Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Pertanian Tropik ISSN Online No : 2356-4725

Vol.3, No.1. April 2016. (6) : 52- 61

KEMAJUAN GENETIK, HERITABILITAS DAN KORELASI BEBERAPA


KARAKTER AGRONOMIS PROGENI KEDELAI F3 PERSILANGAN ANJASMORO
DENGAN GENOTIPE TAHAN SALIN

GENETIC VARIABILITY, HERITABILITY AND CORRELATION SOME OF AGRONOMIC


CHARACTERS IN THE F3 PROGENY SOYBEAN OF HIBRIDISATION OF ANJASMORO
WITH SALT TOLERANT GENOTIPE

Retno Puji Astari*, Rosmayati, M. Basyuni

Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian USU, Medan-20155


*Corresponding autor: retnopujiastari@ymail.com

ABSTRAK

Konsumsi kedelai di Indonesia terus meningkat sejalan dengan bertambahnya penduduk. Akan
tetapi produksi kedelai di Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Peningkatan produksi kedelai perlu terus diupayakan. Salah satunya dengan memanfaatkan
lahan marginal seperti tanah salin. Pemuliaan tanaman sangat diperlukan untuk merakit
tanaman tahan salin dan berproduksi tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kemajuan genetik melalui heritabilitas dan korelasi karakter agromonis pada progeni kedelai
F3 tahan salin dalam upaya perakitan varietas tahan salin. Penelitian dilaksanakan di Lahan
percobaan Fakultas Pertanian USU menggunakan media tanam tanah salin dengan tingkat
salinitas 5-6 mmhos/cm yang dilakukan pada bulan Oktober 2015-Januari 2016.
Hasil penelitian menunjukkan persentase tumbuh benih tanah salin rendah, pada progeni F3,
tetua betina dan jantan masing-masing hanya sebesar 9.39%; 15% dan 15%. Keragaman
fenotipe dan genotipe yang luas untuk tinggi tanaman (cm), jumlah ruas (buah), umur berbunga
(hari), umur panen (hari), jumlah polong (buah), jumlah biji (butir) dan bobot 100 biji (g),
sedangkan keragaman fenotipe sempit pada jumlah cabang (buah) dan bobot biji (g). Nilai
dugaan heritabilitas antara 0.05-0.99, heritabilitas tinggi pada tinggi tanaman (cm), jumlah ruas
(buah), umur panen (hari), jumlah polong (buah), jumlah biji (butir), bobot biji (g) dan bobot
100 biji (g) dengan kemajuan genetik antara 4,81%-81,04%. Korelasi bobot biji nyata hampir
pada seluruh karakter kecuali umur panen. Hasil keragaman, heritabilitas dan korelasi
menunjukkan seleksi pada F3 sudah dapat dilakukan karena memiliki keragaman tinggi yang
didominasi oleh sifat genetik. Berdasarkan intensitas seleksi 20% terseleksi 10 tanaman F3
tahan salin.

Kata kunci: Kemajuan genetik, heritabilitas, korelasi, kedelai progeni F3 tahan salin

