Anda di halaman 1dari 10

SOAL 1 Essay Ujian Tutor dr.

Lusia Gani (Periode 15 Feb 23 April 2016)

1. Sebutkan beban TB secara global!


Sekitar 75 % pasien TB adalah kelompok usia yg paling produktif secara ekonomis
dan berusia antara 15- 50 thn. Seorg pasien Tb dewasa rata2 akan kehilangan waktu
kerjanya 3-4 bln kehilangan pendapatan sekitar 15 thn atau kehilangan pendapatan
sekitar 15 thn jika ia meninggal. Dampak buruk lain adalah stigma.

Apa penyebab meningkatnya beban TB?


a. Kemiskinan tu pada neg. berkembang kondisi sanitasi, papan, sandang dan
pangan buruk.
b. Determinan sosial buruk: pengangguran, tingkat pendidikan, pendptan per kapita
rendah
c. Kegagalan program TB yaitu:
1) Tidak memadainya komitmen politik dan pendanaan
2) Tidak memadainya organisasi pelayanan (penemuan kasus, logistik obat,
pemantauan pengobatan, pencatatan pelaporan tidak standar
3) Tidak memadainya tatalaksana pengobatan (diagnosis, paduan obat dan
penyembuhan kasus)
4) Salah persepsi thdp manfaat dan efektivitas BCG
5) Infrastruktur kesehatan buruk
6) Jaminan kesehatan yg bisa mencapai masyarakat luas
d. Perubahan demografi dan struktur umumr penduduk dunia
e. Besarnya masalah kes lain yg mempengaruhi tetap tingginya beban TB (gizi buruk,
merokok, diabetes)
f. Dampak pandemi HIV
g. Multidrug resistence (TB MDR)

2. Apa perbedaan TB-MDR dengan TB-XDR? Bagaimana tatalaksana TB MDR dan TB


XDR?
MDR TB adalah TB resistan obat terhadap minimal 2 OAT yi INH dan Rifampicin
secara bersama atau disertai resisten terhadap OAT lini pertama lain seperti ethambutol,
streptomycin atau pirazinamide.
TB XDR Kebal terhadap OAT lini kedua yaitu gol fluoroquinolon/ kanamycin,
amikasin, capreomycin.

3. Jelaskan mengenai kolaborasi program TB dan program HIV! (3 macam)


Kegiatan Kolaborasi TB/HIV (SK Menkes No. 1278 tahun 2009)

A. Membentuk mekanisme kolaborasi antara program TB dan HIV-AIDS


a. Penguatan koordinasi bersama program TB dan HIV di semua tingkatan
b. Melaksanakan surveilans TB-HIV
c. Melakukan perencanaan bersama TB-HIV untuk integrasi layanan TB-HIV
d. Monitoring dan evaluasi kegiatan TB-HIV
e. Mendorong peran serta komunitas dan LSM dalam kegiatan TB-HIV
B. Menurunkan beban TB pada oDHA dan inisiasi ART secara dini
a. Intensifikasi penemuan kasus TB pada ODHA termasuk pada populasi kunci
HIV dan memastikan pengobatan TB yang berkualitas
b. Insisiasi pengobatan pencegahan dengan INH dan inisiasi dini ART
c. Penguatan PPI TB di faskes yang memberikan layanan HIV, termasuk tempat
orang berkumpul (lapas/rutan, panti rehabilitasi untuk pengguna NAPZA)
C. Menurunkan beban HIV pada pasien TB
a. Menyediakan tes dan konseling HIV pada pasien TB
b. Meningkatkan pencegahan HIV untuk pasien TB
c. Menyediakan pemberian PPK pada pasien TB-HIV
d. Memastikan perawatan, dukungan, dan pengobatan serta pencegahan HIV pad
pasien ko-infeksi TB-HIV
e. Menyediakan ART bagi pasien koinfeksi TB-HIV

4. Sebutkan sistem skoring TB anak!


5. Bagaimana mencegah penyakit TB di tempat kerja?
Dasar kebijakan infeksi TB:
Infeksi TB transmisi airborne
(Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di RS dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya, SK Menkes No. 270 tahun 2007; Pedoman Pelaksanaan
PPI RS SK Menkes No. 387 tahun 2007)
M.tb hazard biologis di tempat kerja fasyankes
(Pedoman K3 RS, SK Menkes No. 432 tahun 2007; Standar K3RS SK Menkes No.
1087 tahun 2010)
TB termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja (Lampiran Kep.Pres. No. 22
th 1993)
Kegiatan Kolaborasi TB/HIV (SK Menkes No. 1278 tahun 2009)

PPI TB

Di Indonesia, PPI TB di RS dan sarana pelayanan kesehatan lainnya, bagian dari PPI
RS
Tujuan PPI:
Mencegah pajanan kuman TB ke petugas, pengunjung, dan pasien lain
Menurunkan penyebaran infeksi
Tindakan PPI meliputi kewaspadaan standar dan kewaspadaan berdasarkan cara
penularan (transmisi)
Penularan M.tb (kuman TB / TB MDR) terjadi melalui transmisi airborne pilar
pengendalian infeksi TB: manajerial & administratif, lingkungan/teknis, dan
perlindungan diri petugas

PPI TB di Rumah Sakit


a. Pengendalian Manajerial:
Adanya kebijakan PPI/PPI TB di RS
Tim pelaksana PPI
Dukungan dana, logistik dan kegiatan PPI
b. Pengendalian Administratif a.l.:
Rencana pengendalian infeksi (RPI),
Standar prosedur operasional (SPO),
Triase pasien batuk, etika batuk ruang tunggu
Pemisahan pasien HIV dari pasien TB MDR/BTA pos,
Pem. kesehatan pegawai dan surveilans TB pada pegawai berisiko
c. Pengendalian Lingkungan/Teknis:
Untuk mengurangi konsentrasi droplet nuclei dan keberadaan kuman di
permukaan benda terkontaminasi;
Mencakup pengaturan ventilasi, penggunaan filter udara dan ultra violet
d. Perlindungan Petugas:
Edukasi, pelatihan, pemantauan perilaku kerja petugas
Penggunaan alat pelindung diri yang sesuai dengan kebutuhan dan tingkat
risiko

Pengendalian resiko di tempat praktek

a. Prinsip:
Manajerial
Pihak manajerial adalah pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Kepala Dinas
Kesehatan Propinsi dan Kabupaten /Kota dan/atau atasan dari institusi terkait.
Komitmen, kepemimipinan dan dukungan manajemen yang efektif berupa
penguatan dari upaya manajerial bagi program PPI TB yang meliputi:
a. Membuat kebijakan pelaksanaan PPI TB
b. Membuat SPO mengenai alur pasien untuk semua pasien batuk, alur
pelaporan dan surveilans
c. Membuat perencanaan program PPI TB secara komprehensif
d. Memastikan desain dan persyaratan bangunan serta pemeliharaannya
sesuai dengan PPI TB
e. Menyediakan sumber daya untuk terlaksananya program PPI TB (tenaga,
anggaran, sarana, prasarana) yang dibutuhkan
f. Monitoring dan Evaluasi
g. Melakukan kajian di unit terkait penularan TB
h. Melaksanakan promosi pelibatan masyarakat dan organisasi masyarakat
terkait PPI TB

Administratif
Upaya yang dilakukan untuk mencegah/mengurangi pejanan kuman m. tuberculosis
kepada petugas kesehatan, pasien, pengunjung, dan lingkungan dengan
menyediakan, mendiseminasi dan memantau pelaksanan standar prosedur dan alur
pelayanan. Upaya ini mencakup:
a. Strategi TEMPO (temukan pasien secepatnya, pisahkan secara aman, obati
secara tepat)
b. Penyuluhan pasien mengenai etika batuk
c. Penyediaan tisu dan masker, tempat pembuangan tisu, serta pembuangan
dahak yang benar
d. Pemasangan poster, spanduk, dan bahan unutk KIE
e. Skrining bagi petugas yang merawat pasien
Lingkungan:
Adalah upaya peningkatan dan pengaturan aliran udara/ventilasi dengan
menggunakan teknologi untuk mencegah penyebaran dan mengurangi/ menurunkan
kadar percik renik di udara. Upaya pengendalian dilakukan dengan menyalurkan
percik renik kearah tertentu (directional airflow) dan atau ditambah dengan radiasi
ultraviolet sebagai germisida.
Sistem ventilasi ada 2 jenis, yaitu:
a. Ventilasi Alamiah
b. Ventilasi Mekanik
c. Ventilasi campuran
Pemilihan jenis sistem ventilasi tergantung pada jenis fasilitas dan keadaan
setempat. Pertimbangan pemilihan sistem ventilasi suatu fasyankes berdasarkan
kondisi lokal yaitu struktur bangunan, iklim-cuaca, peraturan bangunan, budaya,
dana dan kualitas udara luar ruangan serta perlu dilakukan monitoring dan
pemeliharaan secara periodik. Arah pergerakan udara posisi duduk pasien-dokter
Pengendalian dengan Alat Pelindung Diri
Penggunaan alat pelindung diri pernapasan oleh petugas kesehatan di
tempat pelayanan sangat penting untuk menurunkan risiko terpajan, sebab kadar
percik renik tidak dapat dihilangkan dengan upaya administratif dan lingkungan.
Petugas kesehatan menggunakan respirator dan pasien menggunakan
masker bedah. Petugas kesehatan perlu menggunakan respirator particulat
(respirator) pada saat melakukan prosedur yang berisiko tinggi, misalnya
bronkoskopi, intubasi, induksi sputum, aspirasi sekret saluran napas, dan
pembedahan paru. Selain itu, respirator ini juga perlu digunakan saat memberikan
perawatan kepada pasien atau saat menghadapi/menangani pasien tersangka MDR-
TB dan XDR-TB di poliklinik.

Rekomendasi WHO
a. Untuk ruangan dengan risiko tinggi penularan melalui udara: minimal 12
ACH
b. yang berarti: 80 liter/detik/pasien untuk ruangan dengan volume 24 m 3
udara yang diganti sebanyak 12x volume ruangan dalam 1 jam
c. ACH = air changes per hour

6. Apa manfaat pengobatan TB?


Menyembuhkan pasien dan memperbaiki produktivitas serta kualitas hidup
Mencegah terjadinya kematian oleh karena TB atau dampak buruk selanjutnya
Mencegah terjadinya kekambuhan TB
Menurunkan penularan TB
Mencegah terjadinya dan penularan TB resisten obat

7. Apa perbedaan cure rate dan treatment success rate?


Angka Kesembuhan (Cure Rate)
Angka kesembuhan adalah angka yang menunjukkan prosentase pasien
baru TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis yang sembuh setelah selesai masa
pengobatan, diantara pasien baru TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis yang
tercatat. Untuk kepentingan khusus (survailans), angka kesembuhan dihitung juga
untuk pasien Paru Terkonfirmasi Bakteriologis pengobatan ulang (kambuh dan
dengan riwayat pengobatan TB sebelumnya) dengan tujuan:
a. Untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan kekebalan terhadap obat
terjadi di komunitas, hal ini harus dipastikan dengan surveilans kekebalan
obat.
b. Untuk mengambil keputusan program pada pengobatan menggunakan obat
baris kedua (second-line drugs).
c. Menunjukkan prevalens HIV, karena biasanya kasus pengobatan ulang
terjadi pada pasien dengan HIV.
d. Untuk perhitungan, digunakan rumus yang sama dengan cara mengganti
sebutan numerator dan denominator dengan jumlah pasien TB paru
pengobatan ulang.

Di fasyankes, indikator ini dapat dihitung dari kartu pasien TB.01,


yaitu dengan cara mereview seluruh kartu pasien baru TB Paru
Terkonfirmasi Biologis yang mulai mereview seluruh kartu pasien baru TB
Paru Terkonfirmasi Biologis yang mulai berobat dalam 9-12 bulan
sebelumnya. Kemudian dihitung berapa diantaranya yang sembuh setelah
selesai pengobatan.
Di tingkat kabupaten, propinsi, dan pusat, angka ini dapat digitung
dari laporan TB.08. Angka minimal yang harus dicapai adalah 85%. Angka
kesembuhan digunakan untuk mengetahui hasil pengobatan.
Walaupun angka kesembuhan telah mencapai 85%, hasil
pengobatan lainnya tetap perlu diperhatikan, yaitu berapa pasien dengan
hasil pengobatan lengkap, meninggal, gagal, putus berobat (loss to follow
up), dan tidak dievaluasi.
a. Angka pasien putus berobat (lost to follow-up) tidak boleh lebih
dari 10%, karena Angka pasien putus berobat (lost to follow-up)
tidak boleh lebih dari 10%, karena akan menghasilkan proporsi
kasus retreatment yang tinggi dimasa yang akan datang yang
disebabkan karena ketidak-efektifan dari pengendalian
tuberculosis.
b. Menurunnya angka pasien putus berobat (loss to follow up) karena
peningkatan kualitas pengendalian TB akan menurunkan proporsi
kasus pengobatan ulang antara 10-20% dalam beberapa tahun.

Sedangkan angka gagal untuk pasien baru TB dan BTA positif


tidak boleh lebih dari 4% untuk daerah yang belum ada maslaah
resistensi obat, dan tidak boleh lebih besar dari 10% untuk daerah
yang sudah ada masalah resistensi obat.

Angka Keberhasilan Pengobatan TB (Treatment Success Rate = TSR)


Angka Keberhasilan Pengobatan adalah angka yang menunjukkan
prosentase pasien baru TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis yang
menyelesaikan pengobatan (baik yang sembuh maupun pengobatan
lengkap) diantara pasien baru TB paru Terkonfirmasi Bakteriologis yang
tercatat. Dengan demikian angka ini merupakan penjumlahan dari angka
kesembuhan dan angka pengobatan lengkap.

8. Apa tugas PMO? Materi penyuluhan apa saja yang harus diketahui oleh PMO?
Pengawasan langsung menelan obat (DOT = Directly Observed Treatment)
Paduan pengobatan yang dianjurkan dalam buku pedoman ini akan menyembuhkan
sebagian besar pasien TB baru tanpa memicu munculnya kuman resistan obat. Untuk
tercapainya hal tersebut, sangat penting dipastikan bahwa pasien menelan seluruh obat yang
diberikan sesuai anjuran dengan cara pengawasan langsung oleh seorang PMO (Pengawas
Menelan Obat) agar mencegah terjadinya resistensi obat. Pilihan tempat pemberian
pengobatan sebaiknya disepakati bersama pasien agar dapat memberika kenyamanan.Pasien
bisa memilih datang ke fasyankes terdekat dengan kediaman pasien atau PMO datang
berkunjung kerumah pasien. Apabila tidak ada faktor penyulit, pengobatan dapat diberikan
secara rawat jalan.
Tugas seorang PMO:
a) Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan.
b) Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur.
c) Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan.
d) Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai
gejala-gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit
Pelayanan Kesehatan.
Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil
obat dari unit pelayanan kesehatan.

Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada


pasien dan keluarganya:
a) TB disebabkan kuman, bukan penyakit keturunan atau kutukan
b) TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur
c) Cara penularan TB, gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya
d) Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan)
e) Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur
f) Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta
pertolongan ke fasyankes.

9. Jelaskan pemantauan sputum pengobatan OAT kategori I dan II!

Tipe pasien Tahap Hasil periksa Tindak lanjut


pengobatan dahak
Pasien baru Pada akhir Negatif Pengobatan dilanjutkan
dengan Bln ke 5 Positif Pengobatan diganti dgn
pengobatan pengobatan OAT kategori 2 mulai dari
Kategori I awal, jika mungkin biakan,
tes resistensi
Akhir Negatif Lanjutkan pengobatan, jika
pengobatan mungkin biakan, tes
resistensi
(AP) Positif Jika mungkin rujuk ke TB
MDR

Tipe pasien Tahap Hasil periksa Tindak lanjut


pengobatan dahak
Pasien paru Akhir intensif Negatif Pengobatan diselesaikan
BTA positif Bln ke 5 Positif Pengobatan dihentikan,
dengan pengobatan rujuk ke layanan TB MDR
pengobatan Akhir Negatif Pengobatan diselesaikan
ulang kategori 2 pengobatan
(AP) Positif Pengobatan dihentikan,
rujuk ke layanan TB MDR.
Pengobatan dihentikan,
rujuk ke TB MDR, idem

10. ISTC memiliki berapa unsur/standart? Apa saja kategori standardnya?

ISTC memiliki 21 standart pengobatan. Kategorinya:


i. Standart untuk diagnosis (standart 1-6)
ii. Standart untuk pengobatan (standart 7-13)
iii. Standart unutk penanganan TB dengan infeksi HIV dan kondisi komorbid lain
(standart 14-17)
iv. Standar untuk pelayanan kesehatan masyarakat (standart 18-21)

Anda mungkin juga menyukai