Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Latar Belakang
Setiap tanaman memiliki tata letak daun namun tata letak daun itu
duduknya daun disebut buku-buku batang. Dan bagian ini seringkali tampak
sebagai bagian batang yang sedikit membesar dan melingkar batang sebagai suatu
cincin, pada umumnya duduknya daun pada batang memiliki aturan (Volk ,1984).
pada suatu bagian batang, yaitu pada pangkal batang atau pada ujungnya. Bagian
batang atau cabang tempat duduknya suatu daun disebut buku-buku batang
(nodus), sedangkan bagian batang antara dua buku disebut ruas (internodium)
(Hidayat, 1995).
Tata letak daun ( Phyllotaxis ) adalah susunan atau pola tata letak daun
pada batang secara teratur. Bentuk batang silinder buku-buku batang sebagai
lingkaran dengan jarak yang teratur dan tempat duduk daun adalah titik pada daun
(Volk ,1984).
susunan letak daun diantara lembaran yang satu dengan yang lainnya atau diantara
letak lembaran yang satu terhadap letak lembaran daun yang lainnya. Tumbuhan
ada yang berdaun rindang, ada yang berdaun sedang dan ada pula yang berdaun
jarang. Dari sinilah kita akan memulai menjelaskan tentang susunan letak daun
yang salah karena ketertiban dan keteraturan susunan daun tidak tampak dengan
jelas karena banyaknya daun yang bertumpuan pada ranting. Lain halnya dengan
berdaun jarang, susunan letak daun tampak dengan jelas (Tjitrosoepomo, 1985).
Manfaat mempelajari tata letak daun bagi dunia pertanian adalah agar
mahasiswa mampu mengetahui prosedur penetapan dan rumus duduk daun serta
aturan-aturan tata letak daun-daun satu sama lain batang, menggambar tata letak
berdasarkan tata letak atau letak kedudukan daun pada berbagai jenis tumbuhan
(Volk, 1998)
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui berbagai macam tata
spiral genetik, sudut divergensi, deret fibonacci dan dapat menggambar bagan tata
letak daun dan diagram tata letak daun serta memelakukan pengambilan sampel
TINJAUAN PUSTAKA
ditentukan terlebih dahulu berapa jumlah daun yang terdapat pada suatu buku-
buku batang. Pada tiap-tiap buku-buku batang hanya terdapat satu daun
yang dinamakan tersebar (Folia sparsa), pada tiap buku-buku terdapat dua daun
3
dinamakan tata letak daun berhadapan-bersilang yang dinamakan (Folia opposita
atau Folia decussata), dan pada tiap buku-buku terdapat lebih dari dua daun
dinamakan tata letak daun berkarang (Folia verticillata). Tata letak daun daunnya
berkarang tidak dapat ditentukan rumus daunnya, tetapi pada duduk batang yang
Rumus daun atau divergensi, untuk mencapai daun yang tegak lurus
dengan daun permulaan garis spiral mengelilingi batang a kali , dan jumlah daun
yang dilewati selama itu adalah b, maka perbandingan kedua bilangan tersebut
Pecahan a/b menunjukkan jarak sudut antara dua daun berturut-turut, jika
diproyeksikan pada bidang datar. Jarak sudut antara dua daun berturut-turut pun
tetap dan besarnya adalah a/b x 360o, yang disebut sudut divergensi (a : jumlah
putaran pada batang untuk mencapai daun yang tegak lurus/ortostik di atasnya, b :
yang begitu karakteristik. Deret itu berupa pecahan-pecahan, yaitu 1/2, 1/3, 2/5,
3/8, 5/13, 8/21, dan seterusnya. Cara mencari deretan selanjutnya dengan
jejal, karena ruas-ruas batang amat pendek, sehingga duduk daun pada batang
Roset akar, jika batang sangat pendek sehingga semua daun berjejal-jejal
di atas tanah, jadi roset itu sangat dekat dengan akar. Sedangkan roset batang, jika
daun yang rapat dan berjejal-jejal terdapat pada ujung batang, misalnya pada
pohon Kelapa (Cocos nucifera L.) dan bermacam-macam jenis palma lainnya
(Tjitrosoepomo, 1985).
sebagai penampang melintang helaian daun yang diperkecil. Pada bagan akan
terlihat misalnya pada daun dengan rumus 2/5 maka daun-daun nomor 1, 6, 11,
dan seterusnya, atau daun-daun nomor 2, 7, 12, dan seterusnya akan terletak pada
Untuk membuat diagram tata letak daun pada batang tumbuhan harus
dari luar kedalam digambarkan daunnya, seperti pada pembuatan bagan tadi dan
di beri nomor urut. Dalam hal ini perlu diperhatikan, bahwa jarak antara dua daun
adalah 2/5 lingkaran, jadi setiap kali harus meloncati satu ortostik. Spiral
genetikya dalam diagram daun akan merupakan suatu garis spiral yang putarannya
hara yang dibutuhkan oleh tanaman dapat dilakukan dengan cara pengamatan
keragaman tanaman dan dengan cara pengambilan contoh kelapa sawit (Lolorain,
2012).
dari setiap blok dilahan untuk keperluan analisis daun dilaboraturium, ditujukan
(Tjitrosoepomo, 2003).
untuk dapat mengidentifikasi pelepah pertama (1), tiga (3), sembilan (9), dan ke
tujuh belas (17). Dapat menilai kondisi lahan secara visual ( gejala-gejala
defisiensi hara pada tanaman, kondisi tandan, dan kondisi lahan ). Dapat membuat
unsur hara di daun merupakan salah satu pertimbangan yang sangat menentukan.
daun (LSU=leaf sampling unit), karena kandungan hara untuk jenis tanah
yang berbeda maka dalam perekomendasian pupuk jaga akan berbeda, jika
juga harus dipisah. Karena umur tanaman yang berbeda, akan memiliki
LSU. Hal ini untuk memberikan suatu gambaran status hara yang ada di
Untuk pola tanam yang berbeda, maka sampel daunnya juga harus dibedakan.
kesamaan. Diambil satu blok sebagai blok contoh, dengan syarat yang mewakili.
