Anda di halaman 1dari 24

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN....................................................................1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................2
2.1 Definisi..........................................................................................2
2.2 Jenis stoma.....................................................................................2
2.3 Indikasi pembuatan stoma.....................................................................2
2.4 Perjalanan saluran cerna normal.............................................................3
2.5 Operasi stoma..................................................................................5
2.6 Kolostomi.......................................................................................6
2.7 Ileostomi........................................................................................7
2.8 Urostomi........................................................................................8
2.9 Perawatan pasca operasi6......................................................................9
2.10 Mengenali abnormalitas6...................................................................10
2.11 Komplikasi..................................................................................12
Prolaps............................................................................................................. 12
Nekrosis........................................................................................................... 13
Retraksi........................................................................................................... 13
Hernia parastomal............................................................................................... 14
Stenosis........................................................................................................... 15
Kandidiasis....................................................................................................... 16
Folikulitis......................................................................................................... 16
Lesi pseudoverukosa........................................................................................... 17
Pyoderma gangrenosum....................................................................................... 17
Dermatitis kontak iritan........................................................................................ 18
Dermatitis kontak alergi....................................................................................... 19
2.12 Tipe tipe kantong / types of pouches......................................................19
2.13 Produk produk yang digunakan dalam manajemen stoma.............................21
2.14 Perawatan stoma............................................................................23
Langkah langkah mengosongkan kantung...............................................................23
Persiapan mengganti kantong stomi.........................................................................23
Langkah langkah mengganti kantung.....................................................................23
2.15 Anjuran pola makan pasien dengan stoma................................................24
Anjuran untuk pasien dengan kolostomi....................................................................24
Anjuran untuk pasien dengan ileostomi.....................................................................24
Anjuran untuk pasien dengan urostomi.....................................................................25
REFERENSI............................................................................... 26
BAB I PENDAHULUAN
Stoma merupakan kata dari bahasa Yunani yang berarti mulut atau bukaan. Ostomi
merujuk pada suatu prosedur pembedahan yang menghasilkan pengalihan eksternal feses dan
urin melalui stoma abdominal.1,2 Ostomi dibedakan menjadi kolostomi dan ileostomi untuk
feses dan urostomi untuk urin. Prosedur ini dilakukan pada pasien dari berbagai kategori usia
mulai dari neonatus sampai dengan lanjut usia. Secara statistik data frekuensi operasi ostomi
di Indonesia belum tersedia. Namun demikian jika merujuk pada tren meningkatnya angka
harapan hidup di Indonesia yang pada tahun 2010 mencapai usia 70 tahun, maka akan terjadi
pula peningkatan prevalensi pasien dengan stoma yang membutuhkan perawatan.3
Komplikasi pasca pembuatan ostomi sering terjadi. Data statistik di Kanada
menunjukkan sebanyak 45% terjadi komplikasi. Komplikasi yang terjadi 77% merupakan
masalah pada kulit sekitar stoma berupa erosi, maserasi, eritema, dan dermatitis iritan.
Masalah kulit periostomi pada 76% kasus terjadi selama lebih dari tiga bulan, dan sebanyak
80% tidak datang ke fasiltas kesehatan. Ileostomi memiliki angka komplikasi tertinggi
sebanyak 57%, disusul urotsomi sebanyak 48%, dan kolostomi sebanyak 35% dari
keseluruhan pasien dengan ostomi. Sebanyak 23% komplikasi yang terjadi berupa retraksi,
periostomal hernia, prolaps, dan nekrosis pada stoma itu sendiri. Data data yang ada
tersebut menunjukkan bahwa komplikasi sering terjadi.4
Perawatan stoma yang baik dapat mencegah terjadinya komplikasi. Perawatan stoma
tidak hanya memerlukan tenaga medis yang kompeten, namun juga membutuhkan perawatan
sehari hari oleh pasien. Sehingga tenaga medis perlu memberikan edukasi yang memadai
kepada pasien mengenai cara perawatan stoma. Sejumlah isu mengenai gambar diri dan
kepercayaan diri, gangguan fungsi seksual, faktor risiko terjadinya komplikasi juga penting
dipelajari dalam untuk merawat pasien secara holistik.4 Hal hal ini diharapkan dapat
menjadi pokok bahasan dalam penulisan referat berikutnya.

