Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL BERMAIN TERAPEUTIK

UNIVERSITAS : UNIVERSITAS SAM RATULANGI


SEMESTER/PROGRAM : I/ Profesi Ners
MATA KULIAH : Keperawatan Anak
TOPIK : BERMAIN Teraputik DI RUMAH SAKIT
SUB TOPIK : MEWARNAI
SASARAN : ANAK USIA PRE SEKOLAH
TEMPAT : IRINA E BLU RSUP Prof. dr. R. D.Kandou
Manado
HARI/TANGGAL :Rabu/6 Mei 2014
WAKTU : 10.00 WITA-10.30 WITA

A. Latar belakang
Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis utama yang tampak pada
anak. Hospitalisasi adalah suatu kondisi seseorang karena sakit dan masuk
rumah sakit atau selama seseorang berada di rumah sakit karena sakit
(Dorland, 2000). Hospitalisasi menimbulkan suatu kondisi krisis baik bagi
anak maupun keluarganya (Nursalam, Rekawati & Utami, 2005). Dalam hal
ini persepsi anak terhadap penyakit berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh
tahapan usia perkembangan anak, pengalaman sebelumnya terhadap sakit,
sistem pendukung yang ada, dan kemampuan koping anak (Hockenberry, &
Wilson, 2009). Oleh karena itu, sebagai perawat perlu memahami stresor dan
reaksi anak selama sakit dan dirawat di rumah sakit sesuai tahap
perkembangan anak.
Stres yang dialami oleh anak dan keluarga akibat hospitalisasi dapat
disebabkan oleh perubahan lingkungan yang berbeda dengan lingkungan
rumah, kehilangan kendali atas tubuhnya, ancaman dari penyakit serta adanya
persepsi yang tidak menyenangkan tentang rumah sakit disebabkan oleh
pengalaman dirawat sebelumnya maupun pengalaman orang lain (Hidayat,
2005). Penelitian membuktikan bahwa hospitalisasi anak dapat menjadi suatu
pengalaman yang dapat menimbulkan trauma baik pada anak maupun orang
tua sehingga menimbulkan reaksi tertentu yang sangat berdampak pada
kerjasama anak dan orang tua dalam perawatan anak selama di rumah sakit
(Hallstrom and Elander, 1997; Brewis, 1995; Brennan, 1994). Penelitian lain
oleh Subardiah (2009) menyatakan pengalaman anak dirawat sebelumnya
akan mempengaruhi respon anak terhadap hospitalisasi, hal ini dapat
memberi gambaran kepada anak yang akan dialaminya sehingga akan
mempengaruhi respon anak seperti tindakan yang menyakitkan dan
pengalaman kemampuan mengendalikan kondisi stres tersebut.

Menurunkan stress pada anak dan penting unuk kesejahteraan mental dan
emosional. Bermain merupakan satu cara yang paling efekif untuk
menurunkan stress pada anak dan penting untuk kesejahteraan mental dan
emosional(champbell dan glasser 1995).

Bermain bukan sekedar mengisi waktu tapi merupakan kebutuhan anak


seperti halnya makanan, perawatan dan cinta kasih. Dengan bermain anak
akan menemukan kekuatan serta kelemahannya sendiri minatnya, cara
menyelesaikan tugas tugasnya dalam bermain (Soetjiningsing 1995).

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Merangsang pertumbuhan dan perkembangan sensoris motorik
2. Tujuan Khusus :
a. Merangsang perkembangan intelektual
b. Merangsang perkembangan sosial
c. Merangsang perkembangan kreatifitas
d. Merangsang perkembangan kesadaran diri
e. Merangsang perkembangan moral dan
f. Permainan sebagai terapeutik
C. Manfaat
1. Manfaat terapeutik yaitu untuk memfasilitasi proses penyembuhan, dimana
dapat menurunkan dampak hospitalisasi dan menurunkan kejenuhan
terhadap situasi RS.
2. Sabagai sarana orang tua untuk mengetahui situasi hati anak saat bermain.
D. Struktur :
1. Leader
Tugas:
a. Membuka acara, memperkenalkan nama-nama terapis
a. Menjelaskan tujuan terapi bermain
b. Menjelaskan aturan terapi permainan
2. Co-Leader
Tugas
a. Membantu leader dalam mengorganisir kegiatan
b. Menyampaikan jalannya kegiatan
c. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader dan sebaliknya
3. Observer
Tugas:
Mengevaluasi jalannya kegiatan
4. Fasilitator
Tugas :
a. Memfasilitator kegiatan yang diharapkan
b. Memotivasi peserta agar mengikuti kegiatan
c. Sebagai Role Model selama kegiatan

E. Kriteria Anggota Kelompok


1. Kelompok bermain anak pra-sekolah
2. Anak yang bermain kooperatif
3. Anak yang bermain dapat dibawa ke ruangan bermain
4. Anak tidak menangis
F. Alat Bantu
1. Balok warna-warni
2. Buku gambar
3. Pensil warna warni
4. Bola

G. Rencana Pelaksanaan :
No Komponen Waktu Keterangan
1 Persiapan 10 menit Ruangan,alat,anak dan
a. Menyiapkan ruangan. keluarga siap
b. Menyiapkan alat-alat.
c. Menyiapkan anak dan
keluarga
2 Proses :
a. Membuka proses terapi 2 menit Menjawab salam,
bermain dengan Memperkenalkan diri,
mengucapkan salam,
memperkenalkan diri. 5 menit Memperhatikan
b. Menjelaskan pada anak dan
keluarga tentang tujuan dan
manfaat bermain,
menjelaskan cara 10 menit Bermain bersama dengan
permainan. antusias
c. Mengajak anak bermain . 3 menit dan mengungkapkan
d. Mengevaluasi respon anak perasaannya
dan keluarga.
3 Penutup 5 menit Memperhatikan dan
Menyimpulkan, mengucapkan menjawab salam
salam
H. Proses Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
b. Evaluasi Proses
c. Evaluasi Hasil

Contoh
1. Evaluasi Struktur
a. Peralatan bermain seperti boneka, buku gambar dan pensil berwarna
sudah tersedia
b. Lingkungan yang cukup memadai untuk syarat bermain
c. Waktu pelaksanaan terapi bermain dimulai tepat waktu
d. Jumlah terapis 10 orang

2. Evaluasi Proses
a. Leader dapat memimpin jalannya permainan, dilakukan dengan tertib
dan teratur
b. Co. Leader dapat membantu tugas Leader dengan baik
c. Fasilitator dapat memfasilitasi dan memotivasi anak dalam permainan
d. 80 % anak dapat mengikuti permainan secara aktif dari awal sampai
akhir

3. Evaluasi Hasil
a. 100 % anak terlihat senang
b. 75 % mampu mengikuti kegiatan yang dilakukan
c. 25 % anak dapat menyatakan perasaan senang

I. Tinjauan Teoritis
1. Definisi
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan
sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena
dengan bermain , anak akan berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri dgn
ling, melakukan apa yg dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta
suara .(Wong, 2000).
2. Fungsi Bermain
Fungsi bermain adalah merangsang perkembangan sensorik-
motorik, perkembangan intelektual, sosial, kreatifitas, kesadaran
diri, moral dan bermain sebagai terapeutik

a. Perkembangan sensorik-motorik merupakan komponen terbesar


yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk
perkembangan pengobatan.
b. Perkembangan intelektual anak melakukan eksplorasi dan
manipulasi terhadap segala sesuatu yang ada dilingkungan
sekitar.

c. Perkembangan sosial anak akan memberi dan menerima serta


mengembangkan hubungan sesuai dengan belajar memecahkan
masalah dan hubungan sulit.

d. Perkembangan kreatifitas anak belajar merealisasikan diri.

e. Perkembangan kesadaran diri, anak belajar mengenal


kemampuan dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui
dampak tingkah lakunya terhadap orang lain.

f. Perkembangan moral, anak akan belajar mengenai nilai dan


moral dan etika belajar membedakan mana yang benar dan mana
yang salah serta belajar bertanggung jawab atas segala tindakan
yang telah dilakukan.

g. Bermain sebagai terapeutik, anak akan mengalihkan rasa


sakitnya pada permainannya dan relaksasi melalui
kesenangannya bermain.

3. Tujuan Bermain
a. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang
normal pada saat sakit, pada saat sakit anak mengalami
gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
b. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-
idenya.
c. Pengembangan kreatifitas dan kemampuan memecahkan
masalah.
d. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stres karena sakit dan
dirawat di rumah sakit.
4. Faktor Yang Mempengaruhi Aktifitas Bermain
a. Tahap perkembangan
b. Jenis kelamin anak
c. Status kesehatan anak
d. Lingkungan yang tidak mendukung
e. Alat dan jenis permainan yang cocok atau sesuai dengan anak
5. Klasifikasi Bermain
a. Menurut Isi
a. Sosial Play
b. Sense of pleasure play
c. Skill Play
d. Dramatik Play
b. Menurut Karakteristik Sosial
a. Solitary Play
b. Pararel play
c. Associative Play
d. Cooperative play
e. Onlooker play

6. Jenis Permainan Yang Cocok Untuk Usia 4 6 Tahun


a) Dramatic Play
Pada permainan ini anak memainkan peran sebagai orang lain
Contoh: Anak memerankan sebagai ayah atau ibu.

b) Skill Play
Pada permainan ini akan meningkatkan keterampilan anak khususnya motorik
kasar dan halus. Contoh : Bermain bongkar pasang.
c) Assosiative Play
Pada permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan yang
lain, tetapi tidak terorganisir. Tidak ada pemimpin yang memimpin permainan
dan tujuan yang tidak jelas. Contoh: anak-anak bernyanyi sesuai selera
masing-masing.
d) Cooperative Play
Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas tetapi tujuan dan
pimpinan permainan jelas. Contoh : anak-anak bernyanyi bersama-sama
dengan satu orang menjadi pemimpin.
J. KEPUSTAKAAN

Hidayat, A.A.A. (2005). Pengantar ilmu keperawatan anak I. Jakarta:


Salemba Medika.

Hockenberry,M.J., & Wilson, D. (2009). Wongs essentials of pediatric


nursing (7th ed.). St. Louis: Elsevier Mosby.

Martinah, T. (2008). Prinsip-prinsip atraumatic care. Diakses dari


http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/12088290.pdf. pada 25 Februari
2012.

Perry dan Potter, 2006. Fundamental of nursing. Philadelphia: Mosby Inc.

Undang-Undang Republik Indonesia tentang Perlindungan Anak No 23 tahun


2002.

Wong, D. L., Hockenberry, M., Eaton, Wilson, D., Winkelstein, M. L., &
Schwartz, P. (2009). Buku ajar: Keperawatan pediatrik. Edisi 6. (Alih
bahasa: Hartono. A., Kurnianingsih. S., & Setiawan). Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai