Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS RASIO

Secara umum, analisis laporan keuangan dilakukan untuk mengetahui :


1. Kinerja keuangan Perseroan
2. Kondisi keuangan Perseroan
3. Pertumbuhan Perseroan

Sebelum dilakukan analisis laporan keuangan lebih lanjut, penulis akan mencoba
menjelaskan mengapa berbagai rasio digunakan dalam hal ini dengan mengungkapkan
bagaimana tingkat kepentingan berbagai rasio tersebut digunakan.

Pentingnya dilakukan analisis kredit, analisis solvabilitas, dan analisis profitabilitas


Perseroan secara umum
Analisis Kredit
Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan Perseroan untuk memenuhi kewajiban
finansial yang berjangka pendek tepat pada waktunya. Semakin besar current ratio, maka
Perseroan tersebut semakin likuid dan mempunyai kemudahan dalam melunasi kewajiban jangka
pendeknya. Quick (acid test) ratio hanya memasukkan current asset yang sifatnya sangat likuid
(mudah dicairkan atau menjadi kas dengan cepat serta mudah). Persediaan tidak dimasukkan ke
dalam rasio ini karena sifatnya yang kurang likuid (masih harus melalui serangkaian proses
penjualan dan pendistribusian sebelum akhirnya bisa menjadi aset yang lebih likuid). Waktu
penagihan adalah waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan atau menagih hutang. Semakin
kecil waktu penagihannya, maka hal tersebut akan menjadi semakin baik karena berarti
Perseroan memantau betul siapa yang menjadi pelanggannya dan akan menjadikan hari
penagihan hutang dalam 1 tahun tidak begitu lama (menghindari kredit macet). Jumlah hari
untuk menjual persediaan akan semakin baik apabila semakin kecil karena hal tersebut dapat
menunjukkan perputaran persediaan yang baik (persediaan tidak akan menumpuk lama di
gudang).
Analisis solvabilitas
Analisis ini secara umum akan menunjukkan sejauh mana Perseroan menggunakan
pinjaman serta kemampuannya membayar bunga dan angsuran untuk memperoleh penjualan.
Analisis pertama yang digunakan adalah total utang terhadap ekuitas dan utang jangka
panjang terhadap ekuitas. Keduanya jika semakin kecil, maka akan menunjukkan kondisi
Perseroan yang semakin baik karena utang yang semakin kecil menunjukkan bahwa porsi dari
passiva dalam balance sheet banyak dikuasai oleh ekuitas dan bukannya utang. Semakin banyak
ekuitas artinya kondisi Perseroan semakin sehat dan akan mampu melakukan ekspansi serta tidak
memiliki banyak ketergantungan kepada kreditur. Kelipatan bunga dihasilkan (times interest
earned ratio) yaitu rasio antara laba Perseroan sebelum bunga dengan pembayaran bunga.

9
Semakin besar rasio ini, maka akan semakin baik; karena Perseroan harus memiliki kemampuan
untuk memenuhi komitmen bunga sebagai beban tetapnya.
Analisis profitabilitas
Rasio profitabilitas pada dasarnya menunjukkan sejauh mana kemampuan Perseroan
dalam menghasilkan laba.
Analisis pertama adalah dari segi tingkat pengembalian investasi (Return on Investment)
yang dimiliki oleh Perseroan. Semakin besar ROI, maka Perseroan akan semakin baik karena
para investor tidak perlu takut investasinya tidak akan menghasilkan keuntungan (atau istilah
sederhananya adalah balik modal). ROI yang besar menunjukkan bahwa Perseroan dapat
mengelola pendanaan dengan baik untuk menghasilkan laba yang diinginkan oleh pemegang
saham.
Analisis kedua adalah kinerja operasi yang mengaitkan pos laporan laba rugi dengan
penjualan (rasio ini lebih sering disebut margin laba). Rasio ini sebanding dengan hasil analisis
laporan laba rugi common size. Semakin besar rasio yang terdapat dalam kinerja operasi, maka
hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan Perseroan untuk menghasilkan laba dari
penjualannya adalah semakin baik; namun hal ini tetap tergantung apakah dilihat dari laba kotor,
laba operasi, atau laba bersih. Pengendalian tingkat harga di mana dengan harga tersebut
Perseroan dapat memperoleh keuntungan akan mendorong Perseroan untuk melakukan
peningkatan dari tahun ke tahun atau setidaknya menghindari dari penurunan laba yang berarti.
Analisis ketiga adalah pemanfaatan aset yaitu mengaitkan penjualan dengan berbagai
kategori aset. Semakin besar rasio dalam kategori pemanfaatan aset, maka akan semakin baik hal
tersebut untuk Perseroan . Hal tersebut menunjukkan bahwa aset didayagunakan untuk hal hal
yang memang bisa menghasilkan manfaat bagi Perseroan.

ANALISIS PT. ASAHIMAS FLAT GLASS TBK


(apabila tidak ada keterangan satuan pada angka, maka dinyatakan dalam jutaan rupiah)

TAHUN 2012
Analisis Rasio Tahun 2012
Harga terhadap nilai buku meningkat 26,72% karena harga pasar saham mengalami
peningkatan di akhir kuartal akibat tingginya pertumbuhan sektor properti dan otomotif yang
menjadi fokus Perseroan. Permintaan di kedua bidang tersebut meningkat dengan cukup pesat
(untuk otomotif permintaannya menjadi 1 juta unit lebih, di luar prediksi Perseroan). Hal tersebut
disambut positif dengan penutupan harga saham yang tinggi.

Analisis Common Size Tahun 2012


Utang usaha pada pihak berelasi menurun sebsar 38,1% dibandingkan tahun 2011 karena
ada penurunan utang yang sangat signifikan kepada Asahi Glass Co., Ltd, Jepang sebesar (Rp
33,027 milyar) atau 90,16% dibandingkan tahun 2011. Penurunan tersebut diimbangi dengan
kenaikan utang pada AGC Technology Solution, Jepang sebesar (Rp 11,122 milyar) atau

10
meningkat sebesar 168,74% dibandingkan tahun sebelumnya. Perseroan mulai mengembangkan
sendiri komponen yang dibeli dari PT. Asahi Glass.
Utang pajak penghasilan meningkat sebesar 99,69% karena adanya peningkatan PPh
pasal 29 sebesar Rp 10,718 milyar. PPh pasal 25 cenderung tetap dan stabil.
Utang pajak lainnya menurun sebesar 23,75% (Rp 1,866 milyar) karena adanya
penurunan PPh pasal 21 sebesar Rp 1,449 milyar karena adanya penurunan jumlah pegawai
akibat peningkatan penggunaan mesin oleh PT AMFG.
Laba bruto turun sebesar Rp 65 milyar karena naiknya harga gas alam sebesar 35%.
Kenaikan harga gas alam yang merupakan salah satu bahan baku utama dan juga penurunan
kinerja unit usaha kaca lembaran menyebabkan laba bruto turun. Perseroan tidak dapat langsung
menaikkan harga karena barang yang dibuat dari gas alam baru akan dijual di tahun berikutnya
(sebagian besar).
Penjualan bersih meningkat karena kontribusi penjualan kaca otomotif sebesar 25% (dari
894.164 unit menjadi 1.116.230 unit). Angka menembus 1 juta memberikan harapan kepada
Perseroan untuk semakin masuk ke dalam industri otomotif nasional. Meningkatnya penjualan
mobil juga turut mendukung hal tersebut.
Dengan jumlah pengiriman dan pengangkutan yang meningkat 10,23% , beban akibat
kaca pecah dan koreksi persediaan sebaliknya menurun sebesar (52,85%). Hal ini menunjukkan
kemajuan dalam hal ekspedisi Perseroan yang turut memberikan sumbangsih keuntungan bagi
Perseroan sekaligus peningkatan kepuasan bagi pelanggan.

