Anda di halaman 1dari 6

MESIN EKONOMI KOTA

Oleh : Muhammad Yamin Abduh*

Musim penerimaan calon mahasiswa baru telah tiba. Berdasarkan data


calon mahasiswa yang mendaftar pada seleksi nasional mahasiswa
perguruan tinggi negeri (SNMPTN) lima tahun terakhir mengalami
peningkatan; pada tahun 2010 sebanyak 447.107, tahun 2011 sebanyak
540.928 peserta, tahun 2012 sebanyak 618.804 orang, tahun 2013
sebanyak 765.531, tahun 2014 sebanyak 777.357, dan tahun 2015
sebanyak 852.093 peserta. Angka-angka ini belum termasuk yang
mendaftar ke perguruan tinggi swasta yang tersebar di seluruh
kabupaten/kota yang memiliki perguruan tinggi. Data ini mengkonfirmasi
betapa tingginya animo masyarakat untuk memasukkan putera-puteri
mereka mengenyam pendidikan tinggi.

Dari sejumlah calon mahasiswa tersebut, Unsyiah diperkirakan memperoleh


sekitar 1-3% pendaftar. Contohnya di tahun 2015 lalu, calon mahasiswa
yang mendaftar di Unsyiah melalui SMPTN sebesar 22.871 dari 852.093
peserta nasional. Demikian juga UIN Ar-Ranniry melalui jalur UMPTKIN
memperoleh rata-rata jumlah pendaftar yang hampir sama. Disamping
perguruan tinggi negeri tersebut, tentu juga diikuti oleh keberadaan
perguruan tinggi swasta yang berada di tengah-tengah Kota Banda Aceh
dan menjadi perguruan tinggi swasta yang diunggulkan seperti Universitas
Muhammadiyah Aceh (UNMUHA), Serambi Mekkah, Ubudiyah, dll.

Banda Aceh, sebagai ibu kota provinsi menjadi tempat yang paling favorit
bagi calon mahasiswa yang ingin melanjutkan studi, bukan saja dari daerah-
daerah di Aceh, tetapi masyarakat luar Aceh juga sudah mulai melirik Banda
Aceh sebagai kota destinasi tempat pendidikan mereka. Alasannya sangat
simple, biaya pendidikan lebih murah dibandingkan dengan perguruan
tinggi lain di luar Aceh, selain itu, nama Aceh menjadi nilai tawar tersendiri
bagi masyarakat luar Aceh karena keunikannya. Muncul pertanyaan yang
menarik untuk dikaji, apakah ada pengaruh keberadaan mahasiswa tersebut
terhadap geliat ekonomi kota Banda Aceh? Dan bagaimana upaya yang
mungkin dilakukan untuk mengapresiasi keberadaan mahasiswa tersebut,
khususnya pemerintah kota Banda Aceh? Tulisan ini mencoba melihat salah
satu sisi unik dari mesin ekonomi yang bernama mahasiswa.

Jumlah Mahasiswa

Aceh setidaknya memiliki 11 perguruan tinggi negeri dan 114 perguruan


tinggi swasta yang terdaftar di Kopertis wilayah XIII Aceh yang terdiri dari 11
Universitas, 47 Sekolah Tinggi, 53 Akademi, dan 3 Politeknik. Dua PTN dan
46 PTS (40,35%) berada di Kota Banda Aceh, selebihnya tersebar di
beberapa kabupaten/ kota di Aceh. Dari sejumalh PTN dan PTS yang berada
di Kota Banda Aceh akumulasi jumlah mahasiswa seluruhnya mencapai
60.838 orang, atau 26,62% dari jumlah penduduk Kota Banda Aceh. Data ini
baru merupakan data di tahun 2011. Sedangkan jumlah mahasiswa yang
mendaftar kuliah ke Banda Aceh dari tahun ke tahun terus mengalami
peningkatan.

Bandingkan dengan jumlah wisatawan nusantara dan mancanegara yang


datang ke Banda Aceh dalam setahun, berdasarkan data BPS Kota Banda
Aceh, pada tahun 2014 jumlah wisatawan nusantara dan mancanegara yang
berkunjung ke Aceh sebanyak 236.042 pengunjung, jika dirata-rata
jumlahnya menjadi 19.670 pengunjung, hanya 32% dari jumlah mahasiswa
yang datang dari luar kota Banda Aceh yang diasumsikan 50% dari jumlah
mahasiswa keseluruhan.

Penggerak Ekonomi Kota


Jika diasumsikan jumlah mahasiwa di Aceh konstan saja sejak tahun 2011
tersebut, maka jumlah ini merupakan angka yang sangat fantastis. Dan jika
diasumsikan 50% dari 60.838 mahasiswa tersebut adalah mahasiswa yang
berasal dari daerah luar Kota Banda Aceh, maka dapat disimpulkan bahwa
ada sejumlah 30.419 mahasiswa yang menjadi waga muhajirin di Kota
Banda Aceh. Ini artinya, bahwa seluruh mahasiswa tersebut akan menerima
kiriman uang dari masing-masing orang tua/ keluarga mereka di daerah-
daerah.

Beberapa mahasiswa yang penulis tanya mengenai jumlah kiriman orang


tua mereka, diperoleh interval angka kiriman dari orang tua mereka antara
1 2 juta rupiah per mahasiswa, beberapa di antaranya ada yang 3 juta di
luar SPP. Dengan mengambil angka rata-rata dari nominal yang kecil saja,
1,5juta perbulan dikalikan dengan jumlah mahasiswa tersebut akan
menghasilkan angka sebesar Rp. 45,6 milyar. Orang tua dan keluarga
mahasiswa di desa-desa di seluruh Aceh dengan menjual tanah, sawah,
hewan ternak, emas perhiasan, hasil tani, kebun dan seluruh sumber
ekonomi yang mereka miliki, bahkan dengan berhutang berupaya
memperoleh uang untuk dikirimkan ke putera-puteri mereka di Kota Banda
Aceh.

