Anda di halaman 1dari 10

Isolasi Dan Karakterisasi Senyawa Metabolit Sekunder Dari Daging Buah Sirsak

Nela Risti Opaladu, Nurhayati Bialangi, Erni Mohammad


Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Gorontalo

Abstrak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengkarakterisasi senyawa
metabolit sekunder dari daging buah sirsak. Sebanyak 1000 gram daging buah
sirsak di maserasi dengan metanol menghasilkan ekstrak metanol sebanyak
364,14 gram. Hasil partisi ekstrak kloroform sebanyak 32,77 gr. Hasil pemisahan
dengan kromatografi kolom menghasilkan 48 fraksi. Dari fraksi-fraksi tersebut di
uji kromatografi lapis tipis dimana diambil perwakilan fraksi yang warnanya
sama. Pemilihan pemurnian difokuskan pada kelompok fraksi nomor 42, 43, dan
44. Terhadap fraksi 42 dipilih untuk dianalisis lebih lanjut setelah diidentifikasi
sebagai senyawa murni secara kromatografi lapis tipis yang menunjukan pola
noda tunggal. Hasil analisis menggunakan spektrofotometer IR dan
spektrofotometer UV-Vis menunjukan isolat mengandung senyawa flavonoid
sekunder dengan gugus fungsi OH pada daerah bilangan gelombang 3419.56 cm-
1
, C-H pada daerah bilangan gelombang 2943,17 cm-1, C=O pada daerah bilangan
gelombang 1731,96 cm-1, C=C pada bilangan gelombang 1643.24, 1542.95,
1515.94 cm-1, dan C-O pada bilangan gelombang 1217,00, 1137,92, 1078,13,
1002,92 cm-1 serta memberikan dua puncak serapan pada panjang gelombang
340,5 nm pita I yang diduga adanya transisi * seperti ikatan C=C aromatik
dan panjang gelombang 205,5 nm pita II diduga karena adanya transisi n *
yang mengandung gugus -OH.

Kata kunci : isolasi, karakterisasi, sirsak, senyawa metabolit sekunder


Tanaman Obat merupakan jenis menormalkan kembali sistem syaraf yang
tanaman yang dipercaya masyarakat kurang baik.
mempunyai khasiat dan telah digunakan
Mangan (2009) melaporkan bahwa
sebagai bahan baku obat tradisional. Obat
kandungan kimia dari sirsak adalah
tradisional digunakan untuk berbagai
saponin, flavonoid, tanin, kalsium, fosfor,
macam tujuan seperti menjaga kesegaran
hidrat arang, vitamin (A, B, dan C),
dan kesehatan tubuh secara keseluruhan,
fitosterol, Ca-oksalat dan alkaloid
menyembuhkan penyakit tertentu,
murisine. Salah satu kandungan kimia
mengatur kehamilan dan kosmetik (Liu,
sirsak yang berperan penting untuk obat
1999). Kandungan senyawa kimia yang
adalah flavonoid. Akan tetapi, masih
beragam pada tumbuhan selalu dijumpai
belum diketahui secara pasti apakah
pada organ tubuh tumbuhan seperti daun,
kandungan kimia dari sirsak yang
bunga, buah,biji, akar, rimpang, atau kulit
dilaporkan oleh Mangan termasuk pada
batang (Dorly, 2005).
bagian daun, bunga, akar, batang dan buah.
Sirsak sudah lama digunakan Oleh sebab itu penelitian ini difokuskan
sebagai obat tradisional, namun belum untuk meneliti apakah terdapat kandungan
banyak yang menyadari bahwa sirsak senyawa metabolit sekunder pada daging
mempunyai kemampuan memberantas sel buah sirsak karena seperti yang diketahui
kanker yang baik dibandingkan daging buah sirsak ini banyak diminati dan
kemoterapi. Sebuah studi yang dipublikasi dikonsumsi dikalangan masyarakat.
oleh Journal of Natural Products, yang
Menurut Sumaryono (1996)
diikuti oleh Catholic University of South
Senyawa metabolit sekunder merupakan
Korea menyatakan bahwa terdapat
senyawa yang disintesis oleh suatu
senyawa dalam sirsak yang mampu
makhluk hidup bukan untuk memenuhi
membunuh sel kanker pada kolon secara
kebutuhan dasarnya, akan tetapi untuk
selektif lebih kuat dibanding Adriamycin,
mempertahankan eksistensinya dalam
obat yang digunakan pada kemoterapi.
berinteraksi dengan ekosistem dan sebagai
Selain menyembuhkan kanker, buah sirsak
alat pelindung (protectant) terhadap
juga berfungsi sebagai antibakteri,
kondisi lingkungan fisik yang ekstrim.
antijamur (fungi), efektif melawan
Senyawa-senyawa kimia yang merupakan
berbagai jenis parasit/cacing, menurunkan
hasil metabolisme sekunder pada
tekanan darah tinggi, depresi, stres, dan
tumbuhan sangat beragam dan dapat
diklasifikasikan dalam beberapa golongan
senyawa bahan alam yaitu terpenoid,
steroid, kumarin, flavonoid dan alkaloid. Gambar 1. Struktur umum senyawa

Alkaloid flavonoid (Achmad, 1986)

Menurut Tobing (1989) alkaloid Terpenoid


adalah suatu golongan senyawa organik
Menurut Harborne (1987)
yang banyak ditemukan di alam. Hampir
terpenoid merupakan suatu golonga
seluruh senyawa alkaloid berasal dari
hidrokarbon yang banyak dihasilkan oleh
tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam
tumbuhan dan terutama terkandung pada
berbagai jenis tumbuhan.
getah dan vakuola selnya.
Alkaloid adalah senyawa organik
Secara umum terpenoid terdiri dari
yang mengandung nitrogen (biasanya
unsur-unsur C dan H dengan rumus
dalam bentuk siklik) dan bersifat basis.
molekul umum (C5H8)n.
Senyawa ini tersebar luas dalam dunia
Tujuan penelitian ini adalah
tumbuh-tumbuhan dan banyak diantaranya
Mengisolasi dan mengkarakterisasi
yang mempunyai efek fisiologi yang kuat.
Senyawa metabolit sekunder dari daging
Flavonoid
buah Sirsak dengan metode
Menurut Achmad (1986) senyawa spektrofotometer UV-Vis dan
flavonoid adalah suatu kelompok fenol spektrofotometer IR.
terbesar yang ditemukan di alam.
METODE PENELITIAN
Senyawa-senyawa ini merupakan zat
warna merah, ungu, biru, dan sebagian zat Penyiapan Sampel
warna kuning yang ditemukan dalam
Sampel yang digunakan
tumbuh-tumbuhan.
dalampenelitian adalah daging buah sirsak.
flavonoid dapat digambarkan Daging buah sirsak dibersihkan daging
sebagai deretan senyawa C6-C3-C6, buah dari biji-bijinya. Sehingga diperoleh
artinya kerangka karbonnya terdiri atas sampelsebanyak 1000 gram.
dua gugus C6 (cincin benzena)
disambungkan oleh rantai alifatik tiga Ekstraksi dan Fraksinasi
karbon (Robinson, 1991) seperti
Ekstrak metanol selanjutnya
ditunjukan pada Gambar 1.
disuspensi dengan metanol : air (2:1), dan
dipartisi dengan menggunakan pelarut n- kromatografi kolom mempunyai harga (Rf)
heksan, etil asetat, dan kloroform. Hasil yang sama digabungkan sehingga
partisi dari fraksi tersebut dievaporasi pada diperoleh fraksi-fraksi kemudian diuapkan
0
suhu 40 C sampai diperoleh ekstrak pelarutnya.
kloroform. Selanjutnya fraksi kloroform
Uji Kemurnian
yang diperoleh di uji fitokimia.
Hasil kromatografi kolom di uji
Uji Fitokimia
secara KLT dengan menggunakan
Uji fitokimia yang dilakukan hanya beberapa campuran eluen. Bila
uji flavonoid : Ekstrak kental metanol menunjukkan pola noda tunggal, maka
sebanyak 0,1 gr dilarutkan dalam10 ml dapat dikatakan bahwa isolat relatif murni
metanol dan hasilnya di bagi kedalam 4 secara KLT.
tabung reaksi. Tabung pertama sebagai
Karakterisasi Senyawa Isolat
kontrol, tabung kedua, ketiga dan keempat
berturut-turut ditambahkan NaOH, H2SO4 Isolat relatif murni ini dimurnikan
pekat dan Mg-HCl pekat. Kemudian warna kemudian di karakterisasi dengan
pada masing-masing tabung dibandingkan spektofotometer UV-Vis dan
dengan tabung kontrol, jika terjadi spektrofotometer IR untuk mengetahui
perubahan warna dari tabung kontrol senyawa yang terkandung dalam daging
menunjukan positif mengandung buah sirsak.
flavonoid.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemisahan dan Pemurnian Ekstraksi dan Fraksinasi

Ekstrak kloroform sebanyak 10 gr Ekstraksi dari jaringan tumbuhan


di pisahkan komponen-komponenya dilakukan dengan metode maserasi, yaitu
dengan menggunakan tehknik perendaman sampel dengan pelarut
kromatografi kolom dengan fase diam organik pada suhu ruang. Maserasi pada
silika gel GF254 dan dielusi dengan sampel daun sirsak menggunakan metanol
berbagai pelarut murni atau campuran karena metanol bersifat seperti cairan sel
pelarut dalam berbagai komposisi sebagai dan bersifat universal yang dapat mengikat
fasa gerak. Semua fraksi hasil pemisahan semua komponen kimia yang terdapat
kromatografi kolom dianalisis dengan dalam tumbuhan bahan alam baik yang
kromatografi lapis tipis untuk melihat pola bersifat non polar, semi polar maupun
noda yang sama untuk digabungkan. Hasil polar.
Daging buah sirsak sebanyak 1000 tambahkan n-heksan kemudian etil asetat
gram di ekstraksi dengan cara maserasi tidak terbentuk dua lapisan sehingganya di
menggunakan metanol dalam suhu kamar. tambahkan pelarut kloroform, saat
Maserasi dilakukan selama 4 24 jam, di penambahan klorofom sampel terbentuk
mana setiap 24 jam ekstrak di saring dan di dua lapisan. Ekstrak ini dilakukan partisi
maserasi lagi dengan metanol baru. untuk mendapatkan fraksi berdasarkan
Kemudian ekstrak yang di peroleh tingkat kepolarannya, hal ini dilakukan
diuapkan dengan menggunakan penguap untuk lebih memudahkan pada saat
putar vakum (rotary vacum evaporator) pemisahan dan pemurnian. Fraksi yang
o
pada suhu 30-40 C sampai diperoleh didapatkan adalah fraksi kloroform. Hasil
ekstrak metanol sebanyak 364,14 gram. partisi selanjutnya diuapkan dengan alat
Terhadap ekstrak metanol ini dilakukan uji vakum pada suhu paling tinggi 400C
flavonoid. sehingga diperoleh 32,77 gr ekstrak
Pada uji flavonoid yang pertama kloroform. Terhadap ekstrak ini, dilakukan
ekstrak metanol dibagi kedalam 4 tabung uji flavonoid. Hasil uji flavonoid yang
reaksi. Pada tabung pertama dijadikan pertama ekstrak kloroform dibagi kedalam
sebagai tabung kontrol dengan warna dasar 4 tabung reaksi. Pada tabung pertama
kuning, pada tabung kedua ditambahkan dijadikan sebagai tabung kontrol dengan
dengan NaOH berubah menjadi kuning warna dasar bening, pada tabung kedua
keruh, untuk tabung yang ketiga ditambahkan dengan NaOH berubah
ditambahkan Mg-HCl warnanya berubah menjadi kuning terang, untuk tabung yang
menjadi kuning keruh, dan tabung yang ke ketiga ditambahkan Mg-HCl warnanya
empat ditambahkan H2SO4 pekat warnanya berubah menjadi keruh, dan tabung yang
berubah menjadi kuning keruh. ke empat ditambahkan H2SO4 pekat

