KAJIAN TEORI
1. Kajian Teori
4 idem, hal. 88
transparasi, dan akutabilitas. Manajemen diterapakan dengan
alasan alasan sebagai berikut :
1. Dengan memberikan otonomi yang lebih besar
kepada sekolah, sekolah akan lebih inisiatif dan
kreatif dalam meningkatkan mutu sekolah;
2. Dengan pemberiian fleksblitasi/ keluswan yang lebih
besar kepada sekolah untuk memngelola sumber
dayaya, sekolah akan lebih luwes dan lincah dalam
menngadakan dan memanfaatkan sumber daya
sekolah secara optimaluntuk meniingkatkan mutu
sekolah;
3. Sekolah lebiih mengetahui kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman bagi dirinya sehingga dia dapat
mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang
tersedia untuk memeajukan sekolahnya;
4. Sekolah lebiih mengetahui kebutuhannya, khususnya
input pendiidikan yang akan dikembangkan dan
didayagunakan dalam proses pendidiikan sesuai
dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta
didik;
5. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah
lebih cocok untuk memenuhii kebutuhan sekolah
karena pihak sekolahlah yang palng btahu apa yang
terbaik bagi sekolahnya.;
6. Penggunaan sumber daya pendidikan lebih efesiien
dan efektif jika di contol oleh masyaraat setempat;
7. Keterlibatan semua warga sekolah dan masyaraat
dalam pengembilan keputusan sekolah menciptakan
trasnparasi dan akuntabilitas sekolah;
8. SEkolah da;pat beertanggung jawab tentang mutu
penddiikan masing- masing kepada pemerintah orang
tua peserta didik, dan masyarkat sehingga ia akan
berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan
dan mencapai sinaran mutu pendidiidkan yang telah
direncanakan;
9. Sekolah dapat melakasanakan persaingan yang sehat
dengan sekoah sekolah lain dalam peningatan mtu
penddiiikan melelaui upaya upaya inovativ yang
dilakukna oleh oaring tua sswa, masyarakat sekitar,
dan pemerintah daerah setempat
10. Sekolah dapat segdera merespon aspirasi masyarakat
dan ljngkungan yang beru7bah dengan cepat.
C. Landasan Yuridis Penerapan Manajemen Berbasis
Sekolah
Seacara yuridis, penerapan Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS) djamin oleh peraturan perundang-undangan
berikut:
1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 ayat 1
pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini,
pendiidikan dasar, dan pendidikan menengah
dilaksnakan berdasrkan standar pelayanan minimal
dengan prinsip manajemen berbasis
sekolah/madarasah.
2. Undang- undang nomor 25 tahun 2000 tentang
Program Pembangunan bidang pendidikan,
khususnya sasaran (3), yaitu terwujudnya
manajemen pendidikan yang berbasis pada sekolah
dan masyarakat (school community based
management;
3. Keputusan Mentri pendidikan Nasional nomor 44
tahun 2002 tentang pembentukan Dewan Pendidikan
dan Komite Sekolah; dan
4. Kepemdiknas nomor 087 tahun 2004 tentang Standar
Akreditas Sekolah, khususnya tentang manajemen
berbasis sekolah;
5. Peraturan pemerintah nommor 19 tahun 2005 tentang
standar Nasional pendidkan, khusunya standar
pengelolaan sekoolah, yaitu manajemen berbasis
sekolah.
III. Implementasi Pendidikan Karakter
A. Pengertian Implementasi
Istilah Implementasi berasal dari bahasa Inggris
Implementation yang artinya adalah pelaksanaan. 5 Sedangkan
dalam kamus Bahasa Indonesia Implementasi mengandung arti
pelaksanaan dan penerapan.6
B. Pengertian Pendidikan Karakter
C. Pengertian Karakter
8 Listyarti, Retno. Pendidikan Karakter dalam metode Aktif, inovatif, dan kreatif, ( Jakarta :
Erlangga, 2012 ), H. 8
Budi Perkerti adalah suatu keluhuran dalam jiwa seorang
yang merupakan unsur pribadi yang mampu memilah dan memilih
apa yang baik yang sepantasnya dilakukan dan yang tidak baik
yang tidak pantas dilakukan. 9
Menurut Imam Al- Ghazali akhlak adalah sifat yang
tertanam dalam hati yang dapat menimbulkan perbuatan
perbuatan yang baik, dengan mudah dan tanpa menimbulkan
pertimbangan pertimbangan dan pemikiran pemikiran. 10
Dan menurut Ibnu Maskawaih, akhlak adalah Keadaan
jiwa sesorang yang mendorong untuk melakukan perbuatan
perbuatan baik tanpa melalui pertimbangan pertimbangan
pemikiran terlebih dahulu.11
Dengan demikian karakter, budi perkerti, serta akhlak
dapat dikatakan sebagai jati diri sesorang dimana jati diri tersebut
terbentuk dari hasil proses kehidupan. Dan karakter itu dapat
berupa pola piker, sikap, dan perilaku.
10 ibid
11 Ibid
buruk. Nilai nilai ini di bangun melalui penghayatan dan
pengalaman, membangkitkan rasa ingin dan bukan menyibukan
diri dengan pengetahuan. Menurut Annis Maata dalam buku yang
berjudul Membentuk Karakter Muslim menyebutkan beberapa
kaidah-kaidah tentang pembentukan karakter, yaitu :
a. Kaidah bertahapan, artinya proses perubahan, perbaikan, dan
pengembangan harus dilakukan secara bertahap. Sesorang anak
dalam hal ini tidak bisa dituntut untuk berubah sesuai dengan
keinginan secara tiba tiba dan instan. Namun ada tahapan
tahapan yang harus di lalui dengan sabar dan tidak terburu buru.
Adapun orientasi dari kegiatan ini terletak pada proses bukan hasil.
Sebab proses pendidikan itu tidak langsung dapat di ketahui
hasilnya akan tetapi membutuhkan waktu yang lama sehingga
hasilnya nanti akan paten.
b. Kaidah Kesinambungan, artinya perlu adama latihan yang harus
dilakukan secara terus menerus. Seberapa pun kecilnya latihan,
yang terpenting latihan itu berkesinambungan.
c. Kaidah Momentum, artinya mempergunakan berbagai momentum
peristiwa untuk fungsi pendidikan dan latihan. Misalkan pada
bulan Ramadan di gunakan untuk mengembangkan dan melatih
sifat sabar, kemauan yang kuat, kedermawaan, dan lain lain.
d. Kaidah Motivasi Instristik, artinya karakter anak terbentuk secara
kuat dan sempurna jika didorong oleh keinginan sendiri dan
melakukan sendiri.
e. Kaidah Pembimbing, artinya perlunya bantuan orang lain untuk
mencapai hasil yang lebih baik daripada dilakukan seorang diri.
Pemebentukan karakter ini di tidak bisa dilakukan tanpa seorang
diri. Pembentukan karakter ini tidak bisa dilakukan tanpa seoarang
guru atau pembimbing. 12