakukan dengan lengkap dapat hubungan antara karakteristik perawat,
menurunkan mutu pelayanan keperawatan motivasi, dan supervisi dengan kualitas
karena tidak dapat mengidentifikasi sejauh dokumentasi asuhan keperawatan.
mana tingkat keberhasilan asuhan
keperawatan yang telah diberikan, dalam Metode Penelitian
aspek legal perawat tidak mempunyai bukti Penelitian ini merupakan penelitian
tertulis jika klien menuntut ketidakpuasan kuantitatif dengan desain penelitian potong
akan pelayanan keperawatan (Nursalam, lintang (cross sectional) dan bersifat
2008; Iyer, 2001). deskriptif korelatif. Populasi dalam
Dokumentasi asuhan keperawatan penelitian ini adalah perawat di RSUD yang
menggunakan pendekatan proses berjumlah 145 responden. Sampel dalam
keperawatan yang terdiri dari pengkajian, penelitian ini adalah perawat yang terdiri
perumusan diagnosa, perencanaan, dari perawat ruang Dahlia, Melati,
pelaksanaan, dan evaluasi sebagai metode Cempaka, Anggrek, Flamboyan, Mawar,
ilmiah penyelesaian masalah keperawatan ICU, IGD, IRJ yang berjumlah 106
pada pasien untuk meningkatkan outcome responden. Alat pengumpulan data
pasien (Aziz, 2002). Ciri dokumentasi menggunakan kuesioner A (Karakteristik
asuhan keperawatan yang baik adalah perawat), kuesioner B (motivasi
berdasarkan fakta (factual basis), akurat dokumentasi perawat), Kuesioner C
(accuracy), lengkap (completeness), ringkas (Supervisi) dan Instrumen A dokumentasi
(conciseness), terorganisir (organization), keperawatan. Data dianalisa menggunakan
waktu yang tepat (time liness), dan bersifat uji chi scuare.
mudah dibaca (legability) (Potter & Perry;
2009). Prinsip-prinsip pendokumentasian Hasil dan Pembahasan
direvisi menjadi tiga bentuk standar A. Karakteristik Perawat
dokumentasi yaitu communication, Karakteristik perawat berdasarkan usia
accountability, dan safety (ANA, 2010). perawat sebagian besar berusia kurang dari
Menurut Gibson dan Ivancevich 32 tahun atau sekitar 53,8 %, karakteristik
terdapat tiga faktor yang mempengaruhi jenis kelamin menggambarkan sebagian
kinerja, yaitu faktor individu, faktor besar berjenis kelamin wanita sebesar
organisasi, dan faktor psikologi (Gibson, 83,0%, tingkat pendidikan mayoritas
2001). Faktor psikologi salah satunya perawat adalah DIII Keperawatan sebesar
motivasi, merupakan interaksi seseorang 68,9%, sedangkan masa kerja sebagian besar
dengan situasi tertentu yang dihadapinya dan perawat masa kerjanya kurang dari 7 tahun
memberikan dorongan penggerak (disadari sebesar 50,9%. Distribusi frekuensi
maupun tidak disadari) melalui suatu proses responden berdasarkan pelatihan
untuk mencapai tujuan tertentu yang dokumentasi keperawatan yang pernah

108 Jurnal Managemen Keperawatan . Volume 1, No. 2, November 2013; 107-114


diikuti sebagian besar perawat tidak pernah menunjukkan bahwa perawat di mempunyai
mengikuti pelatihan sebesar 69,8%. harapan yang relatif sudah terpenuhi karena
belum mempunyai tuntutan kebutuhan yang
1. Umur tinggi dibandingkan dengan masa kerja yang
Umur responden di sebagian besar sudah lama (Rusmianingsih, 2012).
berusia 32 tahun sekitar 53,8 %. Menurut
Erikson rentang umur 25-45 tahun 5. Pelatihan
merupakan tahap perkembangan Pelatihan merupakan suatu fungsi
generativitas vs stagnasi, dimana seseorang manajemen yang perlu dilaksanakan terus
memperhatikan ide-ide, keinginan untuk menerus dan ini sangat penting dalam
berbagi pengetahuan, dan meningkatkan peningkatan kualitas dokumentasi asuhan
kreativitas (Sunaryo, 2004). keperawatan. Tingginya persentase perawat
Asumsi peneliti usia perawat dewasa yang tidak pernah mengikuti pelatihan
muda pada umumnya mereka kurang pendokumentasian disebabkan karena
memiliki rasa tanggung jawab, kurang manajemen rumah sakit sudah lama tidak
disiplin, sering berpindah-pindah pekerjaan, menyelenggarakan pelatihan
belum mampu menunjukkan kematangan pendokumentasian asuhan keperawatan.
jiwa, dan belum mampu berpikir rasional.
Perawat usia muda masih memerlukan 6. Hubungan umur dengan kualitas
bimbingan dan arahan dalam bersikap dokumentasi proses asuhan
disiplin serta ditanamkan rasa tanggung keperawatan
jawab sehingga pemanfaatan usia produktif Menurut teori semakin umur
bisa lebih maksimal (Wahyudi,dkk., 2010). bertambah maka disertai dengan
peningkatan pengalaman dan keterampilan
2. Jenis Kelamin (Gibson, 2001). Hasil uji statistik diperoleh
Hasil penelitian ini menggambarkan P value = 0,478, tidak ada hubungan antara
sebagian besar responden berjenis kelamin umur dengan kualitas dokumentasi proses
wanita 83,0%. Analisis peneliti asuhan keperawatan.
menunjukkan bahwa pekerjaan perawat Hasil penelitian ini menunjukkan
masih banyak diminati oleh perempuan tidak ada hubungan, hal ini dikarenakan
dibandingkan laki-laki karena keperawatan perawat masih berusia muda, sehingga
masih diidentikkan dengan pekerjaan yang faktor kepuasan terhadap pekerjaannya
cocok dan sesuai dengan sifat perempuan belum dirasakan secara bermakna, karena
yang lebih sabar, lemah lembut, dan peduli masalah kepuasan adalah masalah yang
(Ilyas, 2001). sensitif dan akan mempengaruhi konditenya
sebagai pegawai (Saleh, 2012).
3. Tingkat Pendidikan Makin lanjut usia seorang makin kecil
Proporsi responden berdasarkan tingkat kemangkirannya dan menunjukkan
tingkat pendidikan adalah DIII Keperawatan kemantapan yang lebih tinggi dengan masuk
sebesar 68,9%. Analisis peneliti bahwa kerja lebih teratur (Farida, 2011). Bila
tingkat pendidikan perawat di masih perlu dilihat dari aspek kesehatan, semakin tua
ditingkatkan. Mayoritas tenaga perawat di lebih lama waktu pemulihan cedera maka
adalah DIII Keperawatan. Fenomena yang kemungkinan tingkat kemangkiran yang
ada pengetahuan yang sama tidak berarti lebih tinggi dibandingkan karyawan muda.
mendorong individu untuk berperilaku sama Pengembangan berupa pendidikan dan
dalam melakukan pendokumentasian asuhan pelatihan secara berkesinambungan,
keperawatan. memberikan peluang untuk
mengikutsertakan perawat senior dalam
4. Masa Kerja berbagai aktivitas di rumah sakit (Isesreni,
Hasil analisis peneliti bahwa rata-rata 2008).
