Anda di halaman 1dari 10

HOLDING BUMN

Dikembangkan dan ditulis oleh Ahmad Nugraha Bayu Mukti

Apa itu Holding Company


Holding Company atau biasa disebut perusahaan Induk ialah Perusahaan yang
memiliki Saham (Bukti kepemilikan perusahaan) di perusahan lain. Istilah induk
perusahaan biasanya tertuju kepada perusahaan yang tidak memiliki proses
produksi barang atau jasa melainkan bertujuan membentuk grup perusahaan.
Perusahaan induk dapat mengurangi resiko pemilik perusahaan dan
mengendalikan beberapa perusahaan yang berbeda. (wikipedia, 2016)

Sebagai contoh, ialah perusahaan Johnson & Johnson. Johnson&Johnson memiliki


saham di 265 perusahaan berbeda. Perusahaan tersebut dikategorikan menjadi 3
yaitu Consumer Healthcare, Medical Devices, dan Pharmaceutical. Namun ke-265
perusahaan tersebut merupakan perusahaan terpisah yang bertempat di setiap
negara, di kelola oleh staf lokal dengan akun perbankan masing-masing, fasilitas
manufaktur masing-masing, dan seterusnya.

Pemilik saham Johnson&Johnson memilih Direksi perusahaan yang akan


mengelola Johnson&Johnson. Direksi inilah yang akan menentukan Direksi dari
masing-masing perusahaan yang dimiliki oleh Johnson&Johnson.
Johnson&Johnson mendorong perusahaan-perusahaan tersebut untuk
menurunkan Modal kerja dengan kekuatan Modal yang dimiliki Johnson&Johnson
seperti memberikan pinjaman dengan bunga sangat rendah yang tidak akan
didapatkan dari peminjam lain. Pinjaman bunga sangat rendah ini akan
menurunkan pengeluaran bunga, dan di kemudian hari akan meningkatkan
tingkat Pengembalian Modal dan Pengembalian aset.

Salah satu bentuk Holding Company di Indonesia adalah CT Corp dengan list
perusahaan dibawah ini:

Informasi lebih lanjut mengenai Holding Company dapat dilihat di


https://www.thebalance.com/understanding-a-holding-company-357341 (Kennon,
2016)

Apa itu BUMN (Wikipedia, t.thn.)


Badan usaha milik negara (disingkat BUMN) atau perusahaan milik negara
merujuk kepada perusahaan atau badan usaha yang dimiliki pemerintah sebuah
negara. Di Indonesia, definisi BUMN menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2003 adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki
oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan
negara yang dipisahkan. BUMN dapat pula berupa perusahaan nirlaba yang
bertujuan untuk menyediakan barang atau jasa bagi masyarakat.
Sejak tahun 2001 seluruh BUMN dikoordinasikan pengelolaannya oleh
Kementerian BUMN, yang
dipimpin oleh seorang Menteri
BUMN. BUMN di Indonesia
berbentuk perusahaan
perseroan, perusahaan umum,
dan perusahaan jawatan.

Ciri-ciri BUMN
Penguasaan badan
usaha dimiliki oleh
pemerintah.
Pengawasan dilakukan, baik secara hierarki maupun secara fungsional
dilakukan oleh pemerintah.
Kekuasaan penuh dalam menjalankan kegiatan usaha berada di tangan
pemerintah.
Pemerintah berwenang menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan
kegiatan usaha.
Semua risiko yang terjadi sepenuhnya merupakan tanggung jawab
pemerintah.
Untuk mengisi kas negara, karena merupakan salah satu sumber
penghasilan negara.
Agar pengusaha swasta tidak memonopoli usaha yang menguasai hajat
hidup orang banyak.
Melayani kepentingan umum atau pelayanan kepada masyarakat.
Merupakan lembaga ekonomi yang tidak mempunyai tujuan utama
mencari keuntungan, tetapi dibenarkan untuk memupuk keuntungan.
Merupakan salah satu stabilisator perekonomian negara.
Dapat meningkatkan produktivitas, efektivitas, dan efisiensi serta
terjaminnya prinsip-prinsip ekonomi.
Modal seluruhnya dimiliki oleh negara dari kekayaan negara yang
dipisahkan.
Peranan pemerintah sebagai pemegang saham. Bila sahamnya dimiliki
oleh masyarakat, besarnya tidak lebih dari 49%, sedangkan minimal 51%
sahamnya dimiliki oleh negara.
Pinjaman pemerintah dalam bentuk obligasi.
Modal juga diperoleh dari bantuan luar negeri.
Bila memperoleh keuntungan, maka dimanfaatkan untuk kesejahteraan
rakyat.
Pinjaman kepada bank atau lembaga keuangan bukan bank.

