Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Energi merupakan kemampuan untuk melakukan kerja


(misalnya untuk energi listrik dan mekanika), daya (kekuatan)
yg dapat digunakan untuk melakukan berbagai proses
kegiatan, misalnya dapat merupakan bagian suatu bahan atau
tidak terikat pada bahan (spt sinar matahari), tenaga. Energi
di alam semesta memiliki berbagai macam cakupan, seperti
energi mekanis, nuklir, potensial, masih banyak lagi. Namun,
pada pembahasan makalah ini lebih menjurus pada energi
bebas dalam hubungannya dengan termodinamika. Parameter
termodinamika untuk perubahan keadaan diperlukan untuk
mendeskripsikan ikatan kimia, sruktur dan reaksi.
Pengetahuan termodinamika sederhana sangat bermanfaat
untuk memutuskan apakah struktur suatu senyawa akan
stabil, kemungkinan kespontanan reaksi, perhitungan kalor
reaksi, penentuan mekanisme reaksi dan pemahaman
elektrokimia.

Sistem dalam termodinamika adalah obyek atau


kawasan yang menjadi perhatian kita. Kawasan di luar
sistem disebut lingkungan. Sistem mungkin berupa sejumlah
materi atau suatu daerah yang kita bayangkan dibatasi oleh
suatu bidang batas, yaitu bidang yang membatasi sistem
terhadap lingkungannya. Bidang batas ini dapat kita
bayangkan pula mampu mengisolasi sistem dari
lingkungannya ataupun memberikan suatu cara interaksi
tertentu antara sistem dan lingkungannya.

Jika sistem terisolasi maka ia tidak dapat


dipengaruhi oleh lingkungannya. Walaupun demikian
perubahan-perubahan mungkin saja terjadi di dalam sistem
. Perubahan-perubahan tersebut misalnya temperatur
dan tekanan. Namun demikian perubahan yang terjadi
dalam sistem yang terisolasi seperti ini tidak dapat
berlangsung terus tanpa batas; suatu saat akan tercapai
kondisi keseimbangan internal yaitu kondisi di mana
perubahan- perubahan dalam sistem sudah berhenti. umum
adalah sumber energi yang dapat dengan cepat dipulihkan
kembali secara alami, dan prosesnya berkelanjutan.
Pembahasan dalam esai ini lebih menuju pada energi Bebas
Gibbs (G) dan energi bebas Helmholtz(A).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanaka energi bebas gibbs dan energi bebas helmholtz dalam


lingkungan?

2. Apa sajakah faktor-faktor yang menyebabkan perubahan energi


bebas dalam hubungannya dengan perubahan entalpi dan entropi?

3. Bagaimanakah definisi energi bebas gibbs dan helmholt?

C. TUJUAN

1. Mengetahui energi bebas gibbs dan energi bebas helmholtz dalam


lingkungan

2. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan perubahan energi


bebas dalam hubungannya dengan perubahan entalpi dan entropi

3. Mengetahui definisi energi bebas gibbs dan helmholtz


BAB II
PEMBAHASAN

ENERGI BEBAS GIBBS

Energy bebas Gibbs adalah fungsi keadaan termodinamika yang secara


alami sangat cocok untuk menjelaskan kelangsungan suatu reaksi kimia pada T
dan P tetap. Hukum kedua termodinamika menyatakan bahwa reaksi spontan akan
meningkatkan entropi semesta, artinya, Suniv > 0. Namun untuk menetapkan tanda
Suniv suatu reaksi, kita perlu menghitung baik Ssis maupun Ssurr. Namun yang
biasanya kita perhatikan hanyalah apa-apa yang terjadi dalam sistem tertentu, dan
perhitungan Ssurr bisa saja cukup sulit. Untuk itu, kita biasanya memakai fungsi
termodinamika lain untuk membantu kita menetapkan apakah reaksi akan terjadi
spontan jika kita hanya melihat sistem itu sendiri.
Proses spontan didasarkan atas 2 faktor, yaitu :

H yang menurun

S yang meningkat

Untuk merumuskan dua faktor di atas diperlukan besaran

yang disebut : Energi Bebas (G)

Rumus :

G = Hsistem T. Ssistem

Keterangan :

G= perubahan energi bebas

H= perubahan entalpi

T = temperatur

S = perubahan entropi (Joule/K. mol)

Pengembangan energy bebas Gibbs

1.1 Kondisi Umum Kesetimbangan dan Kespontanan


Tujuan kita sekarang adalah mencari perbedaan karakteristik transformasi
irreveresibel dengan reversibel (ideal).Dimulai dengan melihat hubungan yang
eksis antara perubahan entropi dalam suatu transformasi dan aliran panas
irreversibel, sistem hanya menyimpang sangat kecil dari kesetimbangan.Sistem
yang telah ditransformasi, masih tersisa secara efektif pada kesetimbangan
melalui perubahan keadaan reversibel. Karena itu kondisi reversibel adalah suatu
kondisi kesetimbangan; dari definisi persamaan dS, kondisi reversibel adalah

TdS=d Qrev (1.1)

Karena itu persamaan (1.1) adalah kondisi kesetimbangan.

Kondisi yang terletak pada suatu perubahan keadaan kesetimbangan adalah


ketidaksamaan Clausius, yang ditulis dalam bentuk

TdS>dQ (1.2)

Perubahan irreversibel adalah perubahan nyata atau perubahan alamiah


atau perubahan spontan.Kita menghubungkan perubahan alamiah sebagai
perubahan spontan, dan ketidaksamaan (1.2) sebagai kondisi kespontanan. Dua
hubungan persamaan (1.1) dan (1.2) dapat dikombinasikan menjadi

TdS dQ(1.3)

Dimana tanda samadengan menyatakan suatu harga reversibel dQ.

Dengan menggunakan hukum pertama termodinamika dalam bentukdQ

dU +dW , hubungan dalam (1.3) dapat ditulis

TdS dU +dW

atau

dUdW +TdS 0(1.4)

dW =Pop dV +d W a
Kerja memasukkan semua jenis; . Harga dW ini membawa
hubungan (1.4) menjadi
dUPop dV d W a +TdS 0(1.5)

1.2 Kondisi Kesetimbangan dan Kespontanan dalam Batasan

1.2.1 Transformasi dalam system yang terisolasi

Untuk system terisolasi, 0 , dW = 0, dQ = 0, jadi hubungan (1.4) menjadi

dS 0(1.6)

Dari hubungan (1.6) sistem terisolasi pada kesetimbangan harus memiliki


temperatur yang sama dalam semua bagian. Diasumsikan sistem terisolasi dibagi
menjadi 2 bagian negatif dan positif. Jika jumlah positif panas, dQrev,
berlangsung reversibel dari bagian negatif ke positif, diperoleh

d Qrev d Qrev
d S = dan d S =
T T

Perubahan total entropi adalah

1 1
dS=d S +d S = (
T T )
d Qrev

Jika aliran panas terjadi spontan, maka dengan hubungan (1.6) dS > 0. Karena
dQrev positif, yang berarti

( T1 T1 )>0 atauT >T



yang berarti panas mengalir secara spontan dari daerah temperatur lebih tinggi, ,
ke temperatur lebih rendah, . Lebih jauh pada kesetimbangan dS = 0, memerlukan
T =T

Ini adalah kondisi kesetimbangan termal; suatu sistem dalam kesetimbangan harus
memiliki temperatur yang sama dalam keseluruhan bagian.

1.2.3 Transformasi pada


temperature dan
tekanan konstan

Sistem dibatasi pada


tekanan konstan, Pop = p,tekanan kesetimbangan sistem. Karena p konstan , pdV =
d(pV). Temperatur konstan sehingga TdS = d(TS). Hubungan (1.5) menjadi

[dU +d ( pV )d ( TS ) ] d W a

d ( U + pV TS ) d W a

Kombinasi variable U + pV TS sering muncul, karena itu diberi symbol G.


dengen defenisi

G U + pV TS=HTS= A+ pV

G disebut energi Gibbs sistem, biasa disebut energi bebas sistem.

