Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN KASUS

TUBERKULOSIS PARU
Disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan Komprehensif

Di RSU PKU Muhammadiyah Delanggu

Pembimbing :

dr. Dewi Susilowati

Disusun oleh :
Anggraeni Putri Pertiwi (H2A011007)
Bily Gustomo (H2A011012)
Ita Purwanti (H2A011024)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2017

1
LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN
KOMPREHENSIF

Laporan Kasus dengan Judul :


TUBERKULOSIS PARU

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kepanitraan Komprehensif


Di RSU PKU Muhammadiyah Delanggu

Disusun Oleh : Anggraeni Putri Pertiwi (H2A011007)


Bily Gustomo (H2A011012)
Ita Purwanti (H2A011024)

Dipresentasikan : 3 Februari 2017

Disetujui :

Mengetahui,
Pembimbing

.........................
dr. Dewi Susilowati

2
UPAYA PENDEKATAN TERHADAP KELUARGA Ny. H
DALAM MENANGANI PERMASALAHAN PENDERITA
TUBERKULOSIS PARU

TAHAP I. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA


Nama kepala keluarga : Ny. H (58 tahun)
Alamat : Dk. Jayan, Juwiran, Juwiring, Klaten
Bentuk keluarga : Extended family

Tabel 1. Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah

No. Nama Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Pasien Keterangan

1. Tn. Q Kepala L 68 th S1 pensiunan - Sehat


kepala KUA
keluarga
2. Ny. H Istri P 58 th SMP Penjahit - TB paru
aktif
3. Ny.W Ibu P 78 th SD tidak - R.TB paru
bekerja

Kesimpulan tahap I :
Di dalam keluarga Tn. Q berbentuk extended family didapatkan pasien atas nama
Ny. H usia 58 tahun, tamat SMP, seorang penjahit di rumah dengan penyakit
Tuberkulosis Paru.

TAHAP II

3
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. H
Umur : 58 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Penjahit
Alamat : Dk. Jayan, Juwiran, Juwiring, Klaten
Nomor CM :-

II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis tanggal 13 Januari 2017
pada pukul 13.00 WIB.
a. Keluhan utama
Pasien mengeluh batuk lama.
b. Riwayat penyakit sekarang
4 bulan yang lalu (sebelum pengobatan TB paru) pasien mengeluh
batuk. Keluhan dirasakan terus-menerus. Batuk seperti berdahak tapi tidak
bisa dikeluarkan. Keluhan disertai demam terutama malam hari. Pasien
juga mengeluh setiap malam keluar keringat dingin, nafsu makan
menurun.
3 bulan yang lalu (sebelum pengobatan TB paru), pasien mulai
merasa batuk semakin bertambah sering. Setiap kali batuk pasien
mengeluarkan dahak berwarna kuning kehijauan. Pasien mengeluh demam
nglemeng setiap hari dan badan lemas. Kepala terasa sakit serta berat
badan juga menurun. Pasien tidak mengeluh mual dan muntah. BAK dan
BAB lancar tidak ada keluhan. Pasien periksa ke dokter keluarga, namun
tidak ada perubahan, akhirnya pasien dirujuk ke RS PKU Muhammadiyah
Delanggu.

4
Saat ini pasien sedang pengobatan TB bulan ketiga, keluhan yang
dirasakan sekarang pasien masih mengeluh batuk tetapi jarang. batuk
kadang disertai dahak berwarna keputihan. Sekarang pasien juga mudah
lelah, tidak ada demam, nafsu makan masih kurang, tidak peningkatan
berat badan. Pasien minum obat teratur.
c. Riwayat penyakit dahulu
- Riwayat penyakit batuk seperti ini : disangkal
- Riwayat darah tinggi : diakui (sejak 1 tahun) tidak
terkontrol
- Riwayat kencing manis : diakui (sejak 6 bulan)
- Riwayat asma : disangkal
- Riwayat merokok : disangkal
- Riwayat batuk lama : disangkal
- Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal
d. Riwayat penyakit keluarga
- Riwayat darah tinggi : disangkal
- Riwayat kencing manis : disangkal
- Riwayat asma : disangkal
- Riwayat batuk lama (TB) : diakui (selesai pengobatan)
- Riwayat alergi obat dan makanan: disangkal
e. Riwayat pribadi
- Riwayat Merokok : disangkal
- Riwayat minum-minuman keras : disangkal
- Kebiasaan penderita membuang dahak di sembarang tempat disangkal,
serta tidak memakai masker saat bekerja dan sehari-hari dirumah. Saat
keluar rumah pasien memakai masker. Dirumah pasien juga merawat
ibunya yang sedang sakit hanya berbaring di tempat tidur, mantan
pengobatn TB paru. Sudah 1 tahun ini ibu pasien tidak mengkonsumsi
obat.

