Anda di halaman 1dari 23

PARAMETER TANAH

Klasifikasi Tanah dari Data Sondir


Data tekanan conus (qc) dan hambatan pelekat (fs) yang didapatkan dari hasil pengujian
sondir dapat digunakan untuk menentukan jenis tanah seperti yang ditunjukkan dalam tabel :
Tabel Klasifikasi Tanah dari Data Sondir
Hasil Sondir Klasifikasi
qc fs
6,0 0,15 - 0,40 Humus, lempung sangat lunak
0,20 Pasir kelanauan lepas, pasir sangat lepas
6,0 - 10,0
0,20 - 0,60 Lempung lembek, lempung kelanauan lembek
0,10 Kerikil lepas
0,10 - 0,40 Pasir lepas
10,0 - 30,0
0,40 - 0,80 Lempung atau lempung kelanauan
0,80 - 2,00 Lempung agak kenyal
1,50 Pasir kelanauan, pasir agak padat
30 - 60
1,0 - 3,0 Lempung atau lempung kelanauan kenyal
1,0 Kerikil kepasiran lepas
1,0 - 3,0 Pasir padat, pasir kelanauan atau lempung padat dan lempung
60 - 150
Kelanauan
3,0 Lempung kekerikilan kenyal
1,0 - 2,0 Pasir padat, pasir kekerikilan, pasir kasar pasir, pasir kelanauan
150 - 300
sangat padat
(Sumber : Buku Mekanika Tanah, Braja M. Das Jilid 1)

Hubungan antara konsistensi terhadap tekanan conus dan undrained cohesion adalah
sebanding dimana semakin tinggi nilai c dan qc maka semakin keras tanah tersebut. Seperti yang
terlihat dalam tabel :
Tabel Hubungan Antara Konsistensi Dengan Tekanan Conus

Undrained
Konsistensi Tekanan Konus qc
Cohesion
tanah ( kg/cm2 )
( T/m2 )
Very Soft < 2,50 < 1,25
Soft 2,50 5,0 1,25 2,50
Medium Stiff 5,0 10,0 2,50 5,0
Stiff 10,0 20,0 5,0 10,0
Very Stiff 20,0 40,0 10,0 20,0
Hard > 40,0 > 20,0

(Sumber : Begeman, 1965 )


Begitu pula hubungan antara kepadatan dengan relative density, nilai N SPT, qc dan
adalah sebanding. Hal ini dapat dilihat dalam pada tabel :
Tabel Hubungan Antara Kepadatan, Relative Density, Nilai N SPT, qc dan

Relatif Tekanan Sudut


Nilai N
Kepadatan Density Konus qc Geser
SPT
(d) ( kg/cm2 ) ()

Very Loose (sangat lepas) < 0,2 <4 < 20 < 30


Loose (lepas) 0,2 0,4 4 10 20 40 30 35
Medium Dense (agak kompak) 0,4 0,6 10 30 40,0 120 35 40
Dense (kompak) 0,6 0,8 30 50 120 200 40 45
Very Dense (sangat kompak) 0,8 1,0 > 50 > 200 > 45
( Sumber : Mayerhof, 1965 )

Sistem Klasifikasi Tanah


Sistem klasifikasi tanah yang ada mempunyai beberapa versi, hal ini disebabkan karena
tanah memiliki sifat-sifat yang bervariasi.

a. Klasifikasi Tanah Berdasar Tekstur


Pengaruh daripada ukuran tiap-tiap butir tanah yang ada didalam tanah tersebut
merupakan pembentuk testur tanah. Tanah tersebut dibagi dalam beberapa kelompok
berdasar ukuran butir-butirnya: pasir (sand), lanau (silt), lempung (clay), kerikil (gravel).
Departernen Pertanian AS telah mengembangkan suatu sistem klasifikasi ukuran butir
melalui prosentase pasir, lanau dan lempung yang digambar pada grafik segitiga.
Cara ini tidak memperhitungkan sifat plastisitas tanah yang disebabkan adanya
kandungan (baik dalam segi jumlah dan jenis) mineral lempung yang terdapat pada
tanah. Untuk dapat menafsirkan ciri-ciri suatu tanah perlu memperhatikan jumlah dan
jenis mineral lempung yang dikandungnya.
(Sumber : MekanikaTanah Jilid 1, Braja M. Das)

b. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Pemakaian


Sistem klasifikasi tanah berdasarkan tekstur adalah relatif sederhana karena ia hanya
didasarkan pada distribusi ukuran butiran tanah saja. Dalam kenyataannya, jumlah dan
jenis dari mineral lempung yang dikandung oleh tanah sangat mempengaruhi sifat fisis
tanah yang bersangkutan. Oleh karena itu, kiranya perlu memperhitungkan sifat
plastisitas tanah, yang disebabkan adanya kandungan mineral lempung, agar dapat
menafsirkan ciri-ciri suatu tanah.
Sistem Klasifikasi AASHTO
Tanah
Berbutir
Klasifikasi Umum (35% atau kurang dari seluruh contoh tanah lolos ayakan
No.200)

A-1 A-2
Klasifikasi ayakan
A-1-
a A-1-b A-3 A-2-4 A-2-5 A-2-6 A-2-7

Analisis Ayakan
(% Lolos)
Maks
No. 10 50
Maks Maks
No. 40 30 50 Min 51
Maks Maks Maks3
No.200 15 25 Maks 10 Maks 5 Maks35 Maks35
35

Sifat fraksi yang


lolos
II.1.1.1
ayakan No.40
Batas Cair (LL) NP Maks Min 41 Maks Min 41
Indeks Plastisitas
(PI) Maks 6 40 Maks 40 Min 11
Maks 10 Min 11
10

Batu
Tipe material
yang pecah Pasir Kerikil dan pasir yang
berlanau
paling dominan kerikil halus
pasir

Penilaian sebagai
bahan
Baik sekali sampai baik
tanah dasar

(Sumber : MekanikaTanah Jilid 1, Braja M. Das)


Tanah Lanau-Lempung
Klasifikasi Umum (lebih dari 35% au kurang dari seluruh contoh tanah
lolos ayakan No.200)
A-7
Klasifikasi kelompok A-4 A-5 A-6 A-7-5
A-7-6

Analisis Ayakan
(% Lolos)
No. 10
No. 40
No.200 Min 36 Min 36 Min 36 Min 36

Sifat fraksi yang lolos


ayakan No.40
Batas Cair (LL) Maks 40 Maks 41 Maks 40 Min 41
Indeks Plastisitas (PI) Maks 10 Maks 10 Min 11 Min 11

Tipe material yang


Tanah Berlanau Tanah Berlempung
paling dominan

Penilaian sebagai bahan


Biasa sampai jelek
tanah dasar

(Sumber : Mekanika Tanah Jilid 1, Braja M. Das)

Klasifikasi Tanah Sistem UNIFIED


Sistem ini pertama kali diperkenalkan oleh Cassagrande dalam tahun 1942 untuk
dipergunakan pada pekerjaan pembuatan lapangan ternagn yang dilaksanakan oleh
The Army Corps Engineers. Sistem ini telah dipakai dengan sedikit modifikasi oleh
U.S. Bureau of Reclamation dan U.S Corps of Engineers dalam tahun 1952.
Pada tahun 1969 American Society for Testing and Material telah menjadikan
sistem ini sebagai prosedur standar guna mengklasifikasikan tanah untuk tujuan
rekayasa.
(Sumber : MekanikaTanah Jilid 1, Braja M. Das)

(Sumber : Mekanika Tanah Jilid 1, Braja M. Das)


Modulus Young
Nilai modulus young menunjukkan besarnya nilai elastisitas tanah yang merupakan
perbandingan antara tegangan yang terjadi terhadap regangan. Nilai ini bisa didapatkan dari
Traxial Test. Nilai Modulus Elastisitas ( Es ) secara empiris dapat ditentukan dari jenis tanah dan
data sondir.

Tabel Hubungan Antara Es dengan qc

Jenis Tanah CPT (kg/cm2)

Pasir terkonsolidasi normal Es = (2 4) qc

Pasir over konsolidasi Es = (6 30) qc

Pasir berlempung Es = ( 3 6) qc

Pasir berlanau Es = ( 1 2) qc

Lempung lunak Es = ( 3 8) qc

Tabel 2.9. Nilai Perkiraan Modulus Elastisitas Tanah

Macam Tanah E ( Kg/cm2 )

LEMPUNG
Sangat Lunak 3 30
Lunak 20 40
Sedang 45 90
Berpasir 300 425
PASIR
Berlanau 50 200
100 250
Tidak Padat
500 1000
Padat
PASIR DAN KERIKIL
800 2000
Padat
500 1400
Tidak Padat
20 200
LANAU
150 600
LOSES
1400 - 14000
CADAS
( Sumber Bowles, 1997)
Poisson Ratio
Nilai poisson ratio ditentukan sebagai rasio kompresi poros terhadap regangan permuaian
lateral. Nilai poisson ratio dapat ditentukan berdasar jenis tanah.

Tabel Hubungan Antara Jenis Tanah dan Poisson Ratio

Jenis Tanah Poisson Ratio ( )


Lempung jenuh 0,4 0,5

Lempung tak jenuh 0,1 0,3

Lempung berpasir 0,2 0,3

Lanau 0,3 0,35

Pasir 0,1 1,0

Batuan 0,1 0,4

Umum dipakai untuk tanah 0,3 0,4

(Sumber : Buku Mekanika Tanah, Braja M. Das Jilid 1)

Sudut Geser Dalam


Kekuatan geser dalam mempunyai variabel kohesi dan sudut geser dalam. Sudut geser
dalam bersamaan dengan kohesi menentukan ketahanan tanah akibat tegangan yang bekerja
berupa tekanan lateral tanah. Nilai ini juga didapatkan dari pengukuran engineering properties
tanah dengan Direct Shear Test.
Tabel Hubungan Antara Sudut Geser Dalam dengan Jenis Tanah
Jenis Tanah Sudut Geser Dalam ()

Kerikil kepasiran 35o 40o


Kerikil kerakal 35o 40o
Pasir padat 35o 40o
Pasir lepas 30o
Lempung kelanauan 25o 30o
Lempung 20o 25o
(Sumber : Buku Mekanika Tanah, Braja M. Das Jilid 1)

Kohesi
Kohesi merupakan gaya tarik menarik antar partikel tanah. Bersama dengan sudut geser dalam,
kohesi merupakan parameter kuat geser tanah yang menentukan ketahanan tanah terhadap
deformasi akibat tegangan yang bekerja pada tanah dalam hal ini berupa gerakan lateral tanah.
Deformasi ini terjadi akibat kombinasi keadaan kritis pada tegangan normal dan tegangan geser
yang tidak sesuai dengan faktor aman dari yang direncanakan. Nilai ini didapat dari pengujian
Direct Shear Test. Nilai kohesi secara empiris dapat ditentukan dari data sondir (qc) yaitu
sebagai berikut :
Kohesi ( c ) = qc/20

KEKUATAN GESER TANAH


Kekuatan geser tanah diperlukan untuk menghitung daya dukung tanah (bearing capacity),
tegangan tanah terhadap dinding penahan (earth pressure) dan kestabilan lereng. Kekuatan geser
tanah dalam tugas akhir ini pada ruas jalan Kalibodri Kendal menggunakan 2 (dua) analisa
yaitu Direct Shear Test . Kekuatan geser tanah terdiri dari dua parameter yaitu :
1. Bagian yang bersifat kohesi c yang tergantung pada jenis tanah dan kepadatan
butirannya.
2. Bagian yang mempunyai sifat gesekan / frictional yang sebanding dengan tegangan
efektif () yang bekerja pada bidang geser.

