Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hidrosefalus merupakan suatu keadaan patologis otak yang
mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinalis, disebabkan baik oleh
produksi yang berlebihan maupun gangguan absorpsi, dengan atau pernah
disertai tekanan intrakanial yang meninggi sehingga terjadi pelebaran
ruangan-ruangan tempat aliran cairan serebrospinalis (Darto Suharso, 2009).
Hidrosefalus adalah suatu pemyakit dengan ciri-ciri pembesaran pada sefal
atau kepala yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinalis (CSS)
dengan atau karena tekanan intra kranial yang meningkat sehingga terjadi
pelebaran ruang tempat mengalirnya cairan serebrospinalis (CSS).( Ngastiyah,
2007 ).
Pengobatan pada penyakit hidrosefalus ini sebaiknya dilakukan secepat
mungkin. Pada kebanyakan kasus, pasien memerlukan tindakan operasi
shunting namun terdapat pula pilihan atau terapi alternatif non-shunting
seperti terapi etiologik dan penetrasi membran. Prognosis ditentukan oleh
berbagai macam faktor, di antaranya adalah kondisi yang menyertai, durasi
dan tingkat keparahan, serta respon pasien terhadap terapi. Tingkat kematian
pada pasien hidrosefalus dengan terapi shunting masih tinggi karena berbagai
komplikasi yang terjadi, salah satunya adalah infeksi pasca operasi (Rashid
QT et al, 2012).
Hidrosefalus bukanlah suatu penyakit tunggal melainkan hasil akhir dari
proses patologis yang luas baik secara kongenital maupun akibat dari kondisi
yang didapat. Gejala klinis, perubahan dan prognosis jangka panjang dari
hidrosefalus akan bervariasi tergantung dari usia saat munculnya penyakit dan
keadaan yang menyertai serta yang menjadi penyebabnya (Rashid QT et al,
2012). Bila masalah ini tidak segera di tanggulangi dapat mengakibatkan
kematian dan dapat menurunkan angka kelahiran di suatu wilayah atau negara
tertentu sehingga pertumbuhan populasi disuatu daerah menjadi kecil.
Insidensi hidrosefalus antara 0,2-4 setiap 1000 kelahiran. Insidensi
hidrosefalus kongenital adalah 0,5-1,8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11%-43%

1
2

disebabkan oleh stenosis aqueductus serebri. Tidak ada perbedaan bermakna


insidensi untuk kedua jenis kelamin, juga dalam hal perbedaan ras.
Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur. Pada remaja dan dewasa lebih
sering disebabkan oleh toksoplasmosis. Hidrosefalus infantil; 46% adalah
akibat abnormalitas perkembangan otak, 50% karena perdarahan subaraknoid
dan meningitis, dan kurang dari 4% akibat tumor fossa posterior (Harsono,
2009).
Menurut penelitian WHO untuk wilayah ASEAN jumlah penderita
Hidrosefalus di beberapa negara adalah sebagai berikut, di Singapura pada
anak 0-9 th : 0,5%, Malaysia : anak 5-12 th 15%, India anak 2-4 th 4%, di
Indonesia berdasarkan penelitian dari Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas
Indonesia terdapat 3%.
Maka peran perawat adalah menerapkan asuhan keperawatan yang
komprehensif yaitu promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Peran
perawat sebagai promotif yaitu dengan cara memberikan pendidikan kepada
pasien dan keluarga tentang penyakit Hidrosefalus. Peran perawat sebagai
preventif yaitu menganjurkan kepada pasien mencegah dan menghindari
faktor resiko dari terjadinya hidrosefalus. Peran perawat sebagai kuratif
bertujuan untuk memberikan pengobatan dengan asuhan keperawatan tetapi
biasanya dalam memberikan pengobatan perawat berkolaborasi dengan tim
medis lainnya. Peran perawat sebagai rehabilitatif merupakan upaya
pemulihan kesehatan bagi penderita yang dirawat di rumah sakit.
Berdasarkan data yang didapatkan dari ruangan anak RSUP M. Djamil
Padang pada satu bulan terakhir, jumlah pasien yang mengalami Hidrosefalus
ada 3 orang, hidrosefalus merupakan penyakit yang sangat berbahaya bagi
bayi dan anak. Jika hal ini tidak segera ditangani maka akan berdampak pada
kematian, dan meningkatnya angka kesakitan dan kematian pada bayi dan
anak.
Berdasarkan rumusan masalah diatas kelompok tertarik untuk menerapkan
asuhan keperawatan pada klien dengan Hidrosefalus.

B. Penetapan Masalah
3

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskan


permasalahannya yaitu, Bagaimana menerapkan pelaksanaan Asuhan
Keperawatan pada klien dengan Hidrosefalus di ruangan Akut Anak di RSUP
Dr. M. Djamil Padang.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan Asuhan Keperawatan Pada klien dengan Hidrosefalus
di Ruangan Akut Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada An. A
dengan Hidrosefalus di Ruangan Akut Anak RSUP Dr. M. Djamil
Padang Tahun 2017.
b. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada An. A
dengan Hidrosefalus di Ruangan Akut Anak RSUP Dr. M. Djamil
Padang Tahun 2017.
c. Mampu menerapkan rencana asuhan keperawatan pada An. A
dengan Hidrosefalus di Ruangan Akut Anak RSUP Dr. M. Djamil
Padang Tahun 2017.
d. Mampu melaksanakan implementasi pada An. A dengan
Hidrosefalus di Ruangan Akut Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang
Tahun 2017.
e. Mampu melakukan evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang
dilaksanakan rencana keperawatan pada An. A dengan
Hidrosefalus di Ruangan Akut Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang
Tahun 2017.

D. Manfaat
1. Bagi Kelompok
Untuk menambah wawasan dan pemahaman kelompok dalam menerapkan
asuhan keperawatan pada klien, khususnya pada klien dengan
Hidrosefalus.
2. Bagi Pasien
4

Dengan adanya diterapkan asuhan keperawatan pada klien secara


konprehensif dengan Hidrosefalus ini, diharapkan pasien mendapatkan
asuhan keperawatan yang baik dari tenaga perawat.
3. Bagi Rumah Sakit
Kelompok memberikan asuhan keperawatan kepada klien pada praktek
profesi ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan yang bermanfaat
bagi para perawat yang berada di RSUP DR.M.Djamil Padang, agar dapat
menerapkan dan memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
Hidrosefalus.
4. Bagi Institusi
Kelompok memberikan asuhan keperawatan kepada klien pada praktek
profesi ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan atau referensi
akademik untuk pengembangan pembelajaran studi kasus selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai