Stroke Hemoragik
Oleh :
Lovina Damayanthi, S.Ked
FAB 115 004
Pembimbing :
dr. Tagor Sibarani
dr. Sutopo, Sp. RM
dr Tharina Lawei
1
BAB I
PENDAHULUAN
Stroke merupakan setiap kelainan otak akibat proses patologik pada sistem pembuluh
darah otak, sehingga terjadi penurunan aliran darah ke otak. Proses ini dapat berupa
penyumbatan lumen pembuluh darah oleh trombosis atau emboli, pecahnya dinding
pembuluh darah otak, perubahan permeabilitas dinding pembuluh darah dan perubahan
viskositas maupun kualitas darah sendiri. Stroke masih merupakan penyebab utama
invaliditas kecacatan sehingga orang yangmengalaminya memiliki ketergantungan
pada orang lain. Pada kelompok usia 45 tahun ke atas dan angka kematian yang diakibatnya
cukup tinggi.1
Perdarahan intra serebral terhitung sekitar 10 15% dari seluruh stroke dan memiliki
tingkat mortalitas lebih tinggi dari infark cerebral. Literature lain menyatakan 8 18% dari
stroke keseluruhan yang bersifat hemoragik. Namun, pengkajian retrospektif terbaru
menemukan bahwa 40,9% dari 757 kasus stroke adalah stroke hemoragik. Namun pendapat
menyatakan bahwa peningkatan presentase mungkin dikarenakan peningkatan kualitas
pemeriksaan seperti ketersediaan CT scan, taupun peningkatan penggunaan terapeutik agen
platelet dan warfarin yang dapat menyebabkan perdarahan.2
Stroke adalah penyebab kematian dan disibilitas utama, dengan kombinasi seluruh
tipe stroke secara keseluruhan, stroke menempati urutan ketiga penyebab utama kematian dan
urutan pertama penyebab utama disabilitas. Morbiditas yang lebih parah dan mortalitas
yang lebih tinggi terdapat pada stroke hemoragik dibandingkan stroke iskemik.
Hanya 20% pasien yang mendapatkan kembali kemandirian fungsionalnya.2
2
BAB II
LAPORAN KASUS
Survey Primer
Tn. N, 68 tahun, L.
I. Vital Sign :
- Nadi : 92 kali/menit, irregular
- Tekanan Darah : 160/100 mmHg
- Pernafasan : 16 x/menit
- Suhu : 36,5 C
II. Airways : Terdapat sumbatan, dilakukan pemasangan oropharingeal
airway dan dilakukan suction
III. Breathing : Spontan, 20 x/menit, pola torakoabdominal, pergerakan dada simetris
kanan-kiri, tidak tampak ketertinggalan gerak.
IV. Circulation : Denyut nadi 98 x/menit, regular, kuat angkat, isi cukup CRT <2
V. Disability : GCS 4 (Eye 1, Verbal 1, Motorik 2), pupil isokor 3mm-3mm.
VI. Exposure : Tampak sesak dan gelisah.
Evaluasi Masalah
Berdasarkan survey primer sistem triase, kasus ini merupakan kasus yang termasuk
dalam emergency sign karena pasien datang dalam keadaan tidak sadarkan diri pasien diberi
label merah.
Tatalaksana Awal
Tatalaksana awal pada pasien ini adalah ditempatkan diruanganr resusitasi,
dipasangka oropharingeal airway dan dilakukan suction utnuk mengatasi sumbatan jalan
nafas pemberian oksigen mask 6 L/menit posisi head up 30 o, dilakukan pemasangan akses
infus intravena menggunakan cairan NaCl 20 tetes/menit.
Survey Sekunder
I. Identitas
Nama : Tn. N
RM : 22-92-22
Usia : 68 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Sampit
Tanggal Masuk RS : 09/10/16 pukul 13 15 WIB
II. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 09-10- 2016 di ruang IGD
RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya.
3
a. Keluhan Utama : penurunan kesadaran
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Os datang ke IGD RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya pada tanggal 09-10-2016
dengan keluhan Pasien datang dengan dengan keluhan tidak sadar sejak 8 jam
sebelum masuk rumah sakit. Keluhan timbul mendadak pada saat pasien sedang BAB
di kamar mandi. Sebelum tidak sadarkan diri, mata pasien sempat mendelik ke atas
dan badannya kaku, keluhan dirasakan kurang dari 5 menit. Sepuluh hari
sebelumnya, pasien juga mengeluhkan hal yang sama, ditambah terdapat kelemahan
anggota gerak sebelah kanan, bicara pelo, dan mulut menjadi mencong, namun
pasien masih sadarkan diri. Sebelumnya pasien juga merasakan mual namun tidak
ada muntah, pasien mengeluhkan kepalanya sakit, buang air kecil dan buang air besar
lancar, riwayat hipertensi tidak terkontrol +.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah dirawat di RS dr Doris sylvanus 6 Bulan yang lalu karena menderita
stroke namun tidak ada kelemahan anggota gerak, hanya bicara menjadi pelo namun
kemudian membaik. Pasien memiliki riwayat darah tinggi tetapi tidak minum obat
secara teratur, obat hanya diminum ketika kepala terasa pusing. Riwayat diabetes
mellitus, sakit jantung, asma, kejang, dan alergi obat atau makanan disangkal oleh
pasien
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluhan serupa pada keluarga disangkal. Riwayat hipertensi pada keluarga
dan riwayat diabetes mellitus disangkal.
4
+|+ -|-
2. Status Psikikus tidak dilakukan
Cara berpikir :
Perasaan hati :
Tingkah laku :
Ingatan :
Kecerdasan :
3. Status Neurologis
A. Tanda rangsang meningeal
Kaku kuduk : (-)
Brudzinski I : (-)
Brudzinski II : (-)
Laseque : (-)
Kernig : (-)
B. Kepala
Bentuk : mesocephali
Nyeri tekan : (-)
Pulsasi : (-)
Simetri : (+)
C. Leher
Sikap : normal
Pergerakan : dapat digerakkan
E. Nervi kranialis
N. I (Olfaktorius) tidak dilakukan
Subjektif :
Dengan beban :
N.III (Okulomotorius)
Sela mata : 2 cm / 2 cm
Pergerakan bulbus :
Strabismus : (-) / (-)
Nistagmus : (-) / (-)
Eksofthalmus : (-) / (-)
Pupil
Besarnya : 3 mm / 3 mm (isokor)
5
Bentuknya : bulat / bulat
Refleks cahaya : RCL +/+, RCTL +/+
Refleks konvergensi :
Melihat kembar :
N. VII (Facialis)
Mengerutkan dahi : tidak dapat dilakukan
Menutup mata : tidak dapat dilakukan
Memperlihatkan gigi : (-) / (+) sudut mulut sebelah kanan turun
Bisul : tidak dapat dilakukan
Perasaan lidah (2/3 depan) : tidak dilakukan
Hiperakusis : tidak dilakukan
6
N. XI (Accesorius) tidak bisa dilakukan
Mengangkat bahu :
Memalingkan kepala :
Sensibilitas
Taktil : tidak bisa dilakukan
Nyeri : (+) / (+)
Suhu : tidak dilakukan
Diskriminasi 2 titik : tidak dilakukan
Refleks patologis
Hoffman Tromner : (-) / (-)
Sensibilitas
Taktil : tidak bisa dilakukan
Nyeri : (+) / (+)
Suhu : tidak dilakukan
Diskriminasi 2 titik : tidak dilakukan
7
Refleks fisiologis
Patella : (+) / (+)
Achilles : (+) / (+)
Refleks patologis
Babinski : (+) / (+)
Chaddock : (-) / (-)
Schaefer : (-) / (-)
Oppenheim : (-) / (-)
Gordon : (-) / (-)
Mendei : (-) / (-)
Bechterew : (-) / (-)
Rossolimo : (-) / (-)
Klonus
Paha : (-) / (-)
Kaki : (-) / (-)
Sensibilitas
Taktil : tidak bisa dilakukan
Nyeri : (+) / (+)
Suhu : tidak dilakukan
Diskriminasi 2 titik : tidak dilakukan
H. Gerak abnormal
Tremor : (-) / (-)
Athetose : (-) / (-)
Mioklonik : (-) / (-)
Chorea : (-) / (-)
I. Alat vegetatif
Miksi : dengan kateter
Defekasi : baik
Refleks anal : tidak dilakukan
Refleks kremaster : tidak dilakukan
Refleks bulbokavernosus : tidak dilakukan
J. Laseque : (-)
Patrick : (-)
Kontra Patrick : (-)
8
4. Pemeriksaan Siriraj Stroke Score
a. DM
b. Angina pektoris (0) Tidak
X (-3) -3
(1) Ya
c. Hiperkolesterolemia
Klaudikasio Intermiten
6. Konstanta - 12 -12
HASIL SSS +2
Interpretasi : 1. SSS > 1 = Stroke hemoragik
2. SSS < -1 = Stroke non-hemoragik
Total: +2 klinis Stroke hemoragik
9
IV. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium darah :
Parameter Hasil Nilai rujukan Interpretasi
Elektrolit
- Natrium 139 135-148 mmol/L Normal
- Kalium 3,5 3,5-5,3 mmol/L Normal
- Calcium 1,00 0,98-1,2 mmol/L Normal
Foto thorax :
Posisi Posterior-Anterior.