Kekuatan geser tanah tak jenuh dapat dihitung dengan rumus :

s = c + ( u) tan
Dimana :
s = Kekuatan geser
= Tegangan total pada bidang geser
u = Tegangan air pori
c = Kohesi
= Sudut geser

Kekuatan geser tanah jenuh dapat dihitung dengan rumus

s = '+ u
Pada tanah jenuh air, besarnya tegangan normal total pada sebuah titik adalah sama dengan
jumlah tegangan efektif ditambah dengan tegangan air pori.
Dimana:
s = Kekuatan geser
= Tegangan efektif
u = Tegangan air pori

DAYA DUKUNG TANAH


Kapasitas/daya dukung tanah (bearing capacity) adalah kekuatan tanah untuk menahan
suatu beban yang bekerja padanya yang biasanya disalurkan melalui pondasi. Kapasitas/daya
dukung tanah batas (qu = qult = ultimate bearing capacity) adalah tekanan maksimum yang dapat
diterima oleh tanah akibat beban yang bekerja tanpa menimbulkan kelongsoran geser pada tanah
pendukung tepat di bawah dan sekeliling pondasi.
Terdapat 3 kemungkinan pola keruntuhan kapasitas dukung tanah, yaitu :
1. Keruntuhan geser umum (General Shear Failure),
1) Kondisi kesetimbangan plastis terjadi penuh diatas failure plane
2) Muka tanah di sekitarnya mengembang (naik)
3) Keruntuhan terjadi di satu sisi sehingga pondasi miring
4) Terjadi pada tanah dengan kompresibilitas rendah (padat dan kaku)
5) Kapasitas dukung batas (qu) bisa diamati dengan baik.

Pola keruntuhan geser umum (General Shear Failure).

2. Keruntuhan geser setempat (Local Shear Failure),


1) Muka tanah disekitar pondasi
tidak terlalu mengembang, karena dorongan kebawah dasar pondasi lebih besar
2) Kondisi kesetimbangan plastis
hanya terjadi pada sebagian tanah saja
3) Miring yang terjadi pada pondasi
tidak terlalu besar terjadi
4) Terjadi pada tanah dengan
kompresibilitas tinggi yang ditunjukkan dengan penurunan yang relatif besar
5) Kapasitas dukung batas (qu) sulit
dipastikan sulit dianalisis, hanya bisa diamati penurunannya saja.

Pola keruntuhan geser setempat (Local Shear Failure).

3. Keruntuhan geser baji/penetrasi (Punching Shear Failure),


1) Terjadi desakan di bawah dasar
pondasi disertai pergeseran arah vertikal sepanjang tepi
2) Tidak terjadi kemiringan pondasi
dan pengangkatan di permukaan tanah
3) Penurunan yang terjadi cukup
besar
4) Terjadi pada tanah dengan
kompresibilitas tinggi dan kompresibilitas rendah jika kedalaman pondasi agak dalam
Pola Keruntuhan geser baji (Punching Shear Failure)

PARAMETER KONSOLIDASI
o Konsolidasi adalah proses dimana tanah yang jenuh air mengalami kompresi akibat
beban dalam suatu periode waktu tertentu, dimana kompresi berlangsung akibat
pengaliran air keluar dari pori- pori tanah.
o Tekanan air pori ekses adalah tekanan air pori tanah akibat pemberian beban seketika.
Dengan mengalirnya air dari pori-pori tanah, tekanan air pori ekses ini akan menurun
secara berangsur-angsur, peristiwa ini disebut disipasi tekanan air pori.
o Derajat konsolidasi adalah rasio antara tekanan air pori yang menurun setelah beberapa
waktu berdisipasi terhadap tekanan air pori ekses mula mula selama proses konsolidasi.
Disebut juga sebagai persentase disipasi tekanan air pori.
o Derajat konsolidasi rata-rata (U) adalah rata-rata derajat konsolidasi sepanjang
ketinggian contoh tanah. Dapat dibuktikan bahwa derajat konsolidasi rata-rata sama
dengan rasio pemampatan tanah pada saat tertentu terhadap pemampatan final dari
contoh tanah.
o Kompresi awal adalah pemampatan yang terjadi seketika setelah beban diberikan kepada
contoh tanah, sebelum proses disipasi berlangsung.
o Konsolidasi primer adalah bagian dari kompresi tanah akibat pengaliran air pori dari pori
tanah hingga seluruh proses disipasi selesai.
o Konsolidasi Sekunder adalah pemampatan tanah yang berlangsung setelah konsolidasi
primer selesai.
o Koefisien kemampatan, av adalah perubahan angka pori per satuan perubahan tegangan
akibat konsolidasi pada perubahan tegangan tersebut.
o Koefisien pemampatan volume (coefficient of volume compressibility), my adalah
perubahan volume per satuan volume untuk setiap satuan perubahan tegangan.
o Koefisien konsolidasi, (cv) adalah parameter yang menghubungkan perubahan tekanan
air pori ekses terhadap waktu.
o Faktor waktu (Time Factor), Tv adalah parameter tak berdimensi yang menghubungkan
waktu, koefisien konsolidasi, dan jarak pengaliran (drainage path); digunakan untuk
menentukan kecepatan pengaliran air secara teoritis pada kurva konsolidasi.
Konsolidasi adalah suatu proses pengecilan volume secara perlahan-lahan pada tanah
jenuh sempurna dengan permeabilitas rendah akibat pengaliran scbagian air pori. Dengan kata
lain, pengertian konsolidasi adalah proses terperasnya air tanah akibat bekerjanya beban, yang
terjadi sebagai fungsi waktu karena kecilnya permeabilitas tanah.

Proses ini berlangsung terus sampai kelebihan tekanan air pori yang disebabkan oleh
kenaikan tegangan total telah benar-benar hilang. Kasus yang paling sederhana adalah
konsolidasi satu dimensi, di mana kondisi regangan lateral nol mutlak ada. Proses konsolidasi
dapat diamati dengan pemasangan piezimeter, untuk mencatat perubahan tekanan air pori
dengan waktunya. Besarnya penurunan dapat diukur dengan berpedoman pada titik referensi
ketinggian pada tempat tertentu.

Istilah normally consolidated dan over consolidated digunakan untuk menggambarkan


suatu sifat penting pada dari tanah lempung. Lapisan tanah lempung biasanya terjadi dari proses
pengendapan. Selama proses pengendapan, lempung mengalami proses konsolidasi atau
penurunan, akibat tekanan tanah yang berada di atasnya. Lapisan-lapisan tanah yang berada di
atas ini suatu ketika mungkin kemudian hilang akibat proses alam. Hal ini berarti tanah lapisan
bagian bawah pada suatu saat dalam sejarah geologinya pernah mengalami konsolidasi akibat
dari tekanan yang lebih besar dari sekarang. Tanah semacam ini disebut tanah overconsolidated
(OC) atau terkonsolidasi berlebihan. Kondisi lain , bila tegangan efektif yang bekerja pada suatu
titik di dalam tanahpada waktu sekarang merupakan tegangan maksimumnya (atau tanah tidak
pernah mengalami tekanan yang lebih besar dari tekanan pada waktu sekarang), maka lempung
disebut pada kondisi normally consolidated (NC) atau terkonsolidasi normal.

Jadi, lempung pada kondisi normally consolidated, bila tekanan prakonsolidasi


(preconsolidation pressure) atau tekanan prakonsolidasi sama dengan tekanan overburden
efektif. Sedang lempung pada kondisi overconsolidated, jika tekanan prakonsolidasi lebih besar
dari tekanan overburden efektif yang ada pada waktu sekarang. Nilai banding overconsolidation
(overconsolidation ratio, OCR) didefinisikan sebagai nilai banding tekanan prakonsolidasi
terhadap tegangan efektif yang ada, atau bila dinyatakan dalam persamaan

c
OCR = overconsolidation ratio = o'
Dimana :
p' = preconsolidation pressure
o ' = effektive overburden pressure
ALIRAN DAN REMBESAN

PERMEABILITAS
Didefinisikan sebagai sifat bahan berpori yang memungkinkan aliran rembesan dari cairan
yang berupa air atau minyak mengalir lewat rongga pori. Untuk tanah, Permeabilitas dilukiskan
sebagai sifat tanah yang mengalirkan air melalui rongga pori tanah. Didalam tanah,sifat aliran
mungkin laminar atau turbulen. Tahanan terhadap aliran bergantung pada jenis tanah, ukuran
butiran, bentuk butiran, rapat massa, serta bentuk geometri rongga pori. Temperatur juga sangat
mempengaruhi tahanan aliran (kekentalan dan tegangan permukaan.

Aliran Air Dalam Tanah

Tinggi energi total (total Head) adalah tinggi energi elevasi atau Elevation Head(z)

A
ditambah tinggi energi tekanan atau pressure Head (h) yaitu Ketinggian kolom air h atau hB
Didalam pipa diukur dalam millimeter atau meter diatas titiknya.

Tekanan hidrostatis bergantung pada kedalaman suatu titik dibawah muka air tanah.
Untuk mengetahui besar tekanan air pori, Teorema Bernaulli dapat diterapkan. Menurut
Bernaulli, tinggi energi total (total Head) pada suatu titik dapat dinyatakan oleh persamaan :

p v2
z
w 2g
h=

Dengan :

h = tinggi energi total (total head)(m)


p/ w = tinggi energi tekanan (pressure head) (m)

p = tekanan air (t/m2,kN/m2)

v2/2g = tinggi energi kecepatan (velocity head) (m)

v = kecepatan air (m/det)



w = berat volume air (t/m3,kN/m3)

g = percepatan gravitasi (m/dt2)

z = tinggi energi elavasi (m)

Karena kecepatan renbesan didalam tanah sangat kecil,maka tinggi energi kecepatan
dalam suku persamaan Bernoulli dapat diabaikan.Sehingga persamaan tinggi energi total
menjadi :

p
z
w
h=

Untuk menghitung debit rembesan lewat tanah pada kondisi tertentu, di tinjau kondisi
tanah.

Hukum Darcy

Darcy (1956), mengusulkan hubungan antara kecepatan dan gradient hidrolik sebagai
berikut :

v = ki

dengan :

v = Kecepatan air (cm/det)

i = Gradien hidrolik

k = Koefisien permeabilitas (cm/det)

Debit rembesan (q)dinyatakan dalam persamaan :

q = kiA

Koefisien permeabilitas (k) mempunyai satuan yang sama dengan kecepatan cm/det atau
mm/det. Yaitu menunjukkan ukuran tahanan tanah terhadap air, bila pengaruh sifat-sifatya
dimasukkan, Maka :
k wg

k (cm/det) =

dengan :

K = koefisien absolute (cm ), tergantung dari sifat butiran tanah

w 3

= Rapat massa air (g/cm )


= koefisien kekentalan air (g/cm.det)

g = percepatan gravitasi ( cm/det )

Uji Permeabilitas Di Laboratorium

Ada empat macam pengujian untuk menentukan koefisien permeabilitas dilaboratorium,


yaitu :

a). Uji tinggi energi tetap (Constant Head)

b). Uji tinggi energi turun (failing Head)

c). Penentuan secara tidak langsung dari uji konsolidasi

d). Penentuan secara tidak langsung dari uji kapiler horizontal

Uji Permeabilitas Di Lapangan

1. Uji Permeabilitas Dengan Menggunakan Sumur Uji


Cara pemompaan dari air sumur uji dapat dipakai untuk menentukan koefisien
permeabilitas (k) di lapangan.dalam cara ini,sebuah sumur digali danairnya di pompa dengan
debit air tertentu secara kontinu.permukaan penurunan yang telah stabil yaitu garis penurunan
muka air tanah yang terendah.

Jari-jari R dalam teori hidrolika sumuran di sebut jari-jari pengaruh kerucut penurunan
(radius of influence of the depression cone).Aliran air ke dalam sumur merupakan aliran
gravitasi,dimana muka air tanah mengalami tekanan atmosfer.Debit pemompaan pada kondisi
aliran yang telah stabil dinyatakan oleh persamaan DARCY :
3

q = vA = kiA = k (dy/dx) A (m /det)

dengan :

v = Kecepatan aliran (m/det)

A = Luas aliran (m2)

i = dy/dx = gradient hidrolik

dy = ordinat kurva penurunan

dx = absis kurva penurunan

2. Uji Permeabilitas Pada Sumur Artesis


Air yang mengalir dipengaruhi oleh tekanan artesis.

Debit arah Radial :

dy
dx
q = kA

dengan :

q = Debit arah radial (m /det)

T 2

A = 2 Luas tegak lurus arah aliran (m )

T = Tebal lapisan lolos air (m)

dy/dx = i = Gradien Hidrolik

3. Hitungan Koefisien Permeabilitas Secara Teoritis


Menurut Hagen dan Poiseuille,banyaknya aliran air dalam satuan waktu (q) yang lewat
pipa dengan jari-jari R,dapat dinyatakan dengan persamaan :
wS 2
R a
8
q=

dengan :

w
= Berat volume air


= Koefisien kekentalan absolute

a = Luas penampang pipa

S = gradient hidrolik

H
Jari-jari hidrolik R dari pipa kapiler dinyatakan dalam persamaan :

Luas R 2 R

H keliling basah 2R 2
R =

REMBESAN
Rembesan yang akan dipelajari disini didasarkan pada analisis dua dimensi. Bila tanah
dianggap homogen dan isotropis, maka dalam bidang x-z hokum darcy dapat dinyatakan sebagai
berikut:

h
x x x
v = ki = -k

h
z z z
v = ki = -k

Jaring Arus (Flow Net)

Sekelompok garis aliran dan garis ekipotensial disebut jaring arus (flow net). Garis
ekipotensial adalah garis-garis yang mempunyai tinggi energi potensial yang sama (h konstan).

x 1
Permeabilitas lapisan lolos air dianggap isotropis ( k = k = k ).
Tekanan Rembesan

Air pada keadaan statis didalam tanah, akan mengakibatkan tekanan hidrostatis yang
arahnya keatas (uplift). Akan tetapi, jika air mengalir lewat lapisan tanah, aliran air akan
mendesak partikel tanah sebesar tekanan rembesan hidrodinamis yang bekerja menurut arah
alirannya. Besarnya tekanan rembesan akan merupakan fungsi dari gradient hidrolik.(i)

1. Pengaruh Tekanan Air Terhadap Stabilitas Tanah

Tekanan hidrodinamis mempunyai pengruh yang besar pada stabilitas tanah. Tergantung
pada arah aliran, tekanan hidrodinamis dapat dipengaruhi oleh berat volume tanah.

2. Teori Kondisi Mengapung (Quick condition)

Telah disebutkan bahwa tekanan hidrodinamis dapat mengubah keseimbangan lapisan



tanah. Pada keadaan seimbang, besarnya gayayang bekeja dibawah W = sama dengan gaya

w i c
rembesan D= , atau W-D = O

ic
Dengan adalah gradient hidrolikkritis pada keseimbangan gaya diatas. Besarnya berat
tanah terendam air ,adalah :

GS 1
. w
'
GS W '
1 e 3
3
W= = ( 1-n )( -1) = (kN/m . t/m )

3. Keamanan Bangunan Terhadap Bahaya Piping

Telah disebutkan bahwa bila tekanan rembesan keatas yang terjadi dalam tanah sama

c
dengan i , maka tanah akan pada kondisi mengapung. Keadaan semacam ini juga dapat
berakibat terangkutnya butir-butir tanah halus, sehingga terjadi pipa-pipa didalam tanah yang
disebut Piping. Akibat pipa-pipa yang berbentuk rongga-rongga, dapat mengakibatkan fondasi
bangunan mengalami penurunan, hingga mengganggu stabilitas bangunan. Faktor keamanan
bangunan air terhadap bahaya piping, sebagai berikut :

ie
ie
SF =

e e w
Dengan i adalah gradien keluar maksimum (maximum exit gradient ) dan i =
Gradien keluar maksimum tersebut dapat ditentukan dari jarring arus dan besarnya sama dengan
tinggi energi antara garis ekipotensial terakhir, dan l adalah panjang dari elemen aliran.

Lane (1935) menyelidiki keamanan struktur bendungan terhadap bahaya piping. Panjang
lintasan air melalui dasar bendungan dengan memprhatikan bahaya pipingdihitung dengan cara
pendekatan empiris, sebagai berikut :

Lh
LV
W 3
L =

dengan :

W
L = Weighted creep distance

Lh
= Jumlah jarak horizontal menurut lintasan terpendek

Lv
= Jumlah jarak vertical menurut lintasan terpendek

Setelah weighted creep distance dihitung, weighted creep ratio (WCR) dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan :

LW
H1 H 2
WCR =

Kondisi Tanah Anisotropis

Dalam tinjauan tanah anisotropis, walaupun tanah mungkin homogen, tapi mempunyai
permeabilitas yang berbeda pada arah vertical dan horizontalnya. Kebanyakan tanah pada
kondisi alamnya dalam keadaan anisotropis, artinya mempunyai koefisien permeabilitas yang
tidak sama kesegala arah, yaitu maksimum searah lapisan (arah horizontal), dan minimum
kearah tegak lurus lapisannya (arah vertical). Arah-arah ini selanjutnya dinyatakan dalam arah x
dan z. Dalam kondisi ini, permeabilitas pada arah horizontal dan vertikalnya dapat dinyatakan
dalam bentuk :

x z min
k = k mak dan k = k

Untuk hal ini, persamaan Dracy akan bernentuk :

h
x x x x x
V = -k i = -k

h
z z z
z
Vz = -k i = -k

Rembesan Pada Struktur Bangunan

Hukum Dracy dapat digunakan untuk menghitung dabit rembesan yang melalui struktur
bendungan. Dalam perencanaan sebuah bendungan, perlu diperhatikan stabilitasnya terhadap
bahaya longsoran, erosi lereng dan kehilangan air akibat rembesan yang melalui tubuh
bendungan.

Jika bentuk dan posisi garis rembesan paling atas pada potongan melintang bendungan
diketahui, besarnya rembesan rembesan dapat dihitung. Bentuk garis rembesan , kecuali dapat
ditentukan secara analistis , dapat juga ditentukan secara grafis atau dari pengamatan
laboratorium dari sebuah model bendungan sebagai prototype, ataupun juga secara analogi
elektris.

Pengamatan menunjukkan bahwa garis rembesan yang melalui yang melalui bendungan
berbentuk kurva parabolis, akan tetapi penyimpangan kurva terjadi pada daerah hulu dan
hilirnya. Pengamatan secara grafis didasarkan pada sifat khusus dari kurva parabola.

Filter

Bila air rembesan mengalir dari lapisan berbutir lebih halus menuju lapisan lebih kasar,
kemungkinan terangkutnya butiran lebih halus lolos melewati bahan yang lebih kasar tersebut
dapat terjadi. Erosi butiran dapat mengakibatkan turunnya tahanan aliran air dan naiknya
gradient hidrolik.
Bila kecepatan aliran membesar akibat dari pengurangan tahanan aliran yang berangsur-
angsur turun, akan terjadi erosi butiran yang lebih besar lagi sehingga membentuk pipa-pipa
didalam tanah yang dapat mengakibatkan keruntuhan pada bendungan.

Filter atau drainase untuk mengendalikan rembesan, harus memenuhi dua persyaratan:

1. Ukuran pori-pori halus cukup kecil untuk mencegah butir-butir tanah terbawa aliran.
2. Permeabilitas harus cukup tinggi untuk mengizinkan kecepatan drainase yang besar
dari air masuk filternya.

PENYELIDIKAN TANAH

1. Penyelidikan Lapangan
o Langsung

- Sondir (Dutch Cone Penetration Test)

- SPT (Standard Penetration Test)

o Tidak Langsung (metode geofisika)

- Geolistrik resistivity

- Geoseismic

- Georadar

2. Penyelidikan Laboratorium
o Sifat fisis/ index properties

o Sifat teknis (mekanis, hidrolis, pemadatan, konsolidasi)

o Sifat kimia dan komposisi mineral

a. Sifat Fisik Tanah (index properties of soil)


o Kadar Air

o Berat Isi (basah dan kering)

o Berat Jenis Butiran Tanah

o Angka Pori / Porositas

o Derajat Kejenuhan
o Distribusi ukuran butir (Saringan dan Hidrometer)

o Batas Atterberg (Batas cair, batas plastis, batas susut, dan indeks plastisitas)

b. Sifat Mekanis Tanah


o Uji Kuat Tekan Bebas

o Uji Kuat Geser Langsung

o Uji Triaxial

c. Sifat Hidraulis Tanah (Permeabilitas)


o Tinggi tetap (constant head)

o Tinggi jatuh (falling head)

o Triaxial permeability test

d. Sifat Pemadatan dan CBR


o Uji Pemadatan Standard

o Uji CBR

e. Sifat Konsolidasi
o Uji Konsolidasi

Anda mungkin juga menyukai