masa kerja perawat masih belum lama akan
menyebabkan tuntutan pemenuhan
kebutuhan masih kurang. Kondisi ini

Hubungan Karakteristik Perawat, Motivasi, Dan Supervisi Dengan Kualitas Dokumentasi 109
Proses Asuhan Keperawatan
Retyaningsih Ida Yanti, Bambang Edi Warsito
7. Hubungan Jenis Kelamin dengan 0,546, tidak ada hubungan antara masa kerja
Kualitas Dokumentasi Proses Asuhan dengan kualitas dokumentasi proses asuhan
Keperawatan keperawatan. Hal ini dapat diasumsikan
Menurut Ilyas (2001) jenis kelamin bahwa semakin bertambah lama kerja
akan memberikan dorongan yang berbeda, ternyata tidak menunjukkan peningkatan
jenis kelamin laki-laki memiliki dorongan kualitas dokumentasi proses asuhan
lebih besar daripada wanita karena tanggung keperawatan bahkan semakin terjadi
jawab laki-laki lebih besar. Hasil uji statistik penurunan.
diperoleh P value = 0,659, tidak ada Hasil penelitian ini didukung teori
hubungan antara jenis kelamin dengan Martoyo (1998) mengatakan bahwa semakin
kualitas dokumentasi. lama kerja makin mundur motivasi kerja,
Mayoritas perawat berjenis kelamin karena tidak ada tantangan dalam
wanita maka terlihat bahwa tidak ada pekerjaannya. Tetapi teori Robbins (2003)
proporsi perawat pelaksana dalam mengatakan bahwa semakin lama masa kerja
pendokumentasian asuhan keperawatan yang maka karyawan akan menghasilkan
baik dan kurang baik sehingga diharapkan produktifitas yang tinggi.
teradapat variasi jenis kelamin laki-laki dan Faktor tidak adanya hubungan antara
perempuan maka pendokumentasian masa kerja bisa disebabkan karena terjadi
keperawatan akan lebih baik. kejenuhan terhadap rutinitas pekerjaan dan
kebiasaan pendokumentasian, selain itu
8. Hubungan Tingkat Pendidikan kurangnya pembinaan mengenai
dengan Kualitas Dokumentasi Proses pendokumentasian asuhan keperawatan
Asuhan Keperawatan terhadap para perawat pelaksana sehingga
Perawat dengan tingkat pendidikan motivasi untuk mendokumentasikan asuhan
yang berbeda mempunyai kualitas keperawatan rendah.
dokumentasi yang dikerjakan berbeda pula Bertambahnya lama kerja seorang
karena semakin tinggi tingkat pendidikannya perawat sebaiknya disertai dengan kegiatan
maka kemampuan secara kognitif dan untuk meningkatkan keterampilan,
keterampilan akan meningkat (Notoadmojo, pengetahuan, dan kemampuan setiap
2003). individu agar tidak terjadi kejenuhan
Hasil uji statistik diperoleh P value = terhadap rutinitas sehingga kualitas
0,902, tidak ada hubungan antara tingkat dokumentasi menjadi lebih baik.
pendidikan dengan kualitas dokumentasi
proses asuhan keperawatan. Pendidikan 10. Hubungan Pelatihan
tetap menjadi indikator penting dalam upaya Pendokumentasian dengan Kualitas
memperbaiki kinerja perawat kecenderungan Dokumentasi Proses Asuhan
untuk mempunyai kinerja lebih baik, Kperawatan
kemampuan secara kognitif dan Hasil uji statistik diperoleh P value =
keterampilan juga semakin meningkat. 0,521, bahwa tidak ada hubungan antara
Seorang perawat untuk melakukan pelatihan dengan kualitas dokumentasi
analisa memerlukan kemampuan proses asuhan keperawatan.
intelektual, interpersonal, dan teknikal yang Menurut Notoatmodjo (2010) bahwa
memadai. untuk meningkatkan kemampuan seseorang
perlu dilakukan pelatihan. Hal tersebut
9. Hubungan Masa Kerja dengan ditambahkan Triton (2005) bahwa untuk
Kualitas Dokumentasi Proses Asuhan meningkatkan kemampuan dan ketrampilan
Keperawatan diperlukan pelatihan.
