PROPOSAL
Disusun oleh,
Farmasi 4B
Kelompok 5
Dian Yuli Rahmawati 31113063
Fahmi Pardan Hamdani 31113066
Khairul Yudha Pratama 31113077
Resa Restianty 31113094
Seny Stamrotul F.I 31113102
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
sebagai tanaman obat sangat berlimpah dan banyak digunakan sebagai obat
masyarakat sekarang ini semakin menyukai dan menyenangi ramuan bahan alami
dibandingkan obat kimia. Hal ini karena ramuan bahan alami lebih ekonomis,
mudah didapat dan tidak menimbulkan efek samping yang sangat toksik.
oleh pakar farmakognosi (ahli obat alam) perihal khasiat kandungan dan
masyarakat untuk mencapai kemampuan hidup sehat. Salah satu cara agar dapat
alternatif yang sekarang lebih dikenal dengan istilah Obat Asli Indonesia.
Pegagan (Centella asiatica (L) Urban) adalah salah stu dari 10 jenis tanaman
obat. Jenis pegagan yang banyak dijumpai adalah Pegagan Merah dan Hijau.
Pegagan merah dikenal dengan antanan kebun atau antanan batu karenan banyak
ditemukan didaerah bebatuan, kering dan terbuka. Sedangkan pegagan hijau
obat lain, yaitu dalam hal kepraktisan dan kemudahan dalam penggunaanya.
berbentuk tidak merata dan menjadi seperti partikel-partikel tunggal yang lebih
besar, ukuranya berkisar antara ayakan mesh 4-12, namun dari bermacam-macam
ukuran lubang ayakan dapat dibuat sesuai dengan keinginan dan tujuan
granul yang lebih bebas mengalir dibandingkan dengan serbuk awalnya (Ansel,
1989).
Granulasi adalah pembentukan partikel-partike besar dengan mekanisme
pengikatan tertentu. Granul dapat diproses lebih lanjut menjadi bentuk sedian
terkini seperti spray dry dan freeze dry (Lachman et al., 1994)
Serbuk effervescevent dipilih sebagai salah satu inovasi bru untuk merintis
dapat disukai karena mudah dalam penyimpanan dan mudah dalam penggunaan.
Bentuk sediaan ini juga diharapkan dapat memberikan takaran dosis zat aktif yang
antikolesterol ?
1.3Tujuan Penelitian
pemamfaatan tanaman obat tradisional menjadi produk obat herbal yang aman,
bermamfaat,dan berkhasiat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pegagan
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledone
Ordo : Umbillales
Genus : Centella
2.2 Ekstrak
Ekstrak cair adalah sediaan dari simplisia nabati yang mengandung etanol
sebagai pelarut atau sebagai pengawet, jika tidak dinyatakan lain pada masing-
masing monografi tiap ml ekstrak mengandung 1g simplisia yang memenuhi
syarat. Ekstrak cair yang cenderung membentuk endapan dapat didiamkan dan
disaring atau bagian bening di dekantasi.
Ekstrak kental adalah ekstrak yang diperoleh dari ekstrak cair yang diuapkan
larutan penyarinya secara hati-hati. Ekstrak kental merupakan massa kental yang
mengandung berbagai macam bahan aktif yang berkhasiat serta disesuaikan
dengan penambahan bahan lain dan tidak berbentuk cair apabila dalam
temperature kamar (Agoes, 2007).
2.2.1 Maserasi
2.2.2 Perkolasi
2.2.3 Refluks
2.2.4 Soxhlet
2.2.5 Digesti
Proses ini merupakan kinetic pada temperature lebih tinggi dari temperature
ruangan ( sekitar 40-500C) (Depkes RI, 2000).
2.2.6 Infusa
2.3 Granul
Bahan pengisi adalah bahan yang ditambahkan agar diperoleh suatu bentuk,
ukuran dan volume yang sesuai. Bahan ppengisi merupakan komponen penting
terutama untuk zat berkhasiat yang jumlahnya sangat kecil. Bahan pengisi harus
bahan yang netral terhadap bahan berkhasiat, harus inert ssecara farmakologi juga
tidak berbahaya (Lachman et al., 1994).
Metode granulasi basah adalah metode yang palinng tua dan masih banyak
dipakai. Metode ini digunakan bila bahan aktif tidak dapat dicetak langsung,
misalnya karena sifat kompresibilitas dan sifat aliran yang kurang baik, sementara
dosisnya besar. Metode ini meliputi beberapa tahap, yaitu: penimbangan bahan
baku, pencampuran, penambahan cairan pengikat, pengayakan I, pengeringan dan
pengayakan II.
Asam sitrat mengandung tidak kurang adri 99,5% dan tidak lebih dari
101,0% (bm 210,13). Asam sitrat berbentuk hablur tidak berwarna atau serbuk
putih tdak berbau rasa sangat asam agak higroskopik merapuh dalam udara kering
dan panas. Asam sitrat larut dalam kuarang dari 1 bagian air dan dalam 1,5 bagian
etanol 95%, sukar larut dalam eter sisa pemijaran tidak lebih dari 0,1% (Depkes
RI, 1979)
Natrium bikarbonat mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih
dari 101,0% bm 84,01. Natrium bikarbonat berbentuk serbuk putih atau hablur
monokln kecil, buram, tidak berbau, rasa asin. Natrium bikarbonat larut dalam 11
bagian air prakstis tidak larut dalam etanol 95% (DEPKES RI, 1979).
2.5.3 Sukrosa
PVP berupa serbuk putih atau putih kekuningan, berbau lemah atau tidak
berbau, serta higroskopis. PVP mudah larut dalam air, etanol 95%, kloroform,
keton, methanol, praktis tidak larut dalam eter. Selain sebagai bahan pengikat
pada pembuatan tablet, PVP juga dapat digunakan sebagai agen pensuspensi,
meningkatkan disolusi, meningkatkan kelarutan dan menambah viskositas baik
sediaan oral maupun topikal. PVP sebagai bahan tambahan tidak bersifat toksis,
tidak menginfeksi kulit dan tidak ada kasus sensitif. Penggunaan PVP formulasi
tablet dalam konsentrasi 3-8% (Siregar dkk, 2010).
2.5.5 Aerosil
2.5.6 Manitol
Manitol mengandung tidak kurang dari 96,0% dan tidak lebih dari 101,5%
C6H14O6 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Zat ini berbentuk serbuk
hablur atau granul mengalir bebas, putih, tidak berbau, rasa manis. Kelarutan
mudah larut dalam air, larut dalam larutan basa, sukar larut dalam piridina, sangat
sukar larut dalam etanol, praktis tidak larut dalam eter (Depkes RI, 1995).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.1 Alat
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah ekstrak herba pegagan, asam sitrat, natrium
bikarbonat, sukrosa, manitol, polivynilpirolidon (PVP), aerosil, dan alkohol 70%.
3.2Metode Penelitian
Herba pegagan dikumpulkan, dicuci dengan air bersih lalu ditiriskan dan
dikeringkan dibawah sinar matahari. Simplisia yang telah kering, kemudian dibuat
serbuk dengan cara diblender dan diayak dengan pengayak no.40.
3.2.2 PemeriksaanKarakteristikSimplisia
a. PemeriksaanMakroskopik
Pemeriksaanmakroskopikdilakukanterhadapdaunsegardandau yang
telahberbentukserbuk. Pemeriksaandaun yang
berbentukserbuksimplisiameliputibau, rasa danwarnasimplisia yang diuji.
b. PemeriksaanMikroskopik
Pemeriksaanmikroskopikdilakukanterhadapdaun yang
telahberbentukserbukyaituuntukmelihatfragmen-fragmenpenanda yang
dimilikidauntersebut.Pemeriksaanserbuksimplisiadiletakkandiataskacaobjek.S
erbuktersebutditetesidengankloralhidrat LP,
kemudiandipanaskan.Setelahitudiamatidibawahmikroskop.
c. PenapisanFitokimia
3.2.4 Formulasi
Dalam wadah lain, asam sitrat serta bahan pemanis (manitol, sukrosa)
digerus hingga halus dan diayak dengan ayakan 16 mesh, lalu disimpan dalam
desikator. Hasil ayakan ini disebut komponen asam.
Komponen basa, komponen asam dan fasa luar (aerosil) dicampur lalu aduk
hingga homogen. Hasilnya adalah granul effervescentekstrak pegagan. Sebelum
dikemas, untuk menghindari penyerapan kelembaban dari udara, granul
effervescentekstrak pegagan dimasukan dalam desikator yang berisi silika gel.
Bobot granul(g)
Kerap atancura h=
Volume granul(mL)
Bobot granul( g)
Kerap atanmam pat=
Volume granul(mL )
3.2.5.4 Pemeriksaan pH
w
Kadar Air= x 100
w1
Keterangan
BAB IV
Jenis Hasil
Kadar Air 3,33%
Kadar Abu Total 17,61%
Kadar Abu Larut Air 0,83%
Kadar Abu Larut Asam 5,37%
Kadar Sari larut air 29,11%
Kadar sari larut etanol 19,28%
Pada penetapan kadar air dengan metode destilasi
azeotrop biasanya digunakan untuk penetapan kadar air pada
simplisia yang mengandung air. Azeotroph merupakan campuran
dua atau lebih komponen pada komposisi tertentu. Ketika
campuran azeotrop dididihkan, fasa uap yang dihasilkan memiliki
komposisi yang sama dengan fasa cairnya. Campuran azeotroph
ini sering disebut juga constant boiling mixture karena
komposisinya yang senantiasa tetap jika dicampuran tersebut
didihkan. Kadar air yang didapatkan dari destilasi azeotroph ini
sebanyak 3,33%, ini menunjukan bahwa simplisia memenuhi
kriteria untuk digunakan pada bahan tanaman obat karena tidak
melebihi batas kadar air yang memiliki batas yang dimiliki pada
suatu simplisia yaitu sebanyak 10%.
DAFTAR PUSTAKA
Kailaku Intan Sari, Sumangat Jayeng dan Hernani. (2012). Formulasi Granul
Effervesen Kaya Antioksidan dari Ekstrak Daun Gambir. Bogor: Balai
Besar Litbang.