Anda di halaman 1dari 4

Drama sangkuriang

Tangkuban perahu
Pada zaman dahulu kala, di daerah Parahiyangan Jawa Barat ada sebauh kerajaan yang
diperintah oleh Ratu Mbiling. Ia seorang ratu yang cakap dan tegas. Umurnya sudah 25 tahun
namun ia tidak mempunyai pendamping, memang dia tidak ingin menikah.

Suatu hari ia sedang berjalan jalan di taman


Ratu Mbiling : Hmmm udara di taman ini memang sejuk
Tiba tiba terdengar suara tangisan bayi
Ratu Mbiling : Mengapa ada suara tangisan bayi? Hah? Bayi siapa ini?
Ratu pun menggendong bayi itu
Ratu Mbiling : Mulai sekarang kau akan kujadikan anakku dan kuberi nama Dayang Sumbi

20 tahun kemudian, Dayang Sumbi tumbuh menjadi wanita yang cantik. Kecantikannya
menyebar keseluruh pelosok kerajaan.

Ratu Mbiling : Apakah ini sebuah karma bagiku?


Dayang Sumbi : Ada apa ibu?
Ratu Mbiling : Kau harus segera menikah Sumbi!
Dayang Sumbi : Ampun ibu. Sumbi belum berminat untuk menikah.
Ratu Mbiling : Kau harus menikah Sumbi, jangan jadi seperti ibu. Kaulah penerus tahta kerajaan
ini!
Dayang Sumbi pun terdiam
Ratu Mbiling : Sumbi, kalau begitu hanya ada dua pilihan bagimu. Mau menikah atau ibu
asingkan di tepi hutan. Jangan kembali ke istana, kecuali ibu sendiri yang
memerintahmu atau kau berubah pikiran dan ingin menikah!
Dayang Sumbi : Tapi bu
Ratu Mbiling : Kau harus segera menentukan pilihan wahai anakku!
Dayang Sumbi : Baiklah bu, Sumbi akan memilih untuk tinggal di hutan

Ratu Mbiling terkejut, ia tak percaya dengan pilihan yang diambil putrinya
Ratu Mbiling : Hah? Apa kau yakin putriku? Memilih hidup susah di hutan dan meninggalkan ibu
beserta istana ini?
Dayang Sumbi : Sumbi yakin bu, Sumbi tak ingin ada pertumpahan darah hanya karena
menerima lamaran salah satu pangeran
Ratu Mbiling : Baiklah kalau memang itu pilihanmu putriku, ibu akan memerintahkan beberapa
prajurit untuk membangunkanmu sebuah gubuk

Akhirnya, dengan berat hati, sang Ratu mengizinkan anaknya, Dayang Sumbi untuk
mengasingkan diri ke sebuah hutan lebat yang terletak jauh dari istana

Sesampainya di hutan
Dayang Sumbi : Huh, disini sangat membosankan dan sepi, untung aku membawa benang
dan beberapa jarum. Akan kuisi waktu luangku dengan menenun

Ketika sedang menenun, salah satu gulungan benangnya jatuh ke Luar Gubuk. Ia
merasa malas menggambil gulungan benang tersebut.
Dayang Sumbi : Siapapun yang mau mengambilkan benang itu untukku, jika dia perempuan
akan kujadikan saudara, dan jika dia laki-laki akan kujadikan suami

Tanpa diduga sebelumnya, tiba-tiba seekor anjing jantan datang menghampirinya


sambil membawa gulungan benang miliknya.
Tumang : Guk!..

Dayang Sumbi bukan main terkejut karena yang mengambilkan benangnya adalah
seekor anjing, ia merasa sedikit menyesal dengan sumpah serapah yang baru saja ia
ucapkan
Dayang Sumbi : Hah? mengapa disekitar sini ada anjing? Apa yang baru saja kuucapkan?

Tiba tiba dari langit terdengar suara Dayang Sumbi kau harus menepati
janjimu, lagi pula Anjing itu memang jodohmu.

Dayang Sumbi : Siapa itu?


Setelah suara itu terdengar, tiba tiba anjing yang mengambilkan gulungan benang
itu menjelma menjadi seorang pemuda tampan, ternyata ia adalah titisan dari seorang
dewa.
Dayang Sumbi : Siapa kau sebenarnya dan darimana asalmu?
Tumang : Maaf tuan putri, aku adalah titisan dari seorang dewa. Tuan putri bisa memanggilku
Tumang
Dayang Sumbi : Jadi, kau adalah titisan dewa?
Tumang : Benar Tuan Putri
Dayang Sumbi : Tapi mengapa tadi kau berwujud anjing?
Tumang : Ini adalah kutukan hamba Tuan Putri, kutukan atas kesalahan yang telah hamba
lakukan dimasa lalu
Dayang Sumbi : Baiklah Tumang, demi menepati janjiku, aku bersedia menjadi istrimu

Dayang Sumbi pun akhirnya menikah dengan si Tumang. Saat hanya bersama
Dayang Sumbi, Tumang berubah dalam wujud manusianya, Namun ketika ada orang lain
berada disekitarnya, ia kembali dalam wujud anjing.
Waktu pun terus berlalu. Dayang Sumbi dan Tumang pun di karuniai anak laki-laki
yang tampan.

Dayang Sumbi menggendong sangkuriang


Dayang Sumbi : Anak kita tampan sekali, ia sangat mirip denganmu
Tumang : Iya, dia juga mirip denganmu
Dayang Sumbi : Nama apa yang bagus untuknya?
Tumang : Bagaimana kalau Sangkuriang?
Dayang Sumbi : Nama yang bagus
Tumang : Kalau begitu mulai sekarang kita akan memanggilnya Sangkuriang

Tak terasa Sangkuriang tumbuh besar dan pandai berburu. Namun Tumang lebih
memilih untuk berubah dalam wujud anjing ketika ia bersama anaknya.

Suatu hari saat sangkuriang hendak pergi berburu.


Dayang Sumbi : Nak, bawakan ibu hati Rusa ya? Ibu sangat ingin sekali memakan hati rusa
Sangkuriang : Baik bu. Ayo Tumang!
Tumang : Guk!

Berangkatlah Sangkuriang dan Tumang berburu


(Lewatlah seekor Rusa)
Sangkuriang : Tumang! Kejar rusa itu!

Tumang pun berlari menuju rusa itu, namun karena Tumang tidak juga
mendapatkan rusa itu, akhirnya sangkuriang memanah rusa tersebut. Namun anak panah
mengarah pada si tumang.Kemudian ia menyembelih Tumang.

Sangkuriang : Dasar Tumang bodoh, bukannya menyingkir malah menghalangi. Daripada aku
pulang dengan tangan kosong, lebih baik kusembelih Tumang dan kuambil hatinya

Sesampainya dirumah hati itupun di masak, dan di makan ibunya. Setelah selesai
makan, Dayang Sumbi yang sedaritadi belum melihat Tumang, menanyakannya kepada
Sangkuriang.

Dayang sumbi : Sangkuriang, mana Tumang ??


Sangkuriang : Bu anjing itu sudah kusembelih dan kuambil hatinya. Tadi aku menyuruh dia
mengejar Rusa, namun tidak juga mendapatkannya, kemudian aku panah saja rusa
itu, tapiAnak panahku malah mengarah ke dia bu
Dayang Sumbi : Apaaaaa.. kau membunuh Tumang?
Sangkuriang : Kenapa bu? (Terkejut)
Dayang Sumbi : Tumang itu ayah kandungmu! Tega sekali kau membunuhnya!
Sangkuriang : Ayah kandungku? Mana mungkin ayahku adalah seekor anjing!
Dayang Sumbi : Dia adalah titisan dewa yang dikutuk!

PRAAAK, Dayang sumbi memukul kepala Sangkuriang dengan Batu.

Dayang Sumbi : Pergi kau darihadapanku! Dasar anak durhaka!


Sangkuriang : Baik bu
Ia tak tahu kemana ia akan pergi, perlahan-lahan menyusuri hutan. Tiba-tiba ia
pingsan, lalu datanglah seorang petapa yang sakti dan membangunkannya.

Petapa : Siapa namamu Anak Muda? Mengapa kau tergeletak ditengah- tengah hutan?

Namun, karena benturan dikepala sangkuriang sangat keras, ia hilang ingatan

Sangkuriang : Nenek siapa? Aku dimana?


Petapa : Tenanglah Anak Muda, nenek adalah seorang petapa dan sekarang kita dihutan.
Bisakah kau ceritakan siapa namamu anak muda? Dan darimana asalmu?
Sangkuriang terdiam dan mencoba mengingat apa yang terjadi padanya
Petapa : Sepertinya kau hilang ingatan karena benturan dikepalamu itu. Maukah kau
menjadi salah satu muridku?
Sangkuriang : Murid?
Petapa : Ya, murid. Nanti kau akan kuajarkan cara cara bertarung
Sangkuriang : Baik Guru
Petapa : Dan sekarang aku akan memberimu nama Jaka Galih.

12 tahun berlalu. Sangkuriang telah menjadi seorang pendekar yang kuat

Petapa : Sudah saatnya kau mengamalkan ilmu yang telah kuajarkan kepada masyarakat!
Sangkuriang : Baik Guru. Saya akan berpetualang untuk membantumasyarakat.
Petapa : Pesanku janganlah kau berjalan ke arah selatan.
Sangkuriang : Kenapa saya tidak boleh berjalan ke arah selatan Guru?
Petapa : Sudahlah turuti saja nasihatku. Supaya kau tidak ditimpa nasib yang sial.
Sangkuriang : Baiklah, saya akan mengingat pesan Guru.

Ia segera meninggalkan Petapa, dan pergi mengembara. Seperti yang di katakan


Petapa, bahwa Sangkuriang harus berjalan kearah utara namun, ia berjalan ke arah
selatan. Ia lupa denganperkataan Petapanya. Dan ia melihat seorang Gadis, lalu
berkenalan.

Sangkuriang : Siapa namamu nona?