Menurut Robbin lama kerja turut Program pelatihan sebaiknya
menentukan kinerja seseorang dalam diberikan baik pada pegawai baru maupun
menjalankan tugas. Semakin lama seseorang yang telah ada untuk menghadapi situasi-
bekerja semakin terampil dan semakin cepat situasi yang berubah. Kualitas pelatihan
dia menyelesaikan tugas tersebut (Farida, juga mempengaruhi perawat yang mengikuti
2011). Hasil uji statistik diperoleh P value = pelatihan pendokumentasian.

110 Jurnal Managemen Keperawatan . Volume 1, No. 2, November 2013; 107-114


Pelatihan asuhan keperawatan berfokus pada keberhasilan penyelesaian
dipengaruhi oleh beberapa faktor tugas dan menyukai umpan balik dari
(Soeprijadi, 2006): pekerjaannya daripada hubungan
a. Faktor pelatih, dengan menggunakan kekerabatan serta mencari pengaruh (Suarli
pelatih yang profesional & Yayan, 2008). Kebutuhan ini tercermin
b. Faktor peserta, pelatihan yang dari keinginan seseorang mengambil tugas
mempunyai rasa kebersamaan tinggi secara konsisten, bertanggung jawab untuk
dilihat dari dinamika kelompok yang mencapai tujuannya dan berani menghadapi
sangat mendukung ke arah proses risiko serta memperhatikan feedback.
belajar mengajar Hasil uji statistik diperoleh P value =
c. Faktor metode pelatihan, metode yang 0,036, bahwa ada hubungan antara motivasi
tepat akan menimbulkan kegairahan dengan kualitas dokumentasi proses asuhan
belajar para peserta. keperawatan. Hasil penelitian ini sejalan
d. Faktor materi pelatihan yang disusun dengan teori Mc Clelland bahwa timbulnya
dengan baik akan menimbulkan motivasi untuk berperilaku karena
ketekunan dari peserta pelatihan. dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan yang
ada dalam diri manusia (kebutuhan
B. Motivasi kekuasaan, kebutuhan afiliasi, dan
Hasil pengumpulan data mengenai kebutuhan berprestasi).
variabel motivasi dokumentasi perawat Motivasi kerja yang semakin tinggi
menunjukkan motivasi perawat tentang menjadikan perawat mempunyai semangat
pendokumentasian asuhan keperawatan yang tinggi untuk memberikan pelayanan
sebagian besar mempunyai motivasi tidak yang terbaik (Mudayana, 2010). Hal ini
baik sebesar 52,8%. Motivasi merupakan sebanding dengan motivasi untuk
kondisi yang berpengaruh membangkitkan, melakukan pendokumentasian yang tinggi
mengarahkan, dan memelihara perilaku yang akan menghasilkan kualitas dokumentasi
berhubungan dengan lingkungan kerja yang baik. Motivasi merupakan dorongan
(Mangkunegara, 2005). Motivasi yang tidak yang berpengaruh membangkitkan,
baik dalam pendokumentasian keperawatan mengarahkan, dan memelihara perilaku yang
akan membuat timbulnya dorongan yang berhubungan dengan lingkungan kerja
lemah untuk melakukan pekerjaan sebaik (Mangkunegara, 2005).
mungkin.
Motivasi dalam penelitian ini C. Supervisi
dikembangkan berdasarkan teori Mc Hasil pengumpulan data berikutnya
Clelland yang dikelompokkan menjadi tiga tentang supervisi kepala ruang di
kebutuhan manusia yaitu kebutuhan menunjukkan bahwa supervisi kepala ruang
kekuasaan, kebutuhan afiliasi dan kebutuhan sebagian besar supervisi baik sebesar 84,9%.
prestasi (Pitman, 2011). Menurut Mc Supervisi telah dilaksanakan oleh
Clelland dalam Mangkunegara (2005) kepala ruang tetapi belum memberikan
kebutuhan berafiliasi adalah dorongan untuk kontribusi signifikan untuk meningkatkan
berinteraksi dengan orang lain. Kebutuhan kualitas dokumentasi asuhan keperawatan.