Berdasarkan hasil uji flavonoid yang warnanya berubah menjadi kuning tua.
dilakukan ternyata ekstrak metanol positif Berdasarkan hasil uji flavonoid yang
flavonoid. dilakukan ternyata ekstrak kloroform
Selanjutnya ekstrak metanol positif flavonoid.
sebanyak 100 gr disuspensi dengan
Pemisahan dan Pemurnian
campuran metanol-air (2:1) dan dipartisi
dengan pelarut n-heksan terlebih dahulu, Ekstrak kental kloroform sebanyak
kemudian etil asetat dan selanjutnya 10 gram dipisahkan secara kromatografi
dengan klorofom yang bersifat semi polar. kolom dengan menggunakan fasa diam
Pada saat partisi sampel yang di silika gel GF254 dan menggunakan fasa
gerak terlebih dahulu n-heksan : etil asetat 2
dengan variasi perbandingan (9:1), (8:2), 1
(7:3), (6:4), (5:5), (4:6), (3:7), (2:8), (1;9),
kemudian etil asetat : metanol (9:1), (8:2),
(7:3), (6:4), (5:5), dan selanjutnya
kloroform : metanol (9:1), (8:2), (7:3),
(6:4), (5:5), (4:6), (3:7), (2:8), (1;9), Gambar 2. Profil Kromatografi Lapis Tipis
sampai terjadi pemisahan. Eluat ditampung Dua Dimensi [fasa diam: silika
gel GF254, ukuran plat 5x1 cm,
pada botol vial. Hasil pemisahan
fasa gerak : kloroform:metanol
kromatografi kolom di peroleh 48 fraksi.
(2:8), aseton:metanol (7:3)]
Dari fraksi-fraksi tersebut di uji
Keterangan :
kromatografi lapis tipis dimana diambil
1. Eluen kloroform : metanol (2:8)
perwakilan fraksi yang warnanya sama.
2. Eluen Aseton : metanol (7:3)
Pemilihan pemurnian difokuskan pada
Isolat murni ini di uji flavonoid untuk
kelompok fraksi nomor 42, 43, dan 44.
mengetahui senyawa awal yang
Uji Kemurnian
terkandung dalam flavonoid. Hasil uji
Isolat yang di duga murni yaitu
flavonoid dapat di lihat pada Tabel 1.
isolat pada fraksi 42. Sebelum
diidentifikasi
Tabel 1. Hasil uji flavonoid pada fraksi 42
menggunakanspektrotofotometer UV-Vis
dan IR, fraksi ini di uji kemurniannya
secara kromatografi lapis tipis dua dimensi
dengan menggunakan eluen bergadrien
yang cocok dengan beberapa
perbandingan, yaitu; n eluen kloroform :
Karakterisasi Isolat Murni
metanol (2:8) dan Aseton : metanol (7:3).
Spektrofotometer UV-Vis
Hal ini dilakukan untuk membuktikan
apakah isolat kristal kuning merupakan Hasil data spektrum UV-Vis isolat 42

isolat murni. Hasil KLT dua dimensi dapat dapat dilihat pada hasil spektrofotometer

dilihat Gambar 3. UV-Vis ditunjukkan pada Gambar 4


berikut ini:
spesifik dimiliki senyawa metabolit
sekunder.
Spektrofotometer Inframerah (IR)