Dayang Sumbi : Nama saya Dayang Sumbi tuan. Dan siapa nama Tuan?
Sangkuriang : Nama saya Jaka Galih. Bolehkah saya mengantarkannona pulang?
Dayang Sumbi : Tapi, saya tidak mengenal siapa tuan
Sangkuriang : Tenang, saya ini bukan orang jahat
Dayang Sumbi : Baiklah tuan.
Kemudian mereka berjalan bersama
Sangkuriang : Apakah itu rumahmu?
Dayang Sumbi : Iya tuan. Itu rumah saya. Rumah yang sangat sederhana
Sangkuriang : Kalau begitu saya mohon pamit nona.

Hari demi hari berlalu. Setelah perkenalan itu, Dayang Sumbi dan Sangkuriang
semakin dekat dan akhirnya jatuh cinta. Kemudian mereka sepakat untuk melangsungkan
pernikahan dalam waktu dekat.

Saat Sangkuriang hendak pergi berburu, ia meminta Dayang Sumbi untuk


mengencangkan ikat kepalanya.
Sangkuriang : Dayang Sumbi, bisakah kau mengencangkan ikat kepalaku ini?
Dayang Sumbi : Tentu

Dayang Sumbi melihat ada bekas luka di kepala Sangkuriang


Dayang sumbi : Aku rasa ada bekas luka di kepalamu ?
Sangkuriang : Benarkah?
Dayang Sumbi : Benar. Bisakah kau ceritakan sebab luka mu itu?
Sangkuriang : Aku tidak ingat betul apa yang terjadi pada hari itu, namun seorang petapa
membangunkanku di tengah hutan. Katanya aku pingsan setelah berjalan menyusuri
hutan tak tentu arah
Tiba tiba Dayang Sumbi teringat ketika dia memukul sangkuriang dengan batu
beberapa tahun silam.
Dayang Sumbi : Hah?
Sangkuriang : Ada apa Dayang Sumbi?
Dayang Sumbi : Berapa usiamu ketika kejadian itu terjadi?
Sangkuriang : Ntahlah, mungkin belasan tahun
Dayang Sumbi : Kalau begitu kau adalah anakku. Kau adalah anakkuSangkuriang. Dulu aku
memukulmu dengan batu dan mengusirmu
Sangkuriang : Tidak mungkin! Aku Jaka Galih dan Ibuku pastilah sudah berusialanjut dan tidak
secantik dirimu.
Dayang Sumbi : Tapi aku ini ibumu. Aku tidak menua karena aku memakan hati Tumang,
anjing yang waktu itu kau bunuh demi mendapatkan hatinya
Sangkuriang : Tidak mungkin kau ibuku.

Namun, Sangkuriang tidak percaya pada kata-kata ibunya. Hatinya sudah


terbelenggu oleh rasa cinta dan bersikeras ingin menikahi Dayang Sumbi. Melihat sikap
putranya itu, Dayang Sumbi semakin bingung dan ketakutan.
Sangkuriang : Bagaimanapun kau harus menjadi istriku!
Dayang Sumbi : Tidak mungkin aku menikah dengan anakku sendiri.
Sangkuriang : Kau bukan ibuku, dan aku bukan anakmu.
Dayang Sumbi terdiam sejenak dan berfikir untuk menyiasati hal ini
Dayang Sumbi : Baiklah aku mau menikah denganmu, tapi kau harusmembuatkanku sebuah
kapal yang besar untuk kita berbulan madu nanti
Sangkuriang : Baiklah, aku akan menyanggupi syarat darimu (jawabnyadengan mantap)
Dayang Sumbi : Bukan hanya itu, tapi dengan sebuah telaga besar. Dansemua itu harus kau
kerjakan dalam waktu semalam saja.Sebelum ayam berkokok semua harus sudah
selesai.
Sangkuriang : Jangan khawatir. Apapun permintaanmu akan kuturuti.

Sangkuriang segera memulai pembuatan kapal dengan kesaktian yang dimilikinya.


Namun ketika fajar terbit diufuk timur, ia hanya menyelesaikan kapal. Dayang Sumbi pun
datang menghampirinya.

Dayang Sumbi : Kau tidak menyelesaikan syaratku yang kedua, maka pernikahan kita batal
Sangkuriang : Kita tetap akan menikah!
Sangkuriang memegang erat tangan Dayang Sumbi, Namun terdengar bunyi yang
sangat keras dan tiba tiba Dayang Sumbi menghilang.
Sangkuriang : Kemana kau Dayang Sumbi? Aku akan mencarimu dan menikahimu!

Sangkuriang pun kesal dan menendang kapal buatannya itu hingga terbalik.
Perlahan kapal itu perlahan membesar dan berubah menjadi sebuah gunung yang hingga
kini masih ada, yaitu Gunung Tangkuban Perahu di Jawa Barat

NAMA KELOMPOK :
1. MELIANI
2. SINDI
3. RIA
4. REHAN
5. SIRWAN
6. FATHUL
7. IKHSAN

Anda mungkin juga menyukai