ini dapat diwujudkan melalui keikutsertaan Penyebab diantaranya karena supervisi
seseorang dalam suatu organisasi atau dilaksanakan dengan kaku, tanpa empati,
perkumpulan-perkumpulan. Kebutuhan gagal memberikan dukungan, dan tidak
afiliasi pada prinsipnya agar dirinya itu mendidik (Pitman, 2011). Kegiatan supervisi
diterima dan dianggap menjadi bagian dari yang baik dapat dipakai sebagai usaha untuk
kelompok tersebut. melakukan penjaminan mutu.
Kebutuhan kekuasaan tampak pada Hasil uji statistik diperoleh P value =
perawat yang ingin mempengaruhi orang 0,04, ada hubungan antara supervisi kepala
lain, senang berkompetisi, mandiri, aktif ruang dengan kualitas dokumentasi. Hasil
menjalankan kebijakan organisasi, selalu penelitian menjelaskan bahwa supervisi
menjaga prestasi, reputasi, serta posisinya sangat diperlukan untuk perbaikan kerja
(Suarli & Yayan, 2008). Kebutuhan prestasi pendokumentasian asuhan keperawatan.

Hubungan Karakteristik Perawat, Motivasi, Dan Supervisi Dengan Kualitas Dokumentasi 111
Proses Asuhan Keperawatan
Retyaningsih Ida Yanti, Bambang Edi Warsito
Perhatian pimpinan dapat dilakukan dalam ulang untuk dikembangkan atau diperbaiki
bentuk bimbingan dan pengarahan dalam (Nursalam, 2008).
pelaksanaan tugas, ketersediaan waktu Pengkajian menunjukkan bahwa
atasan untuk mendengarkan saran-saran sebagian besar responden mencatat data
untuk dipertimbangkan, dan sikap terbuka hasil pengkajian sesuai dengan pedoman
dalam menerima keluhan staf serta mencari (71,7%), dikelompokan (bio-psiko-sosial-
solusi untuk memberi bantuan atas spiritual) dalam format yang berlaku
permasalahan. (54,7%), dan masalah tidak dirumuskan
Monitoring yang dilakukan atasan berdasarkan kesenjangan antara status
langsung secara berkala juga dapat memacu kesehatan dengan keadaan normal (79,2%).
perawat untuk bekerja lebih baik. Supervisi Hasil pengamatan peneliti ada beberapa hal
dari bidang keperawatan sebaiknya yang menyebabkan hal ini antara lain kurang
dilakukan minimal sebulan sekali untuk tersosialisasi pemahaman pengisian form
memberikan bimbingan dokumentasi askep. asuhan keperawatan yang ada di Rumah
Supervisi yang dilakukan dengan Sakit. Tindakan evaluasi yang dilakukan
benar merupakan bentuk dukungan dari kurang rutin dan terjadwal dalam
lingkungan untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pendokumentasian asuhan
kerja perawat sehingga kualitas dokumentasi keperawatan, pemahaman perawat muda
dapat menjadi lebih baik. Kemampuan yang belum menerapkan asuhan
manajer keperawatan dalam hal ini kepala keperawatan professional bahwa pencatatan
ruang diharapkan menjalankan fungsi dan pelaporan adalah suatu hal mutlak yang
pengarahan melalui kegiatan supervisi yang harus ada dan dilaksanakan.