Dengan menggunakan persamaan (1.12), hubungan (1.11) menjadi

dG dW a (1.13)

denganintegrasi diperoleh
G W i (1.14)

Ada 3 kemungkinan harga G :

1. G < 0; transformasi dapat terjadi secara spontan, atau alamiah

2. G = 0; sistem dalam kesetimbangan

3. G > 0; transformasi tidak spontan


SIFAT-SIFAT FUNGSI GIBBS

2.1 Persamaan Fundamental Termodinamika

Sebagai tambahan sifat mekanik pdan V, suatu sistem memiliki tiga sifat
fundamental T, U, dan S, didefinisikan oleh hukum termodinamika, dan tiga sifat
gabungan yaitu H, Adan G.

Pada batasan kerja ekspansi, dimana dWa= 0, kondisi umum


kesetimbangan

dU =T dS p dV (1.15)

Kombinasi hukum termodinamika pertama dan kedua ini adalah persamaan


fundamental

termodinamika. Dengan menggunakan definisi fungsi gabungan

H=U + pV , A=U TS , G=U + pV TS

Hasil diferensiasinya

dH =dU + p dV +V dp ,

dA=dU T dS + S dT ,

dG=dU + p dV +V dpT dS+ S dT

Jika persamaan untuk dU dimasukkan maka diperoleh persamaan

dU =T dS p dV (1.16)

dH=T dS+ V dp (1.17)

dA=S dT p dV (1.18)

dG=S dT +V dp
memandang energi Gibbs sebagai suatu fungsi temperatur dan tekanan; ungkapan
yang sama

dG= ( TG ) dT +( G
p p)T
dp(1.33)

dengan membandingkan dua persamaan ini diperoleh

( G
T )p
=S (1.34)

( G
p )T
=V (1.35)

karena pentingnya energi Gibbs persamaan (1.34) dan (1.35) mengandung 2 hal penting
dalam termodinamika. Karena entropi suatu zat positif, tanda minus dalam persamaan
(1.34) menunjukkan bahwa meningkatnya temperatur akan mengurangi energi Gibbs jika
tekanan

konstan. Laju berkurangnya lebih besar untuk gas, yang mana memiliki entropi besar,
daripada

untuk cairan atau padatan, yang memiliki entropi kecil. Karena Vselalu positif,
peningkatan tekanan akan meningkatkan energi Gibbs pd temperatur konstan, seperti
ditunjukkan oleh persamaan (1.35). Semakin membesar Volume sistem yang lebih besar
akan meningkatkan energi gibbs untuk tekanan yang ditentukan. Volume [yang] besar
suatu gas menyiratkan bahwa energi Gibbs suatu gas meningkat jauh lebih cepat dengan
tekanan dibanding untuk suatu cairan atau suatu padatan.
Energi Gibbs suatu material murni sebaiknya diungkapkan dengan mengintegrasikan
persamaan (1.35) pada temperatur konstan dari tekanan standar, p o= 1 atm, ke suatu
tekanan p

p p
dG= V dp GG= V dp

p p
p

Dimana Go(T) adalah energi Gibbs suatu zat pada tekanan 1 atm Energi Gibbs
standar yang merupakan fungsi temperatur.

Jika zat adalah cairan atau padatan, volume hampir tidak terikat pada tekanan
dan dapat dihilangkan dari tanda integral, maka
p
G=G ( T ) + V dp

p

G ( T , p )=G ( T )+V ( pp )

Karena volume cairan dan padatan kecil, kecuali jika tekanan adalah sangat besar,
term yang kedua pada sisi kanan persamaan (1.36) kecil dapat diabaikan; biasanya
untuk fase yang dipadatkan akan ditulis

G=G ( T )

dan mengabaikan ketergantungan G dari tekanan.

Volume gas itu sangat besar dibanding cairan atau padatan dan sangat
tergantung pada tekanan, dengan menerapkan persamaan (1.36) untuk gas ideal,
didapat
p
nRT G G (T ) p atm
G=G ( T ) +
p
p
dp , =
n n (
+ RT ln
1 atm )
Suatu hal biasa untuk menggunakan lambang khusus, , untuk energi Gibbs per
mol; didefinisikan
G
=
n

Jadi untuk energi Gibbs molar gas ideal, diperoleh

= ( T ) + RT ln p

simbol p dalam persamaan (1.40) menunjukkan jumlah murni, jumlah yang


kemudian dikalikan dengan 1 atm menghasilkan harga tekanan dalam atmosfir.

Istilah logaritmis dalam persamaan (1.40) adalah sangat besar dalam


kebanyakan keadaan dan tidak bisa diabaikan. Dari persamaan ini jelas bahw pada
temperatur spesifik, tekanan menggambarkan energi Gibbs gas ideal; semakin
tinggi tekanan maka semakin besar energy Gibbs .

Suatu hal berharga untuk ditekankan bahwa jika kita mengetahui format yang
fungsional dari G(T,p), maka dapat diperoleh keseluruhan fungsi termodinamika
dengan diferensiasi, menggunakan persamaan (1.34) dan (1.35), dan
mengkombinasikan dengan definisi

2.2 Energi Gibbs Gas Real

Bentuk fungsional persamaan (1.40) terutama sekali sesuai dan sederhana. Akan
sangat berguna jika energi Gibbs molar gas real dapat diungkapkan dalam bentuk
matematika yang sama. Sehingga ditemukan suatu fungsi keadaan yang akan
mengungkapkan energi Gibbs molar gas real dengan persamaan:

= ( T ) + RT ln f (1.41)

Fungsi f disebut fugasitas gas. Fugasitas mengukur energi Gibbs gas nyata dengan
jalan yang sama sebagaimana tekanan mengukur energi Gibbs gas ideal. Suatu
fungsi yang ditemukan seperti fugasitas memiliki sedikit kegunaan kecuali jika
dapat dihubungkan dengan sifat terukur gas. Pembagian persamaan dasar (1.19)
dengan n, yaitu jumlah mol gas, dan dibatasi temperatur konstan, dT= 0, diperoleh
untuk gas nyata d= Vdp, sedangkan untuk gas ideal did= Viddp, dimana Vdan
Vid adalah volume molar gas real dan ideal. Dengan pengurangan dua persamaan
ini, diperoleh d( id) = (V Vid)dp. Dengan integrasi antara batas p* dan
pmenghasilkan
p
( id )( id )= ( V V id ) dp ,

p

Diasumsikan p*0. Sifat suatu gas real mendekati harga idealnya selagi tekanan
gas mendekati

nol. Karena itu selagi p*0, maka * * id. Persamaan menjadi


p
id = ( V V id ) dp ,(1.42)
0

tetapi dengan persamaan (1.40), id= o(T) + RT ln p, dan dengan definisi f,


persamaan (1.41), = o(T) + RT ln f. Dengan menggunakan harga ini untuk dan
id, persamaan (1.42) menjadi

p
lnf ln

RT

p
1
lnf =ln p + ( V V id ) dp ,(1.43)
RT 0

Integral dalam persamaan (1.43) dapat dievaluasi secara grafik; dengan


mengetahui V sebagai suatu fungsi tekanan, maka ploting besaran ( V V id)/RT
sebagai suatu fungsi tekanan.Daerah di bawah kurva dari p= 0 sampai padalah
harga kedua sisi kanan persamaan (1.43).Atau jika V dapat diekspresikan sebagai
suatu fungsi tekanan dengan suatu persamaan keadaan,integral dapat dievaluasi
secara analitik, karena Vid = RT/p. Integral dapat diekspresikan denganbaik dalam
ungkapan faktor kompresibilitas Z, dengan definisi V= ZVid. Dengan
menggunakanharga ini untuk Vdan Vid = RT/p, dalam integral persamaan (1.43),
maka menjadi
p
(Z 1)
lnf =ln p + dp ,(1.44)
0 p
Integral dalam persamaan (1.44) dievaluasi secara grafik dengan ploting
( Z1)/pterhadap p dan mengukur daerah di bawah kurva. Untuk gas di bawah
temperatur Boyle, Z1 adalah negative 16 pada tekanan cukupan, dan fugasitas,
persamaan (1.44) akan lebih kecil dibanding tekanan. Untuk gas di atas
temperatur Boyle, fugasitas adalah lebih besar dibanding tekanan..
2.3 Ketergantungan Energi Gibbs pada Temperatur

Ketergantungan energi Gibbs pada temperatur diekspresikan dalam


beberapa cara yang berbeda. Dengan menulis kembali persamaan (1.34) didapat

( G
T )p
=S (1.45)

Dari definisi G = HTS, diperoleh S = (GH)/T, dan persamaan (1.38) menjadi

( G
T )p
=
GH
T
(1.46)

Dengan aturan diferensiasi biasa, dapat dilihat bagaimana fungsi G/T tergantung
pada temperatur

( )
(
T
)
=
1 G
( )1
2 G.
T p T T P T

Menggunakan persamaan (1.45) persamaan ini menjadi

( )
(
T
)
T p
=
TS+G
T2

kemudian

( )
(
T
)
=
H
T p T 2
(1.47)

Suatu persamaan GibbsHelmholtz, persamaan yang sering digunakan.


Karena d(1/T) = (1/T2) dT, maka kita dapat menggantikan T dalam derivative
persamaan (1.47) dengan T2 (1/T); sehingga diperoleh
G

( )
( )
T
=H (1.48)
1
( )
T p

3. ENERGI BEBAS GIBBS DALAM CAMPURAN GAS

3.1 Persamaan Fundamental

Secara mutlak sistem diasumsikan tersusun oleh suatu zat murni atau jika
tersusun oleh suatu campuran, maka komposisi campuran tidak berubah dalam
perubahan keadaan.Selagi rekasi kimia berlangsung komposisi sistem dan sifat
termodinamika berubah.Karena itu ketergantungan pada komposisi harus
dimasukkan dalam persamaan termodinamika.Pertama kali dimasukkan dalam
Energi Gibbs G.

Untuk suatu zat murni atau campuran komposisi tertentu persamaan energi Gibbs
adalah

dG=S dT +V dp (2.1)

Jika jumlah mol (n1, n2, ..) zat muncul bervariasi, maka G = G(T,p,n1,n2,), dan
diferensial totalnya adalah:

p . dT + ( Gp )
T . p .nj
dp+
G
( )
n2 T . p . nj
( )
d n1 +
G
n 2 T . p . nj
d n2 +(2.2)

dG= ( TG )

Dimana ni pada derivative parsial berarti semua jumlah mol konstan dalam
diferensiasi dan nj pada derivative parsial berarti semua jumlah mol kecuali satu
dalam derivative adalah konstan dalam diferensiasi.
Jika suatu system tidak mengalami suatu perubahan
komposisi, maka
dn1 = 0, dn2 = 0,

sehingga
T .(2.3)
G
p . dT + ( )
p
G
dG= ( )
T

Pembandingan persamaan (2.3) dan (2.1) menunjukkan

T .=V (2.4 a , b)
G
p .=S dan
T ( )
G
T ( )
Untuk penyederhanaan,

G
i ( )
ni T . p . ns
(2.5)

Dengan melihat persamaan (2.4) dan (2.5), diferensial total G dalam persamaan
(2.2) menjadi

dG=SdT +Vdp+ 1 dn1 + 2 dn2 +(2.6)

Persamaan (2.6) menghubungkan perubahan energy Gibbs dengan


perubahan temperature, tekanan, dan jumlah mol. Biasanya ditulis

dG=SdT +Vdp+ 1 dn1 ,(2.7)


i

3.2 Energi Bebas Campuran

Jika campuran mengandung n1, n2, , mol, maka 1, 2, adalah potensial kimia
dari komponen 1, 2, energi bebas campuran pada temperatur dan tekanan
konstan adalah

G= ni i
i
G
i=
n

3.3 Potensial Kimia Gas Ideal Murni

Potensial kimia dari setiap komponen ditetapkan sebagai perubahan dalam


energi bebas system jika satu mol komponen ditambahkan pada sistem dengan
jumlah tidak terhingga, sehingga tidak ada perubahan dalam komposisi yang
terjadi dalam sistem. Secara matematik didefinisikan sebagai

G
i= ( )
ni T . p . nj

Potensial kimia dari gas murni adalah

= ( T ) + RT ln p

3.4 Kesetimbangan Kimia dalam Campuran Gas Ideal

Telah diperlihatkan dalam persamaan (2.12), bahwa gas ideal dalam suatu
campuran gas diberikan dengan:
i=i +RT ln pi

Dimana pi adalah tekanan parsial gas dalam campuran.Harga ini digunakan untuk
menghitung G reaksi
A + B C +D

Dimana A, B, C dan D menunjukkan rumus kimia zat, sedangkan , , ,

menunjukkan koefisien stoikiometrik. Kemudian

G= c + RT ln pc + D +RT ln p D ARTln p A B RTln pB ,


c + D ( A B ) + RT [ ln p c + ln p D( ln p A + ln p B ) ]

misal

G = C + D ( A + B ) (2.14)

Go adalah energy Gibbs reaksi standar. Kemudian dengan mengkombinasikan term


logaritma diperoleh

PC PD
G= G + RT ln ( 2.15)
P A PB

jika

PC P D
Q p=
(2.16)
PA PB

maka

G= G + RT ln Q p (2.17)

Pada kesetimbangan G = 0 dan persamaan (2. 37) menjadi

( Pc )e ( Pd )e
0= G + RT ln (2.18)
( Pa )e ( Pb )e

Dimana subskrip e menandai tekanan parsial kesetimbangan.Hasil bagi tekanan


kesetimbangan adalah konstanta kesetimbangan tekanan Kp:

( Pc )e ( Pd )e
K p= (2.19)
( Pa )e ( Pb )e

Dengan menggunakan notasi yang lebih umum, harga dapat diletakkan untuk
memperoleh persamaan:

G
G= ( moles )T . P= v ( + RT ln P )
i
i

i t

Dapat ditentukan

G= v i i + RT v i ln p t
i i

tetapi

v i i = G (2.20 a)
i

Perubahan energy Gibbs standar G , dan ln pi = ln pii, sehingga persamaan


menjadi

G= G + RT ln pi vt (2.20b)
i

Tetapi ini merupakan logaritma produk sehingga

Pv1 1 Pv2 2
( Pv3 3 .. .)
ln Pv1 1+ ln Pv2 2+ ln Pv3 3+ .. .=ln

kemudian

i Ptvt =Pv1 1 P2v2 Pv3 3 . . .

Disebut sebagai hasil bagi tekanan yang


sesuai, Q

Q p= Pvti (2.21)
i

Catatan bahwa karena vi untuk komponen reaktan adalah negatif, kita mempunyai
reaksi yang dimasalahkan

v 1= v 2= v 3= v 4 =

dan

P
B PD
Q p=P
A P B PC P D = (2.22)
PC PD
Sehingga Kp dapaat ditulis

K P = ( Pi )vte (2.23)
i

Persamaan (2.18) menjadi

G =RT ln K p (2.24)

3.5 Kesetimbangan Kimia dalam Campuran Gas Nyata

Untuk gas nyata maka persamaan dapat ditulis sebagai berikut

( fc )e ( fd )e
Kf = (2.25)
( fa )e ( fb ) e

Sehingga

G =RT ln K f ( 2.26 )

Untuk gas nyata K, bukannya KP yang sekedar fungsi temperature

3.6 Konstanta Kesetimbangan KX dan KC

Ada baiknya juga untuk mengungkapkan konstanta kesetimbangan suatu


gas dalam terminology fraksimol, xi, atau konsentrasi, ci, daripada sekedar tekanan
parsial. Tekanan parsial, pi, fraksimol, dan tekanan total, p, dihubungkan dengan pi
= xi . p. Dengan menggunakan hubungan ini untuk setiap tekanan parsial dalam
konstanta kesetimbangan, dari persamaan (2) diperoleh

( pc )e ( pd )e ( XcP )e ( XdP )e ( Xc )e ( Xd )e
K p= = =
( pa )e ( pb )e ( XaP )e ( XbP )e ( Xa )e ( Xb )e

kemudian

K x =K x p v

Dimana v adalah jumlah koefisien


stoikiometri .Untuk term
konsentrasi dipenuhi
hubungan
K p=K c RT
Sehingga jika v = 0 maka Kp = Kc, dan harga perubahan energy Gibbs menjadi
G =RT ln K C

ENERGI BEBAS HELMHOLTZ

Energi bebas Helmholtz merupakan potensi termodinamika yang


mengukur "berguna" kerja diperoleh dari suatu sistem termodinamika tertutup
pada suhu konstan. Perbedaan negatif dari energy Helmholtz adalah sama dengan
jumlah maksimum pekerjaan yang sistem dapat melakukan dalam proses
termodinamikadimanasuhutetap konstan. Jikavolume tidaktetap konstan, bagian
dari pekerjaan ini akan dilakukan sebagai pekerjaan batas. Energi helmholtz yang
biasa digunakan untuk sistem yang diadakan pada volume konstan. Karena dalam
kasus ini tidak ada pekerjaan dilakukan pada lingkungan, penurunan energi
Helmholtz adalah sama dengan jumlah maksimum pekerjaan yang berguna yang
dapat diekstraksi dari sistem. Untuk sistem pada suhu konstan dan volume, energi
Helmholtz diminimalkan pada kesetimbangan. Energi bebas Helmholtz
dikembangkan oleh Hermann von Helmholtz, seorang fisikawan Jerman, dan
biasanya dilambangkan dengan huruf A (dari Jerman "Arbeit" atau bekerja).
IUPAC merekomendasikan huruf A serta penggunaan nama energy Helmholtz.

Sementara energi bebas Gibbs ini paling sering digunakan sebagai ukuran
potensi termodinamika, khususnya di bidang kimia, itu tidak nyaman untuk
beberapa aplikasi yang tidak terjadi pada tekanan konstan. Sebagai contoh, dalam
penelitian bahan peledak, energi bebas helmholtz sering digunakan sejak reaksi
eksplosif, menurut sifatnya menyebabkan perubahan tekanan. Hal ini juga sering
digunakan untuk menentukan persamaan dasar negara zat murni.

Helmholtz energi didefinisikan sebagai:

Keterangan :

A adalah energi bebas Helmholtz


U adalah energi internal sistem
T adalah suhu mutlak (kelvin)
S adalah entropi

Transformasi pada Temperatur Konstan

Jika suatu sistem berlaku perubahan isotermal, maka TdS = d(TS), dan hubungan
(1.4) dapat ditulis

dU +d ( TS ) dW

d ( U TS ) dW (1.7)

Kombinasi variabel UTS sering muncul, karena itu diberi simbol khusus, A, jadi

A U TS(1.8)

A adalah fungsi keadaan sistem yang disebut sebagai energi Helmholts. Dimana

dA dW (1.9)

dengan integrasi

A W (1.10)

SIFAT-SIFAT FUNGSI
HELMHOLTS

Sifat energi Helmholts A diungkapkan dengan persamaan fundamental


(1.18)

dA=S dT p dV
Persamaan ini memandang A sebagai suatu fungsi terhadap T dan V,
diperoleh persamaan identik:

dA= ( TA ) dT +( VA ) dV
V T

Dengan membandingkan dua persamaan ini didapat

( TA ) =S(1.31)
V

( VA ) =p(1.32)
T

Karena entropi suatu zat berharga positif, persamaan (1.31) menunjukkan


bahwa energy Helmholtz suatu zat berkurang (tanda minus) dengan bertambahnya
temperatur.Laju berkurangnya lebih besar dari daripada besarnya entropi zat.
Untuk gas, yang memiliki entropi besar, laju berkurangnya A terhadap temperatur
lebih besar daripada untuk zat cair dan padatan, yang memiliki entropi kecil.

Demikian pula, tanda minus dalam persamaan (1.32) menunjukkan bahwa


dengan bertambahnya volume akan mengurangi energi Helmholtz; laju
pengurangannya adalah lebih besar daripada tekanan yang lebih tinggi.

CONTOH ENERGI BEBAS DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

1. Mengeringkan pakaian
2. Air yang menguap
3. Es yang mencair
spontan

CONTOH SOAL DAN


PEMBAHASANNYA

Solusi

Anda mungkin juga menyukai