5
f. Riwayat sosial ekonomi
Pasien bekerja sebagai penjahit di rumah. Penghasilan perbulan
Rp. 1.000.000,00. Pasien tinggal bersama ibu dn suami. Biaya kehidupan
sehari-hari ditanggung sendiri. Biaya pengobatan ditanggung oleh BPJS
non PBI.
Status ekonomi cukup.
g. Riwayat Lingkungan
Pasien tinggal bersama ibu dan suami disebuah rumah pribadi.
Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 10 x 7 m2, rumah
menghadap ke utara. Rumah tidak memiliki pagar pembatas. Terdiri dari
ruang tamu, tiga kamar tidur, 1 kamar mandi dan wc, dan ruang makan jadi
satu dengan dapur. Pintu masuk dan keluar ada tiga, di bagian depan,
samping dan di bagian belakang rumah. Dinding terbuat batu bata yang
sudah di cat, lantai rumah berupa keramik kecuali dapur. Ventilasi dan
pencahayaan rumah cukup. Atap rumah tersusun dari genteng dan sudah
ditutupi langit-langit kecuali ruang dapur yang hanya beratap genteng.
Masing-masing kamar tidur dilengkapi dengan sebuah ranjang dan kasur.
Perabotan rumah tangga sederhana. Sumber air untuk kebutuhan sehari-
harinya keluarga ini menggunakan air sumur. Sehari-hari keluarga memasak
menggunakan kompor gas. Penataan perabotan rumah tangga kurang rapi

6
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 13 Januari 2017 di bangsal matahari
pukul 14.00 WIB.

a. Keadaan umum : compos mentis

b. Tanda Vital
- Tekanan Darah : 135/80 mmHg
- Nadi : 86 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
- Pernapasan : 20 x/menit
- Suhu : 36.40C
c. Status gizi
BB : 42
TB : 160
BMI : 16,40
Kesan : Underweight
d. Kulit : Warna coklat, sama seperti warna sekitar
e. Kepala : Bentuk mesosephal, rambut warna hitam,
lurus, luka (-)
f. Wajah : Moon face (-), luka (-)
g. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), reflek pupil (+/+)
isokor 3 mm, sklera ikteri (-/-), mata cekung
(-)
h. Telinga : Sekret (-/-), serumen (+/+), darah (-/-), nyeri
tekan mastoid (-/-), nyeri tekan tragus (-/-)
i. Hidung : Sekret (-/-), napas cuping hidung (-/-),
epistaksis (-/-)
j. Mulut : Sianosis (-), bibir kering (-), lidah kotor (-),
pernapasan mulut (-)
k. Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-), trakea
ditengah

7
l. Thorax : Mormochest, simetris, adanya tambahan
otot-otot pernafasan (-)

1. Paru

PULMO DEXTRA SINISTRA


Depan
1. Inspeksi
Bentuk dada Normal Normal
Hemitorak Simetris Simetris
Warna Sama dengan warna sekitar. Sama dengan warna
sekitar.
2. Palpasi
Nyeri tekan Tidak ada nyeri tekan Tidak ada nyeri tekan
Stem fremitus Normal Normal
3. Perkusi sonor seluruh lapang paru redup di basal paru
4. Auskultasi
Suara dasar Vesikuler Vesikuler
Suara tambahan
Wheezing - -
Ronki - -
kasar
RBH + +
Stridor - -

Belakang
1. Inspeksi
Warna Sama dengan warna sekitar Sama dengan warna
sekitar
2. Palpasi
Nyeri tekan (-) (-)

8
Stem Fremitus Tidak ada pengerasan dan Tidak ada pengerasan
pelemahan dan pelemahan
3. Perkusi
Lapang paru sonor seluruh lapang paru redup di basal paru
4. Auskultasi
Suara dasar Vesikuler Vesikuler
Suara tambahan
Wheezing - -
Ronki kasar - -
RBH + +
Stridor - -

Tampak anterior paru Tampak posterior paru

Ronki basah halus paru

2. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak, ICS melebar (-)
Palpasi : ictus cordis teraba, kuat angkat (-), ICS melebar (-)
Perkusi : batas kiri atas : ICS II linea parasternal sin.
batas kanan atas : ICS II linea parasternal dextra
pinggang jantung : ICS III linea parasternal sinistra
batas kanan bawah : ICS V linea sternalis dextra
kiri bawah : ICS V 2 cm lateral linea
midclavicula sinistra
Kesan : Konfigurasi jantung dalam batas normal

Auskultasi : Suara jantung murni: Suara I dan Suara II reguler.

9
Suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-)
Abdomen
1. Inspeksi : Dinding perut sejajar dengan dinding dada, ikterik (-),
sikatrik (-), caput medusa (-).
2. Auskultasi : Bising usus (+) normal, 8 x/menit.
3. Perkusi : Tympani seluruh abdomen, pekak sisi (+) normal.
4. Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (-), nyeri hipokondria kanan (-),
defans muskular (-), hepar dan lien tidak teraba.
Ekstremis

Superior Inferior
Capp Refill <2/ <2 <2/<2
Akral dingin -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Edema -/- -/-
Nyeri gerak -/- -/-
Motorik :
- Gerakan +/+ +/+
- Kekuatan 5/5 5/5
- Tonus +/+ +/+

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Foto Thorax PA pada tanggal 3 Januari 2017
Kesan : Cor : Normal
Pumo : TB paru duplex aktif