baik untuk penjaminan kualitas dokumentasi Perawat melakukan
asuhan keperawatan. Desain pekerjaan yang pendokumentasian tidak dirumuskan
baik seharusnya sudah bisa menjiwai diri berdasarkan problem, etiology,dan symptom
para perawat tanpa harus mendapat (89,6%) dan tidak dirumuskan diagnosa
bimbingan terus menerus dan monitoring keperawatan aktual/potensial (51,0%). Hal
yang ketat dari atasan. ini tidak sejalan dengan pendapat Nursalam
(2008) semua diagnosa keperawatan harus
D. Kualitas Dokumentasi Proses Asuhan didukung oleh data (Nursalam, 2008).
Keperawatan Definisi karakteristik tersebut dinamakan
Kualitas dokumentasi proses asuhan tanda dan gejala, tanda adalah sesuatu yang
keperawatan di kurang baik sebesar 54,7%. dapat diobservasi dan gejala adalah sesuatu
Penyebab kurang baiknya dokumentasi yang dirasakan oleh pasien. Setelah perawat
asuhan keperawatan adalah pengetahuan dan mengelompokkan, mengidentifikasi, dan
pemahaman perawat yang kurang, perawat memvalidasi data-data bermakna, maka
lebih memprioritaskan tindakan langsung tugas perawat pada tahap ini adalah
dan kekurangan tenaga keperawatan merumuskan suatu diagnosa keperawatan
(Cahyani, 2008). Faktor waktu atau lama (Nursalam, 2008).
pelaksanaan pendokumentasian yang Diagnosa keperawatan bersifat aktual
dibutuhkan perawat mempunyai pengaruh jika menjelaskan masalah nyata yang terjadi
yang signifikan (Soeprijadi, 2006). saat ini sesuai data klinik yang ditemukan.
Menurut Nursalam (2008) hakikat Syarat untuk menegakkan diagnosa
dokumentasi asuhan keperawatan adalah keperawatan aktual harus ada unsur
terciptanya kegiatan-kegiatan keperawatan problem, etiology, dan symptom (Carpenito,
yang menjamin tumbuhnya pandangan, 1990). Peneliti mengamati dari hasil
sikap, cara berpikir, dan bertindak dokumentasi, perawat sepertinya ragu
profesional pada setiap perawat. Pendekatan menentukan diagnosa yang tepat karena
yang sistematis dan logis dengan landasan masih kurangnya pengalaman. Sebaiknya
ilmiah yang benar, serta melalui diadakan diskusi rutin terhadap
dokumentasi proses keperawatan, semua permasalahan yang ada sehingga bisa
kegiatan dalam proses keperawatan dapat terdapat curah pendapat sebagai ajang
ditampilkan kembali sehingga dapat diteliti berbagi pengalaman (Carpenito, 1990).

112 Jurnal Managemen Keperawatan . Volume 1, No. 2, November 2013; 107-114


Tahap perencanaan tidak disusun intervensi yang direncanakan pada status
menurut urutan prioritas (95,3%), tujuan kesehatan klien (Nursalam, 2008).
tidak mengandung komponen Sebagian besar perawat tidak mentip-
pasien,perubahan perilaku, kondisi pasien ex atau menghitamkan catatan jika terdapat
(93,4). Tahap perencanaan yang ditulis kesalahan (90,6%), tetapi masih terdapat
perawat dapat dilihat mayoritas tidak ruang kosong yang tersisa pada dokumentasi
mengandung komponen pasien, perubahan (63,2%). Pendokumentasian asuhan
perilaku, kondisi pasien. Hal ini perlu keperawatan sangat penting dilakukan, hal
mendapat perhatian manajemen asuhan ini perlu mengingat catatan tersebut dapat
keperawatan dalam hal evaluasi, monitoring, digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi
serta pembinaan bagi perawat. perawat dalam melakukan tindakannya
Rencana keperawatan merupakan terhadap pasien. Dokumentasi asuhan
metode komunikasi tentang asuhan keperawatan apabila dikemudian hari ada
keperawatan kepada pasien (Aziz, 2002). kasus hukum yang berkaitan dengan pasien
Setiap pasien yang memerlukan asuhan tertentu maka catatan asuhan keperawatan
keperawatan perlu suatu perencanaan yang dapat dijadikan bukti sah terhadap tindakan
baik. Perencanaan adalah bagian dari fase yang dilakukan oleh perawat. Tindakan
pengorganisasian dalam proses keperawatan menghitamkan catatan dan masih terdapat
yang meliputi tujuan perawatan, penetapan ruang kosong menunjukkan bahwa tanggung
pemecahan masalah, dan menentukan tujuan jawab dan tanggung gugat masih rendah,
perencanaan untuk mengatasi masalah klien sehingga perlu dilakukan pengawasan dan
(Aziz, 2002). Suatu perencanaan yang pengecekan pada setiap dokumen.
