Anda di halaman 1dari 49

Universitas Kristen Krida Wacana

Evaluasi Program Pengawasan Sarana Air Bersih di Wilayah Kerja


Puskesmas Medangasem, Kabupaten Karawang
Periode Januari 2015 - Oktober 2015

Oleh :
Nastalia Sindy

Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas


FK Universitas Kristen Krida Wacana
Jakarta, November 2015
Universitas Kristen Krida Wacana

Evaluasi Program Pengawasan Sarana Air Bersih di Wilayah Kerja


Puskesmas Medangasem, Kabupaten Karawang
Periode Januari 2015 - Oktober 2015

Oleh :
Nastalia Sindy

11-2013-311

Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas


FK Universitas Kristen Krida Wacana
Jakarta, November 2015
Evaluasi Program Pengawasan Sarana Air Bersih di Wilayah Kerja Puskesmas
Medangasem, Kabupaten Karawang
Periode Januari 2015 - Oktober 2015

Lembar Persetujuan
Jakarta, November 2015

Pembimbing

(dr. Diana L. Tumilisar)

Penguji 1 Penguji 2

(dr. ) (dr. )

Evaluasi Program Pengawasan Sarana Air Bersih di Wilayah Kerja


Puskesmas Medangasem, Kabupaten Karawang
Periode Januari 2015 - Oktober 2015

Nastalia Sindy
nastaliasindy@yahoo.co.id
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Abstrak
Di Indonesia, penyediaan air minum yang diusahakan pemerintah melalui perusahaan daerah air
minum sebagian besar diperuntukkan masyarakat perkotaan meliputi ibu kota propinsi, ibu kota
kabupaten, dan ibu kota kecamatan. Untuk daerah lainnya sebagian besar penduduk
mengupayakan air bersih untuk keperluan sehari-hari melalui berbagi cara dengan memanfaatkan
potensi sumber air yang ada berupa air tanah, air permukaan, dan air hujan. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 menunjukkan di daerah perkotaan memiliki cakupan sumber
air bersih sebesar 90,1%, sedangkan dipedesaan sebesar 67,6 %. Dari data Riskesdas 2013, data
hasil menunjukkan bahwa jenis sumber air untuk seluruh kebutuhan rumah tangga di Indonesia
pada umumnya adalah sumur gali terlindung sebesar 29,2%, sumur pompa sebesar 24,1%, dan
air ledeng/PDAM sebesar 19,7%. Diperoleh dua prioritas masalah, yaitu persentase cakupan pengguna
sarana air bersih masih kurang, sebesar 34,58% dari target 66,67%, serta cakupan hasil inspeksi sarana air
bersih masih kurang, sebesar 29,69% dari target sebesar 66,67%. Penyebab masalah tersebut:
pengetahuan masyarakat masih rendah, perilaku masyarakat yang menggunakan air sungai untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari, terbatasnya sarana air bersih yang ada, kurangnya jumlah petugas
kesling, tidak ada laporan penggunaan dana yang diterima , kurangnya koordinasi lintas program,
kurangnya optimalisasi petugas kesling. Bila hal tersebut dapat diatasi, diharapkan tingkat pencapaian
cakupan pengawasan sarana air bersih pada periode berikutnya dapat meningkat.
Kata kunci: Evaluasi program, pengawasan sarana air bersih, puskesmas medang asem

Daftar Isi

Halaman

Abstrak ..i
Daftar isi ..ii

Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah
.2
1.3 Tujuan Penulisan 3
1.4 Manfaat
4
1.5 Sasaran
.6

Bab II Materi Dan Metode


2.1 Materi 7
2.2 Metode 7

Bab III Kerangka Teoritis


3.1 Kerangka Teoritis 8
3.2 Tolak Ukur Keberhasilan .9

Bab IV Penyajian Data


4.1 Sumber Data ..10
4.2 Data Umum
.10
4.3 Data Khusus
.12

Bab V Pembahasan Masalah ..22

BAB VI Perumusan Masalah


6.1 Masalah Sebenar ..26
6.2 Masalah Lain ..27

Bab VII Prioritas Masalah 28

Bab VIII Penyelesaian Masalah


8.1 Masalah I ..30
8.2 Masalah II ..30

Bab IX Penutup
9.1 Kesimpulan ..32
9.2 Saran ..32

Daftar Pustaka ..iii


Lampiran ..iv
Bab 1
Pendahuluan

1.1 Latar belakang


Kesehatan individu maupun kelompok dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Menurut Hendrik L. Blum, derajat kesehatan seseorang ataupun masyarakat dipengaruhi oleh
empat faktor, yaitu perilaku 30%, lingkungan 45%, pelayanan kesehatan 20% dan
keturunan 5%.1 Status kesehatan akan tercapai secara optimal bila keempat faktor tersebut
secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula. Keempat faktor tersebut saling
terkait dengan beberapa faktor lain yaitu sumber daya alam, keseimbangan ekologi,
kesehatan mental, sistem budaya, dan populasi sebagai satu kesatuan. Yang sangat besar
pengaruhnya adalah keadaan lingkungan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan dan
perilaku masyarakat yang merugikan kesehatan, baik masyarakat di pedesaan maupun
perkotaan yang disebabkan kurangnya pengetahuan dan kemampuan masyarakat dibidang
kesehatan, ekonomi maupun teknologi.2 Hal ini mendorong pemerintah untuk mencanangkan
program kesehatan wajib seperti program upaya kesehatan lingkungan yang salah satunya
melalui cakupan pengawasan sarana air bersih.3
Penyediaan sarana air bersih yang memadai sebagai kebutuhan dasar masyarakat
belum sepenuhnya terwujud dengan baik. Dengan kata lain, masih banyak masyarakat yang
belum memiliki akses terhadap keberadaannya. Berdasarkan Global Water Supply and
Sanitation Assesment 2000 Report yang dikeluarkan oleh World Health Organization
(WHO)/United nations of childrens fund (UNICEF), terdapat sekitar 1,1 milyar penduduk
dunia yang masih kekurangan air bersih.4 Berdasarkan laporan WHO-UNICEF joint
monitoring 2004 kinerja sektor Air Minum di Indonesia dinilai masih rendah dibandingkan
dengan negara lain di Asia Tenggara. Diperkirakan penduduk Indonesia pada tahun 2015
adalah 218 Juta jiwa, dimana 47 Juta jiwa atau 22% belum memiliki akses terhadap air
bersih. Angka yang lebih besar terlihat pada penduduk perdesaan, dimana diperkirakan 31%
atau 36 juta jiwa yang tidak memiliki akses terhadap air bersih. Hanya 50% dari seluruh
penduduk Indonesia yang mendapatkan akses air minum. 5 Dari data Riskesdas 2010
diketahui daerah perkotaan memiliki cakupan sumber air bersih sebesar 90,1%, sedangkan di
pedesaan sebesar 67,6 %. Berdasarkan data Riskesdas 2013, proporsi rumah tangga di
Indonesia dengan kualitas air minum kategori baik (tidak keruh, tidak berwarna, tidak berasa,
tidak berbusa, dan tidak berbau) di perkotaan (96,0%) lebih tinggi dibandingkan dengan di
perdesaan (92,%).
Pengelolaan sumber daya air yang buruk mengakibatkan tidak meratanya penyebaran
air. Hal ini tentu saja berdampak pada kemampuan masyarakat miskin untuk menikmati
pelayanan air bersih. Pada kenyataannya sekarang masyarakat miskin tidak mempunyai akses
terhadap air bersih. Bahkan, masyarakat miskin harus membayar jauh lebih mahal guna
mendapatkan air bersih tersebut sehingga banyak dari mereka yang tidak sanggup membayar,
harus menggunakan air yang tidak bersih. Berbagai masalah yang dihadapi dalam
pengelolaan sumber daya air yang buruk ini menempatkan Indonesia pada peringkat terendah
bersama Banglades, Laos, Mongolia, Myanmar, Pakistan, Papua Nugini, dan Filipina dalam
Laporan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) tentang MDGs Asia
Pasifik tahun 2006. Karena itu, mengingat pentingnya masalah krisis air bersih ini maka
harus segera dicari pemecahannya. 5

