Disusun oleh:
Syaban Shadikillah
10615036
Kelompok 2
Asisten:
Gina Aulia (10614028)
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya praktikum Pengenalan Mikroskop, Aliran
Sitoplasma, Zat Ergastik, Prinsip Larutan dan Plasmolisis adalah:
1. Menentukan jenis-jenis aliran plasma yang teramati dari tanaman
2. Menentukan jenis-jenis zat ergastik yang teramati pada sayatan
tanaman
3. Menentukan sifat reversibilitas sel terhadap peristiwa plasmolisis
1.3 Hipotesis
TINJAUAN PUSTAKA
masing sesuai dengan objek yang akan diamati oleh mikroskop. Objek yang akan
diamati dengan mikroskop harus brukuran kecil dan tipis agar bagian-bagiannya
a. Mikroskop Cahaya
1000 kali. Mikroskop cahaya ditopang oleh kaki pegangan yang berat dan kokoh
dengan tujuan agar dapat berdiri dengan stabil. Mikroskop cahaya memiliki tiga
lensa, yaitu lensa objektif, lensa okuler, dan kondensor. Lensa objektif terletak
diujung atas mikroskop, dari lensa tersebut kita melihat pbjek pengamatan
sedangkan lensa okuler terletak dibagian bawah, didekat preparat. Lensa okuler
pada mikroskop dapat berupa lensa tunggal (monokuler) atau ganda (binokuler).
Pada ujung bawah mikroskop terdapat revolver yang bisa dipasangi tiga lensa
atau lebih. Di bawah tabung mikroskop, diujung lensa objektif terdapat meja
adalah kondensor yang memiliki peran untuk menerangi objek dan lensa-lensa
b. Mikroskop Stereo
Mikroskop stereo merupakan jenis mikroskop yang hanya bisa digunakan
untuk benda yang berukuran relatif besar hal ini karena perbesaran yang terbatas.
tumbuhan seperti batang, buah, daun, dan bunga atau struktur tubuh hewan-hewan
hingga tingkat sel yang spesifik karena hanya mempunyai perbesaran 7 hingga 30
kali. Objek yang diamati dengan mikroskop ini dapat terlihat secara tiga dimensi.
c. Mikroskop Pendar
Mikroskop pendar ini dapat digunakan untuk mendeteksi benda asing dan
antigen seperti bakteri, virus atau pathogen lainnya dalam jaringan. Dalam teknik
ini protein antibodi yang khas pada awalnya dipisahkan dari serum tempat
terjadi apabila antigen yang dimaksud bereaksi dengan antibody yang telah
ditandai dengan penanda pendar yang memicu reaksi kimia yang menghasilkan
2000).
bakteri yang begitu tipis yang hampir tidak dapat dibedakan dengan objek lainnya
membengkokkan cahaya), sehingga terlihat jelas daerah terang dan gelap dalam
sel. Pada bawah meja objek dan pada lensa objektif mikroskop ini dipasang
f. Mikroskop Elektron
elektron memiliki dua tipe, yaitu Scanning Electron Microscope (SEM) dan
detil struktur permukaan sel (atau struktur renik lainnya), dan obyek diamati
secara tiga dimensi. Sedangkan TEM digunakan untuk mengamati struktur detil
g. Mikroskop krioelektron
Bersihkan kaca objek dan kaca tutup dengan sabun dan air kemudian
dibilas dengan alkohol.
Teteskan air, pewarna atau reagen reaktif lainnya di atas kaca objek.
Letakkan salah satu ujung kaca penutup pada sisi kaca objek yang
tidak menyentuh air/pewarna yang mengandung specimen.
Air dalam tanah dapat masuk ke dalam akar dan akan mengisi
ruang-ruang intersitial sel atau masuk kedalam sel. Air dapat masuk ke
dalam sel-sel akar melewati dinding dan membran sel tertentu. Pergerakan
air yang menembus membran sel inilah yang disebut osmosis. Dengan
kata lain, osmosis adalah difusi air memlewati suatu membrane dari
larutan dengan konsentrasi zat terlarut yang lebih rendah ke larutan dengan
konsentrasi zat terlarut yang lebih tinggi (Campbell, 2008). Pada
prinsipnya erdapat dua (2) faktor penting sesuai dengan hukum Fick
pertama yang menentukan laju osmosis ke dalam jaringan (melewati
membran), yaitu :
J = . P
P = Permeabiltas membrane
(Cleon, 1970).
METODOLOGI
Alat Bahan
Alat pengiris (scalpel) Filamen bunga Rhoeo discolor
Mikroskop cahaya Daun hydrilla
Cover glass Umbi kentang (Solanum tuberosum)
Pinset Larutan I2KI
Silet Daun Ficus elastica
Jarum jara Batang suji (Pleomele angustifolia)
Kaca objek Tangkai daun Carica Papaya
Gelas kimia Larutan cuka
BAB IV
Gambar 4.1.5 Kristal pada daun Ficus Gambar 4.1.17 Kristal pada daun Ficus
elastica (Perbesaran 400x) elastica
(Dokumentasi pribadi, 2017) (pinterest.com, 2017)
Hasil foto pada preparat
hasil pengamatan terlihat
lebih gelap karena
pengaturan pencahayaan
yang berbeda.
Gambar 4.1.6 Kristal pada daun Ficus Gambar 4.1.18 Kristal pada daun Ficus
elastica diberi cuka (Perbesaran 400x) elastica diberi cuka
(Dokumentasi pribadi, 2017) (pinterest.com, 2017)
Kristal pada gambar
literatur terlihat lebih jelas
karena pembesaran yang
lebih tinggi.
Gambar 4.1.8 Kristal pada batang Pleomele Pleomele angustifolia diberi cuka
4.2 Pembahasan
Pada pengamatan pati pada kentang (Solanum tuberosum), umbi kentang digerus
terlebih dahulu kemudian hasi gerusan diamati dibawah mikroskop. Pemberian
I2KI pada preparat dimaksudkan agar gugus oksalat pada karbohidrat pati bereaksi
dengan ion iodine sehingga menhasilkan warna ungu. Pati pada kentang yang
diamati berupa bulatan-bulatan lamela yang berbentuk tunggal, majemuk dan
peralihan tunggal majemuk. Pati pada umbi kentang literatur diberi pewarna
tambahan yang menyebabkan terlihat lebih gelap. Pati kentang tersusun dari
karbohidrat amilosa dan amilopektin sebagai hasil metabolit primer tumbuhan
kentang (Ridge, 1991).
Kristal pada batang daun papaya (Carica papaya) berbentuk drus dan kristal pada
batang suji (Pleomele angustifolia) berbentuk sperti jarum (rafida). Keduanya
tidak larut tidak larut dalam larutan cuka karena komponen penyususnnya berupa
senyawa kalsium oksalat bukan kalsium karbonat. Kristal pada daun Ficus
elastica berbentuk hitam dan bulat (sistolit) terdiri dari senyawa kalsium karbonat
sehingga larut dalam pemberian cuka (Salisburg, 1978). Reaksi larutan cuka
dengan kalsium karbonat adalah sebagai berikut: CH3COOH + CaCO3
Ca(CH3COO)2 + H2O + CO2. Perbedaan yang signifikan antara foto hasil
pengamatan dengan foto literature dikarenakan foto preparat pada literatur
dilengkapi oleh pewarnaan. Selain itu pencahayaan yang berbeda juga
berpengaruh terhadap hasil pengamatan.
Sel-sel pada epidermis daun Rhoeo discolor mengalami plasmolisis setelah diberi
larutan gula yang bertujuan menghasilkan lingkungan yang hipertonik bagi sel.
Hal ini dapat dilihat pada perubahan warna pada cairan intra sel menjadi ungu
karena semakin pekat yang diakibatkan keluarnya air dari dlam sel keluar.
Keadaan dapat dikembalikan dengan menyamakan konsentrasi larutan antara
cairan dalam dengan cairan luar sel dengan pemberian air (reversibilitas) (Ridge,
1991). Perbedaan pada keadaan sebelum diberi larutan hipertonik antara foto
literatur dan pengamatan disebakan karena konsentrasi pigmen ungu pada foto
literatur lebih tinggi dari foto hasil pengamatan sehingga terlihat berwarna lebih
ungu. Sedangkan pada keadaan setelah diberi larutan hipertonik, perbedaan hasil
disebabkan karena perbesaran pada foto literatur lebih tinggi sehingga keadaan
lepasnya membran dari dinding sel terlihat lebih jelas. Lepasnya air dari
sitoplasma juga berpengaruh terhadap turgiditas sel (turgiditas sel menurun).
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.1 Saran