Manfaat BUMN
Memberi kemudahan kepada masyarakat luas dalam memperoleh
berbagai alat pemenuhan kebutuhan hidup yang berupa barang atau jasa.
Membuka dan memperluas kesempatan kerja bagi penduduk angkatan
kerja.
Mencegah monopoli pasar atas barang dan jasa yang merupakan
kebutuhan masyarakat banyak oleh sekelompok pengusaha swasta yang
bermodal kuat.
Meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi komoditi ekspor sebagai
sumber devisa,baik migas maupun non migas.
Menghimpun dana untuk mengisi kas negara ,yang selanjutnya
dipergunakan untuk memajukan dan mengembangkan perekonomian
negara.
Memberikan pelayanan kepada masyarakat

Isu terkait BUMN di Indonesia


BUMN utama berkembang dengan monopoli atau peraturan khusus yang
bertentangan dengan semangat persaingan usaha sehat (UU no. 5 tahun 1999),
tidak jarang BUMN bertindak selaku pelaku bisnis sekaligus sebagai regulator.
BUMN kerap menjadi sumber korupsi, yang lazim dikenal sebagai sapi perahan
bagi oknum pejabat atau partai.
Pasca krisis moneter 1998, pemerintah giat melakukan privatisasi dan
mengakhiri berbagai praktik persaingan tidak sehat. Fungsi regulasi usaha
dipisahkan dari BUMN. Sebagai akibatnya, banyak BUMN yang terancam gulung
tikar, tetapi beberapa BUMN lain berhasil memperkukuh posisi bisnisnya.
Dengan mengelola berbagai produksi BUMN, pemerintah mempunyai tujuan
untuk mencegah monopoli pasar atas barang dan jasa publik oleh perusahaan
swasta yang kuat. Karena, apabila terjadi monopoli pasar atas barang dan jasa
yang memenuhi hajat hidup orang banyak, maka dapat dipastikan bahwa rakyat
kecil yang akan menjadi korban sebagai akibat dari tingkat harga yang
cenderung meningkat.

Holding BUMN
(Ariyanti, 2016) Dalam proses pembentukan holding BUMN yang direncanakan,
ada 6 sektor yang akan dibentuk, yakni holding BUMN Migas, BUMN
Pertambangan, BUMN Tol, BUMN Perumahan, BUMN Keuangan, dan BUMN
Pangan. Dari usulan 6 holding, BUMN migas menjadi yang pertama mendapat
persetujuan Presiden.
Rini menuturkan, ada 6 manfaat pembentukan holding BUMN. Pertama,
kemandirian keuangan tanpa penambahan PMN. Kedua, membuka lapangan
kerja baru.
"Ketiga, mendorong ketahanan pangan. Keempat, mempercepat penyediaan
perumahan rakyat. Kelima, dividen dan pajak pemerintah meningkat dan
keenam, infrastruktur efisien dan terintegrasi,"
Sebelumnya, dalam Rapat Terbatas di istana Kepresidenan 29 Februari 2016,
Presiden Jokowi telah memutuskan untuk membentuk holding BUMN sektoral.
Menurut Presiden, holding sektoral diperlukan agar BUMN menjadi lebih besar,
kuat, dan lincah. Presiden juga menyatakan BUMN harus bisa berperan menjadi
agen pembangunan.
(Praditya, Liputan6.com, 2016) Dua kelompok holding industri pertahanan
adalah Ship Buliding and Heavy Industry serta Defence and Aerospace. Sesuai
dengan kelompok holding, untuk kategori Ship Buliding and Heavy Industry akan
memasukkan PT PAL (Persero), PT Dok Koja Bahari (Persero), PT Dok dan
Perkapalan Surabaya (Persero), PT Industri Kapal Indonesia (Persero), PT Barata
Indonesia (Persero), dan PT Boma Bisma Indra (Persero).
Sementara itu, holding sektor Defence and Aerospace akan diisi PT Pindad
(Persero), PT Dirgantara Indonesia (Persero), PT Dahana (Persero), PT LEN
Industri (Persero), PT INTI (Persero), dan PT INUKI (Persero).
(Afriyadi, 2016) kinerja BUMN perlu didorong yakni dengan memberikan
penyertaan modal negara (PMN). Rini mengatakan PMN menopang belanja
modal atau capital expenditure (capex) BUMN.
"Tahun 2015 PMN Rp 41 triliun, capex atau investasi realisasi Rp 219 triliun. Di
2016 kita mempunyai komitmen untuk investasi Rp 410 triliun, memang PMN
belum turun kita harapkan akhir turun bisa turun," jelas dia.
Lebih lanjut, dia bilang Kementerian BUMN berupaya mendorong capex BUMN
pada tahun depan, di mana ditargetkan mencapai Rp 550 triliun. Kendati tahun
depan tak ada alokasi PMN untuk BUMN, dia bilang salah satu upaya mendorong
capex ialah dengan pembentukan holding BUMN.
"Kalau holding, perusahaan di bawah holding ini bisa mendapatkan penambahan
modalnya melalui holding itu sendri. Holding bisa pinjam kemudian bisa
memasukan di perusahaan di bawahnya, kemudian meneruskan usaha di
bawahnya. Memang proses berjalan Insyallah akhir tahun,
(Praditya, liputan6.com, 2016) Untuk mengkaji rencana pembentukan holding
BUMN tersebut layak atau tidak, dan jika layak, bagaimana mekanismenya,
Menteri BUMN Rini Soemarno telah menunjuk PT Danareksa (Persero), PT Mandiri
Sekuritas dan PT Bahana Securities (Persero). Mereka ditunjuk untuk mengkaji
enam BUMN, kajiannya kita kasih waktu satu bulan. Ada pun ruang lingkup kajian
yang dilakukan tiga perusahaan itu, Edwin menuturkan adalah kajian secara
legal dan keuangan.
Secara legal, jika ada beberapa peraturan yang harus disesuaikan, itu akan
dilakukan komunikasi antara Kementerian BUMN dengan Presiden. Secara
keuangan, apakah dengan dilakukan holding, BUMN benar-benar akan lebih
lincah, kuat dan besar atau tidak.