TAHUN 2011
Analisis Rasio Tahun 2011
Perputaran kas
Penjualan bersih meningkat sebesar 7,01% dari 2.426.138 di tahun sebelumnya menjadi
2.596.271 karena Perseroan dalam menjalankan usahanya telah menerapkan prinsip tata kelola
Perseroan yang baik. Kenaikan tersebut juga terutama berasal dari meningkatnya penjualan
domestik Perseroan pada tahun 2011 yang mencapai Rp 1,58 triliun atau meningkat Rp 183
milyar dibandingkan dengan tahun 2010 yang hanya mencatat nilai penjualan domestik sebesar
Rp 1,40 triliun.
Kas dan setara kas meningkat sebesar 8,45% dari 541.102 di tahun sebelumnya menjadi
586.851. kenaikan tersebut semata-mata terjadi karena adanya peningkatan penjualan Perseroan
di tahun 2011.

Perputaran piutang usaha

Penjualan bersih meningkat sebesar 7,01% dari 2.426.138 di tahun sebelumnya menjadi
2.596.271 karena Perseroan dalam menjalankan usahanya telah menerapkan prinsip tata kelola
Perseroan yang baik. Kenaikan tersebut juga terutama berasal dari meningkatnya penjualan
domestik Perseroan pada tahun 2011 yang mencapai Rp 1,58 triliun atau meningkat Rp 183
milyar dibandingkan dengan tahun 2010 yang hanya mencatat nilai penjualan domestik sebesar

11
Rp 1,40 triliun. Piutang usaha kepada pihak ketiga meningkat sebesar 22,33% dari Rp 63,135
milyar di tahun sebelumnya menjadi Rp 77,271 milyar karena adanya pembelian tanah sebesar
Rp 69,5 milyar. Piutang usaha kepada pihak berelasi meningkat sebesar 11,48% dari Rp 161,197
milyar menjadi Rp 179,708 milyar. Kenaikan piutang usaha tersebut semata-mata terjadi karena
adanya peningkatan penjualan Perseroan di tahun 2011.

Perputaran modal kerja

Penjualan bersih meningkat sebesar 7,01% dari Rp 2.426,138 milyar di tahun sebelumnya
menjadi Rp 2.596,271 milyar karena Perseroan dalam menjalankan usahanya telah menerapkan
prinsip tata kelola Perseroan yang baik. Kenaikan tersebut juga terutama berasal dari
meningkatnya penjualan domestik Perseroan pada tahun 2011 yang mencapai Rp 1,58 triliun
atau meningkat Rp 183 milyar dibandingkan dengan tahun 2010 yang hanya mencatat nilai
penjualan domestik sebesar Rp 1,40 triliun.
Modal kerja meningkat sebesar 19,05% dari Rp 957,858 milyar (1.283.712-325.854) di
tahun sebelumnya menjadi Rp 1.140,293 milyar (1.473.425-333.132). Kenaikan aset lancar
terjadi karena adanya peningkatan penjualan Perseroan di tahun 2011 sementara kenaikan
liabilitas lancar berasal dari naiknya hutang usaha sebesar Rp31 miliar , beban akrual naik
sebesar Rp 5 milyar, hutang pajak turun sebesar Rp 28 milyar.

Analisis Common Size Tahun 2011


Aset tidak lancar lain-lain

Aset tidak lancar mengalami kenaikan sebesar 37,10 % dari 18.564 di tahun sebelumnya
menjadi 25.452, kenaikan ini terjadi karena piutang karyawan jangka panjang yg bertambah dari
8.500 menjadi 11.023, uang muka pembelian aset tetap bertambah sebesar 3.784, beban
ditangguhkan dan asset tak berwujud setelah dikurangi akumulasi amortisasi sebesar 14.611 juta
pada tahun 2011 (2010 : Rp 12.200 juta) bertambah dari 1.385 menjadi 2.792

Utang usaha kepada pihak berelasi

Utang usaha kepada pihak berelasi meningkat sebesar 45,44% dari Rp 53.364 di tahun
sebelumnya menjadi Rp 77.613 karena:

1. peningkatan utang usaha kepada AG Soda Corporation Amerika dari 18.980 menjadi 25.693
2. peningkatan utang usaha kepada Asahi glass co. ltd., jepang dari 9.085 menjadi 36.632
3. peningkatan utang usaha AGC Automotive Thailand co.ltd. Thailand dari 4.969 menjadi 6.526
4. peningkatan utang usaha kepada PT Saint Gobain Winter Diamas, Indonesia

Utang pajak penghasilan

Utang pajak penghasilan mengalami penurunan sebesar 77,03% dari 46.784 di tahun
sebelumnya menjadi10.748 karena pajak penghasilan pasal 29 menurun dari 30.340 menjadi
2.764

12
Utang pajak lainnya
Utang pajak lainnya mengalami peningkatan sebesar 7.857 karena :

1. pajak penghasilan pasal 21 meningkat dari5.669 menjadi 6.630

2. pajak penghasilan pasal 23 dan 26 meningkat dari 556 menjadi 1227

Pendapatan lainnya

Terjadi beban atas pendapatan lainnya sebesar 1.174 yang muncul akibatpenjualan asset
tetap sebesar 18.161.

TAHUN 2010
Analisis Rasio Tahun 2010
Rasio lancar

Rasio lancar di tahun 2010 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2009 sebesar
18% dikarenakan Perseroan mengalami peningkatan laba 391,84 % yang mengakibatkan aset
lancar Perseroan meningkat. Peningkatan aset lancar Perseroan ditahun 2010 yaitu 63,22 % lebih
besar dibandingkan peningkatan kewajiban lancar Perseroan ditahun tersebut yaitu 38,56%.

Rasio cepat

Rasio cepat ditahun 2010 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2009 sebesar 0,91
dikarenakan Perseroan mengalami peningkatan laba 391,84 % yang mengakibatkan piutang
Perseroan , surat berharga dan kas dan setara kas meningkat.

Jumlah hari untuk menjual persediaan

Jumlah hari untuk menjual persediaan di tahun 2010 mengalami kemajuan yang baik
dibandingkan tahun 2009 . ini diakibatkan perputaran persediaan yang dikonversikan melalui
oprasi kas lebih baik. Sehingga perputaran persediaan akan lebih cepat

Perputaran piutang

Perputaran piutang meningkat sebesar 7,9% dibandingkan 2009 , dikarenakan penjualan


yang turut meningkat sebesar 26,83% sehingga kebijakan akan transaksi secara kredit yang
dilakukan oleh pelanggan juga meningkat.

Perputaran modal kerja

Perputaran modal kerja tahun 2010 mengalami penurunan yang sangat signifikan sebesar
79,57% dibandingkan tahun 2009. Perputaran modal kerja yang rendah menunjukkan Perseroan
sedang kelebihan modal kerja. Sebaliknya perputaran modal kerja yang tinggi menunjukkan
perputaran piutang atau saldo kas yang terlalu kecil. Di tahun 2010, Perseroan sedang kelebihan
modal kerja.

13
Perputaran aset tetap

Perputaran aset tetap 2010 mengalami penurunan yang sebesar 36,23% dibandingkan
tahun 2009 ini diakibatkan Perseroan terlalu banyak berinvestasi berupa aset tetap. kemungkinan
terdapat kapasitas terlalu besar atau ada banyak aktiva tetap namun kurang bermanfaat, atau
mungkin disebabkan halhal lain seperti investasi pada aktiva tetap yang berlebihan dibandingkan
dengan nilai output yang akan diperoleh.

Analisis Common Size Tahun 2010

Kas dan setara kas

Persentase kas dan setara kas terhadap total aset mengalami kenaikan yang pesat
dibandingkan tahun tahun sebelumnya , dan menjadikan tahun yang paling likuid dengan
persentase kas dan setara kas sebesar 0,2281 terhadap total aset. Hal ini akan berpengaruh
terhadap posisi dan kinerja keuangan Perseroan di masa yang akan datang. Dari sisi laporan laba
rugi, secara absolut maupun relatif Perseroan mengalami peningkatan laba dari tahun 2009 ke
tahun 2010 sebesar 391,84% sehingga kas dan setara kas yang beredar meningkat. Struktur
modal dan pendanaan meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Pajak dibayar dimuka

Persentase pajak dibayar dimuka terhadap total aset ditahun 2010 adalah sebesar 0,0007
% . persentase tersebut lebih kecil dibandingkan tahun- tahun sebelumnya . Ini dikarenakan
tahun 2010 merupakan tahun pencapaian terbaik bagi Perseroan. Dimana Perseroan
mendapatkan hasil yang melampaui target penjualan Perseroan yaitu sebesar 10 % dari tahun
2010. Ini menyebabkan pajak dibayar dimuka oleh Perseroan terlampau kecil karena
beranggapan penjualan tidak akan meningkat lebih dari 10 %.

TAHUN 2009

Analisis Rasio Tahun 2009

Kinerja operasi
Margin laba operasi mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Ini dikarenakan
adanya penurunan permintaan produk kaca berkualitas tinggi baik untuk bahan baku kaca
otomotif maupun kaca reflektif. Pada tahun 2009 total volume Penjualan Unit Kaca Lembaran
mengalami penurunan sebesar 24.616 ton dibandingkan tahun 2008, sedangkan dari segi nilai
penjualan mengalami penurunan sebesar Rp 108 dibandingkan tahun 2008.
Pada tahun 2009 total volume Penjualan Unit Usaha Kaca Otomotif Perseroan
mengalami penurunan sebesar 10.872 ton atau menurun sebesar 36% dibandingkan tahun 2008,
sedangkan dari segi nilai penjualan mengalami penurunan sebesar Rp 214 miliar atau mengalami
penurunan sebesar 34% dibandingkan tahun 2008. Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya
kondisi pasar otomotif domestik, baik untuk pasar Original Equipment Manufacturing (OEM)

14
maupun Automotive Replacement Glass (ARG). Hal ini terlihat dari penjualan mobil di pasar
domestik pada tahun 2009 yang hanya mencatat penjualan sebesar 486.662 unit dibandingkan
dengan penjualan pada tahun 2008 sebesar 607.805 unit. Begitu juga dengan penjualan ekspor
Perseroan yang mengalami penurunan yang disebabkan oleh turunnya permintaan kaca otomotif.
Pada tahun 2009, Perseroan telah memenuhi permintaan kacaotomotif dari OEM untuk jenis
mobil baru seperti Honda Freed. Di samping tetap memenuhi permintaan kaca otomotif untuk
ARG. Perseroan juga terus memperkuat jaringan pemasaran dengan melakukan penambahan
sub-dealer baru pada kota-kota di Indonesia. Secara keseluruhan unit usaha kaca otomotif
Perseroan mencatat laba usaha sebesar Rp 14 miliar atau menurun Rp 45 miliar dibandingkan
tahun 2008 yang mencatat laba usaha sebesar Rp 59 miliar.
Pada tahun 2009 perincian laba Perseroan dibandingkan dengantahun 2008 adalah
sebagai berikut:
1. Laba kotor sebesar Rp 311 miliar atau mengalami penurunan sebesar 49%
2. Margin laba kotor sebesar 16% atau mengalami penurunan sebesar 11%
3. Laba usaha sebesar Rp 92 miliar atau mengalami penurunan sebesar 73%
4. Margin laba usaha sebesar 5% atau mengalami penurunan sebesar 10%
5. Laba bersih sebesar Rp 67 miliar atau mengalami penurunan sebesar 70%.

Ukuran pasar

Perseroan mengalami penurunan diantaranya hasil laba dan tingkat pembayaran dividen.
Ini dikarenakan dividen yang dibagikan Perseroan lebih rendah dari tahun sebelumnya yaitu
sebesar Rp 17.360.0000.000 atau 7,16% dari laba bersih Perseroan tahun buku 2008. Sedangkan
pada tahun 2008 Perseroan membagikan dividen tunai sebesar Rp 34.720.000.000 atau 22,40%
dari laba bersih Perseroan tahun buku 2007.

