Anda di halaman 1dari 10

BAB II

KAJIAN TEORI

1. Kajian Teori

Guna menghindari kesalah pahaman penafsiran terhadap judul penelitian


yang akan di laksanakan, berikut ini akan di tegaskan makna setiap kata
dalam judul penelitian ini, antara lain:

A. PENGERTAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH


I. Pengertian Manajemen
Kata manajemen berasal dari bahasa latin, yaitu dari awal
kata manus yang berarti tangan dan agree yang berarti
melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi kata kerja manager
yang artinya menangai. Managere di terjemahkan kedalam
bahasa Inggiris dalam bentuk kata kerja to manage, dengan kata
benda managemen, dan manager untuk orang yang melakukan
kegiatan manajemen. Akirnya manajemen di terjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelola.1
Pengrtian Manajemen menurut Sudjana adalah rangkaian
berbagai kegiatan wajar yang dilakukan sesorang berdasarkan
norma-norma yang telah ditetapkan dan dalam pelaksanaanya
memiliki hubungan dan saling keterkaitan dengan lainnya. Hal
tersebut dilaksnakan oleh orang atau beberapa orang yang ada
dalam organisasi dan diberikan tugas untuk melaksanakan
kegiatan tersebut.2

1 Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan,


(Jakarta :Bumi Aksara, 2006), hal. 3

2 Rohiat, Manajemen Sekolah, teori dan praktik,(Jakarta, reflika


aditama:2008), hal 47.
II. Pengertian Manajemen berbasis Sekolah
A. Manajemen Berbasis Sekolah dapat diartikan sebagai
model pengeelolaan yang memberikan otonomi
(keweanangan dan tanggung jawab yang lebih besar
kepada sekolah ), dan meningkatkan mutu sekolah
berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta peraturan
perundang-undang yang berlaku. Ogawa dan White
mengomentari school base manajemen (SBM) is one of
from of restructuring that has gained widespread attention.
Like others, it seek to change the way school system
conduct business. it is aimed squarely at improving the
academic performance of school by changing their
organizational design. Drawing on the experiences of
existing programs. 3
Manajemen berbasis sekolah dapat diartikan sebagai
penanataan bidang garapan pendidikan yang dilakukan
melalui aktivitas perencan pengeaan, pengorganisasian,
penyusunan staf, Pembina, pengkoordinasian,
pengkomunikasan, pemotivasian, penganggaran,
pengawasan, penilaian dan pelaporan secara sistematis untuk
mencapai tujuan pendidikan secara berkualitas.4
B. Tujuan Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah
Pad hakekatnya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
bertujuan untuk meningkatkan kinerja sekolah melalui
pemberian kwewnangan dan tanggung jawab yang lebih
besar kepada sekolah yang dilaksnakan berdasarkan prinsip
prinsip tata pengelolaan sekolah yang baik, yaitu partisipasi,
3 Rohiat, Manajemen Sekolah, teori dan praktik,(Jakarta, reflika
aditama:2008), hal 47.

4 idem, hal. 88
transparasi, dan akutabilitas. Manajemen diterapakan dengan
alasan alasan sebagai berikut :
1. Dengan memberikan otonomi yang lebih besar
kepada sekolah, sekolah akan lebih inisiatif dan
kreatif dalam meningkatkan mutu sekolah;
2. Dengan pemberiian fleksblitasi/ keluswan yang lebih
besar kepada sekolah untuk memngelola sumber
dayaya, sekolah akan lebih luwes dan lincah dalam
menngadakan dan memanfaatkan sumber daya
sekolah secara optimaluntuk meniingkatkan mutu
sekolah;
3. Sekolah lebiih mengetahui kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman bagi dirinya sehingga dia dapat
mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang
tersedia untuk memeajukan sekolahnya;
4. Sekolah lebiih mengetahui kebutuhannya, khususnya
input pendiidikan yang akan dikembangkan dan
didayagunakan dalam proses pendidiikan sesuai
dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta
didik;
5. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah
lebih cocok untuk memenuhii kebutuhan sekolah
karena pihak sekolahlah yang palng btahu apa yang
terbaik bagi sekolahnya.;
6. Penggunaan sumber daya pendidikan lebih efesiien
dan efektif jika di contol oleh masyaraat setempat;
7. Keterlibatan semua warga sekolah dan masyaraat
dalam pengembilan keputusan sekolah menciptakan
trasnparasi dan akuntabilitas sekolah;
8. SEkolah da;pat beertanggung jawab tentang mutu
penddiikan masing- masing kepada pemerintah orang
tua peserta didik, dan masyarkat sehingga ia akan
berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan
dan mencapai sinaran mutu pendidiidkan yang telah
direncanakan;
9. Sekolah dapat melakasanakan persaingan yang sehat
dengan sekoah sekolah lain dalam peningatan mtu
penddiiikan melelaui upaya upaya inovativ yang
dilakukna oleh oaring tua sswa, masyarakat sekitar,
dan pemerintah daerah setempat
10. Sekolah dapat segdera merespon aspirasi masyarakat
dan ljngkungan yang beru7bah dengan cepat.
C. Landasan Yuridis Penerapan Manajemen Berbasis
Sekolah
Seacara yuridis, penerapan Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS) djamin oleh peraturan perundang-undangan
berikut:
1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 ayat 1
pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini,
pendiidikan dasar, dan pendidikan menengah
dilaksnakan berdasrkan standar pelayanan minimal
dengan prinsip manajemen berbasis
sekolah/madarasah.
2. Undang- undang nomor 25 tahun 2000 tentang
Program Pembangunan bidang pendidikan,
khususnya sasaran (3), yaitu terwujudnya
manajemen pendidikan yang berbasis pada sekolah
dan masyarakat (school community based
management;
3. Keputusan Mentri pendidikan Nasional nomor 44
tahun 2002 tentang pembentukan Dewan Pendidikan
dan Komite Sekolah; dan
4. Kepemdiknas nomor 087 tahun 2004 tentang Standar
Akreditas Sekolah, khususnya tentang manajemen
berbasis sekolah;
5. Peraturan pemerintah nommor 19 tahun 2005 tentang
standar Nasional pendidkan, khusunya standar
pengelolaan sekoolah, yaitu manajemen berbasis
sekolah.
III. Implementasi Pendidikan Karakter
A. Pengertian Implementasi
Istilah Implementasi berasal dari bahasa Inggris
Implementation yang artinya adalah pelaksanaan. 5 Sedangkan
dalam kamus Bahasa Indonesia Implementasi mengandung arti
pelaksanaan dan penerapan.6
B. Pengertian Pendidikan Karakter

Secara akademik, pendidikan karakter dimaknai sebagai


pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral,
pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan
peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk,
memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam
kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.7

Pendidikan Karakter menurut Ryan dan Bohlin adalah


upaya mengembangkan karakter (virtues) yang mencakup
kebisasaan dan semangat yang baik, sehingga siswa menjadi
pribadi yang bertanggung jawab dan dewasa.

5 Jhon M Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia,


(Jakarta:Gramedia, 1996), hal.313

6 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus


Bahasa Indonesia, Edisi ke 2, (Jakarta:Balai Pustaka,1997)hal.323

7 Abdullah sani, Ridwan, Pendidikan Karakter di Pesantren, (Bandung:


Ciptapustaka Media Perintis, 2011),hal. 1
Pendidikan Karakter merupakan upaya yang terencana
untuk menjadikan peserta didik mengenal, perduli dan
menginternalsasikan nilai-nilai sehingga peserta didik berperilaku
sebagai insane kamil. Pendidikan karakter adalah suatu sistem
penanaman nilai-nilai perilaku (karakter) kepada warga sekolah
yang mepliputi pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan
tindakan untuk melaksnakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang
Maha Esaa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan
sehingga menjadi manusia insan kamil. Pendidikan karakter
bukanlah semata-mata tanggung jawab pemeritah, melainkanjuga
orang tua, insitusi pendidikan, organisasi agama, dan masyarakat.
Rasulllah swa bersabda: Innamaabuitstu liutammima
makaarimal akhlaaq, artinya Sesungguhnya aku dibangkitkan
dibumi untuk menyempurnakan ahlakq. Hal tesebut menegaskan
bahwa akhlqak sangat penting. Dan Rasullah swa menegaskan
pada sabdanya : hubbul wathan minal iimaan, artinya cinta
tanah air adalah sebagaian dari pada iman.

C. Pengertian Karakter

Secara etimologis, karakter (character) berarti mengukir


(verb) dan kata sifat kebijakan (noun). Secara konseptual, konsep
karakter dapat di artikan sebagai usaha terus menerus seorang
individu atau kelompok dengan berbagai cara untuk mengukir,
mengembangkan atau melambangkan sifat sifat kebajikan pada
dirinya sendiri atau kepada orang lain.
Menurut kamus Bahasa Indonesia, karakter mempunyai
pengertian sifat sifat kejiwaan, tabiat, watak, perangai, akhlak,
atau budi perkerti yang membedakan sesorang dengan yang lain.
Berkarakter artinya berkepribadian, bertabiat, berwatak. 8

8 Listyarti, Retno. Pendidikan Karakter dalam metode Aktif, inovatif, dan kreatif, ( Jakarta :
Erlangga, 2012 ), H. 8
Budi Perkerti adalah suatu keluhuran dalam jiwa seorang
yang merupakan unsur pribadi yang mampu memilah dan memilih
apa yang baik yang sepantasnya dilakukan dan yang tidak baik
yang tidak pantas dilakukan. 9
Menurut Imam Al- Ghazali akhlak adalah sifat yang
tertanam dalam hati yang dapat menimbulkan perbuatan
perbuatan yang baik, dengan mudah dan tanpa menimbulkan
pertimbangan pertimbangan dan pemikiran pemikiran. 10
Dan menurut Ibnu Maskawaih, akhlak adalah Keadaan
jiwa sesorang yang mendorong untuk melakukan perbuatan
perbuatan baik tanpa melalui pertimbangan pertimbangan
pemikiran terlebih dahulu.11
Dengan demikian karakter, budi perkerti, serta akhlak
dapat dikatakan sebagai jati diri sesorang dimana jati diri tersebut
terbentuk dari hasil proses kehidupan. Dan karakter itu dapat
berupa pola piker, sikap, dan perilaku.