1
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Stoma intestinal adalah bukaan usus pada permukaan dinding abdomen yang tercipta
melalui tindakan pembedahan guna mengalirkan feses atau urin. Stoma intestinal berfungsi
untuk mengalihkan aliran isi pencernaan agar tidak sampai ke bagian distal usus dalam
rangka untuk memberi kesempatan bagian distal usus tersebut sembuh dan selain itu untuk
membebaskan obstruksi pada situasi darurat.5

2.2 Jenis stoma

Berdasarkan organ penyusunnya stoma dibagi menjadi 3 jenis, yakni;5

Kolostomi, adalah stoma yang dibuat pada kolon.


Ileostomi, adalah stoma yang dibuat pada ileum.
Urostomi, adalah stoma yang dibuat untuk sistem genitourinaria.

Berdasarkan bentuknya menjadi

End stoma
Loop stoma

2.3 Indikasi pembuatan stoma

Obstruksi atau blokade usus


atau kandung kemih

INDIKASI UMUMNYA Perforasi usus


STOMA DIPERLUKAN
Pengangkatan usus atau
kandung kemih yang sakit
berat

INDIKASI TERKADANG Kanker usus atau kandung


STOMA DIPERLUKAN
kemih

Penyakit divetikular

Kolitis ulseratif

Penyakit Crohn

Abnormalitas usus atau

2
kandung kemih pada anak

Tabel 1. Indikasi pembuatan stoma6


Suatu kolostomi dan suatu ileostomi dapat dibuat hanya untuk sementara (memberikan
waktu untuk penyembuhan bagian lain dari usus), atau untuk permanen. Berbeda dengan
urostomi yang biasanya dibuat untuk permanen. Produksi ketiga jenis stoma tidak dapat
dikontrol oleh pasien sehingga pasien memerlukan kantong pada abdomen untuk menampung
feses (kolostomi dan ileostomi) atau urin (urostomi).6

Gambar 1. Pembuatan stoma

2.4 Perjalanan saluran cerna normal

Pencernaan dimulai saat makanan dikunyah dalam mulut. Makanan yang ditelan
selanjutnya turun melewati esofagus (1) ke dalam perut (2). Lambung berperan seperti
sebuah pengencer, makanan dicerna menjadi berbentuk cukup cair lalu berlanjut masuk ke
ileum (3) yang disebut juga sebagai usus halus. Usus halus merupakan bagian terpanjang
dari sistem pencernaan usus halus memiliki panjang lebih dari 6 meter. Sebagian besar
nutrisi dalam makanan diserap ke dalam tubuh selama perjalanannya melalui usus halus,
meninggalkan menyisakan materi yang tidak dapat dicerna dalam bentuk yang cukup cair.
Perjalanan berlanjut masuk ke dalam kolon atau usus besar (4), yang berjarak sekitar 1,5
meter. Peran utama kolon adalah untuk absorbsi air kembali ke dalam tubuh, menjaga
keseimbangan cairan tubuh. Setelahnya meninggalkan sisa pencernaan yang berbentuk semi-

3
solid (feses). Pada bagian akhir dari kolon bahan sisa pencernaan ditampung dalam rektum
(5) sebelum dikeluarkan melalui anus (6).6

Gambar 2. Perjalanan dalam saluran cerna6

2.5 Operasi stoma

Gambar 3. Lokasi stoma dibuat pada kolon6

4
Gambar 4. Lokasi stoma dibuat pada ileum6

2.6 Kolostomi

Terkadang sebagaian rektum dan/atau kolon harus diangkat seluruhnya (atau di bypass).
Sehingga feses yang diproduksi tidak dapat meninggalkan saluran cerna secara biasa melalui
anus. Biasanya akan dilakukan pembedahan pembuatan kolostomi yang dijahit di permukaan
kulit pada dinding abdomen. Pembuatan kolostomi dapat dilakukan di mana saja namun
biasanya dipilih posisi sebelah kiri dari abdomen dan dapat dibuat untuk temporer maupun
permanen.