kurang baik akan berakibat rendahnya mutu
pelayanan keperawatan pada pasien sebagai Kesimpulan dan saran
akibat dari data yang kurang lengkap. Kesimpulan hasil penelitian ini adalah
Tahap implementasi perawat motivasi perawat yang tidak baik cenderung
mengobservasi respons pasien (58,5%), kualitas dokumentasi juga tidak baik (P
revisi tindakan tidak berdasarkan hasil value 0,036). Supervisi mempunyai
evaluasi (56,6%). Hal ini dapat disebabkan hubungan yang signifikan dalam
karena perawat merasa kurang sosialisasi meningkatkan kualitas dokumentasi asuhan
mengenai standar operasional prosedur keperawatan (P value = 0,041). Saran bagi
tentang pendokumentasian asuhan rumah sakit, diharapkan selalu
keperawatan yang baku di rumah sakit, memperhatikan motivasi perawat dalam
perawat mengerjakan tugas lain sehingga melakukan pendokumentasian asuhan
tidak mempunyai waktu untuk bertatapan keperawatan, sehingga diperlukan
langsung dengan pasien. Implementasi pembinaan misalnya dengan memberikan
adalah pelaksanaan dari rencana intervensi reward, peningkatan pendidikan, pelatihan,
untuk mencapai tujuan yang spesifik maupun seminar yang berkaitan dengan
(Nursalam, 2008). Tujuan dari implementasi dokumentasi asuhan keperawatan.
adalah membantu klien dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup Daftar Pustaka
peningkatan kesehatan, pencegahan American Nurses Association. Principles for
penyakit, pemulihan kesehatan, dan Delegation. Nevada Information
memfasilitasi koping (Nursalam, 2008). 2010. Diakses melalui
Pencatatan evaluasi tidak mengacu www.indiananurses.org/education/pri
pada tujuan (70,8%) dan hasil evaluasi tidak nciples_for_delegation.pdf pada
dicatat (51,9%). Evaluasi merupakan tanggal 17 Maret 2013.
langkah akhir proses keperawatan. Tugas Aziz, Alimul. Pengantar Dokumentasi
selama tahap ini termasuk Proses Keperawatan. Jakarta: EGC.
pendokumentasian pernyataan evaluasi dan 2002.
revisi rencana asuhan keperawatan dan Cahyani, Devi. Hubungan Beban Kerja
intervensi. Pernyataan evaluasi memberikan Perawat dan Kualitas Dokumentasi
informasi yang penting tentang pengaruh Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat

Hubungan Karakteristik Perawat, Motivasi, Dan Supervisi Dengan Kualitas Dokumentasi 113
Proses Asuhan Keperawatan
Retyaningsih Ida Yanti, Bambang Edi Warsito
Inap Rumah Sakit Umum Daerah Nursalam. Proses dan Dokumentasi
Kebumen. Karya Ilmiah Keperawatan Keperawatan: Konsep dan Praktik.
PSIK UGM. 2008 Jakarta: Salemba Medika. 2008.