Apa yang dikhawatirkan dengan Holding BUMN


(Praditya, Liputan6.com, 2016) Pengamat Energi dari Universitas Gajah Mada
Fahmi Radhi berpendapat pembentukan holding harus disertai konsep yang jelas.
Dia berharap jangan sampai ada agenda lain yang memberikan keuntungan
pihak-pihak tertentu.
(Sutianto, 2016) Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor perkebunan
dibentuk sejak Agustus 2014. Kala itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
meneken Peraturan Pemerintah pembentukan holding BUMN kebun. Di dalam
holding ini, terdapat 14 BUMN kebun yakni PTPN I sampai PTPN XIV.
PT Perkebunan Nusantara III (Persero) (PTPN III) dipercaya sebagai induk holding.
Dengan hadirnya holding, diharapkan kinerja bisa 'melompat' seperti seniornya
yakni holding BUMN pupuk dan semen, serta lini bisnis lebih efisien.
Direktur Utama PTPN III Holding, Elia Massa Manik menyebut holding BUMN
kebun kini telah berjuang keluar dari 'perangkap' keuangan sampai
produktivitas. Pria yang baru menjadi Dirut PTPN III Holding ini menyebut holding
BUMN kebun memiliki utang Rp 33,24 triliun pada semester I-2016. Utang ini
merupakan konsolidasi dari 13 PTPN di bawah PTPN III.
PTPN III Holding mencatat rugi Rp 823,43 miliar pada semester I-2016. Angka ini
melompat dari rugi tahun 2015 yang mencapai Rp 613,27 miliar. Sedangkan
pendapatan di semester I-2016, holding BUMN kebun ini meraup 13,36 triliun.
(Agustinus, 2016) Serikat Pekerja PT Perusahaan Gas Negara (PGN) menolak
konsep holding migas yang digagas Kementerian BUMN. Pasalnya holding migas
tersebut hanya sebatas PT Pertamina mengakuisisi PGN.
Ketua Umum Serikat Pekerja PGN, M. Rasyid Ridha mengungkapkan, akuisisi
Pertamina terhadap PGN ujungnya hanya akan melemahkan atau mengkerdilkan
PGN, karena bisnis PGN dengan Pertamina merupakan bisnis yang saling
menggantikan (subsitusi). "Bila PGN di bawah Pertamina maka akan terjadi
conflict of interest. Pertamina tentu tidak ingin bisnis minyaknya berkurang
karena penyaluran gas PGN terus meluas,"
"Konsepnya yang kami tentang, karena hanya sebatas akuisisi. Konsep holding
yang tepat adalah konsep holding energi yang memperkuat BUMN-BUMN di
bidang energi, seperti PLN yang diperkuat di sektor kelistrikan, PGN di sektor gas
bumi, dan Pertamina diperkuat dari sisi produksi hulu minyaknya. Jadi
semestinya Holding Energi harus meliputi PGN, Pertamina, dan PLN.
Untuk menjamin kendali Negara di dalam badan usaha di dalam Holding Energi,
Serikat Pekerja-PGN meminta agar status PGN tetap sebagai BUMN. Hal ini
penting untuk menjamin kendali Negara di dalam tata laksana organisasi tetap
setia pada tujuan Negara yaitu mensejahterakanseluruh rakyat Indonesia.
Ia menegaskan lagi, seluruh pekerja PGN menolak semua usaha untuk
mengerdilkan dan menghilangkan peran PGN sebagai BUMN yang menyalurkan
dan menyediakan gas bumi yang ramah lingkungan buat seluruh pelosok negeri,
baik setelah holding energi terbentuk maupun tidak.
Kiranya kementerian BUMN dapat berperan lebih besar untuk bertindak sebagai
'Super Holding' yang membawahi ratusan BUMN dan berperan sebagai dirigen
dalam mensinergikan seluruh BUMN di bawahnya, tidak sekedar urusan
administrasi dan birokrasi semata.
(Ant, 2016) Pemerintah akan mengalihkan seluruh saham negara di PT PGN
(Persero) Tbk ke PT Pertamina (Persero) dalam rencana pembentukan
perusahaan induk (holding) BUMN sektor energi. Berdasarkan draf Rancangan
Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara ke
Pertamina, negara akan menambah penyertaan modal ke Pertamina.
Penambahan penyertaan modal negara ke Pertamina itu melalui pengalihan
seluruh saham Seri B milik negara pada PGN yang berjumlah 13,809 miliar.
Bagian lain RPP yang tinggal menunggu ditandatangani Presiden RI Joko Widodo
menyebutkan pula bahwa penambahan penyertaan modal negara akan
mengakibatkan status PGN berubah menjadi perseroan terbatas dan tidak lagi
menjadi BUMN. Pada saat PP berlaku, PP Nomor 37 Tahun 1994 tentang
Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum Gas Negara menjadi Perusahaan
Perseroan (Persero) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Setelah pembentukan holding itu, Pertamina diarahkan mendapatkan pendanaan
melalui penerbitan obligasi. Menteri Rini juga mengatakan bahwa pembentukan
holding energi tersebut tidak memerlukan persetujuan DPR meski status PGN
sebagai BUMN akan hilang.
(Hanifah, 2016) PT Pertamina (Persero) dinilai tak layak pimpin induk holding
BUMN sektor migas. Sebab, perusahaan migas pelat merah ini disinyalir marak
praktik korupsi. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memandang Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) perlu menelusuri lebih jauh mengenai apa yang
terjadi di Pertamina. Karena jika masih terjadi banyak kecurangan di perseroan,
maka dipastikan Pertamina tidak layak jadi pemimpin holding BUMN energi.
Anggota BPK Achsanul Kosasih membenarkan tentang apa yang dikatakan
Menteri Keuangan Sri Mulyani kepada Wakil Ketua KPK Saut Situmorang terkait
Pertamina yang belum bebas dari praktik korupsi dan harus segera dibenahi.
Bahkan, katanya, temuan dari BPK sendiri soal Pertamina sudah disampaikan ke
presiden dan DPR seperti misalnya soal bagaimana tentang pengelolaan supply
chain agar dipercepat, tentang distribusi dan tentang hilir.

