Anda di halaman 1dari 13

2.

3 Bayi Baru Lahir

2.3.1 Definisi

Bayi baru baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan presentasi

belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan

genap 37 42 minggu, dengan berat badan 2500 - 4000 gram, nilai Apgar

Score > 7 dan tanpa cacat bawaan. (Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita, Ai yeyeh

dkk, 2010, hal : 2)

Bayi baru lahir atau neonatus merupakan individu yang sedang

bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta dapat melakukan

penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin.

(Nanny Vivian, 2010 hal : 1)

Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan

pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran. (Buku Panduan

Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Saifuddin,2010, hal: N-30).

2.3.2 Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal

2.3.2.1 Pencegahan infeksi

Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi mikroorganisme yang

terpapar atau terkontaminasi selama proses persalinan berlangsung maupun

beberapa saat setelah lahir. Untuk tidak menambah risiko infeksi maka

sebelum menangani BBL, pastikan penolong persalinan dan pemberi asuhan

BBL melakukan upaya pencegahan infeksi berikut:

a. Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan dengan

bayi.

1
b. Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum

dimandikan.

c. Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem,

gunting, penghisap lender DeLee, alat resusitasi dan benang tali pusat

telah di Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) atau sterilisasi.

d. Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk

bayi, sudah dalam keadaan bersih. Demikian pula halnya timbangan, pita

pengukur, thermometer, stetoskop dan benda-benda lain yang akan

bersentuhan dengan bayi. Dekontaminasi dan cuci bersih semua

peralatan, setiap kali setelah digunakan. (Asuhan Persalinan Normal, 2008 :

hal. 124)

2.3.2.2 Penilaian segera setelah lahir

Setelah bayi lahir, segera lakukan penilaian awal yang meliputi:

a. Apakah bayi cukup bulan

b. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur meconium

c. Apakah bayi menangis atau bernapas

d. Apakah tonus otot bayi baik

(Asuhan Persalinan Normal, 2008 :hal. 124)

Penilaian dilakukan pada saat bayi lahir ( menit ke 1 dan menit ke 5)

sehingga dapat mengidentifikasi bayi baru lahir yang memerlukan

pertolongan lebih cepat.

2
Tabel 2.6

Nilai APGAR Score

Nilai Score
No
APGAR 0 1 2
1 Appereance Seluruh tubuh biru Badan memerah, Seluruh tubuh
atau memutih extremitas biru kemerahan
2 Pulse (nadi) Tidak ada < 100 / menit > 100 / menit
3 Greemace Tidak ada Perubahan mimic Bersin /
(menyeringai) menangis
4 Activity Tidak ada Ekstremitas Gerakan aktif /
sedikit fleksi ekstremitas
fleksi
5 Respiratory Tidak ada Lemah / tidak Menangis kuat /
teratur keras
(Asuhan Kebidanan II (Persalinan), Ai Yeyeh dkk, 2009, hal : 166)

2.3.2.3 Pencegahan Kehilangan Panas

Mekanisme pengaturan temperature tubuh pada BBLbelum berfungsi

sempurna.Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan

kehilangan panas tubuh maka BBL dapat mengalami hipotermia.

Mekanisme kehilangan panas menurut APN 2008, bayi baru lahir

dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara berikut:

1. Evaporasi dalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas

dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh

oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak

segera dikeringkan. Kehilangan panas juga terjadi pada bayi yang terlalu

cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti.

2. Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh

bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan

yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas

3
tubuh bayi melalui mekanisme kondusi apabila bayi diletakkan diatas

benda-benda tersebut.

3. Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi terpapar udara

sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di

dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas.

Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi aliran udara dari kipas angin,

hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan.

4. Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di

dekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu

tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini karena benda-

benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak

bersentuhan secara langsung). (Asuhan Persalinan Normal, 2008 : hal. 127-128)

Mencegah kehilangan panas pada bayi dilakukan dengan upaya:

1) Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks

2) Letakkan bayi agar terjadi kontak kulit ibu ke kulit bayi

3) Selimuti ibu dan bayi dan pakaikan topi di kepala bayi

4) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir

5) Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat

6) Bayi jangan dibedong terlalu ketat.

(Asuhan Persalinan Normal, 2008 : 128 - 130)

2.3.2.4 Perawatan tali pusat

Perawatan tali pusat yang benar dan lepasnya tali pusat dalam

minggu pertama secara bermakna mengurangi insiden infeksi pada neonatus.

4
Jelly Wharton yang membentuk jaringan nekrotik dapat berkolonisasi

dengan organism patogen, kemudian menyebar dan menyebabkan infeksi

kulit dan infeksi sistemik pada bayi. Yang terpenting dalam perawatan tali

pusat ialah menjaga agar tali pusat tetap kering dan bersih. Cuci tangan

dengan sabun dan air bersih sebelum merawat tali pusat. Bersihkan dengan

lembut kulit di sekitar tali pusat dengan kapas basah, kemudian bungkus

dengan longgar atau tidak terlalu rapat dengan kasa bersih atau steril. Popok

atau celana bayi diikat di bawah tali pusat, tidak menutupi tali pusat untuk

menghindari kontak dengan feses dan urin. Hindari penggunaan kancing,

koin atau uang logam untuk membalut tekan tali pusat.

Antiseptik dan antimikroba topical depat digunakan untuk mencegah

kolonisasi kuman dari kamar bersalin, tetapi penggunaannya tidak

dianjurkan untuk rutin dilakukan. Antiseptik yang biasa digunakan ialah

alkohol dan povidone-iodine. Akan tetapi, penelitian terbaru membuktikan

bahwa penggunaan povidone-iodine dapat menimbulkan efek samping

karena diabsorbsi oleh kulit dan berkaitan dengan terjadinya transien

hipotiroidisme. Alkohol juga tidak lagi dianjurkan untuk merawat tali pusat

kerena dapat mengiritasi kulit dan menghambat pelepasan tali pusat. Saat ini

belum ada petunjuk mengenai antiseptic yang baik dan aman digunakan

untuk perawatan tali pusat, karena itu dikatakan yang terbaik adalah

menjaga tali pusat tetap kering dan bersih. (Ilmu Kebidanan Sarwono

Prawirohardjo, Prawirohardjo, Sarwono, 2010 :hal. 370-371)

5
2.3.2.5 Inisiasi Menyusu Dini

Inisiasi menyusu dini (IMD) adalah segera setelah lahir, bayi

diletakkan di dada atau perut atas ibu selama paling sedikit satu jam untuk

memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan menemukan puting

ibunya.. (Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo, Prawirohardjo, Sarwono, 2010 :hal.

369)

Langkah Inisiasi Menyusu Dini menurut APN 2008 yaitu:

a. Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit ibunya segera setelah

lahir selama paling sedikit satu jam.

b. Bayi harus menggunakan naluri alamiahnya untuk melakukan inisiasi

menyusu dini dan ibu dapat mengenali bayinya siap untuk menyusu serta

memberi bantuan jika diperlukan.

c. Menunda semua prosedur lainnya hingga proses IMD selesai dilakukan,

prosedur tersebut adalah menimbang, pemberian salep mata antibiotika,

vitamin K1 dan lain-lain.

Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk bayi

1. Mengoptimalkan fungsi hormonal ibu dan bayi

2. Menstabilkan pernapasan

3. Mempunyai pola tidur yang lebih baik

4. Mendorong keterampilan bayi untuk menyusui yang lebih cepat dan

efektif

5. Meningkatkan hubungan psikologis antara ibu dan bayi.

6. Bayi tidak terlalu banyak menangis selama 1 jam pertama

6
7. Menjaga kolonisasi kuman yang aman dari ibu dan di dalam perut bayi

sehingga memberi perlindungan terhadap infeksi

8. Bilirubin akan lebih cepat normal dan mengeluarkan mekonium lebih

cepat, sehingga menurunkan kejadian ikerus BBL

Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk ibu

1. Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin pada ibu

2. Oksitosin menstimulasi kontraksi uterus dan menurunkan resiko

perdarahan pascapersalinan

3. Oksitosin merangsang pengeluaran kolostrum dan meningkatkan

produksi ASI

4. Keuntungan dan mutualistik ibu dan bayi

5. Ibu menjadi lebih tenang, falisitasi kelahiran plasenta dan pengalihan

rasa nyeri dari berbagai prosedur pascapersalinan.

6. Prolaktin meningkatkan produksi ASI

7. Membantu ibu mengatasi stres terhadap berbagai rasa kurang nyaman

8. Memberi efek relaksasi pada ibu setela selesai menyusui

9. Menunda ovulasi

Keuntungan inisiasi menyusu dini untuk bayi adalah:

1. Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal. Mendapatkan

kolostrum segera, disesuaikan dengan kebutuhan bayi.

2. Segera memberikan kekebalan pasif pada bayi. Kolostrum adalah

imunisasi pertama bagi bayi.

3. Meningkatkan kecerdasan

7
4. Membantu bayi mengkoordinasikan kemampuan hisap, telan dan napas

5. Meningkatkan jalinan kasih saying ibu dan bayi

6. Mencegah kehilangan panas

(Asuhan Persalinan Normal, 2008 : hal. 131-132)

2.3.2.6 Pencegahaninfeksimata

Salep mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan 1 jam kontak

kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu. Pencegahan infeksi tersebut

menggunakan antibiotik Tetrasiklin 1%.

Cara pemberian salep mata:

1. Cuci tangan (gunakan sabun dan air bersih mengalir)

2. Jelaskan apa yang akan dilakukan dan tujuan pemberian obat tersebut

3. Berikan salep mata dalam satu garis lurus mulai dari bagian mata yang

paling dekat dengan hidung menuju ke bagian luar mata.

4. Ujung tabung salep mata tidak boleh menyentuh mata bayi.

5. Jangan menghapus salep mata dari mata bayi dan anjurkan keluarga

untuk tidak menghapus obat-obatan tersebut.

(Asuhan Persalinan Normal, 2008 : hal. 139)

2.3.2.7 Pemberian vitamin K1

Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K1 injeksi 1mg IM

setelah 1 jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu untuk

mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami

oleh sebagian BBL. (Asuhan persalinan Normal, 2008 : 139)

8
2.3.2.8 Pemberian imunisasi

Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak di

imunisasi, berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu.

Mafaat imunisasi bagi anak dapat mencegah penyakit cacat dan kematian.

Jenis-jenis imunisasi dasar wajib :

1. BCG (Baciille Calmatte Guerin)

Imunisasi BCG berguna untuk mencegah penyakit tuberkulosis.

Misal TB paru berat. Imunisasi ini sebaikanya diberikan sebelum berusia

2-3 bulan. Dosis untuk bayi kurang setahun adalah 0,05 ml dan anak

0,10 ml. Disuntikan secara intradermal di bawah lengan kanan atas.

Suntikan BCG akan meninggalkan jaringan parut bekas suntikan.

2. Hepatitis B

Imunisasi Hepatitis B diberika sedini mungkin setelah lahir.

Dosis imunisasi hepatitis B 0,5 ml. Disuntikan secara intramuskuler.

Pemberian imunisasi Hep. B pada bayi baru lahir harus berdasarkan

apakah ibu mengandung virus Hep. B aktif atau tidak pada saat

melahirkan. Ulangan pemberian Hep. B dapat dipertimbangkan pada

umur 10-12 tahun.

3. DPT(Difteri, Pertusis, Tetanus)

Imunisasi DPT untuk mencegah bayi dari tiga penyakit, yaitu

difteri, pertusis, dan tetanus. Difteri disebabkan bakteri Coryne

bacterium diphtheriae yang sangat menular. Dimulai dengan gangguan

tenggorokan dan dengan cepat menimbulkan gangguan pernafasan

9
dengan terhambatnya saluran pernafasan oleh karena terjadi selaput di

tenggorokan dan menyumbat jalan nafas, sehingga dapat menyebabkan

kamatian. Selain itu juga menimbulkan toksin atau racun yang

berbahaya untuk jantung.

Batuk rejan yang juga dikenal Pertusis atau batuk 100 hari,

disebabkan bakteri Bordetellapertusis. Penyakit ini membuat penderita

mengalami batuk keras secara terus menerus dan bisa berakibat

gangguan pernafasan dan saraf. Bila dibiarkan berlarut-larut, pertusis

bisa menyebabkan infeksi di paru-paru. Selain itu, karena sipenderita

mengalami batuk keras yang terus-menerus, membuat ada tekanan pada

pembuluh darah hingga bisa mengakibatkan kerusakan otak.

Tetanus merupakan penyakit infeksi mendadak yang disebabkan

toksindari clostridium tetani, bakteri yang terdapat di tanah atau kotoran

binatang dan manusia. Kuman-kuman itu masuk kedalam tubuh melalui

luka goresan atau luka bakar yang telah terkontaminasi oleh tanah, atau

dari gigi yang telah busuk atau cairan congek. Luka kecil yang terjadi

pada anak-anak pada saat bermain dapat mengakibatkan kejang dan

kematian. Manusia tidak mempunyai kekebalan alami terhadap tetanus

sehingga perlindungannya harus diperoleh lewat imunisasi. Imunisasi

DPT dasar diberikan 3 kali sejak anak berumur 2 bulan dengan interval

4-6 minggu. DPT 1 diberikan umur 2-4 bulan, DPT 2 umur 3-5 bulan,

dan DPT 3 umur 4-6 bulan. Imunisasi DPT pada bayi 3 kali (3 dosis)

akan memberikan imunitas satu sampai tiga tahun.

10
4. Polio

Untuk imunisasi dasar (3 kali pemberian) vaksin diberikan 2 tetes

per oral dengan interval tidak kurang dari dua minggu. Mengingat

Indonesia merupakan daerah endemic polio, sesuai pedoman PPI

imunisasi polio diberikan segera setelah lahir pada kunjungan pertama.

Dengan demikian diperoleh daerah cakupan yang luas.

Pemberian polio 1 saat bayi masih berada di rumah sakit atau

rumah bersalin dianjurkan saat bayi akan dipulangkan. Maksudnya tak

lain agar tidak mencemari bayi lain oleh karena virus polio hidup dapat

dikeluarkan melalui tinja.

5. Campak

Vaksin campak diberikan dalam satu dosis 0,5 ml pada usia 9

bulan. Hanya saja, mengingat kadar antibody campak pada anak sekolah

mulai berkurang. Campak adalah penyakit yang sangat menular yang

dapat disebabkan oleh sebuah virus yang bernama Virus Campak.

Penularan melalui udara ataupun kontak langsung dengan penderita.

Gejala-gejalanya adalah demam, batuk, pilek dan bercak-bercak merah

pada permukaan kulit 3-5 hari setelah anak menderita demam. Bercak

mula-mula timbul dipipi bawah telinga yang kemudian menjalar

kemuka, tubuh, dan anggota tubuh lainnya. Komplikasi dari penyakit

Campak ini adalah radang paru-paru, infeksi pada telinga, radang pada

saraf, radang pada sendi dan radang pada otak yang dapat menyebabkan

11
kerusakan otak yang permanen (menetap). (Asuhan Neonatus, Bayi, dan Anak

Balita, Ai Yeyeh dkk, 2010 :hal. 317-321)

Tabel 2.7
Jadwal Imunisasi

Umur Jenis Imunisasi


0 bulan HB 0
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT/HB 1, Polio 2
3 bulan DPT/HB 2, Polio 3
4 bulan DPT/HB 3, Polio 4
9 bulan Campak
(Buku KIA, 2009)

2.3.3 Pemeriksaan bayi baru lahir

Adapun pemeriksaan bayi yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Keadaan umum

Memeriksa pernapasan.

a. Apakah merintih?

b. Hitung napas: apakah 40-60 per menit? Bila tidak, ulangi kembali.

c. Apakah terdapat retraksi dinding dada bawah?

d. Melihat gerakan: apakah tonus baik dan simetris?

e. Melihat warna kulit.

f. Meraba kehangatan: bila teraba dingin atau terlalu panas, lakukan

pengukuran suhu.

g. Melihat adanya hipersaliva dan atau muntah.

h. Melihat adanya kelainan bawaan.

2. Melihat kepala: adakah bengkak atau memar?

3. Melihat abdomen: apakah pucat atau ada perdarahan tali pusat.

12
4. Memeriksakan adanya pengeluaran mekonium dan air seni.

5. Menimbang bayi.

6. Menilai cara menyusu.

(AsuhanPersalinanNormal, 2008 : hal. 142)

2.3.4 Tanda-tanda Bahaya Bayi baru Lahir

Bila ditemukan tanda bahaya berikut, rujuk bayi ke fasilitas kesehatan

1. Tidak dapat menyusu.

2. Kejang.

3. Mengantuk atau tidak sadar.

4. Napas cepat (>60 per menit).

5. Merintih.

6. Retraksi dinding dada bawah.

7. Sianosis sentral.

(AsuhanPersalinanNormal, 2008: hal. 144)

13

Anda mungkin juga menyukai