Gambar 5. Tampakan stomi dan kantong kolostomi6

5
Gambar 6. Bagian kolon yang di operasi6

2.7 Ileostomi

Prosedur ileostomi mirip dengan kolostomi, keculi pada ileostomi stoma dibuat pada
ileum bukan ada kolon. Ileostomi dapat dibuat baik untuk temporer maupun untuk permanen.
Biasanya di buat di sebelah kanan dan dengan ujung yang lebih panjang karena produksinya
yang lebih cair dibandingkan pada kolostomi. Produksinya berikisar antara 500 800 ml
dalam 24 jam. Produksi abnormal dapat mencapai 1 liter cairan. Terkadang jika rektum belum
diangkat, ada dibuat bukaan lainnya yang disebut mucous fistula. Pada waktu awal setelah
operasi biasanya akan keluar produksi mukus eksesif terutama jika dilakukan operasi darurat.
Feses terkadang juga dapat kluar dari mucous fistula ini.6
Pada pasien ileostomi biasany memerlukan kantong yang dapat dikosongkan
(drainable pouch) sehingga kantong dapat dikosongkan 4 6 kali dalam 24 jam. Kantong
ileostomi sendiri umumnya diganti setiap hari atau tergantung pilihan.6

Gambar 7. Bagian ileum yang dioperasi6

6
Gambar 8. Kantong ileostomi6

2.8 Urostomi

Urostomi dibuat agar urin dari ureter tidak perlu diekskresi melalui kandung kemih
dan uretra. Pembuatan urostomi biasanya dilakukan pada abdomen sebelah kanan. Pembuatan
urostomi mengambil potongan kecil dari ileum lalu digunakan sebagai tabung atau moncong
yang disebut ileal conduit. Ileum yang dipotong kemudian disambung dengan sisa ileum
yang ada sehingga sistem pencernaan berfungsi seperti sebelumnya. Urostomi normalnya
mengeluarkan urin yang continuous atau berkelanjutan dan kadang mengandung mukus.
Kantong urostomi biasanya terdapat keran yang harus dikosongkan beberapa kali dalam
sehari. Urostomi biasanya disambungkan dengan kantong urin (bedakan dengan kantong
urostomi) pada malam hari. Kantong urostomi umumnya diganti setiap hari atau setiap
beberapa hari.6

Gambar 9. Bentuk urostomi, menggabungkan uteter kanan dan kiri pada ileal conduit6

Gambar 10. Kantung urostomi6

2.9 Perawatan pasca operasi6

a. Monitor berkala kondisi tampakan stoma

7
b. Monitor berkala dan uktur produksi stoma
c. Pastikan peralatan tersedia:

1. Kantong (yang drainable untuk beberapa hari pertama setelah operasi, setelahnya
barulah diganti sesuai kebutuhan)
2. Penjepit kantung (pouch clip)
3. Semangkuk air
4. Kantong sampah
5. Kain bersih kering non-steril untuk membersihkan dan mengeringkan kulit
6. Pembersih lem
7. Deodoran ostomi semprot
8. Barrier wipes untuk melindungi kulit
9. Aksesoris tambahan
10. Pengukur ostomi
11. Paper towel untuk melindungi pakaian

d. Pastikan tidak ada kebocoran


e. Monitor adanya flatus
f. Setelah stoma mulai berfungsi bak, lakukan pengosongan dan penggantian secara rutin

2.10 Mengenali abnormalitas6

Warna stoma
Normal: merah muda / merah / hangat pada perabaan
Abnormal : hitam / kelabu / pucat / berlumpur

Kulit
Normal : kulit sekitar stoma intak
Abnormal : nyeri / ulkus / inflamasi atau kulit yang rusak

Edema (bengkak)
Normal : Pasca operasi stoma dapat menjadi agak bengkak dan akan berukurang
sekitar 6 minggu setelah operasi.
Abnormal : bengkak yang mendadak dan tidak dapat dijelaskan

Perdarahan stoma
Normal : sedikit darah pada pengusapan saat stoma dibersihkan atau dikeringkan.
Abnormal : perdarahan yang eksesif saat stoma dibersihkan / darah pada kantong /
perdarahan dari dalam stoma.

