Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN KASUS

Diagnosis dan Penatalaksanaan Peritonitis Tuberkulosis

Vera
Peserta PPDS Interna, Universitas Indonesia, Jakarta

Abstract
Although the therapy of peritoneal tuberculosis is relatively easy, it is difficult to
establish the diagnosis of peritoneal tuberculosis. Diagnosis is often delayed since only a small
percentage of patients with peritoneal tuberculosis also have lung tuberculosis. Diagnostic
problem may result in mortality and unnecessary surgery. In this case report, we present a
young female with massive ascites which eventually turned out to be peritoneal tuberculosis
after extensive diagnostic work-up.

Keywords: : peritoneal tuberculosis diagnosis - treatment

Pendahuluan da tipenya. Ada tiga macam peri-


Menurut WHO, angka keja- tonitis tuberkulosa, yakni:4
dian tuberkulosis paru di seluruh - Tipe eksudatif (tipe basah)
dunia diperkirakan mencapai 1,9 - Tipe adesif (tipe kering)
miliar manusia, atau sepertiga - Tipe fiksasi fibrotik
jumlah penduduk dunia. Di Indo- Pada tipe basah, ditemukan
nesia, diperkirakan jumlah pende- pekak alih yang menandakan asi-
rita tuberkulosis mencapai 550.000 tes. Pada tipe kering, ditemukan
orang per tahun.1 Peritonitis tuber- perabaan seperti adonan kue
kulosa yang biasanya diderita oleh (doughy abdomen).2 Sedangkan pa-
wanita muda, ditemukan pada 0,1- da tipe fiksasi fibrotik, ditemukan
3,5% penderita tuberkulosis paru.2 massa saat palpasi abdomen yang
Gejala klinik peritonitis tu- berasal dari bersatunya beberapa
berkulosa biasanya berupa anorek- lengkung usus akibat perlengketan
sia dan pembesaran perut akibat / fibrosis.4
asites. Demam, penurunan berat Gambaran klinis dan peme-
badan, nyeri perut kronik, serta riksaan laboratorium pada pende-
diare sering ditemukan pada pen- rita peritonitis tuberkulosa tidak-
derita peritonitis tuberkulosa.2,3 lah khas. Oleh karena itu, diagno-
Pemeriksaan fisik penderita peri- sis peritonitis tuberkulosa sulit
tonitis tuberkulosa tergantung pa- ditegakkan tanpa pemeriksaan pe-

24
Diagnosis dan Penatalaksanaan Peritonitis Tuberkulosis
Vera

nunjang yang invasif. Laparosko- Dua minggu sebelum ma-


pi direk dan biopsi peritoneum suk RSCM, penderita dirawat di RS
sering diperlukan untuk menega- PMI Bogor karena perut ber-
kan diagnosis pasti dari peritonitis tambah besar sehingga penderita
tuberkulosa.2 merasa sesak nafas. Selama pera-
Terapi peritonitis tuberku- watan seminggu, diberikan infus
losa meliputi: rifampisin, isoniazid, dan obat suntik, namun tidak ada
pirazinamid, dan etambutol sela- perbaikan, sehingga penderita di-
ma dua bulan pertama, diikuti de- rujuk ke RSCM.
ngan rifampisin dan isoniazid se- Penderita tidak pernah me-
lama tujuh bulan berikutnya. Ste- rokok, menyangkal konsumsi alko-
roid ditambahkan untuk mencegah hol maupun obat-obatan terlarang.
perlengketan antara usus.5 Penderita mendapat haid pertama
Pada makalah ini, akan di- kali dua tahun yang lalu, haid
bicarakan diagnosis dan penata- teratur tiap bulan, penderita tidak
laksanaan peritonitis tuberkulosa. mengalami perdarahan melalui ja-
lan lahir di luar haid. Hari pertama
haid terakhir adalah dua minggu
Ilustrasi Kasus sebelum masuk RSCM. Penderita
Nn D, 15 tahun, suku Beta- tidak pernah mengkonsumsi susu
wi, datang ke Instalasi Gawat Dar- sapi mentah.
urat (IGD) RSCM pada tanggal 13 Pada riwayat penyakit da-
April 2005 dengan keluhan utama hulu, penderita menyangkal riwa-
perut membesar sejak 3 minggu yat transfusi maupun operasi. Lima
sebelum masuk RS. tahun sebelumnya, penderita per-
Tiga minggu sebelum ma- nah didiagnosis TBC paru sehingga
suk RSCM, penderita merasa perut mendapat pengobatan selama
bertambah besar, cepat kenyang, enam bulan dan sudah dinyatakan
terasa begah, kadang terasa nyeri sembuh. Riwayat kontak dengan
di seluruh perut, namun tidak ada penderita batuk lama disangkal.
mual maupun muntah. Selain itu, Pada riwayat penyakit ke-
penderita batuk-batuk kecil yang luarga, tidak ada keluarga lain
tidak berdahak, disertai demam ti- yang menderita TBC, tumor, mau-
dak terlalu tinggi, keringat malam, pun sakit kuning.
nafsu makan berkurang. Buang air Penderita adalah seorang
kecil lancar, warna kuning jernih, pelajar SMP, merupakan anak per-
tidak seperti teh. Buang air besar tama dari dua bersaudara. Orang-
lancar, warna kuning coklat. Mata tua penderita bekerja sebagai PNS
dan kulit penderita tidak kuning. golongan III. Biaya pengobatan
Berat badan penderita turun 5 kg ditanggung oleh ASKES dan ke-
selama sakit karena penderita ti- luarga.
dak bernafsu makan. Pada pemeriksaan fisik, di-
dapatkan keadaan umum compos

25
JKM.
Vol. 5, No. 2, Februari 2006

mentis, tampak sakit sedang, indirek 0,2 mg/dL, alkali fosfatase


tekanan darah : 120 / 80 mmHg, 75, HbsAg negatif. Pemeriksaan
frekuensi nafas : 32x/menit, denyut urin rutin tidak ada kelainan. EKG
nadi: 88x/menit, suhu : 37,5 0C, menunjukkan sinus takikardi. Foto
tinggi badan 155 cm, berat badan toraks menunjukkan adanya efusi
40 kg. Konjungtiva palpebra agak pleura dextra. CT-Scan abdomen
pucat, sklera tidak ikterik. Tekanan menunjukkan tidak ada kelainan
vena jugularis 5-2 cm H2O, tidak pada organ intraabdomen.
ada pembesaran kelen-jar getah Berdasarkan anamnesis, pe-
bening leher, kelenjar tiroid dalam meriksaan fisik, pemeriksaan pe-
batas normal. Pada pemeriksaan nunjang, ditegakkan daftar masa-
jantung, konfigurasi jantung tidak lah sebagai berikut: asites ec sus-
membesar, bunyi jantung I-II nor- pek peritonitis tuberkulosa, efusi
mal, tiada gallop maupun murmur. pleura dekstra ec tuberkulosis pa-
Pada pemeriksaan paru, didapat- ru, hipokalemia, hipoalbuminemia.
kan pergerakan dada simetris statis Asites pada penderita ini
dinamis, sonor, bunyi nafas vesiku- dipikirkan karena peritonitis tu-
ler, tiada mengi mapun ronki. berkulosa karena adanya riwayat
Abdomen membuncit, lingkar pe- tuberkulosis paru, adanya gejala
rut 86 cm, bising usus (+) normal, dan tanda yang mengarah ke tu-
tidak nyeri tekan, hepar dan lien berkulosis (demam subfebris, keri-
tak teraba, pekak sisi meningkat, ngat malam, nafsu makan berku-
ada pekak alih, tidak didapatkan rang, berat badan turun), tidak
fenomena papan catur. Akral ditemukan stigmata hepar kronik.
hangat, tidak sianosis, tidak ada Namun masih dipikirkan pula pe-
eritema palmaris. Pada kulit, tidak nyebab lain dari asites seperti:
ada spider nevi. Tidak ditemukan tumor ovarium dan keganasan pri-
pembesaran kelenjar getah bening mer peritoneum. Rencana diagnos-
leher, aksila, maupun inguinal. tik meliputi: pemeriksaan kadar
Hasil pemeriksaan darah cholinesterase, USG abdomen,
perifer lengkap menunjukkan Hb punksi cairan asites untuk peme-
11,7, leukosit 5300, trombosit riksaan analisis, kultur dan resis-
376.000, laju endap darah 60, hi- tensi, serta sitologi. Rencana terapi
tung jenis leukosit B / E / St / Sg / meliputi diet lunak dan metoklo-
L / M : 0 / 1 / 0 / 63 / 34 / 2. Se- pramid 3 x 10 mg intravena.
dangkan hasil laboratorium lain Efusi pleura dekstra pada
sebagai berikut: ureum 6 mg/dL, penderita ini dipikirkan karena
kreatinin 0,4 mg/dL, glukosa da- proses spesifik, sehubungan de-
rah sewaktu 101 mg/dL, Na- ngan adanya gejala dan tanda yang
trium 140, Kalium 2,9, SGOT 56 mengarah ke tuberkulosis dan ada
U/L, SGPT 25 U/L, albumin 2,7 riwayat tuberkulosis paru sebelum-
gr/dL, globulin 2,7 gr/dL, bili- nya. Rencana diagnostik meliputi
rubin direk 0,1 mg/dL, bilirubin pemeriksaan sputum BTA 3x,

26
Diagnosis dan Penatalaksanaan Peritonitis Tuberkulosis
Vera

punksi cairan pleura untuk peme- cairan asites untuk mencari


riksaan analisis, kultur dan Mycobacterium belum memberi-
resistensi, serta sitologi. kan hasil.
Hipokalemia pada penderi- Pada hari ketiga perawatan,
ta ini dipikirkan karena asupan penderita merasa perutnya tidak
makanan yang tidak adekuat, sehu- terasa begah lagi. Lingkar perut
bungan dengan penderita merasa berkurang dari 86 cm menjadi 80
cepat kenyang, begah, dan penu- cm, sehingga penderita dapat ma-
runan nafsu makan. Rencana terapi kan. Hasil pemeriksaan elektrolit
meliputi infus NaCl 0,9% + KCl 25 ulang menunjukkan natrium 137
mEq per 8 jam. Rencana diagnostik dan kalium 4,74. Untuk menying-
meliputi cek kalium ulang setelah kirkan kemungkinan penyebab
koreksi. asites dari tumor ovarium, pende-
Hipoalbuminemia pada rita dikonsultasikan ke bagian gi-
penderita ini dipikirkan karena nekologi. Dari anamnesis dan pe-
malnutrisi sehubungan dengan me- meriksaan fisik yang dilakukan
nurunnya nafsu makan penderita oleh bagian ginekologi, tidak dite-
dan adanya infeksi kronik (tuber- mukan kelainan genitalia eksterna
kulosis). Rencana diagnostik meli- dan interna. Hasil USG kandungan
puti pemeriksaan kolinesterase. menunjukkan uterus antefleksi,
Rencana terapi meliputi diet tinggi bentuk dan ukuran normal, dikeli-
kalori dan tinggi protein yang lingi dengan cairan asites, kedua
diberikan secara bertahap. ovarium normal.
Pada hari kedua perawat- Pada hari keempat pera-
an, dilakukan punksi cairan asci- watan, dilakukan USG abdomen di
tes. Keluar cairan warna kuning sub bagian hepatologi RSCM. Ha-
jernih sebanyak 1800 mL. Hasil silnya tidak ditemukan adanya ke-
analisa cairan tersebut menunjuk- lainan pada hepar, lien, pankreas,
kan karakteristik eksudat, yakni: ductus biliaris, vesica felea, ren bi-
bekuan (+), Rivalta (+), jumlah sel lateral. Tidak tampak pembesaran
2300 (segmen 8%, limfosit 92%), kelenjar limfe para-aorta. Tidak
LDH cairan 296 U/L, LDH serum ditemukan pula gambaran benang
291 U/L, kadar protein cairan 4,4 fibrin atau penebalan peritoneum
gr/dL, kadar protein serum 6,2 pada pemeriksaan USG abdomen.
gr/dL, rasio protein cairan : serum Pemeriksaan waktu protrombin :
0,71, glukosa cairan 114 gr/dL, 15,5 (control 12,6). Kadar kolines-
glukosa serum 138 gr/dL, tidak terase 3990. Pemeriksaan sputum
ditemukan kuman Gram dan BTA. BTA 3 x menunjukkan hasil nega-
Pada pemeriksaan sitologi, cairan tif.
asites mengandung sel mesotel dan Pada hari ketujuh perawat-
limfosit padat, tidak ditemu-kan sel an, asites yang ditemukan saat pe-
ganas. Kultur cairan asites tidak meriksaan fisik bertambah. Ling-
ditemukan bakteri aerob. Kultur kar perut penderita kembali men-

27
JKM.
Vol. 5, No. 2, Februari 2006

jadi 86 cm. Penderita mengeluh pe- tahap 5 mg tiap minggu. OAT dite-
rut begah lagi. Dilakukan perito- ruskan.
neoskopi di ruang endoskopi he- Beberapa minggu kemudi-
patologi. Insersi trocar peritone- an, kultur cairan asites pada media
oskop berjalan lancar namun vi- Lowenstein-Jensen memberikan ha-
sualisasi tidak bisa dilakukan kare- sil, yakni: Mycobacterium tubercu-
na perlengketan peritoneum. Di- losis. Hal ini menegaskan kembali
putuskan untuk menghentikan tin- diagnosis peritonitis tuberkulosa
dakan. Kesan: perlengketan perito- pada penderita.
neum. Menurut pendapat sub
bagian hepatologi dan sub bagian
pulmonologi, perlengketan perito- Pembahasan
neum tersebut merupakan salah Penderita ini masuk RS de-
satu tanda dari peritonitis tuber- ngan keluhan perut begah dan ma-
kulosa, sehingga steroid dan obat kin membesar. Pembesaran perut
antituberkulosis (OAT) diberikan pada wanita bisa disebabkan kare-
pada penderita. Berhubung pende- na obesitas, distensi abdomen aki-
rita pernah mendapat OAT sebe- bat obstruksi usus, asites, akumu-
lumnya, regimen terapi yang dibe- lasi faeces karena konstipasi kro-
rikan pada penderita adalah INH 1 nik, dan hamil.6 Oleh karena itu,
x 300 mg, rifampisin 1 x 450 mg, perlu dilakukan anamnesis secara
pirazinamid 2 x 500 mg, etambutol teliti yang menggali lebih jauh me-
3 x 250 mg, streptomisin 1 x 750 mg ngenai gejala penyerta pembesaran
im. Steroid yang diberikan adalah perut tersebut, misalnya perubah-
prednison 35 mg (4-2-2). an pola defekasi, adanya gejala
Pada hari ke-9 sampai hari obstruksi usus (mual, muntah, ti-
ke-14, keluhan perut begah ber- dak bisa kentut), tanggal haid te-
angsur-angsur membaik, batuk- rakhir dan gejala hamil (mual pagi
batuk kecil pun berkurang. Pada hari, payudara terasa kencang,
pemeriksaan fisik, frekuensi nafas amenorrhea). Pemeriksaan fisik di-
berkurang menjadi 18x/menit, fokuskan pada pemeriksaan abdo-
lingkar perut berkurang menjadi 80 men. Tanda-tanda obstruksi usus
cm, tidak ada demam. Penderita seperti darm steifung, peningkatan
boleh pulang. bising usus, distensi abdomen, ha-
Satu minggu setelah pen- rus dicari. Bila pembesaran perut
derita pulang, penderita kontrol ke disebabkan karena asites, ditemu-
poliklinik hepatologi. Nafsu ma- kan peningkatan pekak sisi dan
kan bertambah dan sama sekali ti- adanya pekak alih pada perkusi
dak batuk. Pada pemeriksaan fisik, abdomen. Berdasarkan anamnesis
tidak ditemukan asites, lingkar pe- dan pemeriksaan fisik, pembesar-
rut berkurang menjadi 74 cm. Dosis an perut pada penderita ini dise-
prednison diturunkan secara ber- babkan karena asites.