Carpenito. Nursing Diagnosis: Application Pitman, S. Handbook for Clinical
to Clinical Practice 3rdEdition. Supervisor: Nursing Post Graduate
Philadelphia: Lippincott. 1990. Programme. Dublin : Royal College
Dalami,dkk. Dokumentasi Keperawatan of Surgeon Ireland. 2011
dengan Kurikulum Berbasis Potter, C.J, Taylor.P.A., & Perry,C. Potter &
Kompetensi. Jakarta: Trans Info Perrys Fundamentals of Nursing, 2nd
Media. 2011. Edition. Australia: Mosby-Elsevier.
Farida. Kepemimpinan Efektif dan Motivasi 2009.
Kerja dalam Penerapan Komunikasi Robbins,S.P. Perilaku Organisasi. Jakarta:
Terapeutik Perawat. Jurnal Ners Gramedia. 2003
2011, 6(1):31-41. Rusmianingsih, Nining. Hubungan
Gibson, J.L., Ivancevixh, JM & Donnelly, Penerapan Metoda Pemberian
J.H. Organizations: Behaviour, Asuhan Keperawatan Tim dengan
Structure, Process. Ed.8th. Boston: Kepuasan Kerja Perawat di Instalasi
Richard D.Irwin,pko. 2001. Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Gillies, D. A. Nursing Management a Kabupaten Tangerang. Depok: FIK
System Approach. Philadelphia: WB UI. 2012
Saunders Company. 1994. Saleh, Zainuddin. Pengaruh Ronde
Ilyas, Yasis. Kinerja Teori, Penilaian, dan Keperawatan terhadap tingkat
Penelitian. Depok: Pusat Kajian Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana di
Ekonomi Kesehatan FKM UI. 2001. Ruang Rawat Inap RSUD Abdul
Isesreni; Yeni Warni. Hubungan Wahab Sjahranie Samarinda. Karya
karakteristik perawat dengan kinerja Ilmiah Ilmu Keperawatan. 2012
perawat di RSJ. Prof. HB Saanin Soeprijadi. Faktor-faktor yang
Padang Tahun 2008. Jurnal MNM mempengaruhi pelaksanaan
2009, l1(1):23-30. dokumentasi asuhan keperawatan
Iyer. Patricia W. Nursing Malpractice, yang dilakukan oleh perawat di
Second Edition. USA: Lawyers and Rumah Sakit Grhasia Propinsi DIY.
Judge Publishing Co.Inc. 2001. PSIK: FK. 2006.
Mangkunegara, A.P. Perilaku dan Budaya Suarli, S & Yayan Bahtiar. Manajemen
Organisasi. Bandung: Refieka Keperawatan dengan Pendekatan
Aditama. 2005. Praktis. Jakarta: Erlangga. 2008.
Martoyo, S. Manajemen sumber daya Sunaryo. Psikologi untuk keperawatan.
manusia. Yogyakarta: BPFE Jakarta: EGC. 2004
Yogyakarta. 1998. Triton, P., B. Paradigma Baru Manajemen
Mudayana, Ahmad A. Pengaruh Motivasi Sumber Daya Manusia; Kunci Sukses
dan Beban Kerja terhadap Kinerja Meningkatkan Kinerja, Produktivitas,
Karyawan di Rumah Sakit Nur Motivasi Dan Kepuasan Kerja.
Hidayah Bantul. Jurnal Kesehatan Yogyakarta: Tugu. 2005.
Masyarakat FKM UAD 2010.4(2):84- Wahyudi, Iwan, Dewi Irawaty, dan Sigit
9. Mulyono. Hubungan Persepsi Perawat
Notoadmojo. Pengembangan Sumber Daya tentang Profesi Keperawatan,
Manusia. Jakarta: Rineka cipta. 2003. Kemampuan, dan Motivasi Kerja
_________. Pendidikan dan Perilaku terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di
Kesehatan. Jakarta: Rineka cipta. 2010. RSUD dr. Slamet Garut. Jurnal
Keperawatan FIKUI, 2010.

114 Jurnal Managemen Keperawatan . Volume 1, No. 2, November 2013; 107-114

Anda mungkin juga menyukai