Spektrum inframerah isolat dapat


dilihat pada Gambar 5 dan tabulasi data
bilangan gelombang, intensitas, dan gugus
fungsi terkait disusun pada Tabel 2.
Gambar 4. Spektrum UV-Vis isolat murni
fraksi 42 dengan panjang gelombang pada
serapan pita I = 340,5 nm absorbansinya
0,016 dan pita II = 205,5 nm
absorbansinya 0,320.
Spektrum UV-Vis isolat dalam
pelarut metanol memberikan dua puncak
serapan pada panjang gelombang 340,5 nm
dan 205,5 nm. Serapan pada panjang
gelombang 205,5 nm diduga karena
adanya transisi n * oleh gugus
fungsional OH (disebabkan oleh
kromofor tidak terkonyugasi). Menurut
Gambar 5. Spektrum Inframerah dari Isolat
Creswell (1982) Senyawa yang
Murni
mempunyai transisi n * mengabsorpsi
Hasil spektrum inframerah
cahaya pada panjang gelombang sekitar
menunjukan adanya serapan melebar pada
200 nm yang mengandung gugus -OH. Hal
daerah bilangan gelombang 3419.56 cm-1
ini juga didukung oleh adanya serapan
yang diduga adalah serapan uluran O-H
pada bilangan gelombang 3419.56 cm-1
terikat. Hal ini didukung pustaka Creswell
menunjukan adanya serapan uluran -OH.
(1982). Absorpsi OH terikat hidrogen
Serapan pada panjang gelombang 340,5
muncul pada daerah 3450-3200 cm-1
nm diduga adanya ikatan *.
sebagai pita yang agak melebar dan kuat.
Menurut Sastrohamidjojo (1991) adanya
Serapan C-H (regang) yang tajam muncul
ikatan * muncul pada panjang
pada daerah bilangan gelombang 2943,17
gelombang antara 300-500 nm seperti
cm-1, hal ini diperkuat dengan adanya
ikatan C=C. Gugus-gugus seperti ini
serapan pada daerah bilangan gelombang
1454,23, 1398,3, 1338,51 cm-1 yang Kesimpulan
mengindikasikan adanya lentur C-H. Berdasarkan hasil penelitian yang
Serapanpadabilangangelombang 1731.96 diperoleh dapat disimpulkan bahwa hasil
-1
cm menunjukan adanya regang C=O. analisis menggunakan Spektrofotometer
Serapan C=C (regang) yang tajam muncul IR menunjukan adanya gugus fungsi OH
pada daerah bilangan gelombang 1643.24, pada daerah bilangan gelombang 3419.56
1542.95, 1515.94 cm-1. Dugaan ini cm-1, C-H pada daerah bilangan
diperkuat dengan adanya serapan lentur gelombang 2943,17 cm-1, C=O pada
C=C yang muncul pada daerah bilangan daerah bilangan gelombang 1731,96 cm-1,
gelombang 879.48, 781.12, 663.47 cm-1. C=C pada bilangan gelombang 1643.24,
Adanya pita tajam dengan intensitas 1542.95, 1515.94 cm-1, dan C-O pada
sedang pada bilangan gelombang 1217,00, bilangan gelombang 1217,00, 1137,92,
1137,92, 1078,13, 1002,92 cm-1 1078,13, 1002,92 cm-1. Analisis dengan
merupakan regang C-O. spektrofotometer UV-Vis menunjukan dua
puncak serapan pada panjang gelombang
Tabel 2. Tabulasi Data Spektrum
340,5 nm pita I yang diduga adanya
Inframerah (Bilangan Gelombang, Bentuk
transisi * seperti ikatan C=C
Pita, Intensitas, dan Gugus Fungsi)
aromatik dan panjang gelombang 205,5
nm pita II diduga karena adanya transisi
n * yang mengandung gugus -OH.
Gugus-gugus fungsi tersebut spesifik
dimiliki oleh senyawa metabolit sekunder.