28
Diagnosis dan Penatalaksanaan Peritonitis Tuberkulosis
Vera

Penyebab asites meliputi dan inguinal pada pemeriksaan


keganasan, gagal jantung konges- fisik yang biasanya ditemukan
tif, sirosis hepatis, sindrom nefro- pada penderita limfoma maligna
tik, peritonitis tuberkulosa.6 Pada non Hodgkin. USG abdomen dan
penderita ini, tidak didapatkan CT-Scan abdomen untuk melihat
tanda dan gejala yang mengarah ke adanya pembesaran kelenjar getah
gagal jantung kanan, seperti: bening para-aorta dan pemerik-
peningkatan tekanan vena jugu- saan kadar LDH darah juga perlu
laris, hepatomegali, edema pada dilakukan untuk menyingkirkan
ekstremitas. Stigmata hati kronis kemungkinan limfoma maligna
yang meliputi spider nevi, eritema non Hodgkin.
palmaris, caput medusa, spleno- Gejala yang sering timbul
megali, juga tidak ditemukan pada pada penderita peritonitis tuber-
penderita ini. Kemungkinan sin- kulosa meliputi: demam, anorek-
drom nefrotik juga kecil karena sia, penurunan berat badan, de-
kencing penderita tidak keruh dan mam, nyeri perut kronik, serta
tidak ada edema pada palpebra perut begah karena distensi abdo-
maupun ekstremitas, yang biasa- men.2,3,7 Tanda peritonitis tuberku-
nya timbul menyertai asites pada losa tipe basah adalah asites,
sindrom nefrotik. Dengan demi- sedangkan yang tipe kering adalah
kian, penyebab asites yang masih palpasi abdomen seperti adonan
mungkin pada penderita ini ada- kue (doughy abdomen).3 Pada 30%
lah keganasan dan peritonitis kasus, penderita muncul dengan
tuberkulosa. gejala dan tanda abdomen akut se-
Kecurigaan ke arah tuber- hubungan dengan adanya obstruk-
kulosis sebagai penyebab asites si usus akibat perlengketan.6 Pada
pada penderita ini berdasarkan penderita ini, didapatkan gejala
adanya gejala khas tuberkulosis yang mendukung ke arah perito-
(batuk-batuk kecil selama sebulan, nitis tuberkulosa, yaitu ditemukan
demam tidak terlalu tinggi, keri- asites pada pemeriksaan fisik. Hal
ngat malam, nafsu makan berku- ini sesuai dengan kenyataan bah-
rang, berat badan turun) disertai wa hanya 8% penderita peritonitis
dengan efusi pleura dan ada riwa- yang mempunyai gambaran doughy
yat tuberkulosis paru sebelumnya. abdomen.2 Oleh karena itu, perlu
Meskipun demikian, perlu diper- dilakukan usaha untuk menying-
hatikan bahwa gejala khas tuber- kirkan adanya keganasan sebagai
kulosis (demam subfebris, keringat penyebab asites pada penderita ini,
malam, nafsu makan berkurang, misalnya tumor ovarium. Namun
berat badan turun) dapat pula dari hasil konsultasi ginekologi dan
ditemukan pada limfoma maligna USG kandungan, tidak ditemukan
non Hodgkin. Oleh karena itu, adanya kelainan genitalia interna
perlu dicari adanya pembesaran dan eksterna pada penderita ini.
kelenjar getah bening leher, aksila,

29
JKM.
Vol. 5, No. 2, Februari 2006

Pemeriksaan penunjang USG abdomen karena dapat meni-


perlu dilakukan untuk memastikan lai pembesaran kelenjar getah
peritonitis tuberkulosa. Pada peme- bening, kelainan mesenterium,
riksaan darah rutin penderita omentum, dan tractus urogenital
peritonitis tuberkulosa, biasanya wanita.2 Temuan yang sering dida-
ditemukan anemia ringan, jumlah patkan dari CT-Scan abdomen
leukosit yang normal, peningkatan penderita peritonitis tuberkulosa
laju endap darah.2 Tuberkulosis adalah asites dan infiltrasi kuman
paru yang aktif hanya ditemukan tuberkulosis ke dalam omentum.
pada 20% penderita peritonitis tu- Jumlah asites tergantung dari tipe
berkulosa, maka foto toraks ku- peritonitis tuberkulosa. Pada tipe
rang dapat diandalkan sebagai pe- basah, ditemukan cairan asites
nunjang diagnosis peritonitis tu- yang bebas maupun yang terloka-
berkulosa.8 Pada pemeriksaan da- lisir. Pada tipe kering, ditemukan
rah penderita ini, hanya ditemu- penebalan mesenterium, perleng-
kan peningkatan laju endap darah. ketan fibrous, dan nodul kaseosa.
Sedangkan pada foto toraksnya, Pada tipe fiksasi fibrotik, ditemu-
ditemukan efusi pleura dekstra kan beberapa lengkung usus yang
yang minimal dan kalsifikasi di menyatu akibat perlengketan mau-
kedua lapangan paru, yang tidak pun massa omentum/mesente-
terlalu spesifik untuk tuberkulosis rium yang besar. Gambaran CT-
paru. Scan peritonitis tuberkulosa tidak-
Gambaran USG abdomen lah spesifik, namun penebalan pe-
pada peritonitis tuberkulosa beru- ritoneum yang mulus lebih menga-
pa penebalan omentum setempat rah ke peritonitis tuberkulosa,
(omental cake), septa, debris, be- sedangkan penebalan peritoneum
nang-benang fibrin yang bergerak yang ireguler dan noduler lebih
(mobile strands), penebalan mesen- mengarah ke peritoneal carcino-
terium dengan perlengketan usus, matosis.4 Limfadenitis tuberkulosa
dan limfadenopati. Gambaran ini yang ditandai dengan perkejuan
tidak spesifik untuk peritonitis tu- dapat terlihat pada CT-Scan abdo-
berkulosa, namun bila ditemukan, men berupa pembesaran kelenjar
dapat membenarkan pemberian getah bening intraabdomen de-
terapi OAT secara empiris.2 Pada ngan hipodensitas sentral. Limfa-
penderita ini, tidak ditemukan denitis tuberkulosa biasanya meli-
kelainan pada pemeriksaan USG batkan kelenjar limfe mesenterica
abdomen. Oleh karena itu, perlu atau peripankreatik. Limfadenitis
dilakukan pemeriksaan penunjang tuberkulosa yang melibatkan ke-
lain yang lebih canggih, yakni: CT- lenjar limfe retroperitoneal sangat-
Scan abdomen. lah jarang.7
Dalam evaluasi diagnostik Salah satu langkah diagnos-
peritonitis tuberkulosa, CT-Scan tik penderita yang datang dengan
abdomen lebih sensitif daripada asites adalah analisis, kultur, dan