Opini Penulis
BUMN merupakan definisi bagaimana pemerintah Indonesia mengatur dan
menggunakan sumber daya untuk sebesar-besarnya kepentingan rakyat sesuai
dengan pasal 33 UUD 1945 terutama ayat ke-2 dan ke-3.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Dua hal yang dilakukan oleh BUMN dalam mengelola dan memanfaatkan sumber
daya yaitu:
1. Menjadikan sumber daya terjangkau oleh masyarakat di semua kalangan
dengan asas non profit, murni untuk mengatur dan mengelola sumber
daya untuk digunakan masyarakat umum.
2. Menjadikan sumber daya sebagai hal komersil dengan pengelolaan
profesional sehingga memberikan manfaat kepada negara berupa deviden
maupun penerimaan pajak.
Dari kedua bentuk pengelolaan sumber daya oleh BUMN, tentu mayoritas yang
saat ini terjadi adalah bentuk pemanfaatan yang kedua. Pengelolaan dengan
asas manfaat bentuk pertama belum pernah ditemui oleh penulis namun secara
kaidah tidak boleh dihilangkan oleh BUMN yang saat ini berdiri.
Sebagai contohnya, udara adalah sumber daya yang setiap manusia dapat
menikmatinya secara gratis. Saat ini tidak ada BUMN yang mengelola udara agar
tetap dapat dinikmati oleh setiap manusia yang ada dalam teritori Indonesia
namun selayaknya setiap BUMN yang beroperasi tidak menjadi penyebab
berkurangnya kualitas udara atau akses masyarakat terhadap udara yang baik.
Dengan prinsip yang pertama ini lah BUMN didorong untuk menjadi pionir,
penjaga konsistensi, dan pendorong untuk menggunakan Good Cooperate
Governance atau tata kelola yang baik.
Prinsip yang kedua dijalankan bersamaan dengan prinsip yang pertama. Prinsip
kedua mendorong BUMN untuk efisien, tajam tapi dalam, dan terintegrasi. Efisien
sesuai prinsip ekonomi yaitu pengeluaran sekecil-kecilnya dengan penghasilan
yang sebesar-besarnya. Tentu kita pahami bahwa pengeluaran berbanding lurus
dengan penghasilan di satu bidang. Yang ditekankan dalam definisi efisiensi ialah
rasio atau Margin antara Operasional Expenditure (OPEX)/biaya operasional
dengan Return atau Laba.
Tajam namun mendalam yaitu BUMN spesifik mengelola di satu bidang tertentu
namun memiliki market share/revenue share terbesar di bidang nya. Karena
BUMN dengan segala tugas yang di emban dan dukungan yang dimiliki, tidak lah
boleh untuk menjadi lebih kerdil dibandingkan non BUMN. Terintegrasi antara
satu bidang dengan bidang yang lain, BUMN memiliki lembaga yang mengatur
tidak hanya administrasi namun juga Visi, Misi, dan supervisi Target Operasional.
Tujuan dari peningkatan efisiensi, tinggi nya market share, dan terintegrasi
adalah tingginya sumbangsih BUMN kepada negara dalam bentuk deviden dan
penerimaan pajak yang untuk selanjutnya negara dapat menggunakan dana
tersebut untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Mari kita bandingkan dengan keadaan yang dialami oleh BUMN-BUMN di
Indonesia. Hal yang lumrah apabila BUMN memilih untuk bergerak secara
komersil. Selain TVRI, saya belum melihat BUMN lain yang berorientasi non profit
dalam mengelola sumber daya. Bidang-bidang yang dipegang oleh BUMN
tentunya merupakan bidang yang sangat penting bagi hajat hidup orang banyak
seperti PLN (Listrik), PDAM (BUMD yang mengelola sumber daya AIR), KAI dan
Garuda (Transportasi), hingga perbankan seperti Mandiri, BNI, dan BTN.
Beberapa BUMN melakukan monopoli pasar dan beberapa yang lain berada di
pasar bebas dimana swasta dengan modal yang cukup dapat bersaing dengan
BUMN. Beberapa hal yang patut dibandingkan antara Visi adanya BUMN dengan
realita yang harus diperbaiki yaitu:
1. Inefisiensi dalam hal pengelolaan. Beberapa BUMN yang melakukan
Monopoli pasar seperti hal nya PDAM dan PLN, tercatat masih merugi.
Beberapa alasan yang dikemukakan seperti investasi, pengembangan dan
subsidi dijadikan pembenaran. Namun terlihat alasan kuat mengapa
perusahaan yang memegang pasar secara monopoli ialah karena
gemuknya struktur perusahaan dan terjadinya korupsi skala kecil
(pungutan liar) hingga besar yang menyebabkan penerimaan negara
berkurang.
2. Saling silang antara satu BUMN dengan BUMN yang lainnya. Sebagai
contoh PGN dengan anak perusahaan Pertamina yaitu Pertagas. Bank
Mandiri dengan Bank BNI. Kedua ilustrasi tersebut menggambarkan BUMN
bersaing di pasar yang sama dengan BUMN lain. Tentu hal ini akan
memperlemah posisi BUMN.
3. Konsolidasi antara BUMN dengan regulator. Sebagai contoh beberapa
waktu lalu Telkom berinvestasi di penerapan teknologi Wimax, transfer
data berkecepatan tinggi setara 4G LTE. Namun lisensi jaringan yang
dikeluarkan regulator ialah LTE bukan Wimax. Pun halnya dengan Flexi
dimana roadmap penggunaan jaringan dan perijinan yang dikeluarkan
regulator mematikan Flexi sebagai produk unggulan Telkom.
Untuk mengatasi hal-hal tersebut, dibutuhkan perbaikan baik itu Pengelolaan
yang lebih baik secara intenal, pengeloaan antara BUMN dengan regulator
maupun sesama BUMN. Untuk itulah dibutuhkan Holding BUMN dimana BUMN
yang bergerak di satu bidang dapat berkonsolidasi dengan baik, hal-hal yang
dibutuhkan untuk mendukung pergerakan BUMN akan di lakukan oleh Holding
yang bersangkutan.
Secara konsep, Holding BUMN sangatlah diperlukan. Secara teknis, perlu
diperhatikan agar pembentukan Holding BUMN memiliki efek positif bagi
Negara dan tentu masyarakat pada akhirnya. Saat ini BUMN dikelola oleh
Kementrian BUMN dan sedang berproses untuk membentuk Holding BUMN di
beberapa bidang. Pada waktu lampau, Holding BUMN telah dibentuk yaitu
Holding BUMN Pupuk dan Holding BUMN Perkebunan Nusantara. Saat ini 6
bidang sedang dalam proses yaitu holding BUMN Migas, BUMN
Pertambangan, BUMN Tol, BUMN Perumahan, BUMN Keuangan, dan BUMN
Pangan.
Jika BUMN bergabung dibawah satu induk perusahaan, kekurangan yang
dikhawatirkan ialah berubah nya status Lembaga Usaha dari BUMN menjadi
Perseroan non BUMN dengan saham dimiliki oleh Holding atau Induk
Perusahaan. Penyertaan modal negara pun tidak perlu dilakukan karena
Holding dapat menerbitkan obligasi untuk memenuhi kebutuhan Modal nya.
Kedua Hal tersebut dikhawatirkan menjadi celah untuk Korupsi dan
Privatisasi. Holding dalam kegiatan operasional nya tidak memerlukan ijin
DPR dalam hal menerbitkan obligasi maupun menjual saham atau
kepemilikan kepada pihak swasta/asing. Celah ini seharusnya ditutup rapat.
Lalu bagaimana mendapatkan manfaat adanya Holding Company namun
celah privatisasi tetap tertutup? Kembali kepada penanggungjawab BUMN
yaitu kementrian BUMN yang saat ini berfungsi kurang optimal. Kementrian
BUMN memiliki kewenangan sebagai pemilik saham namun hanya berperan
di bidang administrasi saja.
Kementrian BUMN memang berhak untuk mengangkat atau memberhentikan
direksi dari BUMN, namun pengelolaan Operasional banyak yang terlepas dari
pengawasan. Salah satu penyebab nya ialah Komisaris yang ditempatkan
oleh Kementrian BUMN tidak memiliki kemampuan atau tidak memiliki visi
dalam pelaksanaan UUD pasal 33.
Yang seharusnya dilakukan ialah penguatan posisi kementrian BUMN sebagai
Holding dari semua BUMN yang ada di Indonesia. Holding BUMN bukanlah
salah satu BUMN terkuat atau BUMN bentukan baru khusus sebagai Holding
BUMN. Holding BUMN ialah kementrian BUMN.

