Anda di halaman 1dari 9

DISUSUN OLEH :

AGIN SUGIWA 123150006


PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TRISAKTI
2016
1

KEBERATAN PAJAK

I. Pendahuluan
Salah satu langkah yang dapat dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak
untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak dalam menjalankan kewajiban
perpajakannya adalah melalui pemeriksaan pajak. Berdasarkan hasil pemeriksaan,
Direktorat Jenderal Pajak akan menerbitkan suatu ketetapan pajak Terhadap
ketetapan yang diterbitkan tersebut, apabila Wajib Pajak tidak puas atau tidak
sependapat mengenai jumlah rugi, jumlah pajak, dan pemotongan atau
pemungutan pajak karena tidak sebagaimana mestinya Wajib Pajak dapat
menempuh upaya hukum melalui pengajuan keberatan kepada Direktur Jenderal
Pajak sesuai dengan ketentuan pajak yang berlaku.
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal
Pajak (DJP), maka akan diterbitkan suatu surat ketetapan pajak, yang dapat
mengakibatkan pajak terutang menjadi kurang bayar, lebih bayar, atau nihil. Jika

Keberatan Pajak
2

Wajib Pajak tidak sependapat maka dapat mengajukan keberatan atas surat
ketetapan tersebut. Selanjutnya apabila belum puas dengan keputusan keberatan
tersebut maka Wajib Pajak dapat mengajukan banding. Langkah terakhir yang
dapat dilakukan oleh Wajib Pajak dalam sengketa pajak adalah peninjauan
kembali ke Mahkamah Agung.

II. Pembahasan Ruang Lingkup Keberatan


Keberatan yang diajukan adalah mengenai materi atau isi dari ketetapan
pajak, yaitu jumlah rugi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan, jumlah besarnya pajak, atau pemotongan atau pemungutan pajak.
Keberatan dapat diajukan atas :
1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
3. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
4. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) atau
5. Pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

Syarat Mengajukan Keberatan


Pengajuan keberatan yang dituangkan dalam bentuk surat keberatan harus
memenuhi syarat formal sebagai berikut :
1. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia
2. Mengemukakan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang
dipotong atau dipungut atau jumlah rugi menurut penghitungan Wajib
Pajak dengan disertai alasan-alasan yang menjadi dasar penghitungan
3. 1 (satu) keberatan diajukan hanya untuk 1 (satu) surat ketetapan pajak,
untuk 1 (satu) pemotongan pajak, atau untuk 1 (satu) pemungutan pajak
4. Wajib Pajak telah melunasi pajak yang masih harus dibayar paling sedikit
sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak dalam pembahasan akhir hasil
pemeriksaan atau pembahasan akhir hasil verifikasi, sebelum Surat
Keberatan disampaikan. Persyaratan angka 4 hanya berlaku untuk

Keberatan Pajak
3

pengajuan keberatan atas suatu Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan yang berkaitan dengan
Surat Pemberitahuan untuk Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun
Pajak 2008 dan seterusnya.
5. Diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal:
a) Surat ketetapan pajak dikirim; atau
b) pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga, Wajib Pajak
dapat menunjukan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi
karena keadaan di luar kekuasaan Wajib Pajak.
6. Surat Keberatan ditandatangani oleh Wajib Pajak, dan dalam hal Surat
Keberatan ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak, Surat Keberatan
tersebut harus dilampiri dengan surat kuasa khusus sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 32 ayat (3) Undang-Undang KUP; dan
7. Wajib Pajak tidak mengajukan permohonan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 36 Undang-Undang KUP.

Surat keberatan Wajib Pajak disampaikan ke KPP atau ke Kantor


Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) dalam wilayah KPP
yang bersangkutan. Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan, jangka waktu
pelunasan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) atau ayat (3a) UU
KUP atas jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan keberatan,
tertangguh sampai dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan Surat
Keputusan Keberatan.
Tanggal bukti penerimaan surat keberatan yaitu:
a. sesuai tanggal terima yang tercantum pada bukti penerimaan surat yang
diberikan oleh :
1) KPP , atau
2) Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan dalam wilayah
kerja KPP dalam hal surat keberatan disampaikan secara langsung
b. sesuai tanggal stempel pos yang tercantum pada bukti pengiriman surat,
dalam hal surat keberatan disampaikan melalui pos

Keberatan Pajak
4

c. sesuai tanggal pengiriman yang tercantum pada bukti pengiriman surat,


dalam hal surat keberatan disampaikan melalui perusahaan jasa ekspedisi atau
jasa kurir atau
d. sesuai tanggal yang tercantum pada bukti penerimaan elektronik, dalam
hal surat keberatan disampaikan dengan e-Filing melalui Penyedia Jasa
Aplikasi atau Application Service Provider (ASP).

Apabila diminta oleh Wajib Pajak untuk keperluan pengajuan keberatan,


Direktur Jenderal Pajak wajib memberikan keterangan secara tertulis hal-hal yang
menjadi dasar pengenaan pajak, penghitungan rugi, atau pemotongan atau
pemungutan pajak. Direktur Jenderal Pajak wajib memberi keterangan yang
diminta oleh Wajib Pajak dalam jangka waktu paling lama 20 (dua puluh) hari
kerja sejak surat permintaan Wajib Pajak diterima. Wajib Pajak dapat
menyampaikan perbaikan surat keberatan dengan melengkapi persyaratan yang
belum dipenuhi sebelum jangka waktu 3 (tiga) bulan terlampaui. Dalam hal wajib
Pajak menyampaikan perbaikan surat keberatan tanggal penyampaian perbaikan
surat keberatan merupakan tanggal surat keberatan diterima. Surat keberatan yang
tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) UU
KUP bukan merupakan surat keberatan sehingga tidak dipertimbangkan dan tidak
diterbitkan Surat Keputusan Keberatan.

Jangka Waktu Keputusan Keberatan


Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas)
bulan sejak tanggal surat keberatan diterima harus memberi keputusan atas
keberatan yang diajukan. Sebelum surat keputusan diterbitkan, Wajib Pajak dapat
menyampaikan alasan tambahan atau penjelasan tertulis. Keputusan Direktur
Jenderal Pajak atas keberatan dapat berupa mengabulkan seluruhnya atau
sebagian, menolak, atau menambah besarnya jumlah pajak yang masih harus
dibayar. Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud tersebut telah terlampaui
dan Direktur Jenderal Pajak tidak menerbitkan Surat Keputusan Keberatan,
keberatan yang diajukan Wajib Pajak dianggap dikabulkan dan Direktur Jenderal

Keberatan Pajak
5

Pajak wajib menerbitkan Surat Keputusan Keberatan sesuai dengan keberatan


Wajib Pajak dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak jangka waktu 12
(dua belas) bulan tersebut berakhir.

Pembukuan, Catatan, Data, Informasi atau Keterangan Lain


Pembukuan, catatan, data, informasi, atau keterangan lain yang diminta
pada saat pemeriksaan tetapi tidak diberikan oleh Wajib Pajak, tidak
dipertimbangkan dalam penyelesaian keberatan, kecuali pembukuan, catatan, data,
informasi, atau keterangan lain tersebut berada di pihak ketiga dan belum
diperoleh Wajib Pajak pada saat pemeriksaan. Dalam hal terdapat pembukuan,
catatan, data, informasi, atau keterangan lain yang tidak diminta pada saat
pemeriksaan tetapi diperlukan dan diminta oleh Direktur Jenderal Pajak serta
diberikan oleh Wajib Pajak dalam penyelesaian keberatan, maka pembukuan,
catatan, data, informasi, atau keterangan lain yang diberikan oleh Wajib Pajak
tersebut dapat dipertimbangkan. Kemudian, bila terdapat pembukuan, catatan,
data, informasi, atau keterangan lain yang tidak diminta pada saat pemeriksaan
dan keberatan tetapi diberikan oleh Wajib Pajak dalam penyelesaian keberatan,
maka pembukuan, catatan, data, informasi, atau keterangan lain yang diberikan
oleh Wajib Pajak tersebut dapat dipertimbangkan.
Pembukuan, catatan, data, informasi, atau keterangan lain yang
dipertimbangkan dalam penyelesaian keberatan atas surat ketetapan pajak yang
penghasilan kena pajaknya dihitung secara jabatan terbatas pada:
a. dokumen yang terkait dengan penghitungan peredaran usaha atau
penghasilan bruto dalam rangka penghitungan penghasilan neto secara
jabatan dan
b. dokumen kredit pajak sebagai pengurang Pajak Penghasilan.

Imbalan Bunga Atas Keputusan Keberatan yang dikabulkan


Apabila pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya, selama
pajak yang masih harus dibayar sebagaimana dimaksud dalam Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat

Keberatan Pajak
6

Ketetapan Pajak Nihil, dan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar yang telah dibayar
menyebabkan kelebihan pembayaran pajak, kelebihan pembayaran dimaksud
dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan
untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. untuk Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dan Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan dihitung sejak tanggal pembayaran yang
menyebabkan kelebihan pembayaran pajak sampai dengan diterbitkannya
Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan
Kembali, atau
b. untuk Surat Ketetapan Pajak Nihil dan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
dihitung sejak tanggal penerbitan surat ketetapan pajak sampai dengan
diterbitkannya Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan
Peninjauan Kembali.

Pencabutan Pengajuan Keberatan


Wajib Pajak dapat mencabut pengajuan keberatan yang telah disampaikan
kepada Direktur Jenderal Pajak sebelum tanggal diterima Surat Pemberitahuan
Untuk Hadir oleh Wajib Pajak. Pencabutan pengajuan keberatan dilakukan
melalui penyampaian permohonan dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. permohonan harus diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dan
dapat mencantumkan alasan pencabutan
b. surat permohonan ditandatangani oleh Wajib Pajak dan dalam hal surat
permohonan tersebut ditandatangani bukan oleh Wajib Pajak, surat
permohonan tersebut harus dilampiri dengan surat kuasa khusus
c. surat permohonan harus disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat
Wajib Pajak terdaftar dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Pajak
dan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak yang merupakan
atasan Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

Keberatan Pajak
7

Atas permohonan pencabutan pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud


di atas, Direktur Jenderal Pajak wajib memberikan jawaban berupa surat
persetujuan atau surat penolakan.
Apabila Wajib Pajak mencabut pengajuan keberatan Wajib Pajak tidak
dapat mengajukan permohonan pengurangan atau pembatalan surat ketetapan
pajak yang tidak benar. Kemudian, bila Wajib Pajak mencabut pengajuan
keberatan yang terkait dengan Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak
2008 dan sesudahnya, pajak yang masih harus dibayar dalam Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan yang
tidak disetujui dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan atau pembahasan akhir
hasil verifikasi, menjadi utang pajak sejak tanggal penerbitan surat ketetapan
pajak.

Ketentuan lain-lain
Dalam hal pengajuan keberatan Wajib Pajak ditolak atau dikabulkan
sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 50%
(lima puluh persen) dari jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi
dengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan. Sanksi
administrasi berupa denda sebesar 50% (lima puluh persen) tidak dikenakan
dalam hal:
a. Wajib Pajak mencabut pengajuan keberatan,
b. pengajuan keberatan Wajib Pajak tidak dipertimbangkan karena tidak
memenuhi persyaratan pengajuan keberatan, atau
c. Wajib Pajak mengajukan permohonan banding atas Surat Keputusan
Keberatan.

III. Kesimpulan
Wajib Pajak yang merasa tidak puas atas ketetapan pajak yang dikenakan
dan berpendapat bahwa jumlah rugi, jumlah pajak, dan pemotongan atau
pemungutan pajak tidak sebagaimana mestinya, Wajib Pajak dapat mengajukan
keberatan. Permohonan keberatan yang diajukan harus memenuhi syarat sesuai

Keberatan Pajak
8

ketentuan perpajakan berlaku. Dalam proses keberatan Wajib Pajak juga perlu
memperhatikan ketentuan terkait pembukuan, catatan, data, informasi, atau
keterangan lain yang digunakan, untuk dapat dipertimbangkan dalam penyelesaian
keberatan. Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 12 (dua
belas) bulan sejak tanggal surat keberatan diterima harus memberi keputusan atas
keberatan yang diajukan, dan Surat Keputusan Keberatan diterbitkan dalam
jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak jangka waktu 12 (dua belas) bulan
tersebut berakhir

IV. Referensi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 202/PMK.03/2015


Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 9/PMK.03/2013 Tentang Tata Cara Pengajuan Dan Penyelesaian
Keberatan

Keberatan Pajak

Anda mungkin juga menyukai