30
Diagnosis dan Penatalaksanaan Peritonitis Tuberkulosis
Vera

sitologi cairan asites. Oleh karena menghasilkan Mycobacterium tu-


itu, paracentesis perlu dilakukan berculosis. Meskipun demikian,
pada semua penderita yang datang hasil kultur tersebut baru keluar
dengan asites. Warna cairan asites setelah 6 minggu dari tanggal
biasanya kuning, namun pada 10% paracentesis cairan asites, sehingga
penderita peritonitis tuberkulosis tidak terlalu berguna selain mene-
dapat berwarna merah.2 Analisis gaskan diagnosis peritonitis tuber-
cairan asites pada peritonitis tuber- kulosa pada penderita ini.
kulosa bersifat eksudat, perbedaan Analisis PCR terhadap
kadar albumin serum dan asites Mycobacterium tuberculosis dalam
kurang dari 1,1 gr/dL, kadar cairan asites dapat memberikan
protein cairan asites > 2,5 gr/dL, hasil yang lebih akurat dan lebih
jumlah sel > 1000/mm3, dengan cepat daripada kultur cairan asites.
dominasi limfosit.8 Pada penderita Oleh karena itu, Uzunkoy et al
ini, diperoleh hasil analisis cairan menganjurkan pemeriksaan PCR
asites yang sesuai dengan perito- terhadap cairan asites yang diam-
nitis tuberkulosa, yakni keluar ca- bil secara biopsi jarum halus de-
iran kuning 1800 cc pada saat para- ngan bimbingan USG. Bila peme-
centesis yang bersifat eksudat de- riksaan PCR tersebut negatif, baru
ngan jumlah sel 2300 (92% berupa dilakukan prosedur invasif seperti
limfosit). Hasil pewarnaan Ziehl- laparoskopi atau laparotomi.10
Nielsen pada cairan asites pende- Pada penderita ini, tidak dilakukan
rita ini tidak menunjukkan hasil pemeriksaan PCR terhadap cairan
yang positif. Bakteri tahan asam asites karena alasan finansial.
dalam cairan asites memang hanya Pengukuran kadar adeno-
ditemukan pada 3% penderita sin deaminase (ADA) dalam cairan
peritonitis tuberkulosa.2 asites dapat digunakan untuk
Kultur mycobacterium dari mendukung diagnosis peritonitis
cairan asites biasanya menunjuk- tuberkulosa.7 ADA adalah enzim
kan hasil positif pada 20-83% ka- yang ditemukan pada permukaan
sus peritonitis tuberkulosa.9 Waktu sel limfosit dan makrofag. ADA
tumbuh kuman yang lama (6-8 meningkat bila terjadi proliferasi
minggu) menyebabkan pemeriksa- aktif dari limfosit. Dengan meng-
an penunjang ini kurang dapat gunakan nilai ambang 32 U/L,
diandalkan untuk mendeteksi peri- ADA dapat mendeteksi peritonitis
tonitis tuberkulosa secara cepat. tuberkulosa dengan sensitivitas
Kemungkinan kultur mycobacte- 95% dan spesifisitas 98%. Mes-
rium memberikan hasil positif akan kipun demikian, kadar ADA dalam
lebih besar bila kultur dilakukan cairan asites penderita HIV atau
terhadap 1 liter cairan asites.9 sirosis hepatis yang menderita
Kultur cairan asites pada penderita peritonitis tuberkulosa tidaklah
ini tidak menghasilkan pertum- terlalu tinggi. Oleh karena itu,
buhan bakteri pyogenik, namun pemeriksaan kadar ADA pada