Air sangat berperan dalam mempengaruhi kesehatan manusia, karena dapat menjadi
media penularan berbagai macam penyakit. Adapun penyakit yang ditularkan langsung oleh
air adalah demam tifoid dan diare. Berdasarkan WHO (2003), kejadian demam tifoid di
dunia sekitar 17 juta kasus setiap tahunnya, 600.000 diantaranya menyebabkan kematian
dan 7 juta kasus terjadi di Asia Tenggara. Insidensi di Indonesia rata-rata 900.000
kasus/tahun dengan kematian > 20.000 dan 77% kasus terjadi pada umur 3-19 tahun.
Sedangkan penyakit diare di Indonesia dapat ditemukan sekitar 60 juta kejadian penderita
diare, 70-80 % dari penderita ini adalah anak di bawah lima tahun (40 juta kejadian).8
Cakupan penduduk yang menggunakan sarana air bersih angka di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Medangasem pada periode Januari 2015 sampai dengan Oktober 2015
hanya mencapai 43,61%.Berdasarkan hal tersebut di atas maka dilakukan evaluasi program
yang sudah dijalankan, menindak lanjuti upaya perbaikan yang akan dijalankan dan
mengidentifikasi faktor risiko lingkungan berbagai jenis penyakit dan gangguan kesehatan.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, masalah yang didapat berupa:

1 Berdasarkan Global Water Supply and Sanitation Assesment 2000 Report yang dikeluarkan
oleh WHO/UNICEF, terdapat sekitar 1,1 milyar penduduk dunia yang masih kekurangan air
bersih.
2 Dari data Riskesdas 2010 diketahui daerah di pedesaan cakupan sumber air bersih sebesar
67,6 %.
3 Berdasarkan data Riskesdas 2013, proporsi rumah tangga di Indonesia dengan kualitas air
minum kategori baik (tidak keruh, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbusa, dan tidak
berbau) di perkotaan (96,0%) lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan (92,%).
4 Berbagai masalah yang dihadapi dalam pengelolaan sumber daya air yang buruk ini
menempatkan Indonesia pada peringkat terendah dalam Laporan Program Pembangunan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) tentang MDGs Asia Pasifik tahun 2006.
5 Penyakit diare di Indonesia dapat ditemukan sekitar 60 juta kejadian penderita diare, 70-80 %
dari penderita ini adalah anak di bawah lima tahun (40 juta kejadian).
6 Belum diketahuinya tingkat keberhasilan program, masalah yang timbul dan cara
penyelesaiannya dalam melaksanakan program pengawasan sarana air bersih di wilayah kerja
Puskesmas Medangasem periode Januari sampai dengan Oktober 2015.

1.3.Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum :

Untuk mengetahui data-data evaluasi program pengawasan sarana air bersih agar dapat
menyelesaikan masalah yang ditemukan dalam program pengawasan sarana air bersih
secara optimal di wilayah kerja Puskesmas Medangasem periode Januari 2015 sampai
dengan Oktober 2015 dengan harapan dapat menurunkan angka kematian dan angka
kesakitan akibat faktor risiko kesehatan lingkungan.

2 Tujuan Khusus :
1 Diketahuinya cakupan jumlah rumah yang menggunakan sarana air bersih untuk
keperluan sehari-hari di wilayah kerja Puskesmas Medangasem periode Januari 2015
sampai dengan Oktober 2015.
2 Diketahuinya cakupan hasil inspeksi program pengawasan sarana air bersih di wilayah
kerja Puskesmas Medangasem periode Januari 2015 sampai dengan Oktober 2015.
3 Diketahuinya cakupan jumlah sarana air bersih dengan tingkat pencemaran air yang
rendah di wilayah kerja Puskesmas Medangasem periode Januari 2015 sampai dengan
Oktober 2015.
4 Diketahuinya cakupan pengambilan sampel air di wilayah kerja Puskesmas
Medangasem periode Januari 2015 sampai dengan Oktober 2015.
5 Diketahuinya cakupan jumlah sarana air bersih dengan kualitas bakteriologi yang
memenuhi syarat kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Medangasem periode Januari
2015 sampai dengan Oktober 2015.

1 Manfaat
1.4.1 Bagi evaluator :
- Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat di bangku kuliah.
- Menjadi suatu pengalaman dan pengetahuan tentang evaluasi program pengawasan sarana
air bersih di Puskesmas dalam lingkup wilayah kerjanya.
- Megetahui berbagai kendala yang dihadapi dalam menjalankan program Puskesmas
khususnya mengenai pengawasan sarana air bersih dan merangsang cara berfikir kritis dan
ilmiah.
1.4.2 Bagi Perguruan Tinggi :
- Mengamalkan Tridarma Perguruan Tinggi
- Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang kesehatan.
- Mewujudkan Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) sebagai universitas yang
menghasilkan dokter yang berkualitas.

1.4.3 Bagi Puskesmas yang dievaluasi :

- Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam program pengawasan sarana air bersih
disertai dengan usulan atau saran sebagai pemecahannya.
- Memperoleh masukan dari saran-saran yang diberikan sebagai umpan balik agar
keberhasilan program di masa mendatang dapat tercapai secara optimal.

1.4.4 Bagi Masyarakat :


- Terciptanya pelayanan kesehatan lingkungan yang bermutu, khususnya bagi masyarakat
yang kekurangan air bersih.
- Dengan tercapainya keberhasilan program, diharapkan dapat memutuskan rantai penyakit
water borne diseases, water washed diseases, water based diseases, water related insect
vector di wilayah kerja Puskesmas Medangasem sehingga tidak lagi menjadi masalah
kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Medangasem.

2 Sasaran
Seluruh sarana air bersih di wilayah kerja Puskesmas Medangasem, Kabupaten
Karawang, Jawa Barat periode Januari 2015 sampai dengan Oktober 2015.
Bab II

Materi dan Metode

2.1. Materi

Materi yang dievaluasi dalam program ini terdiri dari beberapa program upaya kesehatan
lingkungan terutama sarana air bersih periode Janiuari 2015 sampai dengan Oktober 2015 di
UPTD Puskesmas Medangasem, kabupaten Jawa Barat, antara lain:

1. Laporan bulanan program SAB di PKM Medangasem, Januari 2015 - Oktober 2015

2. Data tentang SAB yg digunakan

3. Jumlah penduduk yg menggunakan SAB

4. Hasil inspeksi SAB keluarga

5. Cakupan pengambilan sampel air dalam pelaksanaan program pengawasan SAB

6. Jumlah SAB dengan kualitas bakteriologis yg memenuhi syarat kesehatan

7. Jumlah SAB yg mempunyai tingkat risiko pencemaran yg rendah

8. Pencatatan dan Pelaporan

2.2. Metode

Evaluasi program ini dilaksanakan dengan pengumpulan data, analisis data, dan
pengolahan data sehingga dapat digunakan untuk menjawab permasalahan pelaksanaan
program yang terjadi, baik pada awal, ditengah, maupun akhir program dengan cara
membandingkan cakupan program upaya kesehatan lingkungan terutama sarana air
bersih di Puskesmas Medangasem periode Januari 2015 sampai dengan Oktober 2015
terhadap tolok ukur yang telah ditetapkan dan menemukan penyebab masalah dengan
menggunakan pendekatan sistem.

Bab III

Kerangka Teoritis

3.1. Kerangka Teoritis

Lingkungan

Masukan Proses Keluaran Dampak

Umpan Balik

Bagan 1. Gambar Teori Sistem

Gambar di atas menerangkan sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling
dihubungkan dengan suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi
dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan. Bagian atau elemen tersebut dapat
dikelompokkan dalam lima unsur, yaitu :

1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan
dibutuhkan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut, terdiri dari tenaga (man), dana
(money), sarana (material), metode (method), mesin atau alat yang digunakan (machine),
jangka alokasi waktu (minute), lokasi masyarakat (market), dan informasi (information).

2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang ada di dalam sistem dan
berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan. Terdiri dari unsur
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan
pemantauan (controlling).

3. Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya
proses dalam sistem.

4. Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem tetapi
mempunyai pengaruh besar terhadap sistem, terdiri dari lingkungan fisik dan non fisik.

5. Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran
dari sistem dan sekaligus sebagai masukan dari sistem tersebut, berupa pencatatan dan
pelaporan yang lengkap, monitoring, dan rapat bulanan.

6. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dari suatu sistem.

3.2. Tolok Ukur Keberhasilan

Tolok ukur merupakan nilai acuan atau standar yang telah ditetapkan dan digunakan
sebagai target yang harus dicapai pada tiap-tiap variabel sistem, yang meliputi masukan,
proses, keluaran, lingkungan, dan umpan balik pada program pengawasan sarana air bersih
(SAB). Digunakan sebagai pembanding atau target yang harus dicapai dalam program
pengawasan sarana air bersih (SAB). (Lampiran I)

Berdasarkan Pedoman Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Sanitasi dalam


Mengahadapi Situasi Darurat, air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok makhluk
hidup sehari- hari. Air yang digunakan untuk kebutuhan manusia sebagai air minum atau
keperluan rumah tangga lainnya harus memenuhi syarat kesehatan, antara lain bebas dari
kuman penyakit dan tidak mengandung bahan beracun.
Air yang memenuhi syarat kesehatan harus memenuhi kriteria secara fisik,
bakteriologis, dan kimia. Kriteria air bersih yang memenuhi syarat sebagai berikut :
- Secara fisik, yaitu jernih, suhu lebih rendah dari suhu sekitar, tidak berwarna, tidak
berbau, dan tidak berasa.
- Secara bakteriologis dan kimiawi sesuai Kepmenkes No. 907 tahun 2002.
Dalam memenuhi kebutuhan air bersih diperlukan sarana air bersih yang sesuai
dengan keadaan dan kebutuhan. Berikut ini adalah berbagai sarana air bersih yang
digunakan oleh masyarakat sebagai sarana air bersih :
1 Sumur Gali
Merupakan sarana penyediaan air bersih tradisional yang banyak dijumpai di
masyarakat pada umumnya. Sumur gali menampung air dangkal atau kurang dari 7
meter.
Persyaratan konstruksi sumur gali meliputi :
Bangunan sumur gali terdiri dari dinding sumur, lantai sumur, dan bibir sumur yang
harus dibuat dari bahan kuat dan kedap air.
Dinding sumur sedalam minimal 3 meter dari permukaan tanah untuk mencegah
merembesnya air ke dalam sumur.
Bibir sumur harus setinggi minimal 0,7 meter dari permukaan tanah, harus kedap air
untuk mencegah merembesnya air ke dalam sumur, sebaiknya bibir sumur diberi
penutup agar air hujan dan kotoran lain tidak dapat masuk ke dalam sumur.
Lantai sumur harus kedap air, mempunyai luas dengan lebar minimal 1 meter dari
tepi bibir atau dinding sumur dengan tebal 10 cm.
Saluran air limbah minimal sepanjang lebih kurang 10 m dan sumur peresapan air
buangan yang dibuat dari bahan kedap air dan licin dengan kemiringan 2 % ke arah
pengolahan air buangan atau badan penerima.
Bangunan sumur gali harus dilengkapi dengan sarana untuk mengambil dan
menimba air, seperti timba dengan kerekan, timba dengan gulungan untuk timba atau
pompa tangan, jika menggunakan timba, timba tidak boleh diletakkan di atas lantai
sumur, untuk menghindari pencemaran sehingga kualitasnya terjamin.
Dasar sumur lebih baik diberi kerikilataupecahan batu atau pecahan marmer untuk
menahan endapan lumpur, agar tidak terbawa sewaktu pengambilan air dari sumur.
2 Sumur Pompa
Merupakan sarana penyediaan air bersih yang mempergunakan pompa baik
tangan maupun listrik untuk menaikkan air lubang sumur. Sumur pompa tangan (SPT)
berdasarkan kedalaman muka air yang diisapnya terdapat 3 jenis sumur pompa tangan,
yaitu :
a Sumur Pompa Tangan Dangkal (SPTDK)
Merupakan sumur yang dilengkapi dengan pompa tangan yang bisa mengisap air
secara teoritis dengan tekanan 1 atmosfer, tetapi dalam praktek dapat menaikkan air
dari kedalaman 7 meter atau kurang. Pompa tangan dapat dipasang pada sumur gali,
atau membuat lubang atau sumuran dengan jalan pengeboran maupun penyidukan.
b Sumur Pompa Tangan Sedang (SPTS)
Merupakan sumur yang dilengkapi dengan pompa tangan yang bisa mengisap air
dengan kedalaman lebih dari 7 meter sampai 20 meter. Pompa tangan ini bisa
dipasang pada sumur gali dengan kedalaman 7 meter atau lebih sesuai dengan
keadaan kedalaman sumur, namun biasanya membuat lubang atau sumuran dengan
jalan pengeboran atau penyidukan.
c Sumur Pompa Tangan Dalam (SPTDL)
Merupakan lubang atau sumuran yang dilengkapi dengan pompa tangan yang bisa
mengisap air dengan kedalaman 20 meter sampai dengan 30 meter. Lubang atau
sumuran yang dibuat biasanya dengan cara pengeboran.
3 Sumur Pompa Listrik (SPL)
Pada prinsipnya, cara pembuatan dan cara kerja SPL sama dengan SPT. Bedanya,
SPL menggunakan tenaga listrik sedangkan SPT menggunakan tenaga manusia. Jenis
jenis SPL, antara lain SPL untuk sumur dangkal, yaitu 9 meter atau kurang, jet pump
untuk kedalaman sampai 30 meter, dan pompa selam (submersible pump) untuk
kedalaman sampai 30 meter.
Jenis- jenis sarana air bersih lainnya meliputi Penampungan Air Hujan (PAH),
Perlindungan Mata Air (PMA), kran umum, hydran umum, dan Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM).
Bab IV

Penyajian Data

4.1. Sumber Data


Sumber data dalam evaluasi ini berupa data sekunder yang diperoleh dari data
kependudukan di wilayah kerja Puskesmas Medangasem; Laporan Bulanan Data Dasar
Penyehatan Lingkungan Puskesmas Medangasem periode Januari sampai dengan Oktober 2015.

4.2. Data Umum


4.2.1 Data Geografi
1 Luas Wilayah dan Batas-batas
1 Lokasi : Gedung UPTD Puskesmas Medangasem terletak di Jalan Medangasem, Desa
Medangasem, Kecamatan Jayakerta, Kabupaten Karawang.
Luas wilayah kerja puskesmas : 1.713 Ha. Puskesmas Medangasem memiliki
wilayah kerja terdiri dari 3 Desa (Desa Medangasem, Desa Kampungsawah, Desa
Ciptamarga), 13 RW, 57 RT. Jarak desa terjauh ke Puskesmas yaitu 5 km dan jarak
terdekat yaitu 2 km dengan waktu tempuh terlama adalah 15 menit dan waktu tempuh
tercepat 5 menit dengan demikian dapat dikatakan bahwa seluruh desa di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Medangasem relatif terjangkau. Jarak antara Puskesmas
Medangasem ke pusat kota Karawang adalah + 23 km
2 Batas wilayah kerja Puskesmas Medangasem
Sebelah Utara : Kecamatan Tirtajaya
Sebelah Selatan : Kecamatan Rengasdengklok
Sebelah Barat : Kecamatan Pebayuran Bekasi
Seelah Timur : Wilayah kerja UPTD Puskesmas Jayakerta
2 Wilayah Administrasi
Secara administrasi wilayah UPTD Puskesmas Medangasem mempunyai wilayah
kerja 3 ( tiga ) desa, terdiri dari 13 dusun, 57 RT dan 13 RW. Ketiga Desa Tersebut
adalah Desa Medangasem, Desa Kampung Sawah, dan Desa Ciptamarga.

4.2.2 Geologi

Wilayah kerja UPTD Puskesmas Medangasem, Kabupaten Karawang berada pada


dataran rendah.
4.2.3 Iklim

Sesuai dengan bentuk morfologinya Medangasem merupakan dataran rendah dengan


temperatur udara rata-rata 27-29 C. Tekanan udara rata-rata 0,01 milibar, penyinaran matahari
66 % dan kelembaban nisbi 80 %. Curah hujan tahunan berkisar antara 1.100 3.200
mm/tahun. Pada bulan Januari sampai April bertiup angin Muson Laut dan sekitar bulan Juni
bertiup angin Muson Tenggara. Kecepatan angin antara 30 35 km/jam, lamannya tiupan rata-
rata 5 7 jam.

4.2.4 Hidrografi

Medangasem mempunyai aliran sungai yang berfungsi mengaliri lahan pertanian atau
irigasi

5 Demografi
1 Jumlah penduduk secara keseluruhan di wilayah kerja Puskesmas Medangasem pada
Tahun 2014 adalah 34.410 jiwa.
Tabel 1. Jumlah jiwa dan KK UPTD Medangasem Tahun 2014

NO KELURAHAN/DESA JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KK JUMLAH RUMAH

1 MEDANGASEM 10.068 2909 1940

2 CIPTAMARGA 9938 2958 2451

3 KAMPUNGSAWAH 14.404 3820 2358

JUMLAH 34.410 9694 6749

2 Jumlah pasangan usia subur (PUS) : 5850 pasang.


3 Klasifikasi penduduk berdasarkan mata pencaharian di wilayah kerja Puskesmas
Medangasem adalah petani 54,06%, buruh tani 40,02%, karyawan swasta 0,91% ; lain-
lain 4,48%.
4 TingkatPendidikanpendudukdiwiayahkerjaUPTDPuskesmasMedangasemsebagian
besaryaituTamatSD35,54% dan tidak sekolah 35,37%.
3 Data Khusus
1 Masukan
1 Tenaga
Penanggung jawab program : 1 orang
Tenaga kesehatan lingkungan (sanitarian) : 1 orang
2 Dana
Anggaran Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) : Ada
3 Sarana
Medis
- Sanitarian kit untuk pemeriksaan kimia air : Ada
(Ammonium test, chlorine test, iron tes,
nitrat/nitrit test, total hardness, pH, temperature)
Non medis
- Infocus : Ada. 1 buah
- Layar : Ada
- Leaflet : Ada
- Lembar balik : Tidak ada
- Poster : Ada
- Formulir inspeksi sanitasi : cukup
- Formulir pengiriman sampel : tidak ada
- Alat tulis : cukup
- Buku pedoman Kesling : Ada (terbatas, 2 buah)
- Sarana transportasi : cukup

4 Metode
Pendataan jumlah dan jenis sarana air bersih
Pendataan ini diambil dari laporan pengawasan sarana air bersih di wilayah
kerja Puskesmas Medangasem periode Januari 2015 sampai dengan Oktober 2015,
seperti dibawah :
PDAM :41buah
SumurPompatTangan :805buah
SumurPompaListrik :1060buah
SumurGali :1023buah

Pemeriksaan atau inspeksi sarana air bersih.


Inspeksi dilakukan secara berkala minimal 3 kali per bulan. Pemeriksaan
kualitas air bersih diperiksa secara fisik, yaitu tidak berwarna, tidak berbau, tidak
keruh, tidak berasa, dan suhu dibawah suhu kamar. Inspeksi dilakukan dengan syarat :
Sumur gali yang memenuhi syarat kesehatan ialah :
Dinding sumur minimal sedalam 3 m dari permukaan lantai/tanah, dibuat dari tembok
yang tidak tembus air/bahan kedap air dan kuat (tidak mudah retak/longsor) untuk
mencegah perembesan air yang telah tercemar ke dalam sumur. Ke dalaman 3 m
diambil karena bakteri pada umumnya tidak dapat hidup lagi.
Kira-kira 1,5 m berikut ke bawah, dinding dibuat dari tembok yang tidak disemen,
tujuannya untuk mencegah runtuhnya tanah.
Diberi dinding tembok (bibir sumur), tinggi bibir sumur 1 meter dari lantai,
terbuat dari bahan yang kuat dan kedap air untuk mencegah agar air sekitarnya tidak
masuk ke dalam sumur, serta juga untuk keselamatan pemakai.
Lantai sumur disemen/harus kedap air, mempunyai lebar di sekeliling sumur l,5 m dari
tepi bibir sumur, agar air permukaan tidak masuk. Lantai sumur tidak retak/bocor,
mudah dibersihkan, dan tidak tergenang air, kemiringan 1-5% ke arah saluran
pembuanagan air limbah agar air bekas dapat dengan mudah mengalir ke saluran
air limbah.
Sebaiknya sumur diberi penutup/atap agar air hujan dan kotoran lainnya tidak
dapat masuk ke dalam sumur, dan ember yang dipakai jangan diletakkan di
bawah/lantai tetapi digantung.
Adanya sarana pembuangan air limbah. Sarana pembuangan air limbah harus
kedap air, minimal 2% ke arah pengolahan air buangan/peresapan.

Persyaratan sumur pompa sebagai berikut :

Saringan atau pipa-pipa yang berlubang berada di dalam lapisan tanah yang
mengandung air.
Lapisan yang kedap air antara permukaan tanah dan pipa saringan sekurang-
kurang 3 m.
Lantai sumur yang kedap air ditinggikan 20 cm dari permukaan tanah dan
lebarnya 1 m sekeliling pompa.
Saluran pembuangan air limbah harus ditembok kedap air, minimal 10 m
panjangnya.
Untuk mengambil air dapat dipergunakan pompa tangan atau pompa listrik.
Pemeriksaan secara lengkap terdapat di lampiran formulir inspeksi sanitasi air
bersih dapat dirujuk di lampiran formulir inspeksi sanitasi air bersih.

Pengambilan sampel air.


Pengambilan sampel air dilakukan setelah menentukan titik pengambilan yang
disesuaikan dengan jenis sarana air bersihnya. Untuk sumur pompa sampel diambil
setelah 5 menit air keluar, untuk sumur gali sampel diambil dengan kedalaman 20 cm
di bawah permukaan air, dan untuk PAM sampel diambil setelah 2 menit air keluar.
Untuk pemeriksaan fisik jumlah air yang diambil sebanyak 2 liter, untuk pemeriksaan
kimia jumlah air yang diambil sebanyak 5 liter, dan untuk pemeriksaan bakteriologis
wadah penampungan harus steril dengan jumlah air yang diambil sebanyak 100 ml,
kemudian diberi etiket dan dikirim ke laboratorium. Prosedur pengambilan sampel
secara lengkap terdapat di lampiran SOP pengambilan sampel.

Jumlah sarana air bersih yang mempunyai risiko pencemaran yang tinggi. Tingkat
risiko pencemaran air terbagi menjadi:
- AT (amat tinggi)
- T (tinggi)
- S (sedang)
- R (rendah).
Cara pemeriksaan lengkap dapat dilihat di lampiran formulir inspeksi sanitasi.

Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan
Data kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh petugas lapangan dimasukkan ke
dalam format pencatatan pengawasan air bersih (register dan formulir lain yang
diperlukan) seterusnya membuat penyajian atau visualisasi data dalam bentuk peta,
grafik atau tabel yang diperbaharui secara periodik (bulanan, triwulan dan tahunan).

Pelaporan
Puskesmas yang melaksanakan kegiatan ini melaporkannya kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten atau Kota sesuai format yang telah ada.

2 Proses
4.3.2.1 Perencanaan
Terdapat perencanaan yang dibuat setahun sebelumnya, berupa:
Pendataan SAB 12 kali (1 bulan sekali)
Inspeksi sanitasi SAB yang memenuhi syarat sebanyak 36 kali (1 bulan 3 kali)
Pengambilan sampel air untuk pemeriksaan kimia dan bakteriologis dilakukan
minimal 4 kali dalam setahun (3 bulan sekali)
Pemeriksaan sarana air bersih yang memiliki tingkat pencemaran yang tinggi
dilakukan minimal 4 kali dalam setahun (3 bulan sekali)
Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan : akan dilakukan setiap kegiatan dilaksanakan
Pelaporan : akan dilakukan setiap awal bulan.

2 Pengorganisasian
Pengorganisasian Program Pengawasan Sarana Air Bersih
di UPTD Puskesmas Medangasem

Kepala PKM
Wawan Gunawan, SKM.
Ka. Tata Usaha
Aah farihah, SKM

Koordinator Program
Tri Muryanti, A.Md KL

Pelaksana Program
Bagan 2. Struktur organisasi bagian kesehatan lingkungan Puskesmas Medangasem
Tri Muryanti, A.Md KL

Pengorganisasian dalam program Kesehatan Lingkungan dibagi berdasarkan jabatan:

a Kepala Puskesmas (Wawan Gunawan, SKM):


Sebagai penanggung jawab program.
Monitoring pelaksanaan Kesehatan Lingkungan tingkat kecamatan.
Melakukan evaluasi data hasil pelaksanaan kegiatan Kesehatan Lingkungan di wilayah
kerja.
b Koordinator Kesehatan Lingkungan (Tri Muryanti, A.Md KL):
Koordinator program.
Pelaksana program.
Melakukan pencatatan hasil keberhasilan program dan melaporkan hasil pencatatan
kepada Kepala Puskesmas tiap bulan.
3 Pelaksanaan
Sesuai dengan rencana dan metode yg telah ditetapkan, dilaksanakan secara berkala :

Pendataan 1 kali sebulan tentang jenis dan jumlah sarana air bersih.
Pemeriksaan sarana air bersih
Pemeriksaan minimal 3 kali setiap bulan terhadap sarana air bersih yang ada,
dilakukan oleh petugas kesehatan lingkungan dibantu staf promkes dan RT sekitar
dengan mendatangi rumah penduduk yang menggunakan SAB di wilayah kerja
Puskesmas Medangasem

Pengambilan sampel air untuk pemeriksaan kimia dan bakteriologis


Tidak dilakukan pengambilan sampel air.

Pemeriksaan sarana air bersih yang memiliki resiko pencemaran tinggi


Tidak dilakukan pemeriksaan SAB dengan resiko pencemaran tinggi

Pencatatan dan pelaporan :


Pencatatan: Dilakukan setiap bulan

Pelaporan: dilakukan setiap awal bulan.

4 Pengawasan
Adanya pencatatan tiap bulan/tahunan dan pelaporan secara berkala tentang kegiatan
pengawasan kualitas air ke tingkat Kabupaten minimal 3 bulan sekali dan apabila terjadi
kejadian luar biasa karena penurunan kualitas air.

1 Cakupan rumah yang menggunakan sarana air bersih


Jumlah rumahdilokasi yang menggunakan sarana air bersih
x 100
Jumlah rumah dilokasi
2929
cakupan : x 100 =43,61
6715

Target : 80 % dalam setahun (Berdasarkan Target Dinas Kesehatan Kab. Karawang)


Target dari bulan Januari sampai dengan Oktober 2015
10
x 80 =66,67
12

Metode : Pencatatan rumah yang menggunakan SAB setiap bulan dibalai desa wilayah kerja
Puskesmas Medangasem, Kabupaten Karawang periode Januari Oktober2015

2 Cakupan hasil inspeksi sarana air bersih (SAB)


Jumlah SAB yang diinspeksi
x 100
jumlah SAB yang ada

1373
cakupan : x 100 =46 , 87
2929

Target : 80 % dalam setahun (Berdasarkan Target Dinas Kesehatan Kab. Karawang)


Target dari bulan Januari sampai dengan Oktober 2015
10
x 80 =66,67
12

Metode : Mendatangi rumah penduduk yang menggunakan SAB di wilayah kerja Puskesmas
Medangasem, Kabupaten Karawang periode Januari Oktober 2015, dan memberikan
Formulir Inspeksi Sanitasi untuk diiisi oleh kepala keluarga (perwakilan).

3 Cakupan pengambilan sampel air dari sarana air bersih yang diinspeksi

Jumlah SAB yang diinspeksi yang airnya diambil untuk sampel


x 100
Jumlah SAB yang diinspeksi

Cakupan : tidak dilakukan


Target : 80 % dalam setahun (Berdasarkan Target Dinas Kesehatan Kab. Karawang)

4 Cakupan jumlah SAB dengan kualitas bakteriologis yang memenuhi syarat


kesehatan
Jumlah sampel air yang memenuhi syarat bakteriologis
x 100
Jumlah sampe air yang diperiksa

Cakupan : tidak dilakukan

Target : 100 % (Berdasarkan Target Dinas Kesehatan Kab. Karawang).7,8

4 Lingkungan
1 Fisik
Sebagian besar Kecamatan Jayakerta daratannya diliputi sawah, tanah, dan sebagian kecil
oleh sungai. Sehingga masyarakat di kecamatan ini menggunakan air tanah yang kebanyakan
didapat dari sarana sumur gali, dan pompa tangan. Tapi banyak juga masyarakat yang
menggunakan air sungai untuk keperluan sehari-hari. Medangasem mempunyai aliran sungai
yang berfungsi mengaliri lahan pertanian / irigasi. Wilayah kerja UPTD Puskesmas
Medangasem, kabupaten Karawang berada pada dataran rendah.

2 Non fisik
- Keadaan sosial ekonomi masyarakat dapat mempengaruhi keberhasilan program. Sebagian
besar penduduk bermata pencaharian petani dari total jumlah penduduk merupakan
masyarakat miskin, hal tersebut dapat mempengaruhi akses untuk mendapatkan sarana air
bersih yang memadai.
- Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi keberhasilan program. Karena sebagian besar
penduduk merupakan tamatan SD, pengetahuan tentang kualitas air dan sarana air bersih
masih kurang.
- Perilaku masyarakat dalam menggunakan air bersih dapat mempengaruhi keberhasilan
program. Sebagian masyarakat masih menggunakan air sungai untuk keperluan mandi,
mencuci, tempat buang air besar, dan tempat pembuangan limbah keluarga.

5 Umpan Balik
- Adanya pencatatan dan pelaporan yang lengkap sesuai dengan waktu yang ditentukan akan
dapat digunakan sebagai masukan dalam perencanaan program pengawasan sarana air bersih
selanjutnya.

6 Dampak
-Dampak langsung seperti menurunnya angka penyakit berbasis lingkungan, seperti Diare
belum dapat dinilai.
-Dampak tidak langsung yaitu masalah penyediaan dan pengawasan air bersih tidak lagi
menjadi permasalahan serta peningkatan derajat kesehatan masyarakat belum dapat
dinilai.

Bab V
Pembahasan

Tabel 2. Variabel-variabel dari Masalah


N Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah
o Target PKM Medangasem PKM Medangasem/ EO
X 100
E
dan Provinsi Jawa Barat/ 10 bulan
10 bulan
1. Keluaran :
Cakupan Jumlah 66,67 % 43,61% (+)
rumah yang (Januari Oktober 2015) (Januari Oktober 2015) 34,58%
menggunakan air
dari sarana air
bersih

Cakupan Hasil 66,67 % 46,87% (+)


Inspeksi SAB (Januari Oktober 2015) (Januari Oktober 2015 29,69%

Cakupan
pengambilan 66,67 % 0% (+)
sample air dari (Januari Oktober 2015) Tidak dilakukan 66,67%
sumber air bersih
yang diinspeksi

Cakupan
pengambilan 83,33% 0% (+)
sampel air untuk (Januari Oktober 2015) Tidak dilakukan 83,33%
pemeriksaan
kimia dan
bakteriologis

2. Masukan :
Tenaga Tersedianya minimal 2 orang 1 orang tenaga kesling (+)
sebagai koordinator dan yang merangkap sebagai
pelaksana program koordinator dan pelaksana
pengawasan SAB yang program yang terampil di
terampil dibidangnya bidangnya.

Dana (money) Tersedianya dana yang cukup Tidak ada laporan


berasal dari APBD dan APBN penggunaan dana
untuk petugas sebesar Rp. operasional dan (+)
25.000, tiap RW. kurangnya dana
operasional kegiatan
- Formulir inspeksi sanitasi - Tidak ada Formulir
Sarana (Material) air bersih pengiriman sampel,
- Botol steril, tas/kotak lembar balik, botol (+)
pengepakan botol steril, dan tas atau
- Formulir pengiriman kotak pengepakan
sampel botol. Tidak ada
- Formulir hasil pemeriksaan (+)
sample
- Alat tulis, sarana
transportasi
Metode pemeriksaan

1 Dilakukan pendataan jumlah kualitas air bersih

dan jenis SAB dilakukan berdasarkan


Metode
2 Dilakukan pemeriksaan kriteria fisik saja, yaitu

SAB tidak berbau, tidak

3 Dilakukan pengambilan berwarna, dan tidak (+)


sampel untuk pemeriksaan berasa

kimia dan bakteriologis air Tidak dilakukan


pengambilan sampel
4 Dilakukan pemeriksaan untuk pemerik saan
sarana air bersih dengan kimia bakteriologis.
resiko pencemaran air yang Tidak dilakuakan
tinggi. pemeriksaan sarana air
5 Pencatatan dan pelaporan bersih dengan tingkat
pencemaran tinggi. (+)

Struktur organisasi sudah


ada dan jelas namun
Dibentuk struktur organisasi, koordinasi belum optimal,
kepala Puskesmas sebagai dimana satu orang
Proses penanggungjawab program, bertugas sebagai (+)
Pengorganisasian melimpahkan kekuasaan koordinator sekaligus
kepada koordinator program pelaksana program.
(programmer), kemudian
melakukan koordinasi dengan
pelaksana program Pendataan SAB sudah
baik, pengawasan belum
Sesuai dengan rencana dan
optimal, dimana tidak ada (+)
metode yang telah ditetapkan,
jadwal dan target
dilaksanakan secara berkala:
3. Pelaksanaan pemeriksaan yang tepat
pemeriksaan dan inspeksi
setiap bulannya,
SAB minimal 3x/bulan,
pengambilan sampel
pengambilan sampel untuk
untuk pemeriksaan kimia
pemeriksaan kimia dan
dan mikrobiologi air tidak
mikrobiologi air 4x/tahun.
dilakukan.
Pemeriksaan SAB dengan
resiko pencemaran tinggi (+)
tidak dilakukan

Pengaruh Lingkungan
Fisik Masyarakat di kecamatan Jayakerta menggunakan air tanah
yang didapat dari sarana sumur gali, sumur pompa, juga sarana
air bersih dari PDAM. Tetapi tidak sedikit juga masyarakat
yang menggunakan air irigasi untuk keperluan sehari-hari
seperti mandi dan mencuci. Air irigasi berwarna kehijauan,
dengan banyak tanaman gulma ditepi sungai. Terdapat beberapa
tempat yang menjadi tempat jamban.
Non Fisik

1 Keadaan sosial ekonomi masyarakat dapat mempengaruhi


keberhasilan program. Sebagian besar kepala keluarga
bermata pencaharian petani dari total jumlah keluarga
merupakan keluarga miskin, hal tersebut dapat
mempengaruhi akses untuk mendapatkan sarana air bersih
yang memadai.
2 Tingkat pendidikan memengaruhi keberhasilan program
SAB. Karena sebagian besar tingkat pendidikan Kepala
Keluarga tamat SD pengetahuan tentang kualitas air dan
SAB masih kurang.
3 Prilaku masyarakat dalam menggunakan air bersih dapat
mempengaruhi keberhasilan program. Sebagian masyarakat
masih menggunakan air irigasi untuk keperluan mandi,
mencuci, tempat buang air besar, dan tempat pembungan
limbah keluarga.
Bab VI
Perumusan Masalah

Dari pembahasan hasil evaluasi program pengawasan sarana air bersih di Puskesmas
Medangasem periode Januari sampai dengan Agustus 2015,terlihat beberapa masalah:

6.1 Masalah sebenarnya ( menurut keluaran)


6.1.1 Cakupan jumlah rumah yang menggunakan air bersih dengan besar masalah 34,58%
6.1.2 Cakupan inspeksi sarana air bersih dengan besar masalah 29,69%
6.1.3 Belum dilakukannya pengambilan sampel air terhadap sarana air bersih yang diinspeksi.
6.1.4 Belum dilakukannya pemeriksaan kualitas bakteriologis pada sampel air bersih.

6.2 Masalah dari unsur lain (penyebab)


6.2.1 Masukan
Tenaga
Hanya terdapat satu tenaga yang merangkap sebagai koordinator dan pelaksana
program yang terampil di bidangnya, hal ini sangat menyulitkan dalam pelaksanaan
program pengawasan sarana air bersih.
Dana
Dana BOK hanya mencukupi inspeksi beberapa sarana air bersih, tidak cukup jika
menginspeksi seluruh sarana air bersih. Tidak ada dana untuk melakukan
pemeriksaan laboratorium air bersih untuk menilai kualitas air.
Sarana (Material)
Tidak lengkapnya sarana yang digunakan untuk membantu program pengawasan
sarana air bersih, seperti tidak adanya formulir pengiriman sampel dan tas/kotak
pengepakan botol untuk pemeriksaan kualitas air.
Metode
Pengambilan sampel air untuk pemeriksaan kimia dan bakteriologis tidak dilakukan.
Pemeriksaan sarana air bersih dengan tingkat resiko pencemaran yang tinggi juga
tidak dilakukan.

6.2.2 Proses
Pengorganisasian
Struktur dan pelimpahan tugas dari Kepala Puskesmas ke koordinator program
(programmer) sudah ada, namun koordinator dan pelaksana sama, sehingga
kurangnya tenaga kerja dapat memengaruhi kuantitas sarana air bersih yang
diperiksa, maupun kualitas pemeriksaan.
Pelaksanaan
Sudah dilakukan pengumpulan data, pemeriksa setiap bulannya. Pelaksanaan program
tidak disertai jadwal serta yang tetap setiap bulannya, sehingga memengaruhi jumlah
kuantitas sarana air bersih yang diperiksa. Selain itu, pengambilan sampel untuk
pemeriksaan kimia dan bakteriologis air, serta pemeriksaan sarana air bersih yang
memiliki tingkat resiko pencemaran tinggi tidak dilakukan.

Bab VII
Prioritas Masalah

Berdasarkan rumusan masalah pada variabel keluaran, maka di dapat beberapa masalah :
A. Cakupan rumah yang menggunakan air bersih pencapaiannya hanya 43,61 % dari target
66,67%
B. Cakupan inspeksi sarana air bersih pencapaiannya hanya 46,87 % dari target 66,67 %
C. Cakupan pengambilan sampel air yang tidak dilakukan.
D. Cakupan SAB dengan kualitas bakteriologis yang memenuhi syarat kesehatan yang tidak
dilakukan.
Dengan sistem skoring, maka akan di dapat prioritas masalah sebagai berikut : berikut :
No Parameter Prioritas Masalah

A B C D
1 Besarnya masalah 5 4 5 5
2 Berat ringannya masalah 5 4 3 5
3 Keuntungan sosial karena terselesainya masalah 5 5 3 4
4 Sumber daya yang tersedia untuk menyelesaikan masalah 3 5 3 3
5 Teknologi yang tersedia 5 3 3 3
Jumlah 23 21 17 20
Keterangan derajat masalah :
5 : Sangat Penting
4 : Penting
3 : Cukup Penting
2 : Kurang Penting
1 : Sangat Kurang Penting
Dari dilakukannya teknik skoring untuk mendapatkan prioritas masalah, di dapat 2 masalah
yang ingin diselesaikan yaitu :
1. Cakupan jumlah rumah yang menggunakan air bersih dengan besar masalah 34,58%
2. Cakupan inspeksi sarana air bersih dengan besar masalah 29,69%

Bab VIII
Penyelesaian Masalah

Masalah 1 :
Cakupan jumlah rumah yang menggunakan air bersih dengan pencapaian 43,61% dan besar
masalah 34,58 %
Penyebab :
Tenaga
Kurangnya jumlah tenaga di bidang kesehatan lingkungan di Puskesmas Medangasem,
dimana coordinator sekaligus pelaksana program kesehatan lingkungan di jabat oleh satu
orang yang sama.
Dana
Tidak ada laporan penggunaan dana yang diterima.
Pelaksanaan
Tidak dilakukan pengambilan sampel untuk pemeriksaan kimia dan bakteriologis air, serta
pemeriksaan sarana air bersih yang memiliki resiko pencemaran tinggi. Tidak ada jadwal
pemeriksaan sarana air bersih yang tetap.
Penyelesaian Masalah
Tenaga
Penambahan tenaga kesehatan lingkungan yang direkrut dari bagian lain di Puskesmas atau
perekrutan tenaga yang ahli dalam bidang kesehatan lingkungan yang berasal dari luar
puskesmas
Dana
Dilakukan pelaporan dana yang telah diterima dan yang telah digunakan kepada Puskesmas,
mencari sumber-sumber dana yang baru di Puskesmas.
Pelaksanaan
Koordinator program membuat jadwal pemeriksaan sarana air bersih yang tetap untuk setiap
bulannya, serta membuat target pemeriksaan sarana air bersih perbulan.

Masalah 2 :
Cakupan hasil inspeksi sarana air bersih dengan pencapaian 46,87 % dan besar masalah 29,69 %
Penyebab :
Tenaga
Tenaga yang kurang untuk melakukan inspeksi kualitas sarana air bersih. Selain itu, petugas
juga menjalankan multiprogram. Ini membuat pekerjaan inspeksi sarana air bersih kadang
kurang optimal
Bahan
Tidak ada formulir pengecekan air di puskesmas.

Penyelesaian Masalah
Tenaga
Penambahan tenaga kesehatan lingkungan yang direkrut dari bagian lain di Puskesmas atau
perekrutan tenaga yang ahli dalam bidang kesehatan lingkungan yang berasal dari luar
puskesmas
Bahan
Mengkoordinasi dengan pusat untuk bahan-bahan yang diperlukan dari dinas kesehatan.
Bab IX

Penutup

9.1 Kesimpulan

Dari hasil evaluasi program pengawasan sarana air bersih dengan cara pendekatan sistem
dapat diambil kesimpulan bahwa program pengawasan sarana air bersih di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Medangasem, Kabupaten Karawang pada periode Januari 2014 sampai dengan
Oktober 2015 belum mencapai target. Ditemukan beberapa kekurangan yang menjadi masalah,
yaitu:

a Jenis sarana air bersih yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Medangasem, yaitu
PDAM, SGL, SPT, dan Pompa listrik, dengan jumlah seluruhnya, yaitu 2.929 SAB.
b Cakupan jumlah rumah yang menggunakan air bersih dengan pencapaian 43,61 % dan
besar masalah 34,58 % karena tenaga kerja dan dana yang kurang.
c Cakupan hasil inspeksi sarana air bersih dengan pencapaian 46,87 % dan besar masalah
29,69 % karena tenaga yang kurang.
d Cakupan pengambilan sampel air untuk pemeriksaan kimia dan bakteriologis air tidak
dilakukan
e Cakupan pemeriksaan sarana air bersih yang memiliki tingkat resiko pencemaran yang
tinggi tidak dilakukan.

Dengan prioritas masalah :


Cakupan jumlah rumah yang menggunakan air bersih dengan pencapaian 43,61 % dan
besar masalah 34,58 %
Cakupan hasil inspeksi sarana air bersih dengan pencapaian 46,87% dan besar masalah
29,69 %
9.2 Saran

9.2.1 Saran bagi kepala Puskesmas

Untuk mengatasi kendala pada tingkat keberhasilan program Pengawasan Sarana Air Bersih di
Puskesmas Medangasem, saya harapkan saran saya kepada Kepala Puskesmas dalam waktu
sebulan ini dapat diterima dan dijalankan secara benar.
a. Dilakukannya penyuluhan yang intensif oleh pihak promosi kesehatan kepada orang yang
masih terbiasa menggunakan air yang tidak bersih padahal di daerahnya sudah terdapat
sarana air bersih tentang pentingnya penggunaan air bersih untuk kepentingan sehari-hari
b. Penambahan tenaga kesehatan lingkungan yang direkrut dari bagian lain atau dari warga
sekitar dengan memfasilitasi pelatihan terhadap tenaga kesehatan bagian lain guna
menambah tenaga pelaksana program di Puskesmas.
c. Penambahan biaya yang tidak hanya dari APBD saja melainkan bersumber dari
masyarakat sekitar untuk mengadakan sumbangan iuran agar terlaksana program
puskesmas dalam hal penyediaan sarana air bersih.

9.2.2 Saran bagi pemegang program pengawasan sarana air bersih

Membuat jadwal dan target pemeriksaan sarana air bersih yang tetap setiap bulannya.
Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk mengikuti arisan warga untuk membangun
sumur gali atau sumur pompa secara bergilir.
Melakukan perincian dana terhadap dana yang diterima dan dana yang dikeluarkan untuk
pengawasan sarana air bersih.
Melakukan pemetaan pada laporan tahunan untuk pemeriksaan sarana air bersih sehingga
tidak melakukan pemeriksaan kembali pada rumah tangga yang sama.
Besar harapannya semoga melalui saran di atas dapat membantu berjalannya
program pengawasan sarana air bersih pada periode yang akan datang sehingga dapat
mencapai tingkat keberhasilan sesuai target yang diharapkan.
Daftar Pustaka
1 L.A. Dewi, R. Dwina. Evaluasi Penyediaan Air Bersih Dan Sanitasi Lingkungan
Sebagai Dasar Usulan Perencanaan Perbaikan (Studi Kasus : Kecamatan Cileunyi,
Kabupaten Bandung). Program Studi Teknik Lingkungan ITB. Bandung : 2005.
2 Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat. Buku Kumpulan Peraturan dan Pedoman Teknis
Kesehatan Lingkungan Buku II. 2004.
3 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja
Puskesmas Provinsi Jawa Barat. Cetakan I. Jawa Barat. 2006.
4 WHO/UNICEF. Global Water Supply and Sanitation Assessment 2000 Report.Geneva.
2000.
5 Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hasil Survei Kesehatan Nasional
(SUSENAS) tahun 2004. Jakarta : Depkes RI, 2009.
6 Trihono, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional 2010. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Diunduh tanggal 3 September 2015 dari:
http://www.kesehatan.kebumenkab.go.id/data/lapriskesdas.pdf

7 Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Program Air Bersih dan Sanitasi. Jakarta :
Depkes RI, 2004.
8 Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Penyakit yang Ditularkan Melalui Air.
Jakarta : Depkes RI, 2007.
LAMPIRAN
Lampiran I

Tabel 1.1 Variabel dan Tolok Ukur Keberhasilan


No Variabel Tolok Ukur
Target total provinsi Jawa barat
1 Keluaran :
- Cakupan Jumlah penduduk yang 80%
mengunakan air dari sarana air bersih
- Hasil inspeksi sarana air bersih (SAB) 80%
- Cakupan pengambilan sampel air 80%
- Cakupan SAB dengan kualitas 100%
bakteriologis yang memenuhi syarat
kesehatan
- Perlindungan SAB dari risiko 95%
pencemaran

2 Masukan :
- Tenaga (Man) Tersedianya minimal 2 orang sebagai
koordinator dan pelaksanaprogram penga-
wasan sarana air bersih yang terampil di
bidangnya.

- Dana (Money) Tersedianya dana BOK sebesar Rp50.000


setiap bulan untuk setiap desa.

- Metode 1.Dilakukan pendataan jumlah dan jenis


SAB
2.Dilakukan pemeriksaan SAB
3.Dilakukan pengambilan sampel untuk
pemeriksaan kimia dan bakteriologis air
5.Dilakukan pemeriksaan risiko
pencemaran air
6. Pencatatan dan Pelaporan

3 Proses
-Pengorganisasian Dibentuk struktur organisasi, kepala
puskesmas sebagai penanggungjawab
program, melimpahkan kekuasaan kepada
Koordinator program, kemudian
melakukan koordinasi dengan pelaksana
program.
-Pelaksanaan Sesuai dengan rencana dan metode yang
telah ditetapkan, dilaksanakan secara
berkala : pengumpulan data 1x/per bulan
dan pengawasan kualitas air bersih 4x per
tahun. Dilakukan pengambilan sampel
sesuai dengan jenis sarana air bersih,
kemudian dilakukan pemeriksaan
laboratorium untuk menilai kandungan
bakteriologi dan kimia & serta dilakukan
pemeriksaan risiko pencemaran air.
-Pengawasan Adanya pencatatan tiap bulan dan tahun,
serta pelaporan secara berkala tentang
kegiatan pengawasan kualitas air ke
tingkat Kabupaten minimal 3 bulan sekali
dan apabila terjadi kejadian luar biasa
karena penurunan kualitas air.
4 Lingkungan - Kondisi geografis dapat mempengaruhi
kualitas air
- Keadaan sosial ekonomi masyarakat
dapat mempengaruhi keberhasilan
program.
- Tingkat pendidikan dapat
mempengaruhi keberhasilan program.
- Perilaku masyarakat dalam
menggunakan air bersih dapat
mempengaruhi keberhasilan program

Lampiran II

Data Monografi Medangasem

Tabel II.1 Data Jumlah Penduduk di Kecamatan Jayakerta tahun 2014

NO KELURAHAN/DESA JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KK JUMLAH RUMAH

1 MEDANGASEM 10.068 2909 1940

2 CIPTAMARGA 9938 2958 2451

3 KAMPUNGSAWAH 14.404 3820 2358

JUMLAH 34.410 9694 6749

Sumber: Data Monografi Kecamatan Medangasem 2014

Tabel 2 . Klasifikasi Tingkat Pendidikan Penduduk di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas


Medangasem Tahun 2013

No Tingkat Pendidikan Jumlah %

1 SD / MI 10946 35,54
2 SMP / MTs 4885 15,86
3 SMA/Aliyah/Sederajat 2954 9,59
4 D1/Sederajat 20 0,0064
5. D2/Sederajat - -
6. D3/Sederajat 81 0,26
7. S1/Sederajat 90 0,29
8. S2/Sederajat 2 0.0006
9. S3/Sederajat - -
9. Tidak Tamat SD 611 1,98
10. Tidak Tamat SMP/Sederajat 315 1,02
11. Tidak Sekolah 10894 35,37
Jumlah 30798 100

Sumber: Data Monografi Medangasem 2013

Lampiran III

Data Demografis Medangasem


Sumber: www.karawanginfo.com
Gambar II.2.Peta Wilayah Kecamatan Medangasem

KecamatanMedangasem
Meliputi Desa :
Medangasem, Kampung Sawah dan Ciptmarga
Lampiran IV
Sarana Air Bersih

Syarat-Syarat Kualitas Air Minum

Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok makhluk hidup sehari-hari. Air
digunakan untuk kebutuhan manusia sebagai air minum atau keperluan rumah tangga lainnya
harus memenuhi syarat kesehatan, antara lain bebas dari kuman penyakit dan tidak mengandung
bahan beracun. Air minum yang memenuhi syarat kesehatan sangat penting dalam mempertinggi
derajat kesehatan masyarakat.

Syarat-Syarat Kualitas Air Minum

Secara umum syarat-syarat kualitas air minum meliputi seperti, dibawah ini:

1. Syarat fisik, yaitu:


a. Jernih
b. Tidak berwarna
c. Tidak berbau
d. Tidak berbusa
e. Temperaturnya tidak melebihi suhu udara luar.
2. Syarat kimia, yaitu:
a. Tidak boleh mengandung unsur kimia yang bersifat racun
b. Tidak boleh mengandung zat yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan
c. Tidak boleh mengandung zat yang kadarnya melebihi batas-batas tertentu,
sehingga menimbulkan gangguan ekonomi, teknis, dan fisiologis.
3. Syarat bakteriologis, yaitu:
Dalam air minum tidak diperbolehkan adanya kuman parasit dan kuman patogen.
a. Air minum dari sistem pengolahan
i. Setiap 100 ml sampel air tidak boleh mengandung bakteri golongan koli
(coliform)
ii. Setiap 100 ml sampel air tidak boleh mengandung bakteri golongan koli
tinja (E.coli).
b. Air minum dari sistem non pengolahan
i. Setiap 100 ml sampel air diperbolehkan sejumlah 10 bakteri golongan koli
(coliform)
ii. Setiap 100 ml sampel air tidak boleh mengandung bakteri golongan koli
tinja (E.coli).
4. Syarat radioaktif, yaitu:
a. Sinar alfa, maksimum yang diperbolehkan 10-9 c/ml
b. Sinar beta, maksimum yang diperbolehkan 10-8 c/ml.

Pengambilan dan Pengiriman Sampel

1. Pengambilan sampel air minum untuk pemeriksaan bakteriologis


2. Pengambilan sampel dari kran atau pancuran pompa
a. Bersihkan kran atau pancuran pompa dari setiap benda menempel dengan
menggunakan kain lap yang bersih.
b. Membuka kran secara maksimal dan membiarkan air mengalir selama 2-3 menit,
kemudian menutup kran kembali.
c. Memanaskan seluruh kran atau pancuran pompa dengan nyala api dengan kapas
yang telah dicelupkan ke dalam alkohol hingga uap air keluar dari mulut kran atau
pancuran pompa.
d. Kran kemudian dibuka kembali dan air dari kran atau pancuran pompa dibiarkan
mengalir beberapa saat.
e. Membuka botol steril, tali pengikat kertas pelindung warna coklat dilepas, dan
penutup diangkat dan diputar. Membuka bungkusan kecil isi penutup botol steril.
f. Mengisi botol, tangan kiri memegang penutup dan pelindung yang mukanya
menghadap ke bawah (untuk mencegah masuknya debu yang mungkin
mengandung mikroorganisme), botol dengan segera ditaruh di bawah, air yang
sedang mengalir dan diisi.
g. Botol tidak diisi penuh sisakan sedikit agar udara tetap dalam botol supaya mudah
dikocok pada waktu pengambilan sebelum dianalisa.
h. Mulut botol dilidah-api kan lagi dan botol ditutup kembali, kertas coklat
pelindung dimantelkan kemudian diikat kembali.
3. Pengambilan sampel dari aliran air atau reservoar
a. Membuka botol steril
b. Mengisi botol, peganglah botol pada bagian agak kebawah, celupkan, ke dalam
air sampai sedalam 20 cm dengan bibir sedikit menghadap ke atas, bilamana ada
aliran dalam air, mulut botol harus menghadap arah datangnya aliran air.
c. Mulut botol dilidahapikan lagi dan botol ditutup kembali.
4. Pengambilan sampel dari sumur gali atau sumber sejenis
a. Pergunakan botol yang dilengkapi dengan pemberat dan tali sepanjang 20m yang
digulung pada kayu, serta diikatkan pada botol.
b. Membuka botol steril
c. Turunkan botol dengan pemberat ke dalam sumur, lepaskan gulungan tali secara
perlahan-lahan. Jangan biarkan botol menyentuh dinding sumur.
d. Menenggelamkan botol sepenuhnya ke dalam air minum 20 cm di bawah
permukaan air.
e. Mengangkat botol, sekali botol dinyatakan terisi, tali digulung kembali pada kayu
untuk membawa botol yang telah penuh air ke atas. Buang sedikit airnya, bila
botol terlalu penuh supaya ada ruang udara.
f. Mulut botol dilidahapikan dan botol ditutup kembali.

Lampiran V

Jumlah Sarana Air Bersih Yang Diperiksa Diseluruh Kecamatan Jayakerta Periode
Januari sampai dengan Oktober 2015

N SARANA AIR BERSIH


DESA PDAM SPT SGL POMPA LISTRIK
O YP MS JP YP MS JP YP MS JP YP MS JP
1 Medangasem 5 5 14 296 113 529 280 158 1211 510 220 1067
2 Ciptamarga 13 13 17 310 111 463 276 177 1520 229 131 729
3 Kampung Sawah 23 23 83 199 70 419 467 188 1388 321 164 619
Jumlah 41 41 114 805 294 1411 1023 523 4119 1060 515 2415

Keterangan:
YA = Yang diperiksa
MS = Memenuhi Syarat
JP = Jumlah Pemakai
PDAM = Perusahan Daerah Air Minum
Jenis SAB Yang Memenuhi Jumlah SPT = Sumur
Diperiksa Pemakai Pompa Tangan
Syarat
1 PDAM 41 41 114 SGL = Sumur
2 SPT 805 294 1411 Gali
3 SGL 1023 523 4119
4 Pompa Listrik 1060 515 2415
Total 2929 1873 8059

Tabel V.2. Tabel Jenis Sarana Air Bersih dan Jumlah Yang Diperiksa, Memenuhi Syarat,
dan Jumlah Pemakai Sarana Tersebut

Anda mungkin juga menyukai