Trakea berada ditengah
Inspirasi cukup: >5 costae.
Sudut costofrenicus: kanan kiri tajam
dan diafragma normal
EKG dalam batas normal
10
V. Diagnosis Banding
- Stroke Hemoragik
- Strok Non-Hemoragik
VI. Diagnosis Kerja
Diagnosa Klinis : hemiparese sinistra, parese n. VII gangguan
kesadaran, afasia global
Diagnosa Etiologi : Stroke
Diagnosa Topical : Subkortikal dextra
Diagnosa patologis : stroke hemoragik
VII. Penatalaksanaan
O2 mask 6 liter/menit
Elevasi kepala dan badan 30o
IVFD NaCl 0,9% : 20 tetes/menit
Injeksi. :
Inj Mecobalamin 3 x 1 amp/IV
Inj citicoline 3 x 500 mg/IV
Inj sohobion 3 x 1 amp/IV
Inj kalnex 3 x 500 mg/IV
Inj Ranitidine 2 x 1 amp/IV
Inj Ondansentron 3 x 8 mg/IV
Inj Ketorolac 3 x 30 mg/IV
Infus Mannitol 4 x 125 cc
PO : -
Diet 3x Nasi Lunak (TKTP) + Buah-buahan + Puding (Rendah lemak Jenuh)
Monitoring: Keadaan umum, Kesadaran GCS, vital sign (TD,DN, RR, dan t),
observasi efek samping obat yang diberikan.
VIII. Prognosis
Ad vitam : dubia
Ad sanationam : dubia
11
Ad fungsionam : dubia
BAB III
PEMBAHASAN
Telah dilakukan pemeriksaan pada seorang laki-laki berusia 68 tahun dengan diagnosa
klinis hemiparesis sinistra. Pada pasien ini, diagnosa dapat ditegakkan berdasarkan hasil
penurunan kesadaran, tanpa adanya trauma kepala sebelumnya berupa kelemahan pada
tangan kiri dan tungkai kiri. Serangan ini muncul pada saat pasien sedang BAB. Hal ini
bicara pelo dan kelemahan anggota gerak serta riwayat stroke 6 bulan lalu dan riwayat
Dari hasil pemeriksaan fisik pada pemeriksaan motorik didapatkan adanya penurunan
kesadaran GCS 4(E1V1M2) pada pemeriksaan neurologis didapakan sudut mulut bergeser ke
12
kiri kekuatan motorik 1 untuk keempat ekstremitas refleks patologis babinski pada kaki
kanan dan kiri. N. VII dan N XII didapatkan kelainan. maka pada penderita ini didapatkan
Stroke adalah suatu kelainan neurologis fokal ataupunh global secara tiba-tiba,
dengan gejala yang berlangsung lebih dari 24 jam (atau meninggal), dan diakibatkan oleh
gangguan vaskuler.1 Faktor risiko ialah faktor yang menyebabkan seseorang lebih
rentan/mudah mengalami stroke (baik iskemik ataupun hemoragik). Adapun yang termasuk
faktor risiko dari stroke yang tidak dapat diubah adalah usia tua, jenis kelamin laki-laki, ras,
riwayat keluarga, dan riwayat stroke. Sedangkan faktor risiko dari stroke yang dapat diubah
dislipidemia2,3. Dari faktor risiko diatas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor risiko dari
penderita ini adalah jenis kelamin laki-laki dan yang dapat diubah adalah merokok
Dapat mendignosis terjadinya stroke perdarahan atau stroke infark dengan melihat
13
Perdarahan di Retina ++ -
Papil Edema + -
Kaku Kuduk, Kernig,
++ -
Brudzinski
Ptosis ++ -
Lokasi Subkortikal Kortikal/subkortikal
Berdasarkan dari tabel diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa penderita ini
memenuhi kriteria seperti yang ada pada tabel diatas yaitu awal terjadinya yang sangat tiba-
tiba,disertai kejang sebelumnya. Satu-satunya cara yang akurat untuk dapat mendiagnosa
stroke hemorragik dan non hemorragik adalah dengan bantuan pemeriksaan penunjang CT
Scan6. Pada kasus ini hasil CT scan menunjukan adanya perdarahan pada subkortikal dextra
Alat diagnostic stroke ang sederhana adalah yang masih digunakan adalah skor siriraj,
biasanya digunakan pada fasilitas yang belum lengkap. Pada pasien skor didapatkan skor
siriraj berjumlah :
c. Hiperkolesterolemia
14
Klaudikasio Intermiten
6. Konstanta - 12 -12
HASIL SSS +2
Adapun sindroma utama yang menyertai stroke hemorhagik menurut Smith (2005) dapat
dibagi menurut tempat perdarahannya yaitu:
1. Putaminal Hemorrhages
Putamen merupakan tempat yang paling sering terjadi perdarahan, juga dapat meluas ke
kapsula interna. Hemiparesis kontralateral merupakan gejala utama yang terjadi. Pada
perdarahan yang ringan, gejala diawali dengan paresis wajah ke satu sisi, bicara jadi
melantur, dan diikutii melemahnya lengan dan tungkai serta terjadi penyimpangan bola mata.
Pada perdarahan berat dapat terjadi penurunan kesadaran ke stupor ataupun koma akibat
kompresi batang otak.
2. Thalamic Hemorrhages
Gejala utama di sini adalah terjadi kehilangan sensorik berat pada seluruh sisi kontralateral
tubuh. Hemiplegia atau hemiparesis juga dapat terjadi pada perdarahan yang sedang sampai
berat akibat kompresi ataupun dekstruksi dari kapsula interna di dekatnya. Afasia dapat
terjadi pada lesi hemisfer dominan, dan neglect kontralateral pada lesi hemisfer non-dominan.
Hemianopia homonim juga dapat terjadi tetapi hanya sementara.
3. Pontine Hemorrhages
Koma dalam dengan kuadriplegia biasanya dapat terjadi dalam hitungan menit. Sering
juga terjadi rigiditas deserebrasi serta pupil "pin-point" (1 mm). Terdapat kelainan refleks
gerakan mata horizontal pada manuver okulosefalik (doll's head) ataupun tes kalorik.
Kematian juga sering terjadi dalam beberapa jam.
4. Cerebellar Hemorrhages
Sebagian besar perdarahan lobar adalah kecil dan gejala yang terjadi terbatas menyerupai
gejala-gejala pada stroke iskemik.
6. Kortikal
Manifestasi klinis dari perdarahan kortikal spontan tergantung ukuran dan lokasi
perdarahan. Bila lesi ini terjadi pada pasien normotensif, demensia, tua, lebih sering
diakibatkan angiopati amiloid serebral. Perdarahan berganda atau berulang memperkuat
diagnosis. Walau dapat berlokasi lober, berbeda dengan perdarahan lober, yang mana
mereka terjadi dari korteks. Kadang- kadang meluas kesubstansi putih dalam dan pecah
keventrikel lateral atau kesuperfisial keruang sub- arakhnoid atau subdural
16
Ketika pasien datang ke IGD maka Penatalaksanaannya meliputi: evaluasi cepat dan
diagnosis, terapi umum (suportif), stabilisai jalan napas dan pernapasan, stabilisasi
hemodinamik/sirkulasi, pemeriksaan awal fisik umum, pengendalian peninggian TIK,
penanganan transformasi hemoragik, pengendalian kejang, pengendalian suhu tubuh, dan
melakukan pemeriksaan penunjang. Pengelolaan 5B pada pasien stroke yang telah dilakukan
sebagai berikut :
1. Pernapasan (breath); jalan napas harus bebas, berikan oksigen kalau perlu. Pada kasus ini
pasien sebenarnya tidak diberikan oksigen karena pernafasan pasien masih baik.
2. Darah (blood); tekanan darah dipertahankan agak tinggi agar perfusi oksigen dan glukosa
ke otak tetap optimal untuk menjaga metabolisme otak. Sehingga tekanan darah tidak
perlu diturunkan.
3. Otak (brain); berikan manitol atau kortikosteroid untuk mengurangi edema otak, bila ada
kejang segera berikan diazepam atau dilantin intra vena secara perlahan. Pada pasien ini
tidak ada kejang. Kemudian pemberian manitol harus diberikan pada pasien ini. Pada
pemberian manitol yang harus diperhatikan adalah tekanan darah saat itu kadar ureum
dan kreatinin. Kadar kreatinin masih dalam batas normal sehingga dapat diberikan pada
pasien.