Saran
Untuk mengetahui struktur lengkap
isolat yang ditentukan dilanjutkan dengan
analisis NMR dan GC-MS.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Sjamsul. 1986. Buku Materi Pokok Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta; Karunia
Jakarta universitas terbuka
Anwar, Chairil. 1994. Pengantar Praktikum Kimia Organik.Jakarta; Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Astawan Made. 2011. Manfaat Sirsak Untuk Kesehatan.
http://novitats.student.umm.ac.id/2011/09/23/manfaat-sirsak-untuk-kesehatan/
(diakses 27 maret 2012)
Creswell, Clifford. 2005. Analisis Spektrum Senyawa Organik. Bandung; ITB.
Day dan Underwood. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Dorly, 2005 . Potensi tumbuhan obat di indonesia dalam pengembangan indistri agromedis.
Pengantar Falsafah Sains (PPS 702) Sekolah Pasca Sarjana/S3 Institut Pertanian
Bogor.
Efendi, Heri. 2012. Beragam Senyawa Pada Buah Sirsak.
http://www.ufukislam.com/2012/02/beragam-senyawa-pada-buah-sirsak.html
(diakses 14 maret 2012)
Fadholi, Arif. 2009. Spektrofotometri Infra Merah.
http://ariffadholi.blogspot.com/2009/10/spektrofotometri-infra-merah 2008-i.html
(diakses 11 januari 2013)
Gritter, Roy J. 1991. Pengantar Kromatografi Edisi Kedua. Bandung; Institut Teknologi
Bandung.
Hamdani, S. 2011. MetodaEkstraksi. http://catatankimiacom/catatan/metoda-ekstraksi.html
(diaksesrabu 22 februari 2012, pukul 12.10 WITA)
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan.
Bandung; Institut Teknologi Bandung.
Khopkhar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik, Jakarta; Universitas Indonesia.
Lenny, Sovi 2006. Senyawa Flavonoida, Fenilpropanoida dan Alkaloid Universitas Sumatra
Utara Medan.

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1842/1/06003489.pdf (diakses sabtu 25


februari 2012, pukul 00.50 WITA)
Liu, K. S. 1999. Soybeans: Chemistry, Technologi and Utilization. An Aspen Publication.
Lisdawati, vivi. 2007. Isolasi dan Elusidasi Struktur Senyawa Lignan dan Asam Lemak dari
Ekstrak Daging Buah Phaleria Macrocarp. Bul. Panel. Kesehatan.
Mahajani, Nurhartini.2012. Isolasi Dan Karakterisasi Senyawa Flavonoid Dari Daun
Tumbuhan Sirsak. Gorontalo : UNG
Mangan, Y. 2009. Solusi Sehat Mencegah Dan Mengatasi Kanker. Agromedia Pustaka:
Jakarta.
Markham, K.R.1988. Medical Plants of East and South Asia attributed Properties and Uses.
The Mitt Press Cambridge, Massachusetts.
Plantamor. 2012. Informasi Spesies. http://www.plantamor.com/index.php?plant=106
(diakses minggu 27 januari 2013, 01.25 WITA)
Radi. 1998. Morfologi Tanaman Sirsak.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20720/4/Chapter%20II.pdf (diakses
11 januari 2013, 11.25 WITA)
Robinson, T. 1991. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung; ITB
Saleh, Chairul. 2008. Isolasi dan Penentuan Struktur Senyawa Steroid Dari Akar Tumbuhan
Cendana (Santalum album Linn). Isolasi _senyawa_steroid-2-pdf.
Sastrohamdijojo, Hardjono. 1991. Kromatografi. Yokyakarta; Penerbit Liberty.
Sastrohamidjojo, H. 2001. Spektroskopi Inframerah. Yokyakarta; Penerbit Liberty.
Sjahid. 2008.Isolasi Dan Identifikasi FlavonoidDari Daun Dewandaru (Eugenia uniflora L.).
http://www.google.co.id/Isolasi-Dan-Identifikasi- Flavonoid-Dari- Daun-
Dewandaru.Filetype.Pdf (diakses 29 februari 2012)
Sumaryono, W. 1996. Teknologi pembuatan sediaan fitofarmaka skala industri. Warta
Tumbuhan Obat. http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-15717-1409201715-
Chapter1.pdf (diakses 04 Februari 2013, 17.36 WITA)
Sukadana, Imade. 2010. AktifitasSenyawaFlafonoid Dari KulitAkarAwar-awar. 4 (1): 63-67.
Taher Tamrin. 2011. Identifikasi Senyawa Flavonoid Dari Ekstrak Metanol Kulit Batang
Langsat. Gorontalo: UNG
Tobing, Rangke.L. 1989. Kimia Bahan Alam. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai