Soal 1
Soal 1
PPI TB
Di Indonesia, PPI TB di RS dan sarana pelayanan kesehatan lainnya, bagian dari PPI
RS
Tujuan PPI:
Mencegah pajanan kuman TB ke petugas, pengunjung, dan pasien lain
Menurunkan penyebaran infeksi
Tindakan PPI meliputi kewaspadaan standar dan kewaspadaan berdasarkan cara
penularan (transmisi)
Penularan M.tb (kuman TB / TB MDR) terjadi melalui transmisi airborne pilar
pengendalian infeksi TB: manajerial & administratif, lingkungan/teknis, dan
perlindungan diri petugas
a. Prinsip:
Manajerial
Pihak manajerial adalah pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Kepala Dinas
Kesehatan Propinsi dan Kabupaten /Kota dan/atau atasan dari institusi terkait.
Komitmen, kepemimipinan dan dukungan manajemen yang efektif berupa
penguatan dari upaya manajerial bagi program PPI TB yang meliputi:
a. Membuat kebijakan pelaksanaan PPI TB
b. Membuat SPO mengenai alur pasien untuk semua pasien batuk, alur
pelaporan dan surveilans
c. Membuat perencanaan program PPI TB secara komprehensif
d. Memastikan desain dan persyaratan bangunan serta pemeliharaannya
sesuai dengan PPI TB
e. Menyediakan sumber daya untuk terlaksananya program PPI TB (tenaga,
anggaran, sarana, prasarana) yang dibutuhkan
f. Monitoring dan Evaluasi
g. Melakukan kajian di unit terkait penularan TB
h. Melaksanakan promosi pelibatan masyarakat dan organisasi masyarakat
terkait PPI TB
Administratif
Upaya yang dilakukan untuk mencegah/mengurangi pejanan kuman m. tuberculosis
kepada petugas kesehatan, pasien, pengunjung, dan lingkungan dengan
menyediakan, mendiseminasi dan memantau pelaksanan standar prosedur dan alur
pelayanan. Upaya ini mencakup:
a. Strategi TEMPO (temukan pasien secepatnya, pisahkan secara aman, obati
secara tepat)
b. Penyuluhan pasien mengenai etika batuk
c. Penyediaan tisu dan masker, tempat pembuangan tisu, serta pembuangan
dahak yang benar
d. Pemasangan poster, spanduk, dan bahan unutk KIE
e. Skrining bagi petugas yang merawat pasien
Lingkungan:
Adalah upaya peningkatan dan pengaturan aliran udara/ventilasi dengan
menggunakan teknologi untuk mencegah penyebaran dan mengurangi/ menurunkan
kadar percik renik di udara. Upaya pengendalian dilakukan dengan menyalurkan
percik renik kearah tertentu (directional airflow) dan atau ditambah dengan radiasi
ultraviolet sebagai germisida.
Sistem ventilasi ada 2 jenis, yaitu:
a. Ventilasi Alamiah
b. Ventilasi Mekanik
c. Ventilasi campuran
Pemilihan jenis sistem ventilasi tergantung pada jenis fasilitas dan keadaan
setempat. Pertimbangan pemilihan sistem ventilasi suatu fasyankes berdasarkan
kondisi lokal yaitu struktur bangunan, iklim-cuaca, peraturan bangunan, budaya,
dana dan kualitas udara luar ruangan serta perlu dilakukan monitoring dan
pemeliharaan secara periodik. Arah pergerakan udara posisi duduk pasien-dokter
Pengendalian dengan Alat Pelindung Diri
Penggunaan alat pelindung diri pernapasan oleh petugas kesehatan di
tempat pelayanan sangat penting untuk menurunkan risiko terpajan, sebab kadar
percik renik tidak dapat dihilangkan dengan upaya administratif dan lingkungan.
Petugas kesehatan menggunakan respirator dan pasien menggunakan
masker bedah. Petugas kesehatan perlu menggunakan respirator particulat
(respirator) pada saat melakukan prosedur yang berisiko tinggi, misalnya
bronkoskopi, intubasi, induksi sputum, aspirasi sekret saluran napas, dan
pembedahan paru. Selain itu, respirator ini juga perlu digunakan saat memberikan
perawatan kepada pasien atau saat menghadapi/menangani pasien tersangka MDR-
TB dan XDR-TB di poliklinik.
Rekomendasi WHO
a. Untuk ruangan dengan risiko tinggi penularan melalui udara: minimal 12
ACH
b. yang berarti: 80 liter/detik/pasien untuk ruangan dengan volume 24 m 3
udara yang diganti sebanyak 12x volume ruangan dalam 1 jam
c. ACH = air changes per hour
8. Apa tugas PMO? Materi penyuluhan apa saja yang harus diketahui oleh PMO?
Pengawasan langsung menelan obat (DOT = Directly Observed Treatment)
Paduan pengobatan yang dianjurkan dalam buku pedoman ini akan menyembuhkan
sebagian besar pasien TB baru tanpa memicu munculnya kuman resistan obat. Untuk
tercapainya hal tersebut, sangat penting dipastikan bahwa pasien menelan seluruh obat yang
diberikan sesuai anjuran dengan cara pengawasan langsung oleh seorang PMO (Pengawas
Menelan Obat) agar mencegah terjadinya resistensi obat. Pilihan tempat pemberian
pengobatan sebaiknya disepakati bersama pasien agar dapat memberika kenyamanan.Pasien
bisa memilih datang ke fasyankes terdekat dengan kediaman pasien atau PMO datang
berkunjung kerumah pasien. Apabila tidak ada faktor penyulit, pengobatan dapat diberikan
secara rawat jalan.
Tugas seorang PMO:
a) Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan.
b) Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur.
c) Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan.
d) Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai
gejala-gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit
Pelayanan Kesehatan.
Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil
obat dari unit pelayanan kesehatan.