4. Saluran kemih (bladder); pelihara keseimbangan cairan dan pasang kateter urine bila ada
inkontinensia urin. Pada pasien ini tidak terpasang cateter urine namun sebenarnya pasien
5. Gastrointestinal (bowel); berikan nutrisi yang adekuat, bila perlu berikan NGT.
Terapi medikamentosa pada penderita ini yaitu infus NaCl 0,9%, citikolin, ranitidin,
ondancentron, ketorolac, kalnex, mecobalamin, sohobion, dan manitol. Infus NaCl diberikan
untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit. Citicolin berfungsi sebagai metabolik
aktivator (metabolik agent) jaringan otak yang iskemik (infark serebral). Ranitidin untuk
mencegah efek samping citicolin yaitu gangguan gastrointestinal. diberikan manitol untuk
mengurangi edema otak. Diberikan obat-obat anti-fibrinolitik dapat mencegah perdarahan
17
ulang. Obat-obat yang digunakan adalah kalnex atau tranexamid acid dengan dosis 6-12
g/hari.1
Pada pasien dapat diberikan antihipertensi pada 24 jam pertama pasca stroke pada
perdarahan intraserebral Obat-obat antihipertensi diberikan bila TDS lebih dari 185 mmHg
dan TDD lebih dari 110 mmHg atau MAP diatas 130 mmHg. Obat antihipertensi yang dapat
dipakai adalah Labetalol (IV) 0,5-2 mg/menit sampai mencapai maksimal 20 mg/jam atau
esmolol infuse dosisnya 50-200 mcg/kg/menit.
Peningkatan tekanan intrakranial dan herniasi adalah komplikasi yang paling
ditakutkan pada perdarahan intraserebral. Perburukan edem serebri sering mengakibatkan
deteoriasi pada 24-48 jam pertama. Perdarahan awal juga berhubungan dengan deteorisasi
neurologis, dan perluasan dari hematoma tersebut adalah penyebab paling sering deteorisasi
neurologis dalam 3 jam pertama. Pada pasien yang dalam keadaan waspada, 25% akan
mengalami penurunan kesadaran dalam 24 jam pertama. Kejang setelah stroke dapat muncul.
Selain dari hal-hal yang telah disebutkan diatas, stroke sendiri adalah penyebab utama dari
disabilitas permanen.2 sehingga pasien ini perlu observasi selama 48 jam untuk memantau
apakah ada komplikasi yang muncul pada pasiennya. Dapat dilakukan konsultasi dengan
dokter spesialis saraf untuk penanganan selanjutnya dan dokter spesialis bedah saraf apabila
ada indikasi untuk dilakukan operasi yang tergantung pada tingkat kesadaran, besar dan luas
serta letak perdarahan dan usia.
Prognosis bervariasi bergantung pada tingkap keparahan stroke dan lokasi serta
ukuran dari perdarahan. Skor dari Skala Koma Glasgow yang rendah berhubungan dengan
prognosis yang lebih buruk dan mortalitas yang lebih tinggi. Apabila terdapat volume darah
yang besar dan pertumbuhan dari volume hematoma, prognosis biasanya buruk dan outcome
fungsionalnya juga sangat buruk dengan tingkat mortalitas yang tinggi. Adanya darah dalam
ventrikel bisa meningkatkan resiko kematian dua kali lipat. Pasien yang menggunakan
antikoagulasi oral yang berhubungan dengan perdarahan intraserebral juga memiliki outcome
fungsional yang buruk dan tingkat mortilitas yang tinggi.
18
BAB V
PENUTUP
Telah dilaporkan sebuah kasus pada seorang laki-laki 68 tahun yang masuk ke IGD
rumah sakit dengan keluhan utama kelemahan anggota gerak kiri mendadak dan adanya
pusing dan nyeri kepala. Vital sign: Tekanan darah 160/100 mmHg, Nadi 92 x/menit.
Pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran menurun dengan skor siriraj adalah 2. Pemeriksaan
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang dari pasien ini ditegakkan diagnosis yaitu :
Stroke Hemoragik. Stroke adalah penyebab kematian dan disabilitas utama. Penanganan
gawat darurat pada stroke hemoragik adalah evaluasi cepat dan diagnosis, terapi umum
(suportif) dan terapi khusus berdasarkan jenis perdarahan. Prognosis bervariasi bergantung
pada tingkat keparahan stroke dan lokasi serta ukuran dari perdarahan. Peningkatan tekanan
19
intrakranial dan herniasi adalah komplikasi yang paling ditakutkan pada perdarahan
intraserebral.
DAFTAR PUSTAKA
4. Ropper AH, Brown RH. Adams dan Victors Principles of Neurology. Edisi 8. BAB 4.
Major Categories of Neurological Disease: Cerebrovascular Disease. McGraw Hill:
New York.2005
20
21