52
Jurnal Pertanian Tropik ISSN Online No : 2356-4725
Vol.3, No.1. April 2016. (6) : 52- 61

PENDAHULUAN menyebabkan gangguan pada seluruh


siklus hidup kedelai. Tingkat tahan salin
Kedelai merupakan sumber protein, pada berbagai varietas kedelai bervariasi
lemak, vitamin, mineral dan serat. menurut fase pertumbuhan. (Mahmood, et
Konsumsi kedelai di Indonesia terus al., 2002).
meningkat sejalan dengan bertambahnya Tingginya konsentrasi garam
penduduk. Akan tetapi produksi kedelai di menyebabkan gangguan pada seluruh
Indonesia belum mampu memenuhi siklus hidup kedelai. Tingkat toleransi
kebutuhan dalam negeri. Produksi kedelai kedelai pada berbagai varietas kedelai
pada tahun 2013 produksi kedelai menurun bervariasi menurut tingkat pertumbuhan.
menjadi 780.160 ton yang tidak memenuhi Perkecambahan biji kedelai akan terhambat
kebutuhan dalam negeri, import kedelai pada konsentrasi garam rendah.
sekitar 1.000.000 ton. Produksi kedelai Konsentrasi garam yang lebih tinggi secara
dalam hanya dapat memenuhi 35% dari nyata akan menurunkan persentase
kebutuhan total (BPS, 2014). perkecambahan. Pengaruh garam pada
Usaha peningkatan produksi kedelai tahap awal dan penurunan persentase
saat ini menghadapi kendala penurunan perkecambahan lebih menonjol pada
areal tanam dan penyusutan lahan subur varietas yang sensitif dibandingkan varietas
akibat alih fungsi lahan ke sektor non toleran. Sifat-sifat agronomi kedelai sangat
pertanian. Optimalisasi penyediaan kedelai dipengaruhi oleh salinitas yang tinggi,
dalam negeri berpeluang diarahkan kelahan diantaranya :
suboptimal. Berdasarkan data FAO (2000), 1. Pengurangan tinggi tanaman, ukuran
total luas lahan salin di dunia 397 juta ha. daun, biomassa, jumlah ruas, jumlah
Di Indonesia, total luas lahan salin 440.300 cabang, jumlah polong, bobot tanaman
ha yang terbagi menjadi lahan agak salin dan bobot 100 biji
(304.000 ha) dan lahan salin (140.300 ha) 2. Penurunan kualitas biji
(Rachman et al. 2007). 3. Penurunan kandungan protein biji
Pemanfaatan tanah salin menjadi areal 4. Menurunkan kandungan minyak pada
pertanian banyak mengalami hambatan. biji kedelai
Salinitas adalah konsentrasi garam-garam 5. Nodulasi kedelai
terlarut dalam jumlah besar yang dapat 6. Mengurangi efisiensi fiksasi nitrogen
mempengaruhi pertumbuhan kebanyakan 7. Menurunkan jumlah dan bobot bintil
tanaman. Pengaruh salinitas pada tanaman akar
sangat kompleks. Salinitas akan (Phang, et al, 2008).
menyebabkan stres ion, stres osmotik dan Pada kondisi salin, pertumbuhan
stres oksidatif (Kusmiyati et al., 2009; dan perkembangan tanaman terhambat
Munns et al., 2006). karena akumulasi berlebihan Na dan Cl
Salinitas mengurangi pertumbuhan dalam sitoplasma, menyebabkan perubahan
dan hasil tanaman pertanian penting dan metabolisme di dalam sel. Aktivitas enzim
pada kondisi terburuk dapat menyebabkan terhambat oleh garam. Kondisi tersebut
terjadinya gagal panen. Pada kondisi salin, juga mengakibatkan dehidrasi parsial sel
pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan hilangnya turgor sel karena
terhambat karena akumulasi berlebihan Na berkurangnya potensial air di dalam sel
dan Cl dalam sitoplasma, menyebabkan (Mahmood, et al., 2002).
perubahan metabolisme di dalam sel. Upaya untuk meningkatkan
Aktivitas enzim terhambat oleh garam. produktivitas kedelai dengan
Kondisi tersebut juga mengakibatkan memanfaatkan lahan sub optimal di
dehidrasi parsial sel dan hilangnya turgor antaranya melalui persilangan. Persilangan
sel karena berkurangnya potensial air di antara dua tetua yang memiliki keunggulan
dalam sel. Tingginya konsentrasi garam tertentu bertujuan untuk merakit kultivar

53
Jurnal Pertanian Tropik ISSN Online No : 2356-4725
Vol.3, No.1. April 2016. (6) : 52- 61

unggul dan dilanjutkan dengan seleksi Menurut Jain (2002) dan Crowder (2001)
nomor-nomor harapan unggul heritabilitas akan bermakna kalau varians
(Barmawi, et al., 2013). Persilangan genetik didominasi oleh varians aditif sebab
merupakan proses penting dalam pengaruh aditif setiap alel akan diwariskan
pemuliaan, karena hasil persilangan dari tetua kepada zuriatnya. Informasi
berfungsi sebagai sumber untuk tentang keragaman genetik dan heritabilitas
menimbulkan keragaman genetik pada bermanfaat untuk menentukan kemajuan
keturunannya dan dapat berpotensi untuk genetik yang diperoleh melalui seleksi
menghasilkan galur homozigot yang (Fehr, 1987).
menjadi dasar pembentukan varietas baru Keragaman genetik yang luas dan
(Nugroho et al., 2013). nilai heritabilitas yang tinggi merupakan
Dalam persilangan pemilihan tetua salah satu syarat agar seleksi efektif
merupakan faktor penentu keberhasilan (Hakim, 2010). Nilai heritabilitas yang
tujuan pemulia. Perbaikan varietas yang tinggi menunjukkan bahwa sebagian besar
dilakukan dipilih tetua jantan dari nomor- keragaman fenotipe disebabkan oleh
nomor individu kedelai turunan dari tetua keragaman genetik, sehingga seleksi akan
betina varietas anjasmoro yang dianggap memperoleh kemajuan genetik (Suprapto
mempunyai sifat produksi tinggi yaitu dan Narimah, 2007). Menurut Zen (1995),
sekitar 2,5-3 ton/ha disilangkan varietas seleksi terhadap sifat yang mempunyai nilai
grobogan yang telah terdapat gen toleran heritabilitas tinggi dapat dilakukan pada
salinitas, telah di uji secara molekuler generasi awal, sedangkan bila nilai
(Rahmawati, 2013). heritabilitasnya rendah seleksi dapat
Untuk merakit kultivar unggul dilaksanakan pada generasi akhir. Selain itu
tersebut perlu diketahui parameter genetik Fehr (1997) juga menyatakan bahwa
seperti keragaman genetik, heritabilitas dan karakter yang mudah diwariskan pada
estimasi kemajuan genetik yang akan generasi berikutnya karena karakter
dicapai dan korelasi dari setiap karakter. tersebut dipengaruhi oleh faktor genotipe.
Populasi dasar yang memiliki keragaman Hubungan antar suatu sifat dengan
genetik tinggi akan responsif terhadap sifat lainnya pada tanaman mempunyai arti
seleksi sehingga berpeluang besar untuk penting dalam program pemuliaan
mendapatkan genotipe-genotipe yang tanaman. Informasi korelasi antar variabel
memiliki sifat-sifat yang diharapkan hasil dengan hasil biji penting dalam
(Rosmayati et al.,2015). penentuan seleksi. Apabila nilai koefisien
Nilai duga heritabilitas menentukan korelasi tinggi, maka seleksi akan lebih
keberhasilan seleksi karena nilai tersebut efektif karena sifat satu dengan sifat lainnya
dapat memberikan petunjuk bahwa suatu saling mempengaruhi (Jambornias, 2007).
sifat lebih dipengaruhi oleh faktor genetik Suatu pengetahuan tentang besar dan tanda
atau faktor lingkungan. Nilai heritabilitas dari koefisien korelasi genetik diantara
yang tinggi mengindikasikan bahwa faktor sifat-sifat dapat digunakan sebagai kriteria
genetik lebih berperan dalam seleksi. Perkiraan ini berguna dalam
mengendalikan suatu sifat dibandingkan menduga apakah seleksi untuk sifat tertentu
dengan faktor lingkungan (Knight, 1999). akan memberi pengaruh menguntungkan
Besarnya nilai duga heritabilitas atau tidak pada sifat lain (Rachman et al.,
disebabkan oleh sumbangan faktor 2000). Tujuan dari penelitian ini adalah
genetik terhadap keragaman total untuk mengetahui kemajuan genetik
(Asadi et al., 2003). melalui heritabilitas dan korelasi karakter
Besaran nilai heritabilitas suatu sifat agromonis pada progeni kedelai F3 tahan
diantaranya dipengaruhi oleh metode salin dalam upaya perakitan varietas tahan
analisis dan karakteristik populasi yang salin.
digunakan (Fehr, 1997; Rachmadi, 2000).

54
Jurnal Pertanian Tropik ISSN Online No : 2356-4725
Vol.3, No.1. April 2016. (6) : 52- 61

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di Lahan Keterangan :


percobaan Fakultas Pertanian USU P1 = simpangan baku tetua 1
menggunakan media tanam tanah salin P2 = simpangan baku tetua 2
dengan tingkat salinitas 5-6 mmhos/cm n = jumlah tanaman tetua
yang dilakukan pada bulan Oktober 2015
sampai dengan Januari 2016. Dengan Ragam genetik (2G) populasi zuriat
menggunakan metode persilangan varietas dapat dihitung menurut rumus :
berdaya hasil tinggi (Anjasmoro) dengan
kedelai genotipa tahan salin Heritabilitas dalam arti luas (H)
Penelitian dimulai dari hibridisasi dihitung menurut rumus : H = (2G)/ (2P).
kedelai genotipa tahan salin dengan varietas Mc Whirter (1979) membagi nilai duga
anjasmoro. Sumber tetua betina diperoleh heritabilitas ke dalam tiga kategori :
dari Rahmawati (2013) yang berhasil Rendah : H < 0,20
menyeleksi genotipa tahan salin yang telah Sedang : 0,20 H 0,50
di uji secara molekuler. Penelitian F3 Tinggi : H > 0,50
dilakukan juga pada media tumbuh dengan Kriteria keragaman genitik harapan
tingkat cekaman salinitas 5-6 mmhos/cm. adalah sebagai berikut:
Pada F3 ditanam sebanyak 415 benih. Keragaman luas : 2P dan 2G > 2
Pelaksanaan penelitian dimulai dari Keragaman sempit : 2P dan 2G < 2
penentuan lokasi, pengolahan lahan, (Anderson dan Bancroft, 1952 dikutip
penanaman, persilangan, pemupukan, dalam Wahdah, 1996).
pemeliharaan tanaman dan panen. Nilai duga koefisien kemajuan
Peubah amatan pada progeni F3 yang genetik (KKG) dihitung menurut rumus :
diamati berdasarkan data per tanaman yaitu KKG = . H. (P).
tinggi tanaman (cm), jumlah cabang (buah), Keterangan :
jumlah ruas (buah) umur berbunga (hari), KKG = Koefisien kemajuan genetik
umur panen (hari), jumlah polong (buah), = intensitas seleksi
jumlah biji (butir), bobot biji (g) dan bobot H = heritabilitas dalam arti luas
100 biji (g). Analisis yang dilakukan P = simpangan baku fenotipe
berupa persentase benih tumbuh (%),
ragam, heritabilitas, nilai duga kemajuan Pada penelitian ini intensitas seleksi
seleksi dan korelasi setiap variabel amatan. sebesar 20% dengan nilai = 1,7 (Fehr,
Ragam fenotipe (2P) dihitung dengan 1978). Kemajuan genetik dalam persen
rumus yang dikemukakan oleh Suharsono dengan rumus:
dkk., (2006): KKG (%) = (KKG/) x 100%
Keterangan: = rata-rata populasi
Kriteria nilai duga kemajuan genetik
Keterangan : dikatagorikan sebagai berikut :
x = nilai pengamatan tanaman ke- Rendah : KKG < 7%
= rata-rata populasi Sedang : 7% KKG 14%
N = jumlah tanaman yang diamati Tinggi : KKG > 14%
Hadiati et al. (2003).

Ragam lingkungan (2E) diduga dari


ragam lingkungan tetua, dengan rumus :

55
Jurnal Pertanian Tropik ISSN Online No : 2356-4725
Vol.3, No.1. April 2016. (6) : 52- 61

HASIL DAN PEMBAHASAN pada media tanaman tercekam salinitas


DHL 5-6 ds/m. Hasil penelitian
Persentase Tumbuh Progeni Kedelai F3 menunjukkan persentase tumbuh benih
di Tanah Salin tanah salin rendah, pada progeni F3, tetua
Analisis pengamatan fenotipe betina dan jantan masing-masing hanya
diawali dengan penanaman benih kedelai sebesar 9.39%; 15% dan 15% (Tabel 1).
Tabel 1. Persentase tumbuh benih kedelai F3 pada tahan salin
Populasi Ditanam (benih) Tumbuh (tanaman) Persentase tumbuh (%)

Progeni 415 benih 39 tanaman 9.39 %


Tetua betina 20 benih 3 tanaman 15%
Tetua jantan 20 benih 3 tanaman 15%

yang lebih kecil, stomata yang lebih kecil


Rendahnya persentase tumbuh tanaman ini
per satuan luas daun, peningkatan
diakibatkan karena cekaman salinitas pada
sukulensi, penebalan kutikula dan lapisan
media tumbuh, sehingga mengganggu
lilin pada permukaan daun, serta
pertumbuhan kedelai. Sesuai dengan
lignifikansi akar yang lebih awal (Harjadi
Phang, et al. (2008), konsentrasi garam
dan Yahya, 2008; Erfandi dan Rachman,
yang lebih tinggi secara nyata akan
2011 ).
menurunkan persentase perkecambahan.
Danohue, et al. (1983) melaporkan bahwa
Ragam dan Heritabilitas Progeni
kandungan garam yang terlarut dalam tanah
Kedelai F3
salin dapat menghambat pertumbuhan Hasil penelitian menunjukkan
tanaman yang disebabkan karena efek bahwa populasi F3 hasil persilangan
negatif dari perubahan tekanan osmosis Anjasmoro x genotipa tahan salin memiliki
mengakibatkan terjadinya plasmolisis sel. keragaman fenotipe yang luas untuk tinggi
Sejalan dengan Chen, et al.(2008) yang tanaman (cm), jumlah ruas (buah), umur
melaporkan bahwa cekaman salinitas dapat berbunga (hari), umur panen (hari), jumlah
menurunkan kemampuan benih untuk polong (buah), jumlah biji (butir) dan bobot
berkecambah, akibat hilangnya turgor dan 100 biji (g), sedangkan keragaman fenotipe
potensi air menurun. sempit pada jumlah cabang (buah) dan
Tanaman yang tumbuh tersebut bobot biji (g). Keragaman genotipe,
menunjukkan bahwa tanaman yang tumbuh populasi F3 juga menunjukkan keragaman
tersebut merupakan tanaman tahan salin genotipe yang luas hanya pada tinggi
secara fenotipe, karena dapat tumbuh dan tanaman (cm), umur panen (hari), jumlah
berkembang pada media tanam tercekam polong (buah), jumlah biji (butir) dan bobot
salin(DHL 5-6 ds/m). Progeni kedelai F3 100 biji (g), sedangkan keragaman genotipe
yang tumbuh ini menunjukkan 39 tanaman sempit pada jumlah cabang (buah), jumlah
tersebut terseleksi secara alami tahan ruas (buah), umur berbunga (hari) dan
salinitas, karena dapat tumbuh dan bobot biji (g) (Tabel 1). Hasil penelitian
berproduksi pada kondisi tercekam salin. menunjukkan sebagian besar peubah
Mekanisme ketahanan terhadap kadar amatan memiliki keragaman fenotipe dan
garam ditandai dengan terakumulasinya genotipe yang luas. Hal ini menunjukkan
senyawa-senyawa yang dikenal dengan keragaman genetik yang tinggi dari progeni
sebutan pelindung osmosis kedelai F3. Suatu karakter memiliki
(osmoprotectant). Perubahan struktur keragaman fenotipe dan genotipe luas ini
akibat salinitas mencakup ukuran daun memberikan peluang yang besar untuk

56
Jurnal Pertanian Tropik ISSN Online No : 2356-4725
Vol.3, No.1. April 2016. (6) : 52- 61

seleksi hasil persilangan. Karena bergantung pada adanya keragaman genetik


keragaman suatu populasi akan dari suatu populasi. Seleksi digunakan
menentrukan keberhasilan seleksi. Hal ini untuk mempersempit variabilitas populasi
sejalan dengan Acquaah (2007), genotipe untuk memperoleh genotipe yang
menyatakan efektifitas seleksi sangat diinginkan sesuai tujuan pemulia.
Tabel 2. Ragam fenotipe, ragam genotipe, ragam lingkungan dan heritabilitas F3 hasil
persilangan Anjasmoro x Genotipe tahan salin.
Karakter 2 P 2 G 2 E H Kategori
Tinggi tanaman (cm) 3811.63 3761.98 49.66 0.99 Tinggi
Jumlah cabang (buah) 1.03 0.05 1.08 0.05 Rendah
Jumlah ruas (buah) 2.99 1.99 1.00 0.67 Tinggi
Umur berbunga (hari) 4.30 1.72 2.58 0.40 Sedang
Umur panen (hari) 24.07 21.41 2.66 0.89 Tinggi
Jumlah polong (buah) 54.09 52.09 2.00 0.96 Tinggi
Jumlah biji (butir) 117.62 112.19 5.42 0.95 Tinggi
Bobot biji (g) 1.72 1.45 0.28 0.84 Tinggi
Bobot 100 biji (g) 11.23 7.78 3.45 0.69 Tinggi

Nilai dugaan heritabilitas progeni sumbangan faktor genetik terhadap


kedelai F3 hasil persilangan ini berkisar keragaman total.
antara 0.05-0.99 dalam katagori rendah Tingginya nilai heritabilitas dari
sampai tinggi (Tabel 2). Karakter yang beberapa karakter ini menunjukkan bahwa
memiliki heritabilitas tinggi lebih banyak pada populasi progeni kedelai F3 ini dapat
dibandingkan lainnya, 7 dari 9 karakter dilakukan seleksi melalui karakter yang
yang diamati dengan kategori heritabilitas memiliki nilai heritabilitas tinggi,
tinggi yaitu pada tinggi tanaman (cm), khususnya untuk karakter produksi
jumlah ruas (buah), umur panen (hari), tanaman. Keadaan ini menunjukkan bahwa
jumlah polong (buah), jumlah biji (butir), karakter tersebut lebih banyak dikendalikan
bobot biji (g) dan bobot 100 biji (g). Hal ini oleh faktor genetik daripada faktor
menunjukkan bahwa lebih banyak karakter lingkungan (Suharsono et al., 2006;
yang dipengaruhi oleh faktor genetik Suprapto dan Narimah, 2007). Tingginya
dibandingkan dengan lingkungan yang nilai heritabilitas ini disebabkan oleh
tercekam salinitas tersebut. Terutama untuk tingkat segregasi yang paling maksimum
karakter produksi seluruh karakter dalam pada populasi F3 (Allard, 1960; Fehr,
kategori tinggi. Hasil tersebut 1997). Nilai heritabilitas yang tinggi dari
menunjukkan bahwa karakter produksi biji karakter-karakter yang diamati
lebih dipengaruhi oleh genetik tanaman mengindikasikan bahwa seleksi dapat
yang diwariskan dari kedua tetua dan akan diterapkan secara efisien pada karakter
terus diteruskan untuk generasi selanjutnya. tersebut. Sejalan dengan Zen (1995),
Sejalan dengan Knight (1999), menyatakan menyatakan seleksi terhadap sifat yang
bahwa nilai heritabilitas yang tinggi mempunyai nilai heritabilitas tinggi dapat
mengindikasikan bahwa faktor genetik dilakukan pada generasi awal, sedangkan
lebih berperan dalam mengendalikan suatu bila nilai heritabilitasnya rendah seleksi
sifat dibandingkan dengan faktor dapat dilaksanakan pada generasi akhir.
lingkungan. Sejalan pula dengan Asadi et Selain itu Fehr (1997) juga menyatakan
al., (2003), menyatakan bahwa besarnya bahwa karakter yang mudah diwariskan
nilai duga heritabilitas disebabkan oleh pada generasi berikutnya karena karakter

57
Jurnal Pertanian Tropik ISSN Online No : 2356-4725
Vol.3, No.1. April 2016. (6) : 52- 61

tersebut dipengaruhi oleh faktor genotipe. lebih dominan pengaruh lingkungan


Sedangkan karakter yang memiliki dibandingkan dengan faktor genetik
heritabilitas sedang hanya pada karakter tanaman. sedangkan untuk umur berbunga,
umur berbunga (hari) dan karakter dengan pengaruh genetik dan lingkungan sama
heritabilitas rendah pada jumlah cabang. besarnya.
Hal ini menunjukkan untuk jumlah cabang

Tabel 3. Nilai tengah (median) tetua Anjasmoro, Genotipa tahan salin, F3, serta koefisien
kemajuan genetik (KKG) populasi F3 kedelai tahan salin.
Genotipa KKG Kategori
Karakter Anjasmoro F2 KKG
tahan salin (%)
Median Median Median
Tinggi tanaman (cm) 121.20 244.10 109.20 104.76 81.04 Tinggi
Jumlah cabang (buah) 0.00 1.00 0.00 0.08 10.81 Sedang
Jumlah ruas (buah) 2.00 3.00 3.00 1.98 58.59 Tinggi
Umur berbunga (hari) 28.00 29.00 31.00 1.43 4.81 Rendah
Umur panen (hari) 84.00 85.00 85.00 7.50 8.67 Sedang
Jumlah polong (buah) 4.00 7.00 5.00 12.18 75.14 Tinggi
Jumlah biji (butir) 7.00 15.00 13.00 17.79 72.35 Tinggi
Bobot biji (g) 0.80 1.40 1.30 1.89 72.07 Tinggi
Bobot 100 biji (g) 8.33 18.00 10.48 3.99 36.25 Tinggi

Nilai tengah jumlah polong (buah), jumlah mempercepat pembungaan untuk


biji (butir), bobot biji (g) dan bobot 100 biji mempertahankan eksistensinya dengan
(g) progeni kedelai F3 berada diantara adanya generasi selanjutnya.
kedua tetuanya. untuk tinggi tanaman (cm) Hasil pengamatan untuk kemajuan
lebih rendah dibandingkan kedua tetua. genetik (% KKG) menunjukkan bahwa
Untuk jumlah cabang (buah), jumlah ruas terdapat kemajuan genetik yang sangat
(buah), umur panen (hari) dengan nilai beragam mulai 4,81%-81,04% (Tabel 3).
tengah sama dengan salah satu tetua, keragaman genetik harapan dalam kategori
sedangkan untuk umur berbungan progeni tinggi pada karakter tinggi tanaman (cm),
kedelai F3 memiliki nilai tengah lebih jumlah ruas (buah), umur panen (hari),
tinggi dibandingkan kedua tetuanya (Tabel jumlah polong (buah), jumlah biji (butir),
3). Hal ini menunjukkan bahwa progeni bobot biji (g) dan bobot 100 biji (g). Hal ini
kedelai F3 sudah mampu beradaptasi pada menunjukkan keragaman genetik yang
kondisi salin tersebut, terlihat dari umur tinggi pada karakter-karakter tersebut,
berbunga progeni yang lebih lama sehingga seleksi untuk F4 dapat dilakukan
dibandingkan kedua tetuanya. Karakter melalui karakter tersebut. Nilai kemajuan
umur berbunga merupakan salah satu genetik karakter tinggi tanaman (81,04 %),
indikator tanaman tersebut dalam kondisi jumlah ruas (58,59%), jumlah polong
tercekam, jika tanaman tercekam maka (75,14%), jumlah biji (72,35%), bobot biji
tanaman akan lebih cepat berbunga (72,07%) dan bobot 100 biji (36,35%)
dibandingkan kondisi normal. Hal ini termasuk kategori tinggi. selain itu pada
merupakan salah satu cara tanaman untuk karakter-karakter tersebut juga memiliki
dapat beradaptasi. Hal ini sejalan dengan nilai heritabilitas dalam kategori tinggi. Hal
Kao, et al. (2006) yang melaporkan bahwa ini menunjukkan bahwa seleksi selanjutnya
dalam kondisi tercekam tanaman untuk meningkatkan nilai tengah bobot biji

58
Jurnal Pertanian Tropik ISSN Online No : 2356-4725
Vol.3, No.1. April 2016. (6) : 52- 61

per tanaman dan jumlah polong per bahwa sebagian besar keragaman fenotipe
tanaman dapat dilakukan pada generasi F4 disebabkan oleh keragaman genetik,
karena dapat meningkatkan kedua karakter sehingga seleksi akan memperoleh
tersebut. Sesuai dengan Hakim (2010) kemajuan genetik.
melaporkan bahwa keragaman genetik Hasil penelitian dengan intensitas
yang luas dan nilai heritabilitas yang tinggi seleksi 20% pada bobot biji (g)
merupakan salah satu syarat agar seleksi menunjukkan batas seleksi bobot biji
efektif. Sejalan pula dengan Suprapto dan sebesar 1.89 diperoleh 10 tanaman yang
Narimah (2007) yang menyatakan bahwa terseleksi yang memiliki bobot biji diatas
nilai heritabilitas yang tinggi menunjukkan batas intensitas seleksi 20%.

Koefisien korelasi karakter agronomis


progeni kedelai F3
Koefisien korelasi fenotipik antar (2007) yang melaporkan bahwa hubungan
karakter agronomis terdapat pada Tabel 4. antar suatu sifat dengan sifat lainnya pada
Terdapat korelasi positif yang sangat nyata tanaman mempunyai arti penting dalam
antara hasil biji per tananaman dengan program pemuliaan tanaman. Informasi
tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah korelasi antar variabel hasil dengan hasil
ruas, jumlah polong dan jumlah biji per biji penting dalam penentuan seleksi.
tanaman dengan koefisien korelasi masing- Apabila nilai koefisien korelasi tinggi,
masing sebesar 0.53; 0.53; 0.57; dan 0,53. maka seleksi akan lebih efektif karena sifat
Hal ini menunjukkan tingginya hubungan satu dengan sifat lainnya saling
antar sifat tersebut. Hasil tersebut mempengaruhi. Koefisien korelasi bobot
mendukung seleksi melalui karakter biji tidak berpengaruh nyata dan berkorelasi
tersebut dapat dilakukan pada generasi negatif hanya pada umur panen saja.
selanjutnya. Sesuai dengan Jambornias
Tabel 4. Koefisien korelasi karakter agronomis progeni kedelai F3 tahan salin
Variabel TT JC JR UB UP JP JB BB
TT 1
JC .529** 1
**
JR .529 .597** 1
*
UB -.360 -.205 -.153 1
UP .149 .188 .049 .117 1
** ** **
JP .570 .541 .885 -.081 .135 1
** ** **
JB .530 .613 .869 -.144 .155 .888** 1
** ** ** **
BB .496 .572 .867 -.106 .170 .894 .967** 1

Keterangan: TT: Tinggi tanaman (cm); JC: Jumlah cabang (buah); JR: Jumlah ruas (buah);
UB: Umur berbunga (hari); UP: Umur panen (hari); JP: Jumlah polong (buah);
JB: Jumlah biji (butir); BB: Bobot biji (g); B100: Bobot 100 biji (g). (*) nyata
pada taraf 0.05 dan (**) nyata pada taraf 0.01.

Korelasi antar karakter ini dapat membantu sifat dapat digunakan sebagai kriteria
mengetahui hubungan antara dua sifat seleksi. Perkiraan ini berguna dalam
dalam melakukan seleksi. Rachman et al., menduga apakah seleksi untuk sifat tertentu
(2000) melaporkan bahwa suatu akan memberi pengaruh menguntungkan
pengetahuan tentang besar dan tanda dari atau tidak pada sifat lain.
koefisien korelasi genetik diantara sifat-

59
Jurnal Pertanian Tropik ISSN Online No : 2356-4725
Vol.3, No.1. April 2016. (6) : 52- 61

SIMPULAN persilangan antara Yellow bean dan


Taichun. J. Agrotek Tropika 1 (1):
Persilangan antara tetua Anjasmoro 20-24.
x Genotipa tahan salin menghasilkan Chen H., Shiyou C., Junyi G. and Deyue Y.
populasi F3 yang memiliki nilai 2008. Identification of quantitative
heritabilitas tinggi untuk karakter tinggi trait loci associater with salt
tanaman (cm), jumlah ruas (buah), umur tolerance during seedling growth in
panen (hari), jumlah polong (buah), jumlah soybean (glycine max L.).
biji (butir), bobot biji (g) dan bobot 100 biji Australian Journal of Agricultural
(g). Nilai kemajuan genetik untuk karakter Research. 59:1086-1091.
yang diamati termasuk kedalam kriteria Crowder, L.V. 2001. Genetika Tumbuhan.
rendah sampai tinggi. Kemajuan genetik Diterjemahkan oleh Lilik Kusdiarti.
dalam kategori tinggi pada karakter tinggi Sutarso (ed). Gadjah Mada
tanaman (cm), jumlah ruas (buah), umur University Press. Yogyakarta. 499
panen (hari), jumlah polong (buah), jumlah hlm.
biji (butir), bobot biji (g) dan bobot 100 biji Donahue RL., W. Miler, JC. Shickluna.
(g). Korelasi bobot biji nyata dan positif 1983. Soil an introduction soil and
pada tinggi tanaman, jumlah cabang, plants growth. Ed.5. Prentice-hall,
jumlah ruas, jumlah polong dan jumlah biji Inc. Englewood Cliffs. New Jersey.
per tanaman dengan koefisien korelasi Erfandi D. and A. Rachman. 2011.
masing-masing sebesar 0.53; 0.53; 0.57; Identification of soil salinitasity due
dan 0,53. Berdasarkan data tersebut pada to seawater intrusion on rice field in
populasi F3 ini dapat dilakukan seleksi. the northen coast of indramayu,
Seleksi dengan intensitas 20% terdapat 10 West Java. Journal of Trop Soils 16
tanaman yang terseleksi tahan salin dengan 2: 115-121
bobot diatas batas intensitas seleksi sebesar FAO. 2008. Land and Plant nutrition
1.89 g. management service.
Http://www.fao.org/ag/agl/agll/spu
sh/. Diakses 2 Maret 2014.
DAFTAR PUSTAKA Fehr, W.R. 1997. Principle of cultivar
Development : Theory and
Acquaah G. 2007. Principles of plant Technique. Macmillan Publishing
genetics and breeding. Blackwell Company. New York. Vol. I. 536 pp
Publishing. United Kingdom Hadiati, S. Murdaningsih H.K., dan Neni
Allard, R.W., 1960. Principles of Plant Rostini. 2003. Parameter karakter
Breeding. John Wiley and Sons, Inc. komponen buah pada beberapa
New York. 485 pp. aksesi nanas. Zuriat. 14(2): 53-58.
Anderson JA., Churchill GA., Autrique JE., Hakim, Lukman. 2010. Keragaman
Tanksley SD. and Sorrells ME. genetik, heritabilitas, dan korelasi
1993. Optimizing Parental Selection beberapa karakter agronomi pada
for Genetic Linkage Maps. Genome galur F2 hasil persilangan kacang
36: 181-186. hijau (Vigua radiate [L.] wilczek).
Badan Pusat Statistik. 2014. Produksi Berita Biologi. 10(1) : 23-32.
kedelai (On-line). Harjadi SS. dan S. Yahya. 1988. Fisiologi
http://www.bps.go.id/tnmn.pgn.php stress tanaman. PAU IPB, Bogor.
diakses tanggal 2 Maret 2014. Jain, J.P. 1982. Statistical techniques in
Barmawi M., Yushardi A. dan Sadiyah N. quantitative genetics. Tata Mc
2013. Daya waris dan harapan Graw- Hill Company Ltd. New
kemajuan seleksi karakter agronomi Delhi. 328 pp.
kedelai generasi F2 hasil

60
Jurnal Pertanian Tropik ISSN Online No : 2356-4725
Vol.3, No.1. April 2016. (6) : 52- 61

Jambormias, E., S.H. Sutjahio, M. Jusuf, di lahan salin. Jurnal pertanian


Suharsono. 2007. Keragaan, tropik. Vol.2 No. 2 (17):132-139.
keragaman genetik dan heritabilitas Suharsono, M. yusuf, dan A. P. Paserang.
sebelas sifat kualitatif kedelai 2006. Analisis ragam, heritabilitas,
(Glycine max L. Merrill) pada dan pendugaan kemajuan seleksi
generasi seleksi F5,. Jurnal populasi F2 dari persilangan
pertanian kepulauan. 3(2).115-124. kedelai kultivar Slamet x
Kao WY., TT. Tsai, HC. Tsai and CN. Shih. Nokonsawon. Tanaman Tropika.
2006. Response of three glycine 9(2): 86-93.
species to salt stress. Environmental Suprapto dan Narimah Md. Kairudin. 2007.
and Experimental Botany 56:120 - Variasi genetik, heritabilitas, tindak
125. gen, dan kemajuan genetik kedelai
Knight, R. 1979. Quantitative genetics, (Glycine max [L.] merill) pada
Statistics, and Plant Breeding : In Ultisol. J. Ilmu-ilmu Pertanian
Plant Breeding. R. Knight (ed.). p. Indonesia. 9(2): 183-190.
41-71. Academy Press Pty. Ltd. Wahdah, R. 1996. Variabilitas dan
Brisbane. pewarisan laju akumulasi bahan
Mahmood R., SA. Foster, T. Keeling, KG. kering pada biji kedelai. Disertasi.
Hubbard, C. Calson and R. Leeper. Program Pascasarjana Universitas
Impacts or irrigation on 20th Padjadjaran. Bandung. 152 hlm.
century temperature in the nothern Zen, S. 1995. Heritabilitas, korelasi
great plains. Science direct, genotipik dan fenotipik karakter
Elsevier. Global and planetary padi gogo. Zuriat. 6(1): 25-32
54:1-18
Phang TH., G. Shao and HM. Lam. 2008.
Salt tolerance in soybean. Journal of
Integrative Plant Biology 10: 1196-
1212.
Rachmadi, M. 2000. Pengantar pemuliaan
tanaman membiah vegetatif.
Universitas padjadjaran. Bandung.
159 hlm.
Rachman A., IGM. Subiksa dan
Wahyunto. 2007. Perluasan areal
tanaman kedelai ke lahan
suboptimal. Kedelai: Teknik
produksi dan pengembangan,
p.185-226. Puslitbangtan, Bogor.
Rahmawati N. 2013. Penapisan varietas
kedelai (Glycine max L. Merril)
tahan cekaman salinitas. Program
Doktor Ilmu Pertanian. Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera
Utara.
Rosmayati., N. Rahmawati., Retno P.
Astari dan F. Wibowo. Analisa
pertumbuhan vegetatif kedelai
hibridisasi genotipa tahan salin
denga varietas anjasmoro untuk
mendukung perluasan areal tanam

61

Anda mungkin juga menyukai