Likuiditas
Pada tahun 2009, Perseroan mencatat beban usaha sebesar Rp 219 miliar atau mengalami
penurunan sebesar Rp 47 miliar dibandingkan tahun 2008 sebesar Rp 266 miliar. Beban pokok
penjualan Perseroan tahun 2009 tercatat sebesar Rp 1,60 triliun atau mengalami penurunan
sebesar Rp 22 miliar dibandingkan tahun 2008 sebesar Rp 1,62 triliun. Pada 31 Desember 2009
terdapat penurunan aktiva bersih sebesar Rp 27 milyar sedangkan aktiva tidak lancar mengalami
kenaikan sebesar Rp290 milyar. Aktiva lancar mengalami penurunan sebesar Rp 316 milyar.
Penyebab penurunan aktiva lancar ini disebabkan oleh penurunan kas sebesar Rp106 milyar dan
persediaan sebesar Rp193 milyar. Hal ini berkaitan dengan proyek CVD di Sidoardjo dan
perbaikan tungku F-3 di Jakarta.
Jumlah kewajiban Perseroan per 31 Desember 2009 menurun sebesar Rp 76 miliar atau
turun 15% dibandingkan dengan tahun 2008. Kewajiban lancar mengalami penurunan sebesar
Rp 84.386 miliar atau 26,41% . Penurunan tersebut terutama berasal dari penurunan hutang
usaha, Perseroan menemukan kesalahan di tahun-tahun sebelumnya dan menemukan selisih
kumulatif sebesar Rp 31,4 milyar dan ini disebabkan karena selisih kurs, hutang pajak sebesar
Rp 51.721 milyar dan kewajiban lancar lain-lain sebesar Rp 23.266 milyar atau 52,79%.

15
Perseroan juga mengalami penurunan aset lancar pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp 316.542 atau
28,70%.

Pemanfaatan aset
Adanya penurunan kas dan setara kas sebesar Rp 105.962 dan pada tahun buku 2009,
Perseroan mencatat total nilai penjualan sebesar Rp 1,91 triliun atau menurun 14% dibandingkan
dengan nilai penjualan tahun 2008 yaitu sebesar Rp 2,23 triliun. Hasil tersebut lebih rendah dari
target penjualan Perseroan tahun 2009 yaitu sebesar Rp 2,40 triliun. Penurunan ini akibat dari
dampak krisis keuangan global yang terjadi pada akhir tahun 2008. Pada tahun 2009 nilai
penjualan domestik maupun ekspor mengalami penurunan masing-masing sebesar 9% dan 21%
dibandingkan dengan tahun 2008. Hal ini terutama berasal dari menurunnya permintaan kaca
lembaran dan kaca otomotif . Penurunan tersebut berpengaruh pada perputaran modal kerja
Perseroan pada tahun 2009 sebesar 2,87 sedangkan pada tahun 2008 sebesar sebesar 3,32.
Karena adanya penurunan dari penjualan, kas dan setara kas berdampak juga perputaran aset
Perseroan yaitu sebesar 1,84 pada tahun 2009, dan 2,48 pada tahun 2008. Penurunan tersebut
juga disebabkan oleh beberapa faktor yang menghambat Perseroan dalam menjalankan kegiatan
usahanya, antara lain:

1. Pengaruh krisis keuangan global yang sangat mempengaruhi penjualan Perseroan terutama
menurunnya permintaan pasar ekspor.
2. Adanya penurunan jumlah produksi, sehubungan dengan adanya perbaikan tungku (Cold
Repair) pada salah satu tungku di Jakarta dan proyek Chemical Vapour Deposition (CVD)
pada salah satu tungku di Sidoarjo.
3. Adanya beban biaya tetap terkait dengan proyek perbaikan tungku pada tahun 2009.
4. Kenaikan harga bahan baku impor yang menyebabkan kenaikan biaya produksi.

TAHUN 2008 : tahun dasar sebagai perbandingan dengan tahun 2009 dan juga sebagai tahun
dimulainya analisis laporan keuangan PT AMFG.

16

Anda mungkin juga menyukai