Pemeriksaan sputum pada tanggal 30 Oktober 2016

10
Mikrobiologi (B)

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Sewaktu - -
Pagi + -
Sewaktu - -

Pemeriksaan sputum pada tanggal 7 Januari 2017

Mikrobiologi (B)

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Sewaktu - -
Pagi - -
Sewaktu - -

V. RESUME
Seorang perempuan 58 tahun dengan keluhan batuk lama, dengan
riwayat 4 bulan yang lalu (sebelum pengobatan TB paru) pasien mengeluh
batuk. Keluhan dirasakan terus-menerus. Batuk seperti berdahak tapi tidak bisa
dikeluarkan. Keluhan disertai demam terutama malam hari. Pasien juga
mengeluh setiap malam keluar keringat dingin, nafsu makan menurun.
3 bulan yang lalu (sebelum pengobatan TB paru), pasien mulai merasa
batuk semakin bertambah sering. Setiap kali batuk pasien mengeluarkan dahak
berwarna kuning kehijauan. Pasien mengeluh demam nglemeng setiap hari dan

11
badan lemas. Kepala terasa sakit serta berat badan juga menurun. Pasien tidak
mengeluh mual dan muntah.
Saat ini pasien sedang pengobatan TB bulan ketiga, keluhan yang
dirasakan sekarang pasien masih mengeluh batuk tetapi jarang. batuk kadang
disertai dahak berwarna keputihan. Sekarang pasien juga mudah lelah, tidak
ada demam, nafsu makan masih kurang, tidak peningkatan berat badan. Pasien
minum obat teratur. Riwayat Hipertensi (+), Riwayat DM (+), Riwayat TB paru
pada ibu pasien (+).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD : 135/80 mmHg, Nadi : 86
x/menit, RR : 20 x/menit, Suhu : 36.4 0 C. Pada pemeriksaan thorax didapatkan,
pulmo : suara tambahan ronki basah halus dan cor : dalam batas normal. Pada
foto thorax didapatkan hasil TB paru aktif dan pemeriksaan sputum dahak
awal didapatkan Sewaktu (-), pagi (+), sewaktu (-), bulan ketiga pengobatan
pemeriksaan sputum dahak didapatkan Sewaktu (-), pagi (-), sewaktu (-),

VI. PATIENT CENTERED DIAGNOSIS


1. Diagnosis Holistik
Ny. H 58 tahun, extended family, Tuberkulosis Paru dengan DM tipe II,
status gizi kurang. Hubungan keluarga cukup harmonis dan hubungan
dengan masyarakat sekitar terjalin baik. Status ekonomi cukup.
2. Diagnosis Biologis
Tuberkulosis Paru
DM tipe II
3. Diagnosis Psikologis
Pasien tidak mengalami beban pikiran terhadap penyakitnya. Hubungan
pasien dengan anggota keluarga lain baik dan saling mendukung.
4. Diagnosis Sosial, Ekonomi, Budaya
Pasien merupakan anggota masyarakat biasa, cukup berperan aktif dalam
kegiatan kemasyarakatan, hubungan dengan masyarakat baik, status
ekonomi cukup.

12
VII. PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa:
Memberikan edukasi kepada pasien tentang :
Memberikan motivasi kepada pasien agar dapat menerima keadaan
sekarang.
Memberikan edukasi mengenai apa itu penyakit tuberkulosis, penyebab,
gejalanya, cara penularan, cara pencegahan, komplikasi, serta cara
pengobatan tuberkulosis paru.
Minum obat secara teratur dan tidak boleh berhenti sesuai anjuran
dokter
Saat batuk usahakan untuk menutup mulut, dan dahak jangan dibuang
disembarang tempat.
Usahakan untuk memakai masker saat bekerja, saat batuk, dan setiap
hari dirumah minimal selama 2-3 bulan pengobatan fase awal dengan
hasil BTA negatif.
Usahakan untuk tidak menggunakan peralatan makan dan minum secara
bersamaan dengan anggota keluarga lain.
Makan makanan tinggi protein, sayur, dan banyak minum.
Olahraga ringan secara teratur.
Usahakan untuk tetap membuka jendera pagi sampai sore sagar cahaya
dapat masuk ke dalam ruamah dan sirkulasi udara bagus.
Usahakan untuk membawa anggota keluarga terutama yang tinggal
dalam satu rumah agar mau memeriksakan diri kepuskesmas terdekat.
Obat disimpan ditempat yang aman, hindari terkena sinar matahari, dan
dari jangkauan anak.
Bila minum obat diusahakan pada jam yang sama, misalnya jam 7
malam, maka selanjutnya jam 7 malam juga. Telat minum obat
maksimal 1 jam.
Menjaga higene pribadi

13
Medikamentosa :
1. Assesment TB Paru Baru :
Kategori-1 (2HRZE/4H3R3) : 3 tablet KDT (kombinasi dosis tetap)
Tabel 2. Dosis Panduan OAT KDT Kategori 1

Berat Badan Tahap intensif tiap hari Tahap lanjutan 3x


(Kg) selama 56 hari seminggu selama 16
RHZE (150/75/400/275) minggu
RH (150/150)
30-37 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT
38-54 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT
55-70 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT
70 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT

Pada kasus, Ny.H memiliki berat badan 42 kg. Pasien meminum OAT
Kategori 1 KDT 3 tablet setiap harinya selama 2 bulan dilanjutkan
dengan sisipan selama 1 bulan dan sekarang dalam fase lanjutan bulan
ketiga yaitu isoniazid dan Rifampisin, minum obat setiap 3 kali
seminggu.
2. Assesment : Diabetes Melitus tipe II
Etiologi :
- Kekurangan produksi insulin
- Resistensi insulin
Faktor resiko :
- Usia lansia , stress, genetic, pola makan tidak terkontrol.
Komplikasi :
- Ulkus DM, hipoglikemi
- Neuropati diabetika, KAD
- Gastropharesis diabetika
-
Inisial Plan :
Diagnosis : GDP, GD2P, HbA1C, Profil Lipid, Asam Urat
Terapi :
o Metformin 500 mg/8 jam
o Insulin 10 IU Malam
Monitoring : KU, TTV, GDS setiap 12 jam, GD2P setiap 24 jam

14
Edukasi :
- Pengaturan pola makan, 60% karbohidrat, 20% protein,
15% lemak, 5% serat
- Membatasi makanan / minuman yang manis
- Memberitahukan bahwa pengobatan bersifat jangka
panjang dan terus menerus
- Olahraga 30 menit dalam 1 hari
VIII. FOLLOW UP
Tanggal 15 Januari 2017 pukul 11.00 WIB
Subyektif : batuk (+) <
Obyektif
Tanda Vital : T = 130/80 mmHg
HR = 86x/menit
RR = 18x/menit
t = 36,5C
Status lokalis : (pemeriksaan thorax)
Inspeksi Bentuk dada normal, Gerakan simetris, statis, dinamis,
Perkusi Stem fremitus kanan = kiri , Nyeri tekan (-)
Palpasi sonor seluruh lapang paru
Auskultasi Suara dasar vesikuler (+)Suara tambahan : ronchi (+/+),
wheezing (-)
Pemeriksaan abdomen:
Inspeksi : Permukaan dinding abdomen datar, bentuk simetris,
benjolan (-), warna kulit seperti kulit sekitar,

Auskultasi : Bising usus (+) N

Perkusi : Tympani, pekak sisi (+), pekak alih (-), undulasi (-)

Palpasi : Palpasi Ringan: nyeri tekan (-), rigiditas (-), benjolan (-),

spasme otot (-) Palpasi Dalam : hepar, lien dan ginjal


dalam batas normal.

Assessment : TB Paru, DM tipe II

15
Planning :
Terapi medikamentosa : OAT kategori 1, Metformin 3x500 mg dan
insulin 10 iu (malam).
Non medikamentosa :
a. Memakai masker di dalam rumah
b. Mengkonsumsi makanan tinggi protein
c. Meminum obat secara teratur.
d. Membatasi makanan / minuman yang manis
e. Memberitahukan bahwa pengobatan bersifat jangka panjang dan terus menerus
f. Olahraga 30 menit dalam 1 hari

Tanggal 22 Januari 2017 pukul 11.00 WIB


Subyektif : batuk (+) <
Obyektif
Tanda Vital : T = 120/80 mmHg
HR = 88x/menit
RR = 20x/menit
t = 36,5C
Status lokalis : (pemeriksaan thorax)
Inspeksi Bentuk dada normal, Gerakan simetris, statis, dinamis,
Perkusi Stem fremitus kanan = kiri , Nyeri tekan (-)
Palpasi sonor seluruh lapang paru
Auskultasi Suara dasar vesikuler (+)Suara tambahan : ronchi (+/+),
wheezing (-)
Pemeriksaan abdomen:
Inspeksi : Permukaan dinding abdomen datar, bentuk simetris,
benjolan (-), warna kulit seperti kulit sekitar,

Auskultasi : Bising usus (+) N

Perkusi : Tympani, pekak sisi (+), pekak alih (-), undulasi (-)

16
Palpasi : Palpasi Ringan: nyeri tekan (-), rigiditas (-), benjolan (-),

spasme otot (-) Palpasi Dalam : hepar, lien dan ginjal


dalam batas normal.

Assessment : TB Paru, DM tipe II


Planning :

Terapi medikamentosa : OAT kategori 1, Metformin 3x500 mg dan


insulin 10 iu (malam)
Non medikamentosa :
a. Memakai masker di dalam rumah
b. Mengkonsumsi makanan tinggi protein
c. Meminum obat secara teratur.
d. Membatasi makanan / minuman yang manis
e. Memberitahukan bahwa pengobatan bersifat jangka panjang dan
terus menerus
f. Olahraga 30 menit dalam 1 hari

17
IX. FLOW SHEET
Nama : Ny. H (58 tahun)
Diagnosis : Tuberkulosis Paru dengan DM tipe II

Tabel 3. Flowsheet penderita


Tanggal Keluhan Tanda Vital Rencana Terapi Target

13/01/17 Batuk (+)<< Tensi : 130/80 mmHg Medika mentosa Gejala klinis
Rumah sesak (-) Nadi : 86x/menit 1. Kategori-1 menghilang,
pasien RR : 20x/menit (2HRZE/4H3R3) rontgen
Suhu : 36,5C 2. metformin 3x500 mg perbaikan
Thx : ronchi +/+ 3. insulin 10 IU (malam)
Non medikamentosa:
1. meminum obat secara
teratur
2. Saat batuk usahakan
untuk menutup mulut,
dan dahak jangan
dibuang disembarang
tempat.
3. Usahakan untuk
memakai masker saat
bekerja, saat batuk, dan
setiap hari dirumah
4. Makan makanan tinggi
protein, sayur, dan
banyak minum.

18
15/01/17 Batuk (+)< Tensi : 130/80 mmHg Medika mentosa Gejala klinis
Rumah sesak (-) Nadi : 84x/menit 1. Kategori-1 menghilang,
pasien RR : 20x/menit (2HRZE/4H3R3) rontgen
Suhu : 36,5C 2. metformin 3x500 mg perbaikan
Thx : ronchi +/+ 3. insulin 10 IU (malam)
Non medikamentosa:
4. meminum obat secara
teratur
5. Saat batuk usahakan
untuk menutup mulut,
dan dahak jangan
dibuang disembarang
tempat.
6. Usahakan untuk
memakai masker saat
bekerja, saat batuk, dan
setiap hari dirumah
7. Makan makanan tinggi
protein, sayur, dan
banyak minum.

Tanggal 28 Januari 2015


pasien diperbolehkan
pulang

Tanggal Keluhan Tanda Vital Rencana Terapi Target

19
22/1/2017 Batuk (+), Tensi : 120/80 mmHg 1. Kategori-1 Gejala klinis
Rumah dahak (-) Nadi : 78x/menit (2HRZE/4H3R3) menghilang,
Pasien RR : 20x/menit rontgen
2. metformin 3x500 mg
Suhu : 36,5C perbaikan
3. insulin 10 IU (malam)
Non medikamentosa :
Minum obat secara teratur
Mengkonsumsi makanan
tinggi kalori tinggi protein
Memberikan edukasi
mengenai perilaku hidup
sehat.

TAHAP III
IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA

20
I. FUNGSI HOLISTIK
a. Fungsi Biologis
Keluarga terdiri atas ibu (Ny.W, 78 tahun), suami (Tn.Q, 68 tahun),
dan penderita (Sdri. H, 58 tahun) tinggal bersama dalam satu rumah.
b. Fungsi Psikologis
Hubungan keluarga cukup harmonis, saling mendukung, dan
perhatian satu sama lain.
c. Fungsi Sosial
Penderita dan keluarga hanya sebagai anggota masyarakat biasa.
Hubungan dengan masyarakat sekitar baik dan cukup aktif dalam
kegiatan kemasyarakatan.
d. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Penderita bekerja sebagai karyawan swasta dengan penghasilan Rp
1.000.000 perbulan. Penghasilan mencukupi untuk pemenuhan
kebutuhan sehari-hari, status ekonomi cukup.
e. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi
Komunikasi anggota keluarga berlangsung baik, permasalahan
diselesaikan dengan cara dimusyawarkan bersama-sama.

II. FUNGSI FISIOLOGIS


Tabel 4. APGAR score keluarga Ny. H

21
Kode APGAR Tn.W Ny.J Sdr.
M
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga 2 2 2
saya bila saya mendapat masalah.
P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas 2 2 2
dan membagi masalah dengan saya.

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima 2 2 2


dan mendukung keinginan saya untuk melakukan
kegiatan baru atau arah hidup yang baru.

A Saya puas dengan cara keluarga saya 2 2 2


mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon
emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll.

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya 2 2 2


membagi waktu bersama-sama.
Total (kontribusi) 10 10 10

Rata-rata APGAR score keluarga Ny. H = 10 + 10 +10 = 10


3
Kesimpulan : Fungsi fisiologis keluarga Ny. H baik

III. FUNGSI PATOLOGIS


Tabel 5. Fungsi Patologis SCREEM keluarga Ny H

Sumber Patologi Keterangan

22
Social Interaksi sosial cukup, aktif dalam kegiatan +
kemasyarakatan.
Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, +
banyak tradisi budaya yang masih diikuti.
Religion Beragama dan memiliki pemahaman terhadap ajaran +
agama, ketaatan ibadah cukup baik
Economic Penghasilan keluarga cukup untuk memenuhi +
kebutuhan
Education Tingkat pendidikan keluarga sudah cukup tinggi untuk +
mampu mengetahui tentang informasi kesehatan.

Medical Kesadaran tentang pentingnya kesehatan cukup baik. +


Jika sakit pasien segera berobat ke dokter, puskesmas,
rumah sakit.