References
(t.thn.). Diambil kembali dari Wikipedia:
https://id.wikipedia.org/wiki/Badan_usaha_milik_negara
Afriyadi, A. D. (2016, october 25). Liputan6.com. Diambil kembali dari
http://bisnis.liputan6.com/read/2634834/cara-menteri-rini-dongkrak-
belanja-modal-bumn
Agustinus, M. (2016, august 26). Diambil kembali dari detik.com:
http://finance.detik.com/energi/3284354/serikat-pekerja-pgn-tolak-holding-
migas
Ant, A. |. (2016, May 31). eksplorasi.id. Diambil kembali dari
http://eksplorasi.id/saham-negara-diambilalih-pertamina-status-pgn-
sebagai-bumn-akan-hilang/
Ariyanti, F. (2016, September 26). Liputan6.com. Diambil kembali dari
http://bisnis.liputan6.com/read/2611162/ini-keuntungan-bila-ri-punya-
holding-bumn
Hanifah, S. (2016, Novembver 14). Merdeka.com. Diambil kembali dari
https://www.merdeka.com/uang/rawan-korupsi-pertamina-dinilai-tak-layak-
pimpin-holding-energi.html
Kennon, J. (2016, August 27). thebalance.com. Diambil kembali dari
https://www.thebalance.com/understanding-a-holding-company-357341
Praditya, I. I. (2016, November 3). Diambil kembali dari Liputan6.com:
http://bisnis.liputan6.com/read/2642446/kementerian-bumn-bentuk-2-
holding-industri-pertahanan
Praditya, I. I. (2016, March 5). liputan6.com. Diambil kembali dari
http://bisnis.liputan6.com/read/2451756/nasib-holding-bumn-ada-di-
tangan-3-perusahaan-ini
Praditya, I. I. (2016, october 24). Liputan6.com. Diambil kembali dari
http://bisnis.liputan6.com/read/2633521/bakal-jadi-holding-energi-
pertamina-mesti-jadi-perusahaan-dunia
Sutianto, F. D. (2016, August 24). Diambil kembali dari detik.com:
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3282349/nasib-holding-
bumn-kebun-dari-rugi-rp-823-m-sampai-punya-utang-rp-33-t
wikipedia. (2016, April). Diambil kembali dari wikipedia.com:
https://en.wikipedia.org/wiki/Holding_company

Anda mungkin juga menyukai