31
JKM.
Vol. 5, No. 2, Februari 2006

penderita sirosis hepatis maupun kan pula kortikosteroid dosis infla-


HIV biasanya memberikan hasil masi (20-40 mg) pada enam ming-
negatif palsu.2 Pemeriksaan kadar gu pertama terapi peritonitis tu-
ADA dalam cairan asites tidak berkulosa untuk mencegah tim-
dilakukan pada penderita ini ka- bulnya fibrosis.8
rena terlalu mahal dan nilai diag-
nostiknya lebih rendah daripada
peritoneoskopi. Kesimpulan
Peritoneoskopi dan biopsi Diagnosis peritonitis tuber-
peritoneum merupakan metode kulosa harus dipertimbangkan pa-
paling efektif untuk mendeteksi da penderita yang datang dengan
peritonitis tuberkulosa. Komplika- keluhan perut begah disertai de-
si peritoneoskopi meliputi: perfo- ngan gejala konstitusional tuber-
rasi usus, perdarahan intraperi- kulosis. Gambaran USG abdomen
toneal, dan hematoma subkutan.2 pada penderita peritonitis tuberku-
Gambaran peritoneoskopi yang losa dapat berupa penebalan
dapat ditemukan pada peritonitis omentum setempat, perlengketan
tuberkulosa adalah penebalan usus, maupun limfadenopati. Pe-
omentum, nodul putih kekuningan meriksaan PCR terhadap cairan
multipel berukuran 1-5 mm pada asites lebih sensitif daripada pe-
permukaan peritoneum, perleng- warnaan Ziehl-Nielsen dalam men-
ketan, benang fibrin.2,11 Menurut deteksi adanya Mycobacterium
penelitian Sandikci et al, 95% pen- tuberculosis. Pada beberapa kasus
derita peritonitis tuberkulosa mem- yang sulit untuk menegakkan
punyai gambaran peritoneoskopi diagnosis pasti peritonitis tuberku-
berupa asites dan perlengketan losa, terapi antituberkulosis ex-
(filmy adhesion).11 Pada penderita adjuvantibus diperkenankan.
ini, ditemukan perlengketan perito-
neum saat peritoneoskopi. Temuan
tersebut sesuai dengan gambaran Daftar Pustaka
makroskopik peritonitis tuberkulo- 1. WHO Global Tuberculosis Control.
Geneva: WHO 2004 : 10.
sa. Oleh karena itu, terapi OAT 2. Field S, Lewis S. Intestinal and
pada penderita ini dimulai segera peritoneal tuberculosis. In: Rom WN,
setelah dilakukan peritoneoskopi. Garay SM. Tuberculosis. Philadelphia:
Terapi utama peritonitis tu- Lippincott Williams & Wilkins, 2004 :
berkulosa adalah pemberian OAT 531-3.
3. Bloom BR. Tuberculosis: pathoge-nesis,
selama 9-12 bulan.2 Sekitar 80% protection and control. Washington:
penderita memberikan respon baik ASM Press, 1994; 42-3.
terhadap OAT.8 Pembedahan dila- 4. Zissin R, Gayer G, Chowers M,
kukan pada penderita peritonitis Feinberg MS, Kots E, Hertz M.
Computerized tomography findings of
tuberkulosa dengan ileus obstruk-
abdominal tuberculosis: report of 19
tif, perforasi usus, fistula, atau cases. IMAJ 2001; 3:414-8.
striktur usus.2 Selain OAT, diberi-

32
Diagnosis dan Penatalaksanaan Peritonitis Tuberkulosis
Vera

5. Aditama T. Tuberkulosis : diagnosis, review. J of Clin Gastroenterol 2000;


terapi, dan masalahnya. Edisi IV. Jakarta: 30(4):397-402
Yayasan Penerbitan IDI, 2004 : 79-80. 10. Uzunkoy A, Harma M. Diagnosis of
6. Bouchier IA, Ellis H, Fleming PR. abdominal tuberculosis: experience of 11
Frenchs index of differential diagnosis. cases and review of the literature.
13th edition. Oxford: Butterworth World J Gastroenterol 2004; 10(24):
Heinemann, 1996; 10-11. 3547-9.
7. Davies PDO. Clinical tuberculosis. 2nd 11. Sandikci MU, Colakoglu S, Ergun Y,
edition. London: Chapman and Hall, Unal S, Akkiz H, Sandikci S,
1998;187-90. Zorludemir S. Presentation and role of
8. Dhar P. Abdominal Tuberculosis. Ind J peritoneoscopy in the diagnosis of
Tub 1998; 45: 9-13. tuberculous peritonitis. J Gastroenterol
9. Bernhard JS, Bhatia G, Knauer C. Hepatol. 1992;7(3): 298-301.
Gastrointestinal tuberculosis: an
eighteen-patient experience and

33
34

34

Anda mungkin juga menyukai