Anda di halaman 1dari 6

Ayu Fibramantya Adi

I0213018

Arsitektur

IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM

1. Pengertian IPTEK dan SENI

Berdasarkan sudut pandang filsafat ilmu, pengetahuan dan ilmu pengetahuan mempunyai
makna yang berbeda. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui
pancaindra. Sedangkan ilmu adalah pengetahuan yang telah disusun, diklasifikasikan, dan
diverifikasi sehingga menghasilkan kebenaran objektif dan dapat diuji ulang secara ilmiah.
Dalam Al-Quran ilmu digunakan dalam proses pencapaian pengetahuan dan objek
pengetahuan sehingga memperoleh kejelasan.

Teknologi merupakan produk ilmu pengetahuan. Perbedaan ilmu pengetahuan dan teknologi
terletak pada sudut pandang budayanya karena teknologi termasuk salah satu unsur budaya
dan hasil dari penerapan praktis ilmu pengetahuan. Sebuah teknologi dapat berdampak
negatif berupa ketimpangan-ketimpangan dalam kehidupan manusia dan lingkungannya yang
berakibat kehancuran alam semesta jika kita atau seorang ilmuan tidak menerapkannya secara
fungsional. Sedangkan dampak positifnya berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi manusia.

Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan segala prosesnya, seni juga
merupakan ekspresi jiwa seseorang kemudian hasil ekspresi jiwa tersebut dapat berkembang
menjadi bagian dari budaya manusia, karena seni itu diidentik dengan keindahan, keindahan
yang hakiki identik dengan kebenaran. Keduanya memiliki nilai yang sama yaitu keabadian.

Benda-benda yang diolah secara kreatif oleh tangan-tangan halus sehingga muncul
sifat-sifat keindahan dalam pandangan manusia secara umum, itulah sebagai karya seni. Seni
yang lepas dari nilai-nilai ketuhanan tidak akan abadi karena ukurannya adalah nafsu bukan
akal dan budi. Seni mempunyai daya tarik yang selalu bertambah bagi orang-orang yang
kematangan jiwanya terus bertambah.
Islam sebagai agama yang mengandung aturan, moral, aqidah dan syariah, senantiasa
mengukur sesuatu (benda-benda, karya seni, aktivitas) dengan pertimbangan-pertimbangan
ketiga aspek tersebut. Oleh karena itu, seni yang bertentangan atau merusak moral, akidah
dan

syariat, tidak akan diakui sebagai sesuatu yang bernilai seni. Dengan demikian, semboyan
seni untuk seni tidak dapat diterima dalam islam.

2. Syarat-syarat Ilmu

Dari sudut pandang filsafat, ilmu lebih khusus dibandingkan dengan pengetahuan. Suatu
pengetahuan dapat dikategorikan sebagai ilmu apabila memenuhi tiga unsur pokok sebagai
berikut:

1) Ontologi artinya bidang studi yang bersangkutan memiliki obyek studi yang jelas. Obyek
studi harus dapat diidentfikasikan, dapat diberi batasan, dapat diuraikan, sifat-sifatnya yang
esensial. Obyek studi sebuah ilmu ada dua yaitu obyek material dan obyek formal.

2) Epistimologi artinya bidang studi yang bersangkutan memiliki metode kerja yang jelas.
Ada tiga metode kerja suatu bidang studi yaitu metode deduksi, induksi dan induksi.

3) Aksiologi artinya bidang studi yang bersangkutan memiliki nilai guna atau
kemanfaatannya. Bidang studi tersebut dapat menunjukkan nilai-nilai teoritis, hukum-hukum,
generalisasi, kecenderungan umum, konsep-konsep dan kesimpulan-kesimpulan logis,
sistematis dan koheren. Dalam teori dan konsep terseubut tidak terdapat kerancuan atau
kesemerawutan pikiran, atau penetangan kondtradiktif diantara satu sama lainnya.

3. Sumber Ilmu Pengetahuan

Dalam pemikiran Islam ada dua sumber ilmu yaitu akal dan wahyu. Keduanya tidak boleh
dipertentangkan, karena manusia diberi kebebasan dalam mengembangkan akal budinya
berdasarkan tuntutan al-Quran dan sunnah rasul. Atas dasar itu, ilmu dalam pemikiran Islam
ada yang bersifat abadi (perennial knowledge) dan tingkat kebenarannya bersifat mutlak
(absolute) karena bersumber dari wahyu Allah dan ilmu yang bersifat perolehan (aquired
knowledge) tingkat kebenarannya bersifat nisbi (relative) karena bersumber dari akal pikiran
manusia.
Maka dari itu tidak ada istilah final dalam suatu produk ilmu pengetahuan, sehingga setiap
saat selalu terbuka kesempatan untuk melakukan kjian ulang atau perbaikan kembali. Kedua
sumber ilmu tadi akan dijelaskan sebagai berikut:

1) Sumber ilmu dari Allah SWT atau Wahyu

Ilmu yang bersumber pada agama atau Allah SWT diturunkan kepada manusia melalui para
Rasul-Rasul Allah, berupa wahyu Allah yang diabadikan dalam kitab suci masing-masing
diantaranya:

a. Zabur (mazmur), kitab Nabi Daud as.

b. Taurat (thorah), kitab Nabi Musa as.

c. Injil, kitab Nabi Isa al-masih as.

d. Al-Quranul karim, kitab Nabi Muhammad SAW.

2) Sumber ilmu dari akal atau Filsafat

Semua ilmu pengetahuan yang kita kenal sekarang ini bersumber dari Filsafat (Philosophia),
yang dianggap sebagai induk dari segala ilmu pengetahuan. Filsafat pada masa itu mencakup
pula segala pemikiran mengenai masyarakat. Lama-kelamaan sejalan dengan perkembangan
zaman dan tumbuhnya peradaban manusia, berbagai ilmu pengetahuan yang semula
tergabung dalam filsafat, memisahkan diri dan berkembang mengejar tujuan masing-masing.
Dalam islam kita juga mengenal banyak ilmuwan-ilmuwan atau para filosof misalnya, Imam
Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi'i, dan Imam Hambali adalah tokoh islam dalam bidang
ilmu fiqih, Abu Hasan Al Asy'ari adalah tokoh ilmuwan muslim di bidang ilmu tauhid, Imam
Ghazali adalah tokoh yang terkenal dalam bidang ilmu tafsir, ilmu fiqih, ilmu filsafat, dan
ilmu akhlak, Ibnu Sina adalah tokoh dalam bidang kedokteran dan filsafat, Al Biruni adalah
ahli dalam ilmu fisika dan ilmu astronomi, Jabir ibn Hayyan adalah ahli kimia dari kalangan
kaum muslimin, Al Khawarizmi di bidang matematika dan Al Mas'udi yang terkenal sebagai
ahli geografi serta sejarah.

Dari berbagai ragam ilmu pengetahuan yang berinduk dari filsafat tersebut pada garis
besarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu:

a. Ilmu-ilmu Alamiah (Natural Sciences), yang meliputi fisika, kimia, astronomi, biologi,
botani dan sebagainya.
b. Ilmu-ilmu Sosial (Social Sciences), yang terdiri dari sosiologi, antropologi, psikologi,
ekonomi, politik, sejarah, hukum dan sebagainya.

c. Ilmu-ilmu budaya (Humanities), yang terdiri dari cinta kasih, agama, ilmu, budaya,
kesenian, bahasa, kesusastraan dan sebagainya.

4. Integrasi Iman, Ipteks dan Amal

Dalam pandangan Islam, agama, ilmu pengetahuan, teknologi dan senimempunyai hubungan
yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi dalam suatu sistem Dienul Islam (agama islam).
Dalam Al-Quran surat Ibrahim: 24-25, Allah telah memberian ilustrasi indah tentang integrasi
antara iman, ilmu dan amal. Unsur tersebut mengumpamakan bangunan Islam seperti
sebatang pohon yang kokoh. Iman diidentikkan dengan akar dari sebuah pohon yang
menopang tegaknya ajaran Islam. Ilmu diidentikkan dengan batang pohon yang
mengeluarkan cabang-cabang ilmu pengetahuan. Sedangkan teknologi dan seni ibarat buah
dari pohon itu. Pengembangan IPTEKS yang terlepas dari keimanan dan ketakwaan tidak
akan menghasilkan manfaat bagi umat manusia dan alam lingkungannya bahkan menjadi
malapetaka bagi kehidupannya sendiri. Ilmu-ilmu yang dikembangkan atas dasar keimanan
dan ketakwaan kepada Allah akan memberikan jaminan kemanfaatan bagi kehidupan umat
manusia termasuk bagi lingkungannya serta mencerminkan suatu ibadah dalam prektiknya.
Semua satu kesatuan tersebut tidak lepas dari sumber-sumber kebenaran ilmiah dimana ada
sebuah keterkaitan Al-Quran dan Alam Semesta.

5. Batasan pengembangan IPTEKS dalam islam

a. Al-Quran

b. Hadist

c. Ijtihad

Orang yang melakukan ijtihadnya dengan benar (para mujtahid) akan mendapat dua pahala.

Seni akan menjadi haram jika:

a. Seni suara dan seni musik (membuat orang lupa akan Allah), Al-Khamr (minuman arak) ,
dan al-qainat (penyanyi cabul).
b. Seni rupa (gambar, terutama patung), yang ada hubungannya dengan jiwa kemusyrikan
dan penyembahan berhala. Pelukisan Tuhan merupakan menyekutukanNya sehingga itu
merupakan kesenian yang diharamkan.

6. Keutamaan Orang Berilmu dan Beramal

Perbuatan baik seseorang tidak akan bernilai amal shaleh apabila perbuatan tersebut tidak
dibangun atas nilai-nilai iman dan ilmu yang benar. Sama halnya dengan perkembangan
IPTEKS yang lepas dari keimanan dan ketakwaan tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan
menghasilkan kemaslahatan bagi umat manusia dan alam lingkungannya. Manusia sebagai
makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, kesempurnaannya karena dibekali seperangkat
potensi. Potensi yang paling utama adalah akal. Dan akal tersebut berfungsi untuk berpikir
hasil pemikirannya adalah ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

Ilmu-ilmu yang dikembangkan atas dasar keimanan dan ketakwaan pada Allah SWT, akan
memberikan jaminan kemaslahatan bagi kehidupan umat manusia termasuk bagi
lingkungannya. Allah berjanji dalam Q.S 58(Al-Mujadalah):11:

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang
diberi ilmu beberapa derajat. (QS. Al-Mujadilah: 11)

Menurut Al-Gazhali bahwa makhluk yang paling mulia adalah manusia, sedangkan sesuatu
yang paling mulia pada diri manusia adalah hatinya, tugas utama pendidik adalah
menyempurnakannya, membersihkan dan mengiringi peserta didik agar hatinya selalu dekat
kepada Allah swt, melalui perkembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, para pendidik
akan selalu dikenang oleh anak didiknya. Kemudian al-Gazhali memberikan argumentasi
yang kuat, baik berdasarkan al-Quran as Sunnah, maupun argumentasi secara rasional.
Sehingga kita dapat mengatakan bahwa mengajarkan ilmu bukan hanya termasuk aspek
ibadah kepada Allah swt, melainkan juga termasuk khalifah Allah swt, karena hati orang alim
telah dibukakan oleh Allah SWT.

Keutamaan orang yang berilmu menurut Al-Ghazali :

- Bagaikan matahari, selain menerangi dirinya juga penerang orang lain.


- Bagaikan minyak kasturi yang selalu menyebarkan keharuman bagi orang yang
berpapasan dengannya.

7. Tanggung jawab Ilmuwan Terhadap Lingkungan

Pada hakikatnya manusia dan alam itu satu, dan berada dibawah hokum serta aturan yang
satu yaitu hukum alam. Kemudian gunung, daratan, padang pasir, sungai, hutan, danau,
semuanya itu hanyalah bagian dari alam saja. Ketika manusia berbuat baik terhadap
lingkungannya berarti baik pula terhadap dirinya sendiri, dan sebaliknya. Para ilmuan tidak
hanya memegang tanggungjawab terhadap permasalahan sosial namun juga tanggung jawab
terhadap lingkungan sekitar. Dalam dimensi etis atau religious seorang ilmuan hendaknya
tidak melanggar kepatutan berdasarkan keilmuan yang ditekuninya. Karena tanggung jawab
ilmuwan merupakan ikhtiar mulia sehingga seorang ilmuwan tidak mudah tergoda, apalagi
tergelincir untuk menyalahgunakan ilmu yang dapat merusak kehidupan alam.

Allah memberikan kita alam dengan potensi yang melimpah yang bisakita pakai untuk
kebutuhan rohani, kebutuhan lahiriah namun di sisi lain Allah juga memerintahkan kita untuk
mengembangkannya, tetap menjaga eksistensinya guna memenuhi kebutuhan anak cucu kita
selanjutnya. Mengabdi kepada AllahSWT dapat dilakukan beberapa cara, yaitu:

a. Mengabdi langsung kepada Allah (vertikal)

b. Menjaga hubungan sesama manusia (horizontal)

c. Dan hubungan kita dengan alam sekitar (diagonal).

Ada dua fungsi utama manusia di dunia, yaitu sebagai abdun (hamba Allah) dan khalifah fil
ardhi. Essensi dari abdun adalah ketaatan kepada Allah, dan essensi khalifah adalah tanggung
jawab terhadap diri sendiri dan alam lingkungannya. Manusia sebagai khalifah bertanggung
jawab untuk menjaga keseimbangan alam dan lingkungannya, mengeksplorasi sumberdaya
alam untuk sesuatu yang bermanfaat. Oleh karena itu, tanggung jawab kekhalifahan banyak
bertumpu pada ilmuwan dan para intelektual yang mampu memanfaatkan sumber daya alam
ini.

Anda mungkin juga menyukai