Kesimpulan : Tidak terdapat fungsi patologis pada keluarga Ny. H

IV. GENOGRAM

23
Diagram 1. Genogram keluarga Ny. H
Keterangan :

: laki-laki : pasien

: perempuan : penderita TB

: tinggal serumah

Kesimpulan : penyakit yang diderita pasien ditemukan pada anggota


keluarganya. Dari genogram tersebut terdapat penyakit menular.

V. POLA INTERAKSI KELUARGA

Keterangan :
Ny. H : Hubungan baik
Tn. Q : Hubungan tidak baik

Ny.W

24
Diagram 2. Pola interaksi keluarga Ny. H

Kesimpulan : Pola interaksi dua arah antar anggota keluarga berjalan baik
dan harmonis.

VI. FAKTOR PERILAKU


a. Pengetahuan
Tingkat pendidikan keluaraga baik. Tn.Q tamat S1 dan Ny. H
tamat SMP, Ny. W (78 tahun) ibu pasien tamat SD.
b. Sikap
Penderita dan keluarga memiliki pengetahuan tentang hidup sehat.
Saat sakit pasien periksa ke dokter atau pelayan kesehatan terdekat.
Pasien tidak menggunakan masker saat bekerja dan suka meludah
disembarang tempat.
c. Tindakan
Penderita dan keluarga sudah memiliki kesadaran untuk segera
datang berobat jika ada keluhan.

VII.FAKTOR NON PERILAKU


a. Lingkungan
Rumah tertata kurang rapi, kebersihan cukup baik. ventilasi dan
pencahayaan cukup. Saluran pembuangan limbah tidak lancar, sampah
keluarga dibuang di tempat sampah. Lingkungan sekitar cukup bersih.

b. Keturunan
Tidak terdapat faktor keturunan yang mempengaruhi penyakit
penderita. Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit menular.
c. Pelayanan Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga ini jika
sakit adalah Puskesmas.

25
VIII. LINGKUNGAN INDOOR
Pasien tinggal bersama ibu dan suami disebuah rumah pribadi.
Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 10 x 7 m2, rumah
menghadap ke utara. Rumah tidak memiliki pagar pembatas. Terdiri dari
ruang tamu, tiga kamar tidur, 1 kamar mandi dan wc, dan ruang makan jadi
satu dengan dapur. Pintu masuk dan keluar ada tiga, di bagian depan,
samping dan di bagian belakang rumah. Dinding terbuat batu bata yang
sudah di cat, lantai rumah berupa keramik kecuali dapur. Ventilasi dan
pencahayaan rumah cukup. Atap rumah tersusun dari genteng dan sudah
ditutupi langit-langit kecuali ruang dapur yang hanya beratap genteng.
Masing-masing kamar tidur dilengkapi dengan sebuah ranjang dan kasur.
Perabotan rumah tangga sederhana. Sumber air untuk kebutuhan sehari-
harinya keluarga ini menggunakan air sumur. Sehari-hari keluarga memasak
menggunakan kompor gas. Penataan perabotan rumah tangga kurang rapi

Gambar denah rumah pasien

IX. LINGKUNGAN OUTDOOR

26
Lingkungan sekitar rumah berupa perkampungan dengan kondisi
masyarakat yang akrab dan baik. Rumah satu dengan yang lainnya saling
berdempetan. Terdapat selokan untuk menyalurkan limbah rumah yang
terdapat di belakang rumah namun alirannya tidak lancar. Sampah dibuang
di tempat sampah.
X. RESUME IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Holistik (biopsikososial) : baik
2. Fungsi Fisiologis (APGAR) : baik
3. Fungsi Patologis (SCREEM) : tidak ada fungsi patologis
4. Fungsi Genogram Keluarga : tidak ada penyakit yang diturunkan.
sumber penularan TB paru penderita
dari ibu pasien
5. Fungsi Pola Interaksi Keluarga : baik
6. Fungsi Perilaku Keluarga : baik
7. Fungsi Non Perilaku Keluarga : baik
8. Fungsi Lingkungan Indoor : kurang
9. Fungsi Lingkungan Outdoor : baik
XI. DAFTAR MASALAH
1. Masalah Medis
Tuberkulosis paru
DM tipe II
Gizi kurang
2. Masalah Non-medis
a. Sumber penularan penderita dari ibu pasien yang tinggal satu
rumah yang tidak dilakukan pemeriksaan ulang saat pengobatan
selesai
b. Lingkungan indoor kurang sehat

XII.PRIORITAS MASALAH
Tabel 5. Matrikulasi masalah untuk memilih prioritas masalah

27
No Daftar Masalah I T R Jumlah
. IxTxR
P S SB Mn Mo Ma
1. Sumber penularan TB 5 5 5 4 4 4 4
penderita dari ibu 36.000
pasien yang tinggal satu (I)
rumah, yang tidak
dilakukan pemeriksaan
ulang saat pengobatan
selesai

2. Lingkungan indoor 4 4 4 3 5 4 4
kurang sehat 15.360
(II)

Keterangan :
I :Importancy (pentingnya masalah)
P :Prevalence (besarnya masalah)
S :Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)
SB :Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)
T :Technology (tehnologi yang tersedia)
R :Resourcers (sumber daya yang tersedia)
Mn :Man (tenaga yang tersedia)
Mo :Money (sarana yang tersedia)
Ma :Material (pentingnya masalah)

Dari indikator di atas, terdapat beberapa kriteria, antara lain:


1 = tidak penting
2 = agak penting
3 = cukup penting
4 = penting
5 = sangat penting

28
DIAGRAM PERMASALAH PASIEN

Ny. H, 58 tahun dengan TB paru, DM tipe II dan Gizi Kurang

rita dari ibu pasien yang tinggal satu rumah, yang tidak dilakukan pemeriksaan ulang saat pengobatan selesai
Lingkungan indoor kurang sehat

TAHAP IV
Hubungan sumber penularan penderita dari ibu pasien yang tinggal satu
rumah yang tidak dilakukan pemeriksaan ulang saat pengobatan selesai dan
Lingkungan indoor kurang sehat dengan kejadian tuberculosis paru

Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium


tuberculosis. Sebagian besar kuman Tuberkulosis menyerang paru, tetapi dapat
juga menyerang organ lainnya. Mycobacterium tuberculosis bersifat tahan asam,
berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung, tidak berspora dan tidak
berkapsul.1,2
Tuberkulosis masih merupakan penyakit infeksi saluran napas yang
tersering di Indonesia. Keterlambatan dalam menegakkan diagnosa dan

29
ketidakpatuhan dalam menjalani pengobatan mempunyai dampak yang besar
karena pasien Tuberkulosis akan menularkan penyakitnya pada
lingkungan,sehingga jumlah penderita semakin bertambah. Pengobatan
Tuberkulosis berlangsung cukup lama yaitu setidaknya 6 bulan pengobatan dan
selanjutnya dievaluasi oleh dokter apakah perlu dilanjutkan atau berhenti, karena
pengobatan yang cukup lama seringkali membuat pasien putus berobat atau
menjalankan pengobatan secara tidak teratur, kedua hal ini ini fatal akibatnya
yaitu pengobatan tidak berhasil dan kuman menjadi kebal disebut MDR (Multi
Drugs Resistance), kasus ini memerlukan biaya berlipat dan lebih sulit dalam
pengobatannya sehingga diharapkan pasien disiplin dalam berobat setiap waktu
demi pengentasan tuberkulosis di Indonesia.2,3
Penyakit TB disebut juga silent disease, yaitu penderita sering kali tidak
menyadari kalau sudah tertular dan baru menyadari ketika gejala dan tanda yang
dirasakan sudah kronis. Adapun gejala dari penyakit ini adalah demam sub febril
menyerupai influenza, dan panas terkadang dapat mencapai 40-41 0C, batuk
disertai sputum, bercak darah, sesak nafas, nyeri dada, serta gejala malaise yang
sering ditemukan berupa anoreksia (tidak ada nafsu makan), badan semakin kurus,
sakit kepala, nyeri otot, berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan. 1,3,4,5

Sumber penularan penyakit ini adalah penderita tuberkulosis dengan BTA


positif. Proses terjadinya infeksi oleh Mycobacterium tuberculosis biasanya secara
inhalasi, sehingga TB Paru merupakan manifestasi klinis yang paling sering
dibanding organ lainnya.Penularan penyakit ini sebagian besar melalui inhalasi
basil yang terkandung dalam percikan dahak ( droplet nuclei ), khususnya yang
didapat dari pasien TB Paru dengan batuk berdahak yang mengandung BTA.1,6
Penyakit TB paru disebabkan oleh adanya faktor-faktor yang dipengaruhi
oleh pengetahuan, prilaku dan sikap. Dari sudut pandang biologis, prilaku adalah
suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan, yang dapat diamati
secara langsung maupun tidak langsung. Prilaku diartikan sebagai suatu aksi-
reaksi organisme terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada
sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni disebut rangsangan.

30
Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu
pula.5.6.7
Pada kasus ini sumber penularan penderita dari ibu pasien yang tinggal satu
rumah yang tidak dilakukan pemeriksaan ulang saat pengobatan selesai. Pada
kasus TB paru seharusnya dilakukan pemantauan kemajuan terapi TB dengan
dilakukan pemeriksaan ulang dahak mikroskopik. Pemeriksaan tersebut dilakukan
pada bulan ke -5 pengobatan (atau lebih ) selesai pada bulan ke 6 untuk melihat
apakah BTA masih positif atau sudah negatif. Pada kasus ini ibu pasien yang
terkena terlebih dahulu saat selesai penogobatan ke 6 bulan tidak melakukan
pemeriksaan ulang sehingga kemungkinan besar pasien dapat tertular oleh obu
pasien sendiri.7
Kondisi rumah juga sangat mempengaruhi penularan penyakit TB. Risiko
untuk menderita TB paru 9 kali lebih tinggi pada penduduk yang tinggal pada
rumah yang pencahayaannya tidak memenuhi syarat kesehatan karena kuman TB
sendiri mati oleh cahaya matahari. Kuman TB yang ditularkan melalui droplet
nuclei, dapat melayang di udara karena memiliki ukuran yang sangat kecil, yaitu
sekitar 50 mikron. Apabila ventilasi rumah memenuhi syarat kesehatan, maka
kuman TB dapat terbawa keluar ruangan rumah, tetapi apabila ventilasinya buruk
maka kuman TB akan tetap ada di dalam rumah. Kelembaban rumah yang tidak
memenuhi syarat kesehatan akan menjadi media yang baik bagi
pertumbuhan berbagai mikroorganisme seperti bakteri, spiroket, ricketsia, virus
dan mikroorganisme lainyang dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara
dan dapat menyebabkan terjadinya infeksi pernapasan pada penghuninya.
Kepadatan hunian rumah merupakan luas lantai dalam rumah dibagi dengan
jumlah anggota keluarga penghuni tersebut.7
Sejatinya jenis pekerjaan turut menentukan faktor risiko terjadinya penyakit
gangguan pernapasan, termasuk TB. Bila pekerja bekerja di lingkungan yang
berdebu paparan partikel debu di daerah terpapar akan mempengaruhi terjadinya
gangguan pada saluran pernafasan. Paparan kronis udara yang tercemar dapat
meningkatkan morbiditas, terutama terjadinya gejala penyakit saluran pernafasan

31
dan umumnya TB paru. Jenis pekerjaan menentukan faktor risiko apa yang harus
dihadapi setiap individu.7

TAHAP V
SIMPULAN DAN SARAN

I. SIMPULAN
Diagnosis Holistik :
1. Diagnosis Biologis
Tuberkulosis Paru
DM Tipe II
2. Diagnosis Psikologis
Pasien tidak mengalami beban pikiran terhadap penyakitnya.
Hubungan pasien dengan anggota keluarga lain baik dan saling

32
mendukung, serta hubungan dengan tetangga dan lingkungan sekitar
terjalin dengan baik pula.
3. Diagnosis Sosial
Pasien merupakan anggota masyarakat biasa, cukup berperan aktif
dalam kegiatan kemasyarakatan, hubungan dengan masyarakat baik,
status ekonomi cukup.

II. SARAN
Saran Komprehensif
1. Promotif
Edukasi penderita dan keluarga mengenai pola hidup yang baik dan
kriteria rumah yang memenuhi syarat kesehatan. Edukasi penderita
dan keluarga mengenai penyakit tuberkulosis, penularan, pengobatan
dan komplikasinya.
2. Preventif
Melakukan pola hidup sehat, tidak membuang dahak di sembarang
tempat, menutup mulut ketika batuk, memakai masker, membersihkan
rumah dan menjaga pencahayaan rumah agar tidak lembab.

3. Kuratif
Assesment TB Paru :
Kategori-1 (2HRZE/4H3R3) : 3 tablet KDT (kombinasi dosis
tetap)
Tabel 2. Dosis Panduan OAT KDT Kategori 1

Berat Badan Tahap intensif tiap hari Tahap lanjutan 3x


(Kg) selama 56 hari seminggu selama 16
RHZE (150/75/400/275) minggu
RH (150/150)
30-37 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT
38-54 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT

33
55-70 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT
70 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT

Pada kasus, Ny.H memiliki berat badan 42 kg. Pasien meminum


OAT Kategori 1 KDT 3 tablet setiap harinya selama 2 bulan
dilanjutkan dengan sisipan selama 1 bulan dan sekarang dalam
fase lanjutan bulan ketiga yaitu isoniazid dan Rifampisin, minum
obat setiap 3 kali seminggu.

4. Rehabilitatif
a. Makan makanan dengan gizi seimbang.
b. Minum obat teratur agar tidak terajdi Tuberkulosis Paru Relap.
c. Berolahraga secara rutin dan teratur untuk mencegah terjadinya
komplikasi dari penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

1. Zulkifli Amin, Asril Bahar. Tuberkulosis Paru. Dalam buku : Aru W. Sudoyo,
editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam. Jakarta : FKUI, 2007 : 988 993.

2. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia . Tuberkulosis . Jakarta : PDPI, 2006.

3. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.


Jakarta : DepKes RI, 2007.

34
4. Direktorat TB Departemen Kesehatan RI dan WHO. Lembar Fakta
Tuberkulosis ; 2008.

5. Suradi . Diagnosis dan Pengobatan TB Paru . Dalam buku : Temu Ilmiah


Respirologi, Surakarta 24 25 Maret 2001.

6. Corwin, E.J . Patofisiologi . Jakarta : EGC ; 2009.

7. Daud Imanuel. Faktor-Faktor Penentu Kejadian Tuberkulosis Paru Pada


Penderita Anak Yang Pernah Berobat. Program Pascasarjana, Universitas
Nusa Cendana. 2011

LAMPIRAN

FOTO KUNJUNGAN RUMAH

35
Tampak depan rumah Ruang tamu

Ruang tamu
Kamar pasien

Pekarangan rumah Ruang Tengah

Tempat pembuangan Kamar mandi pasien


sampah

36
dapur dapur
sampah

Kamar ibu pasien

37

Anda mungkin juga menyukai