Uang-uang yang berada di tangan mahasiswa ini sangat liquid dalam


pengertian tingkat kecairannya untuk beredar di masyarakat sangat bahkan
super cepat karena uang tersebut memang digunakan untuk kebutuhan
sehari-hari mahasiswa yang tak dapat ditunda. Berbeda dengan uang gaji
PNS yang selama ini menjadi andalan sebagai sumber peredaran uang di
masyarakat, harus diakui, gaji PNS harus mengendap karena nyaris seluruh
SK PNS telah diagunkan ke bank untuk kebutuhan kredit perumahan dan
barang-barang sekunder lainya sehingga setiap tanggal jatuh tempo gajian,
otomatis gaji dipotong dan tidak dikirim ke PNS. Uang-uang yang berada di
berbagai bank tersebut memiliki durasi yang cukup lama mengendap dan
peredarannya tertunda, bahkan memungkinkan beredar di luar wilayah
Aceh untuk kepentingan bisnis perbankan.

Ramainya pengunjung warung kopi di Banda Aceh merupakan salah satu


fenomena yang muncul dari dampak peredaran uang-uang mahasiswa
tersebut, sekaligus dapat menjawab pertanyaan masyarakat selama ini,
dimana saat kondisi pertumbuhan ekonomi Aceh yang rendah pada setiap
periode, baik triwulanan, maupun year on year, bahkan Aceh menempati
urutan paling buruk dan juga paling kecil kontribusinya terhadap
pertumbuhan di kawasan regional Sumatera, tetapi kota Banda Aceh tetap
terlihat menggeliat, khususnya di kafe-kafe dan kuliner yang pelanggannya
kebanyakan dari kalangan mahasiswa. Paling sedikit 45 milyar lebih uang
yang dikirim masyarakat desa dari tangan-tangan orang tua mahasiswa ini
lah yang berperan sebagai gear menggerakkan roda ekonomi kelas
menengah ke bawah di kota Banda Aceh melalui aktifitas 170 kategori Kedai
Kopi, 92 Warung Kopi, dan 37 Kafe. Setiap bulan selalu ada jumlah uang
yang hampir sama berpindah dari desa-desa di seluruh Aceh menuju kota
Banda Aceh. Saat liburan panjang tiba, warung-warung kopi ini semua
kembali sepi, mereka berhibernasi menunggu tombol mesin ekonomi
diaktifkan oleh mahasiswa yang datang membawa sejumlah uang.

Peran Pemerintah Kota

Selain sibuk dengan agenda pemerintah yang menggaungkan wisata syariah guna
menggenjot peningkatan jumlah wisatawan yang datang ke kota Banda Aceh, sudah
sewajarnya pemerintah kota Banda Aceh memberikan atensi yang lebih terhadap
fenomena mesin ekonomi mahasiswa ini. Keberadaan perguruan tinggi di Kota Banda
Aceh harus didukung dengan berbagai upaya, berperan aktif meningkatkan kualitas
perguruan tinggi melalui kebijakan-kebijakan yang mendorong ke arah tersebut.
Beberapa hal yang dapat dilakukan diantaranya; Memanjakan mahasiswa dengan
berbagai aktifitas yang difasilitasi pemerintahan merupakan salah satu upaya yang baik,
seperti mengadakan kompetisi-kompetisi keilmuan, memfasilitasi pengadaan peralatan
dan perlengkapan penunjang bagi mahasiswa yang mampu menunjukkan skill
enterpreneurship, dan segala aktifitas yang dapat memotivasi mereka untuk
menciptakan suatu aktifitas perekonomian yang mendorong pertumbuhan ekonomi di
wilayah kota Banda Aceh. Upaya-upaya ini diharapkan dapat membuat peta alokasi
sumber daya manusia yang tidak hanya fokus pada bidang-bidang hukum dan politik
yang sebagian besar juga dijadikan sebagai penopang ekonomi rumah tangga.

Masa-masa liburan, apalagi libur panjang, kota Banda Aceh terlihat sepi dari aktifitas
perekonomian, selain tidak adanya kegiatan ekonomi dari aktifitas industri, dapat
dipastikan mahasiswa luar kota Banda Aceh juga pulang ke kampung mereka, bukan
saja mahasiswa, masyarakat yang bukan mahasiswa juga akan pulang ke kampung.
Pada saat itu pemerintah dapat mengupayakan gebyar aktifitas secara massif melalui
kolaborasi dengan berbagai perguruan tinggi di Kota Banda Aceh dalam bentuk
kompetisi yang mengundang sejumlah utusan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi
diluar Aceh, setiap perguruan tinggi dilibatkan dan diberi peran berbeda. Setiap
perguruan tinggi yang diberi peran akan mengundang peserta dari relasi mereka masing-
masing dari luar untuk hadir ke Banda Aceh dengan membawa sejumlah uang yang
akan beredar selama liburan. Setidaknya, dapat menggantikan peran mahasiswa yang
sedang berlibur untuk sementara hingga liburan usai.

Kehadiran wisatawan memang penting, tetapi keberadaan mahasiswa tidak dapat


diabaikan karena kontribusi mahasiswa sangat besar dan berdurasi lama. Lima tahun
kuliah, seusia dengan periode kepemimpinan dalam pemerintahan.

*) Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Aceh


Email : myaminabduh@gmail.com

Published :

- http://aceh.tribunnews.com/2016/06/01/mesin-ekonomi-kota
- http://news.babe.co.id/6889715
-

Anda mungkin juga menyukai