Anda di halaman 1dari 4

Antiseptik

Penulis :Vincent KaneTanggal : 2014-04-29

ANTISEPTIK ADALAH
Antiseptik adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membersihkan luka memar, luka iris,
luka lecet, dan juga luka bakar ringan, yang terjadi akibat trauma seperti kecelekaan lalu lintas,
kecelekaan kerja, ataupun kecelakaan lainnya. Selain itu antiseptik juga dapat dimasukkan ke
dalam definisi bahan yang digunakan untuk pencegahan infeksi pada bagian jaringan yang hidup
seperti pada permukaan kulit dan bagian seperti bibir, saluran kencing dan juga alat kelamin.
FUNGSI
Antiseptik berguna dalam menghambat pertumbuhan kuman yang terdapat pada jaringan yang
hidup seperti di atas. Antiseptik selalu digunakan dalam berbagai kondisi medis baik untuk
membersihkan luka terbuka ataupun dalam kala operasi di mana sebelum dilakukan operasi,
akan diberikan antiseptik terlebih dahulu untuk mencegah bakteri bertumbuh dan masuk ke
dalam operasi tersebut. Selain untuk menghambat kuman, antiseptik juga dapat membunuh
bakteri, tetapi hal ini sangat bergantung pada banyaknya konsentrasi dan juga lamanya paparan
antiseptik dan juga kuman tersebut pada bagian jaringan. Banyak antiseptik yang beredar di
masyarakat, contoh :
1. Alkohol

Alkohol merupakan antiseptik yang kuat, yang akan membunuh kuman yang terkena dengan
cepat. Para tenaga medis biasanya menggunakan alkohol sebelum melakukan tindakan seperti
suntik dan infus. Tetapi jarang digunakan pada bagian luka bakar karena menimbulkan rasa sakit.
1 Rivanol

Antiseptik yang tidak mengiritasi jaringan sehingga sering digunakan dalam pembersihan luka
seperti bisul, borok, luka iris, dan juga untuk mengompres luka. Kelemahan rivanol adalah hanya
untuk bakteri jenis tertentu saja.
1 Hidrogen peroksida (H2O2)

Antiseptik yang sangat berguna untuk mengatasi luka borok karena sifat antiseptik yang
menyerang kuman tertentu yang biasanya terdapat pada borok. Kelemahan dapat memperlama
waktu penyembuhan dan juga menimbulkan bekas pada luka, oleh karena itu sebaiknya gunakan
dalam jumlah tertentu saja.
1 Povidone Iodine (betadine)

Antiseptik yang lebih ditoleransi pada kulit sehingga tidak menghambat penyembuhan luka.
Selain itu betadine berguna untuk antiseptik pada berbagai jenis kuman sehingga masih menjadi
pilihan dalam mengobati luka luka akibat trauma seperti luka iris, luka lecet, luka terbuka, dan
luka lainnya.
Banyak sekali orang bingung akan pilihan antiseptik yang digunakan, oleh karena itu segera
konsultasikan ke dokter yang terdekat jika terjadi masalah luka akibat kecelakaan yang terjadi di
sekitar kita.

Antiseptik
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Larutan antiseptik iodin yang dioleskan ke luka.

Antiseptik atau germisida adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan yang hidup seperti pada
permukaan kulit dan membran mukosa.[1][2]Antiseptik berbeda dengan antibiotik dan disinfektan,
yaitu antibiotik digunakan untuk membunuh mikroorganisme di dalam tubuh, dan disinfektan
digunakan untuk membunuh mikroorganisme pada benda mati.[2] Hal ini disebabkan antiseptik lebih
aman diaplikasikan pada jaringan hidup, daripada disinfektan.[3] Penggunaan disinfektan lebih
ditujukan pada benda mati, contohnya wastafel atau meja. [3] Namun, antiseptik yang kuat dan dapat
mengiritasi jaringan kemungkinan dapat dialihfungsikan menjadi disinfektan contohnya
adalah fenol yang dapat digunakan baik sebagai antiseptik maupun disinfektan. [4] [3]Penggunaan
antiseptik sangat direkomendasikan ketika terjadi epidemi penyakit karena dapat memperlambat
penyebaran penyakit.[5]

Efektivitas[sunting | sunting sumber]

Efektivitas antiseptik dalam membunuh mikroorganisme bergantung pada beberapa faktor, misalnya
konsentrasi dan lama paparan.[6] Konsentrasi memengaruhi adsorpsi atau penyerapan komponen
antiseptik.[7] Pada konsentrasi rendah, beberapa antiseptik menghambat fungsi biokimia membran
bakteri, namun tidak akan membunuh bakteri tersebut.[7] Ketika konsentrasi antiseptik tersebut
tinggi, komponen antiseptik akan berpenetrasi ke dalam sel dan mengganggu fungsi normal seluler
secara luas, termasuk menghambat biosintesis(pembuatan) makromolekul dan
persipitasi protein intraseluler dan asam nukleat (DNA atau RNA}.[7] Lama paparan antiseptik dengan
banyaknya kerusakan pada sel mikroorganisme berbanding lurus.[7]

Jenis-jenis[sunting | sunting sumber]

Mekanisme kerja antiseptik terhadap mikroorganisme berbeda-beda, misalnya saja dengan


mendehidrasi (mengeringkan) bakteri, mengoksidasi sel bakteri, mengkoagulasi (menggumpalkan)
cairan di sekitar bakteri, atau meracuni sel bakteri.[4] Beberapa contoh antiseptik diantaranya adalah
hydrogen peroksida, garam merkuri, boric acid, dan triclosan.[3][4][7]

Hidrogen peroksida[sunting | sunting sumber]

Hidrogen peroksida (H2O2) adalah agen oksidasi, merupakan antiseptik kuat namun tidak mengiritasi
jaringan hidup.[3][4] Senyawa ini dapat diaplikasikan sebagai antiseptik pada membrane mukosa.
[4]
Kelemahan dari zat ini adalah harus selalu dijaga kondisinya karena zat ini mudah mengalami
kerusakan ketika kehilangan oksigen.[4]

Garam merkuri[sunting | sunting sumber]

Senyawa ini adalah antiseptik yang paling kuat. Merkuri klorida (HgCl) dapat digunakan untuk
mencuci tangan dengan perbandingan dalam air 1:1000.[4]. Senyawa ini dapat membunuh hampir
semua jenis bakteri dalam beberapa menit.[4]. Kelemahan dari senyawa ini adalah berkemungkinan
besar mengiritasi jaringan karena daya kerja antimikrobanya yang sangat kuat. [4].

Asam Borat[sunting | sunting sumber]

Asam Borat merupakan antiseptik lemah, tidak mengiritasi jaringan. [4] Zat ini dapat digunakan secara
optimum saat dilarutkan dalam air dengan perbandingan 1:20. [4]

Triclosan[sunting | sunting sumber]

struktur kimia triclosan

Triclosan adalah antiseptik yang efektif dan populer, bisa ditemui dalam sabun, obat kumur,
deodoran, dan lain-lain.[7] Triclosan mempunyai daya antimikroba dengan spektrum luas (dapat
melawan berbagai macam bakteri) dan mempunyai sifat toksisitas minim. [7] Mekanisme kerja
triclosan adalah dengan menghambat biosintesis lipid sehingga membran mikroba kehilangan
kekuatan dan fungsinya.[7]
Referensi[sunting | sunting sumber]
1. ^ Levinson W. 2008. Review of Medical Microbiology & Imunology, Tenth Edition. New York:
The McGraw-Hill Companies, Inc.

2. ^ a b Madigan MT, Martinko JM, Brock TD. 2006. Brock Biology of Microorgnisms. New Jersey:
Pearson Prentice Hall.

3. ^ a b c d e Jain M. 2004. Competition Science Vision. India: Pratiyogita Darpan.

4. ^ a b c d e f g h i j k Havard CMH. 1990. Blacks Medical Dictionary 36th Edition. USA: Barnes &
Noble Books.

5. ^ [KSBH] Kansas State Board of Health. 2008. Annual Report of The State Board of Health of
The State of Kansas. USA: BiblioBazaar LLC.

6. ^ Block SS. 2001. Disinfection, Sterilization, and Preservation 5th Edition. USA: Lippincott
Williams & Wilkins.

7. ^ a b c d e f g h Franklin TJ, Snow GA. 2005. Biochemistry and Molecular Biology of Antimicrobial
Drug Action 6th Edition. New York: Springer Science & Business Media Inc.

Anda mungkin juga menyukai