KEBERATAN PAJAK
I. Pendahuluan
Salah satu langkah yang dapat dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak
untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak dalam menjalankan kewajiban
perpajakannya adalah melalui pemeriksaan pajak. Berdasarkan hasil pemeriksaan,
Direktorat Jenderal Pajak akan menerbitkan suatu ketetapan pajak Terhadap
ketetapan yang diterbitkan tersebut, apabila Wajib Pajak tidak puas atau tidak
sependapat mengenai jumlah rugi, jumlah pajak, dan pemotongan atau
pemungutan pajak karena tidak sebagaimana mestinya Wajib Pajak dapat
menempuh upaya hukum melalui pengajuan keberatan kepada Direktur Jenderal
Pajak sesuai dengan ketentuan pajak yang berlaku.
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal
Pajak (DJP), maka akan diterbitkan suatu surat ketetapan pajak, yang dapat
mengakibatkan pajak terutang menjadi kurang bayar, lebih bayar, atau nihil. Jika
Keberatan Pajak
2
Wajib Pajak tidak sependapat maka dapat mengajukan keberatan atas surat
ketetapan tersebut. Selanjutnya apabila belum puas dengan keputusan keberatan
tersebut maka Wajib Pajak dapat mengajukan banding. Langkah terakhir yang
dapat dilakukan oleh Wajib Pajak dalam sengketa pajak adalah peninjauan
kembali ke Mahkamah Agung.
Keberatan Pajak
3
pengajuan keberatan atas suatu Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan yang berkaitan dengan
Surat Pemberitahuan untuk Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun
Pajak 2008 dan seterusnya.
5. Diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal:
a) Surat ketetapan pajak dikirim; atau
b) pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga, Wajib Pajak
dapat menunjukan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi
karena keadaan di luar kekuasaan Wajib Pajak.
6. Surat Keberatan ditandatangani oleh Wajib Pajak, dan dalam hal Surat
Keberatan ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak, Surat Keberatan
tersebut harus dilampiri dengan surat kuasa khusus sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 32 ayat (3) Undang-Undang KUP; dan
7. Wajib Pajak tidak mengajukan permohonan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 36 Undang-Undang KUP.
Keberatan Pajak
4
Keberatan Pajak
5
Keberatan Pajak
6
Ketetapan Pajak Nihil, dan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar yang telah dibayar
menyebabkan kelebihan pembayaran pajak, kelebihan pembayaran dimaksud
dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan
untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. untuk Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dan Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan dihitung sejak tanggal pembayaran yang
menyebabkan kelebihan pembayaran pajak sampai dengan diterbitkannya
Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan
Kembali, atau
b. untuk Surat Ketetapan Pajak Nihil dan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
dihitung sejak tanggal penerbitan surat ketetapan pajak sampai dengan
diterbitkannya Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan
Peninjauan Kembali.
Keberatan Pajak
7
Ketentuan lain-lain
Dalam hal pengajuan keberatan Wajib Pajak ditolak atau dikabulkan
sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 50%
(lima puluh persen) dari jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi
dengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan. Sanksi
administrasi berupa denda sebesar 50% (lima puluh persen) tidak dikenakan
dalam hal:
a. Wajib Pajak mencabut pengajuan keberatan,
b. pengajuan keberatan Wajib Pajak tidak dipertimbangkan karena tidak
memenuhi persyaratan pengajuan keberatan, atau
c. Wajib Pajak mengajukan permohonan banding atas Surat Keputusan
Keberatan.
III. Kesimpulan
Wajib Pajak yang merasa tidak puas atas ketetapan pajak yang dikenakan
dan berpendapat bahwa jumlah rugi, jumlah pajak, dan pemotongan atau
pemungutan pajak tidak sebagaimana mestinya, Wajib Pajak dapat mengajukan
keberatan. Permohonan keberatan yang diajukan harus memenuhi syarat sesuai
Keberatan Pajak
8
ketentuan perpajakan berlaku. Dalam proses keberatan Wajib Pajak juga perlu
memperhatikan ketentuan terkait pembukuan, catatan, data, informasi, atau
keterangan lain yang digunakan, untuk dapat dipertimbangkan dalam penyelesaian
keberatan. Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 12 (dua
belas) bulan sejak tanggal surat keberatan diterima harus memberi keputusan atas
keberatan yang diajukan, dan Surat Keputusan Keberatan diterbitkan dalam
jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak jangka waktu 12 (dua belas) bulan
tersebut berakhir
IV. Referensi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009
Keberatan Pajak