D. Proses Pembentukan Karakter


Menurut Edi Waluyo, pendidikan karakter terhadap anak
hendaknya menjadikan mereka terbiasa untuk berperilaku baik,
sehingga ketika anak tidak melakukan kebiasaan itu, yang
bersangkutan akan merasa bersalah. Dengan demikian baik sudah
menjadi semacam instrik, yang secara otomatis akan membuat
sesorang anak menjadi tidak nyaman jika tidak melakukan
kebiasaan baik itu. karakter yang kuat biasanya dibentuk oleh
pembentukan nilai nilai yang menekankan tentang baik dan

9 Muhammad amin, Maswardi. Pendidikan Karakter Anak Bangsa, ( Jakarta : Baduose


Media Jakarta, 2011), cet 1, H. 7

10 ibid

11 Ibid
buruk. Nilai nilai ini di bangun melalui penghayatan dan
pengalaman, membangkitkan rasa ingin dan bukan menyibukan
diri dengan pengetahuan. Menurut Annis Maata dalam buku yang
berjudul Membentuk Karakter Muslim menyebutkan beberapa
kaidah-kaidah tentang pembentukan karakter, yaitu :
a. Kaidah bertahapan, artinya proses perubahan, perbaikan, dan
pengembangan harus dilakukan secara bertahap. Sesorang anak
dalam hal ini tidak bisa dituntut untuk berubah sesuai dengan
keinginan secara tiba tiba dan instan. Namun ada tahapan
tahapan yang harus di lalui dengan sabar dan tidak terburu buru.
Adapun orientasi dari kegiatan ini terletak pada proses bukan hasil.
Sebab proses pendidikan itu tidak langsung dapat di ketahui
hasilnya akan tetapi membutuhkan waktu yang lama sehingga
hasilnya nanti akan paten.
b. Kaidah Kesinambungan, artinya perlu adama latihan yang harus
dilakukan secara terus menerus. Seberapa pun kecilnya latihan,
yang terpenting latihan itu berkesinambungan.
c. Kaidah Momentum, artinya mempergunakan berbagai momentum
peristiwa untuk fungsi pendidikan dan latihan. Misalkan pada
bulan Ramadan di gunakan untuk mengembangkan dan melatih
sifat sabar, kemauan yang kuat, kedermawaan, dan lain lain.
d. Kaidah Motivasi Instristik, artinya karakter anak terbentuk secara
kuat dan sempurna jika didorong oleh keinginan sendiri dan
melakukan sendiri.
e. Kaidah Pembimbing, artinya perlunya bantuan orang lain untuk
mencapai hasil yang lebih baik daripada dilakukan seorang diri.
Pemebentukan karakter ini di tidak bisa dilakukan tanpa seorang
diri. Pembentukan karakter ini tidak bisa dilakukan tanpa seoarang
guru atau pembimbing. 12

E. Dasar Hukum Pendidikan Karakter


Dasar hukum pembinaan pendidikan karakter adalah sebagai berikut :
1) Undang undang 1945
2) UU No 20 Tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional
3) Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional
4) Permendiknas No 39 tahun 2008 tentang pembinaan kesiswaan
5) Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang standar isi
6) Permendiknas No 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi
7) Renstra Pemerintah jangka menengah tahun 2010 2014
8) Renstra Kemdiknas tahun 2010 2014
9) Renstra Diktorat Pembinaan SD tahun 2010 2014
F. Desain Pendidikan Karakter
Urgensi dari implementasi komitmen nasional pendidikan karakter,
secara kolektif telah dinyatakan pada Saresehan Nasional
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa sebagai kesepakatan
Nasional Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
sebagai berikut:
1. Pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan bagian
intergral yang tidak terpisahkan dari pendidikan nasional yang
utuh;
2. Pendidikan budaya dan karakter bangsa harus dikembangkan
secara kompenship sebagai proses pembudayaan. oleh karena
itu, pendidikan dan kebudayaan secara kelembagaan perlu
diwadahi secara utuh;

12 Dian Susila Wijaya, Upaya pembentukan karakter siswa di SD


Muhammadiyah Al Mujahid Gunung Kidul, skripsi, Fakultas Tarbiyah,
Jurusan Madarasa Ibtidaiyah, UIN Sunan Kalijaga, Jogyakarta, 2014. h.
10 -13
3. Pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan tanggung
jawab bersama antara Pemerintah, masyarakat, sekolah, dan
orang tua. Oleh karena itu, pelaksnaan budaya dan karakter
bangsa harus melibatkan keempat unsur tersebut;
4. Dalam upaya merevitalisasi pendidikan dan budaya karakter
bangsa diperlukan gerakan nasional guna menggungah
semangat kebersamaan dalam pelaksanaan di lapangan;

Anda mungkin juga menyukai