Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH :
Aji Pramana (61111035)
Ismail Abdillah (61112110)
Rycardo Pratama (61112040)
Lidwina Nislili Manao (61112057)
Intan Delima Rizki (61112064)
Dyas Ayu Nastiti (61112013)
Mustika Rahmadianti (61112063)
Yessy Rahma Fadila (61112031)
Rani Marlyani (61112053)
Nova Ayu Sriwirawan (61112105)
PEMBIMBING
dr. Rahmawati
Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul INFANTICIDE. Di
kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dr. Rahmawati selaku pembimbing yang telah membantu penyelesaian laporan ini.
Penulisan juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman, dan semua pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat kami harapkan.
BAB I
PENDAHULUAN
Anak adalah buah hati yang sangat berharga bagi setiap keluarga, sebagai pewaris dan
penerus kedua orang tuanya. Sedangkan, seorang ibu adalah sosok yang penuh kasih sayang,
apapun dikorbankan demi anaknya. Oleh karena itu, seorang anak harus mendapatkan
perlindungan baik saat masih dalam kandungan maupun setelah dilahirkan. Namun, sekarang
ini berita-berita tentang ditemukannya bayi yang baru lahir dalam keadaan meninggal karena
dibunuh oleh ibunya, seringkali dijumpai di media massa.1
Kasus pembunuhan terhadap bayi yang baru lahir telah dikenal sejak dahulu dan
terjadi dimana saja. Pembunuhan anak sendiri adalah suatu bentuk kejahatan terhadap nyawa
dimana kejahatan ini bersifat unik. Keunikan tersebut dikarenakan pelaku pembunuhan
haruslah ibu kandungnya sendiri dan alasan atau motivasi untuk melakukan kejahatan
tersebut adalah karena ibu kandungnya takut ketahuan bahwa dia telah melahirkan anak,
salah satunya karena anak tersebut adalah hasil hubungan gelap. Selain itu, keunikan lainnya
adalah saat dilakukannya tindakan menghilangkan nyawa anaknya, yaitu saat anak dilahirkan
atau tidak lama kemudian. Patokannya dapat dilihat apakah sudah atau belum ada tanda-tanda
perawatan, dibersihkan, dipotong tali pusat, atau diberikan pakaian.2
Saat dilakukannya kejahatan tersebut, dikaitkan dengan keadaan mental emosional
dari ibu, seperti rasa malu, takut, benci, serta rasa nyeri bercampur aduk menjadi satu,
sehingga perbuatannya dianggap dilakukan tidak dalam keadaan mental yang tenang, sadar,
serta dengan perhitungan yang matang.2
Untuk dapat menuntut seorang ibu telah melakukan tindak pidana pembunuhan anak
sendiri, haruslah terbukti bahwa bayi tersebut hidup pada saat dilahirkan. Sebagai dokter
forensik, tanda-tanda kehidupan sudah tidak ditemukan lagi pada saat otopsi. Tanda yang
masih dapat ditemukan adalah tanda pernah bernapas di luar rahim. Hal tersebut menjadi sulit
bila saat otopsi dilakukan, jenazah bayi sudah berada dalam keadaan membusuk. Kesulitan
juga dijumpai pada saat menentukan sebab kematian bayi. Pada umumnya tidak terdapat
keterangan apapun mengenai jalannya persalinan dan keadaan bayi setelah dilahirkan. Bila
ditemukan tanda kematian akibat asfiksia, maka penyebabnya harus ditentukan karena
penyebab asfiksia tersebut adalah penyebab kematian bayi.3
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
Nama :A
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 9 bulan dalam kandungan
Hari Tanggal Jenazah Masuk : 26 Mei 2011
Tanggal Pemeriksaan : 26 Mei 2011
Waktu Pemeriksaan : 11.00 WITA
Lokasi Ditemukan : Pantai Hyang Sangkur Lembeng Kecamatan
Sukawati, Kabupaten Gianyar.
B. PEMERIKSAAN LUAR
1 Label: Label dari kepolisian tidak ada.
2 Pembungkus jenazah: Kardus dengan tulisan AQUA.
3 Benda di samping jenazah:
a. Dua lembar kain putih.
b. Lima keping uang logam pecahan seratus rupiah. Sembilan lembar uang kertas
pecahan seribu rupiah. Tiga lembar uang kertas pecahan dua ribu rupiah. Lima
lembar uang kertas pecahan lima ribu rupiah. Dua uang lembar kertas pecahan
sepuluh ribu rupiah.
c. Dua buah canang sari.
d. Satu buah pisang.
e. Satu bungkus kantong plastik warna putih berisi satu lembar kain putih, satu
pasang baju dan celana warna kuning dengan corak binatang merek SA ukuran
XL.
4 Pakaian : Jenazah tidak memakai pakaian.
5 Perhiasan : Jenazah tidak memakai perhiasan.
6 Tanda Kematian:
a. Lebam mayat dibagian belakang, warna merah keunguan, tidak hilang pada
penekanan.
b. Kaku mayat tidak ada.
c. Tanda pembusukan berupa kulit ari yang mengelupas pada hampir seluruh
tubuh.
7 Pemeriksaan Rambut
a. Rambut kepala warna hitam, lurus dan mudah dipilah.
b. Alis tidak ada.
c. Bulu mata tidak ada.
8 Pemeriksaan Kepala:
a. Bentuk kepala lonjong
9 Pemeriksaan Mata:
a. Mata kanan tertutup, kiri terbuka dengan ukuran 0,5 cm.
b. Bola mata sulit dinilai karena sudah busuk.
10 Pemeriksaan Hidung:
a. Cuping hidung tampak datar.
11 Pemeriksaan Mulut dan Rongga Mulut:
a. Mulut terbuka selebar 2 cm.
b. Lidah tidak tergigit dan tidak terjulur.
c. Gigi geligi tidak ada.
12. Pemeriksaan Telinga:
a. Bentuk telinga sulit dievaluasi karena sudah busuk.
13 Alat Kelamin:
a. Jenis kelamin perempuan.
b. Bibir kelamin besar menutupi bibir kelamin kecil.
14.Lubang Pelepasan:
a. Sulit dievaluasi karena sudah busuk
15. Identifikasi Umum:
Jenazah adalah bayi perempuan, gizi cukup, umur kurang lebih 9 bulan dalam
kandungan, berat badan 2750 gram, panjang badan 51 cm.
16. Lain lain :
a. Rajah kaki sudah terbentuk sampai sepertiga bagian depan telapak kaki.
b. Tali pusat terpotong dengan tepi tidak rata tepat pada pangkalnya, disekitar
potongan tidak terdapat resapan darah.
17. Luka-luka:
a. Luka memar pada pipi kanan, 1,5 cm dari GPD, 1,5 cm dari dagu, ukuran 2x2 cm.
b. Luka memar pada selaput lendir bibir atas, ukuran 2,5x0,5 cm.
c. Luka memar pada leher bagian belakang samping kanan, 4 cm dari GPB, 2 cm
dari bawah tulang telinga, ukuran 5x1,5 cm, warna kecoklatan.
18. Patah Tulang: tampak patah tulang rahang atas dan bawah tepat pada pertengahan
depan.
C. PEMERIKSAAN DALAM
1. SEBELUM ALAT-ALAT DIANGKAT
a. Leher: Seluruh jaringan bawah kulit leher sulit dievaluasi karena sudah busuk.
b. Dada:
1) Lemak dinding dada berwarna kuning tebal nol koma tiga sentimeter.
2) Sekat rongga badan kiri setinggi sela iga ke tiga dan sekat rongga dalam
kanan setinggi sela iga ke lima.
3) Kandung jantung tampak ditutupi oleh sebagian besar paru kanan
sedangkan paru kiri berada dibelakang jantung.
c. Perut:
1) Lemak dinding perut berwarna kuning kehijauan, tebal nol koma tujuh
sentimeter.
2) Selaput dinding perut berwarna putih keabuan permukaan licin dan
mengkilap.
3) Dalam rongga perut tidak berisi cairan bebas.
4) Tirai usus menutupi sepertiga permukaan usus bagian atas.
D. PEMERIKSAAN KEPALA
1 Pada kulit kepala bagian dalam terdapat resapan darah
2 Tulang tengkorak utuh
3 Selaput keras otak utuh
4 Otak besar dan kecil mulai membusuk
E. PEMERIKSAAN TAMBAHAN
Tes apung paru: Hasil dari tes apung paru kanan dan kiri adalah positif.
BAB III
PEMBAHASAN
BAB IV
KESIMPULAN
Pembunuhan anak sendiri (infanticide) adalah pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu
atas anak kandungnya pada saat lahir atau tidak lama kemudian karena takut ketahuan telah
melahirkan anak. Berdasarkan undang-undang, terdapat tiga faktor penting mengenai
pembunuhan anak sendiri, yaitu faktor ibu, waktu, dan psikis.
Pemeriksaan kedokteran forensik pada kasus pembunuhan anak atau yang diduga
kasus pembunuhan anak ditujukan untuk memperoleh kejelasan mengenai anak tersebut
dilahirkan hidup atau lahir mati, adanya tanda-tanda perawatan, luka-luka yang dapat
dikaitkan dengan penyebab kematian, anak tersebut dilahirkan cukup bulan dalam
kandungan, dan adanya kelainan bawaan yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidupnya.
Pemeriksaan terhadap kasus pembunuhan anak sendiri dilakukan terhadap
pelaku/tertuduh (ibu kandung yang baru melahirkan) dan korban (bayi yang baru dilahirkan).
Pada ibu, diperiksa tanda telah melahirkan anak, berapa lama telah melahirkan, adanya tanda-
tanda partus precipitates, pemeriksaan golongan darah, dan pemeriksaan histopatologi
terhadap sisa plasenta dalam darah yang berasal dari rahim. Sedangkan, pada korban
diperiksa viabilitas, penentuan umur, pernah atau tidak pernah bernapas, umur ekstrauterin,
dan sebab kematian. Sebab kematian dapat berupa akibat penyakit, kecelakaan, dan tindakan
kriminal. Salah satu contoh kematian akibat tindakan criminal adalah tindakan pembunuhan
berupa sufokasi (pembekapan).
Pada kasus ini, korban dilahirkan hidup, tidak ada tanda-tanda perawatan, viable,
cukup bulan dalam kandungan, dan terdapat luka-luka akibat kekerasan tumpul. Sebab
kematian korban tersebut adalah mati lemas akibat dibekap. Oleh karena itu, bila pelakunya
adalah ibu kandung korban, maka akan dikenakan pasal 341 atau pasal 342 KUHP.
DAFTAR PUSTAKA