PENDAHULUAN
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan yang
sampah, pembuangan air kotor (limbah) dan sebagainya. Pengelolaan sampah masih
telah diproduksi oleh rumah tangga setiap harinya mulai dari golongan sampah
organik dan non organik, namun pengolahannya masih bersifat pasif yaitu sampah
yang tertimbun hanya dibuang begitu saja ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tanpa
non-organik yang makin menggunung, bahkan kebanyakan orang tidak mau tahu
akan volume timbunan sampah yang diproduksi dan bahaya yang diakibatkannya.
sampah yang akan dihasilkannya. Jika pada tahun 2011 saja jumlah penduduk dunia
mencapai 7 milliar, maka pada tahun 2050 jumlahnya diperkirakan mencapai 9,3
milliar (BPS, 2011). Di Indonesia, sekitar 60-70% dari total volume sampah yang
dihasilkan merupakan sampah basah dengan kadar air antara 65-75%. Sampah pasar
tradisional seperti pasar lauk-pauk dan sayur-mayur membuang hampir 95% sampah
organik. Minimal 75% dari total sampah tersebut termasuk sampah organik dan
Strategy pada tahun 2003 dalam kurun waktu satu hari saja kota metropolitan seperti
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2004, di daerah perkotaan, baru
sekitar 41,28% sampah yang terangkut petugas, 35,59% dibakar, 7,97% ditimbun,
1,15% di olah menjadi kompos, dan sisanya dibuang sembarangan. Menurut Profil
Kesehatan Kalimantan Tengah tahun 2012 untuk tempat sampah pada tahun 2012
terdapat 54,8% keluarga yang memiliki tempat sampah dari jumlah tersebut terdapat
51% yang sehat. Bila dibandingkan dengan tahun 2011 terjadi peningkatan yang
cukup banyak jumlah keluarga yang memiliki tempat sampah hanya 40%.
Sampah selalu timbul menjadi persoalan rumit dalam masyarakat yang kurang
kondisi tidak menyenangkan akan muncul. Bau tidak sedap, lalat berterbangan, dan
gangguan berbagai penyakit siap menghadang di depan mata. Tidak cuma itu,
menjadi santapan sehari-hari bagi masyarakat. Pada musim hujan, sampah terlantar
ini dapat menjadi momok paling menakutkan. Tumpukan sampah yang tidak
disembarangan tempat, terutama sungai akan menghambat laju air hujan dipermukaan
sehingga aliran hanya terfokus pada satu titik saja. Ketika curah hujan tinggi, kondisi
lembaga swadaya masyarakat dan masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan
kesadaran dan komitmen bersama menuju perubahan sikap, perilaku dan etika yang
lingkungan pemukiman yang bersih dan ramah lingkungan maka, harus dilakukan
sumbernya dengan pemilihan dan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya oleh sebab itu penulis
1.4.1 Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan data ilmiah yang dapat
mendukung data yang telah ada sehingga teori tentang pengelolaan sampah organik
dan non organik terhadap kesehatan lingkungan dapat dijadikan acuan yang dapat
dipertanggung jawabkan.
1.4.2 Praktis
tentang pengelolaan sampah organik dan non organik terhadap kesehatan lingkungan.
1.4.2.2 Penelitian
untuk peneliti selajutnya dan dapat di jadikan sebagai sumber data awal.