8
Gambar 11. Tampakkan stoma6

Tipe stoma Produksi normal Produksi abnormal

Kolostomi Flatus (angin) adalah tanda bahwa Konstipasi feses keras / tidak ada
usus kembali bekerja setelah output selama > 2 hari.
Obstruksi tidak ada output yang
operasi selain bising usus yang
disertai nyeri / muntah / distensi
kembali normal.
Feses yang lembek dan padat 1 abdomen.
Diare
3 kali sehari (membutuhkan
Darah bercampur dengan output.
beberapa hari untuk berfungsi dan
dapat selama periode pasca
operasi feses dapat berbentu cair)

Ileostomi Feses cair hingga lembek Tidak akan pernah konstipasi.


Produksi encer / bile stained.
konsistensi bervariasi antara
Tidak ada output lebih dari 12 jam.
bubur sampai encer. [Cairan Darah bercampur dengan output.
hemo-serosa (cairan merah muda,
jernih) dan flatus (angin) adalah
normal selama 48 jam pertama
setelah operasi].
Dalam 24 jam output sekitar 500-
800 ml.

Urostomi Urin mengalir terus, jernih, warna Urin keruh / gelap / pekat.
Peningkatan produksi mukus /
kekuningan. Kadang terdapat
darah pada urin.
mukus.
Tidak ada urin

Produksi rektal Mukus dan kadang terdapat Darah/pus


sedikit feses jika sebelum operasi
memang sudah ada feses pada
rectum.

9
Tabel 2. Abnormalitas pada stoma6

2.11 Komplikasi

Komplikasi dibagi menjadi dua kategori besar, komplikasi stoma dan komplikasi
peristomal. Komplikasi stoma terjadi pada ostomi itu sendiri, sedangkan komplikasi
peristomal terjadi pada kulit sekitar stoma. Komplikasi stoma diantaranya prolaps, nekrosis,
retraksi, hernia parastomal, muco-cutaneous separation, stenosis, fistula, dan trauma.
Komplikasi peristoma diantaranya varises, kandidiasis, folikulitis, tranplantasi mukosa, lesi
pseudoverukosa, pyoderma gangrenosusm, granuloma sutura, dermatitis kontak iritan, dan
trauma.7

Prolaps

Prolaps stoma adalah usus berlebihan yang menonjol melalui bukaan stoma. Tingkat
keparahan prolaps stoma bervariasi dari yang kecil 2 3 cm hingga lebih dari 10 cm.

a.

b. c.

Gambar 12. a, b, c Prolaps stoma4,6,7

Nekrosis
Matinya jaringan stoma akibat gangguan aliran darah.

10
Gambar 13. Nekrosis8

Retraksi

Retraksi stoma adalah hilangnya protursi normal stoma menjadi mengerut ke dalam bagian
bawah kulit.
a. b.

c.

Gambar 14. a dan b Retraksi stoma, c. macam level stoma4,7,8

Hernia parastomal

Pembengkakan abnornal sekitar stoma akibat kelemahan fasia abdominal.4

a.

11
b.

c.

Gambar 15. a, b, dan c Hernia parastomal4,6,7

Muco-cutaneous separation
Hancurnya jahitan antara stoma dengan permukaan kulit sebagian atau seluruhnya. Hal ini
dapat merupakan akibat suatu infeksi lokal atau karena mengalami regangan ketika proses
pembuatan.4
a. b.

c.

Gambar 16. a, b, dan c Muco-cutaneous separation4,6,7

12
Stenosis

Stenosis adalah terjadinya penyempitan lubang bukaan usus.7


a. b.

Gambar 17 a dan b Stenosis stoma7

Kandidiasis
Infeksi kulit akibat jamur. Tampakan ruam atau kemerahan, lesi satelit, dapat disertai pustul,
tepi yang meninggi, dan terdapat skuama. Sering terjadi pada pasien dengan
imunokompromais, diabetes, penggunaan steroid topikal, dan penggunaan antibiotik.7

a. b.

c.

Gambar 18. a, b, dan c Kandidiasis7

13
Folikulitis
Radang pada folikel rambut berhubungan dengan trauma saat rambut tercabut karena melekat
pada bagian perekatan kantong stoma.4

Gambar 19. Folikulitis4

Lesi pseudoverukosa
Lesi seperti kutil yang muncul pada mucocutaneous junction. Dapat muncul gatal dan nyeri
tekan, muncul dengan beragam diskolorasi dari putih-keabuan sampau merah-kecoklatan.
Penyebabnya adalah paparan kronis dengan urin pada are peristomal. Memiliki nama lain
seperti Hiperplasi pseudoepitel dan dermatitis papilomatosa kronik.7

Gambar 20. Lesi pseudoverukosa7

Pyoderma gangrenosum
Pustul dikelilingi tepi meradang yang bersifat progresif dengan cepat menjadi ulkus dengan
dasar granul atau krusta dan tepi ungu kebiruan. Penyebabnya adalah trauma kulit oleh
perlengkapan yang terlalu ketat.4,7

14
Gambar 21. Pyoderma gangrenosum7

Skin creases
Garis garis kerutan kulit menyebar dari sekitar stoma. Terlihat kadang hanya saat sedang
duduk.6

Gambar 22. Garis garis kerutan kulit (skin creases)6

Dermatitis kontak iritan

Iritasi kulit yang terjadi mengikuti bentuk dari produksi stoma yang terkena kulit. Pada
pemasangan kantong yang kurang pas menyebabkan produksi stoma rembes mengenai kulit,
enzim pencernaan yang bersifat proteolitik dan bersifat alkalis berperan dalam terjadinya
dermatitis kontak iritan.7

15
Gambar 23. Dermatitis kontak iritan7

Dermatitis kontak alergi

Muncul sebagai kemerahan dengan sensasi terbakar, tersengat, dan gatal. Terlihat tampakkan
Bulls Eye dan dapat terjadi oedema. Tidak berhubungan dengan kebocoran kantong. Lakukan
pencegahan dengan tidak menggunakan produk yang tidak perlu yang memiliki potensi
mengandung bahan alergenik seperti tisu basah, sabun, dan produk pembersih lainnya.
Bersihkan dengan air mengalir lalu keringkan. Steroid topikal dapat diberikan jika
diperlukan. Penggunaan krim pelindung khusus Coloplast dapat dilakukan.7

Gambar 24. Dermatitis kontak alergi7

2.12 Tipe tipe kantong / types of pouches6

Drainable pouches
Digunakan ketika output perlu dikosongkan dengan sering, contohnya pada ileostomi.
Kantong drainable khusus dengan keran keluar digunakan untuk urostomi.

Closed pouches
Secara umum digunkan untuk output yang lebih padat, contohnya pada kolostomi.

One-piece pouches
Sesuai dengan namanya adalah kantong all-in-one artinya dibuang sekaligus setelah
satu kali pemakaian.

Two-piece pouches
Tersedia untuk semua tipe stoma memiliki lapisan dasar yang merupakan tempat
kantong pasangkan. Lapisan dasar ini dibiarkan menempel pada abdomen, sedangkan

16
kantong baru dipasang sesuai kebutuhan. Setiap 2 4 hari lapisan dasar juga perlu
diganti.

Gambar 18. Gambar 19.


One-piece drainable pouch One-piece closed pouch

Gambar 20. Gambar 21.


One-piece urotomy pouch Two-piece drainable pouch

2.13 Produk produk yang digunakan dalam manajemen stoma6

Produk Cara menggunakan Tujuan

Adhesive remover Aplikasikan pada pinggiran Melembutkan pinggiran


(Pembersih perekat)
perekat sambil melepaskan perekat sehingga mudah
Semprotan aerosol atau lap
kantong. dilepaskan dan mencegah

17
trauma kulit.

Barrier wipes/sprays/cream Aplikasikan pada kulit di Memproteksi kulit dari efek


(Tisu/semprotan/krim
sekitar stoma sebelum korosif output stoma.
pelapis) Tisu saset,
menempelkan kantong.
semprotan, atau stik (Jenis tertentu yang
mengandung alkohol jangan
digunakan pada kulit yang
luka atau kulit sensitif).

Protective paste Aplikasikan pada kulit yang Penyembuhan luka dan kulit
(Pasta protektif)
luka, khususnya di sekitar yang rusak.
pinggiran stoma.

Hydrocolloid powder Aplikasikan pada kulit Penyembuhan luka basah dan


(Bubuk hidrokoloid)
periostomal yang luka. kulit yang ekskoriasi.
Gunakan tipis tipis saja
agar kantong tetap melekat
baik.

Washers Posisikan sekitar stoma/kulit Membantu dalam


Diskus, bervariasi dalam
yang luka. memproteksi kulit dan
ukuran, terbuat dari bahan
mengatasi stoma yang pada
yang sama dengan flanges
permukaan yang cekung
yaitu hidrokoloid
(recessed)

Filler paste Aplikasikan pada kulit yang Mengatasi kebocoran yang


tidak sama rata sehingga diakibatkan kulit yang tidak
kantong dapat terpasang sama rata.
baik.

Flange extenders Dipasang di pinggiran Merekatkan lebih kuat dan


Hidrokoloid setengah
flange. meningkatkan kenyamanan
lingkaran / perekat
bagi pasien.
mikroforus

Convex pouches/baseplates Dipasang dengan tepat Mengatasi stoma yang


(Kantong konveks/lapisan
dengan stoma di tengahnya. terletak pada permukaan
dasar)
yang cekung, mencegah

18
kebocoran

Sabuk ostomi Sambungkan kait pada sabuk Membantu mengatasi


dengan lubang yang tersedia kesulitan yang terjadi akibat
pada flange / lapisan dasar. stoma yang berada pada
permukaan yang cekung.

Deodoran ostomi Semprotkan atau teteskan Mengurangi bau pada saat


pada kantong. pengosongan dan
penggantiang kantong.

Agen pengental Masukan ke dalam kantong Menyerap kelembaban dari


Saset, kapsul, atau strip
sebelum dipasang. output. Mengurangi
khusus berisikan butiran (Agen pengental tidak boleh
kecenderungan bocor.
absorban digunakan sesaat setelah
Mengurangi frekuensi
operasi selama sekitar 2
pengosongan. Sangat
minggu, karena merancukan
bermanfaat untuk output
observasi output stoma.
yang encer dan eksesif.

Filter cover Pasang pada pouch filter Mencegah filter menjadi


Berbentuk tempelan yang
untuk menutup. basah dan rusak selama
direkatkan
mandi.

Alat pengukur stoma Pasangkan pada stoma Memastikan ukuran lubang


pada kantong yang
diperlukan dan mencegah
kerusakan kulit atau stoma
akibat ketidaksesuaian
ukuran lubang kantong.

2.14 Perawatan stoma

Langkah langkah mengosongkan kantung6


1. Mencuci tangan menggunakan sabun.
2. Pergi ke toilet: pasien duduk di kloset sebelakang mungkin dengan posisi kaki
membuka.
3. Tahan ujung bawah kantung dan dihadapkan ke atas kemudian lepaskan klip penjepit.
4. Arahkan isi kantong stomi ke dalam kloset.

19
5. Bersihkan ujung kantong menggunakan tisu.
6. Pasang kembali klip penjepit.
7. Mencuci tangan menggunakan sabun.

Persiapan mengganti kantong stomi6


Persiapkan alat dan perlengkapan prosedur berikut sebaiknya di dalam kamar mandi atau
toilet:

1. Semangkuk air hangat


2. Kantong disposal
3. Adhesive remover
4. Kain lap bersih untuk memebrsihkan dan mengeringkan
5. Barrier wipe untuk proteksi kulit
6. Siapkan kantong stomi (dan klip jika diperlukan).
7. Alat pengukur
8. Deodoran stomi semprot
9. Kain bersih untuk melindungi pakaian
10. Aksesoris tambahan sesuai kebutuhan

Langkah langkah mengganti kantung6


1. Mencuci tangan dengan sabun.
2. Siapkan alat dan perlengkapan.
3. Kosongkan kantong stomi.
4. Lepaskan kantong menggunakan adhesive remover.
5. Bersihkan sisa output yang menempel pada stoma menggunakan kain penyeka kering,
bilas stoma dan sekitarnya menggunakan air kemudian keringkan.
6. Periksa ukuran stoma menggunakan alat pengukur.
7. Siapkan kantong stomi, buat lubang sesuai ukuran dengan cara digunting.
8. Oleskan skin barrier pada kulit sekitar stoma, biarkan beberapa detik agar mengering.
9. Lepaskan lapisan pelindung dari adhesive flange, lalu pasang kantong stomi.
(Pastikan tidak ada kerutan sekitar flange; pada kantong drainable pastikan sisi bawah
dalam keadaan tertutup).
10. Buang kantong yang lama di tempat sampah rumah tangga.
11. Cuci tangan dengan sabun.

2.15 Anjuran pola makan pasien dengan stoma

Anjuran untuk pasien dengan kolostomi6


Secara umum:

Tidak ada restriksi makanan.


Makan makanan dengan teratur.
Minum minuman yang bervariasi (contohnya: air pitih, teh, kopi, susu).

20
Targetkan 8 10 hari cangkir per hari.

Pencegahan konstipasi:

Meningkatkan konsumsi serat dengan meningkatkan secara perlahan asupan buah dan
sayuran minimal 5 porsi sehari.
Menambahkan bulir gandum (kira kira sebanyak 2 sendok teh).
Meningkatakan asupan cairan, khususnya air putih, sari buah, jus buah.
Olahraga ringan meningkatkan fungsi pencernaan.

Jika produksi kolostomi kurang dari 2 hingga 3 kali per minggu, kemungkinan pasien
mengalami konstipasi dan perlu pemeriksaan medis.

Anjuran untuk pasien dengan ileostomi6


Secara umun:

Karena output cenderung cair, pasien dengan ileostomi perlu asupan cairan dan garam
yang cukup untuk mencegah dehidrasi. Targetnya adalah 8 10 gelas dalam sehari
(contohnya air putih, sari buah, teh, kopi, susu, dan lain lain ).
Jenis makanan tertentu dapat menyebabkan diare, contohnya makan yang pedas.
Makanan tinggi serat dapat menyebabkan tersumbatnya pasase. Makanan yang perlu
diwaspadai diantaranya, daun seledri, buah kering, kacang, kelapa, jamur, kulit buah,
jagung, dsb.
Kunyahlah makanan dengan baik dan kupaslah buah sebelum dimakan.

Jika tidak ada produksi ileostomi selama 12 jam terakhir maka perlu dilakukan pemeriksaan
medis.

Anjuran untuk pasien dengan urostomi6


Secara umum:

Tidak ada restriksi pola makan.


Minum banyak cairan untuk mencegah infeksi saluran kemih.
Pasien dengan urostomi berisiko mengalami konstipasi pada beberapa minggu
pertama. Hal ini disebabkan adanya gangguan pencernaan pasca diambilnya sebagian
ileum untuk membuat ileum conduit pada urostomi.

21
REFERENSI

22
1 Ahmad Z, Sharma A, Saxena P, Choudhary A, Ahmed M. A clinical study of intestinal stomas: its
indications and complications. Int J Res Med Sci. 2013;1:536-40.

2 Semer NB. Practical plastic surgery for nonsurgeons. Philadelphia: Hanley & Belfus, Inc.; 2007. h.175.

3 Badan Pusat Statistik Indonesia

4 Registered Nurses Association of Ontario. Ostomy care and management. Toronto: Registered Nurses
Association of Ontario; 2009.

5 Kelli M. Bullard Dunn and David A. Rothenberger. Colon, rectum, and anus. Dalam: Schwartz
principles of surgery. 2015. h.1177-99

6 SecuriCare (Medical) Ltd. Stoma care for health care assistant. High Wycombe: SecuriCare
(Medical); 2008.

7 Robertson M. Peristomal complication assesment and management. Manitoba: Winnipeg Regional Health
Authority ;2014.

8 Wound, Ostomy and Continence Nurses Society. Stoma complications: best practice for clinicians.
Mount Laurel: WOCN National Office; 2014.

Anda mungkin juga menyukai