Bisa juga merupakan gabungan dari beberapa blok untuk memenuhi luasan
minimal 16 Ha. Dalam pengambilan sampel daun (LSU) terlebih dahulu kita
wilayah atau area yang akan dilakukan pengambilan sampel daun. Pokok yang
dipakai sebagai ketentuan syarat pengambilan sampel daun adalah (Lolorain, 2012):
Pada pokok contoh yang ditetapkan, ditentukan daun contoh yang akan
diambil. Daun contoh yang akan diambil adalah daun no. 17 (TM) untuk tanaman
menghasilkan dan daun no. 9 untuk tanaman belum menghasilkan (TBM). Untuk
tanah gambut, yang mana tanah ini belum terdekomposisi dengan sempurna maka
kekurangan unsur hara mikro pada tanaman kelapa sawit dan berlaku untuk
diambil 2 sampel yaitu daun no. 3 dan no. 17 untuk tanaman menghasilkan serta
daun no. 3 dan daun no. 9 untuk tanaman belum menghasilkan. Daun ke-3 berada
diantara daun ke-1 dan daun ke-6 sesuai dengan spiral dari tanaman kelapa sawit.
Daun kelapa sawit memiliki rumus daun 1/8, lingkaran atau spiralnya ada yang
berputar ke kiri (Left Handed) dan kekanan tetapi kebanyakan putar ke kanan
(Right Handed) . Pengenalan ini penting diketahui agar kita dapat mengetahui
letak daun ke-3, ke-9, dan ke-17. Daun yang ke-9 berada pada sumbu yang
sama dengan daun no.1 agak ke kanan pada spiral pelepah kiri dan agak ke kiri
pada spiral kanan. Daun no. 1 adalah daun yang paling muda dan telah terbuka
sempurna.
sesudah pemupukan.
Alat
1. Alat tulis
2. Lembar postest
3. Lembar pretest
4. Lembar laporan sementara
5. Gunting
6. Cutter
7. Aquades
8. Tissue
9. Amplop cokelat ukuran sedang
Bahan
Prosedur Kerja
yaitu :
3. Menentukan rumus tata letak daun seperti rumus pecahan daun, pola tata leta
a. Daun pada tanaman muda sampai umur 1,5 tahun menggunakan daun
pelepah ke-3
b. Daun pada tanaman umur 1,5-2,5 tahun menggunakan daun pelepah ke-9
c. Daun pada tanaman umur diatas 2,5 tahun menggunakan daun pelepah ke-
17
2. Memotong pelepah tanaman kelapa sawit yang akan digunakan sebagai bahan
6. Mengikat daun yang telah dibersihkan dan dibuang tulang daunya dengan dua
kali ikatan pada bagian daun sisi kiri dan satu kali pada sisi kanan
11
7. Kemudian daun tadi dimasukan dalam amplop dan diberi label sesuai kode
Hasil
Hasil dari praktikum ini berupa beberapa data pengamatan yang dapat
Kingdom : Plantae
Ordo : Rosales
Family : Moraceae
Tribe : Moreae
Genus : Morus
Species : M. Alba
Nama Binomial: Morus alba L.
12
Bagan tata letak daun Diagram tata letak daun
Keterangan
Tanaman Murbei (Morus alba L.) memiliki rumus 1/2 dengan sudut
divergensi 1/2 x 360o = 180o dan memiliki pola tata letak daun berseling
(Folia disticha).
Tanaman Murbei juga memiliki rumus daun 2/5 dengan sudut divergensi 2/5
x 360 = 144 dan memiliki pola tata letak daun tersebar (Folia sparsa).
Keterangan
Keterangan
Keterangan
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Caesalpiniaceae
Genus : Saraca
Spesies : Saraca indica
17
Bagan tata letak daun Diagram tata letak daun
Keterangan
Tanaman asoka (Saraca asoca) memiliki rumus 1/2 dengan sudut divergensi
1/2 x 360o = 180o dan memiliki pola tata letak daun berhadapan-bersilang
(Folia opposita atau Folia decussata)
Keterangan
pola tata letak daun berkarang (Folia verticillata) karena terdapat lebih dari
dua daun pada tiap buku-buku dan tidak dapat ditentukan rumus daunnya
Tanaman Jati Putih (Gmelina Klasifikasi Tanaman
arborea Roxb.)
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Classis : Magnolipsida
Sub Classis : Asteridae
Ordo : Tuliflorae
Famili : Verbenaceae
Genus : Gmelina
Species : Gmelina
asiatica L.
19
Bagan tata letak daun Diagram tata letak daun
Keterangan
Tanaman Jati Putih (Gmelina arborea Roxb.) memiliki rumus 1/2 dengan
sudut divergensi 1/2 x 360o = 180o dan memiliki pola tata letak daun
berhadapan bersilang (Folia opposita atau Folia decussata)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliophyta
Ordo : Gentianales
Family : Apocynaceae
Genus : Nerium
Keterangan
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Cyperales
Famili : Poaceae
Genus : Bambusa
Keterangan
Tanaman Bambu (Bambusa sp.) memiliki rumus 1/2 dengan sudut divergensi
1/2 x 360o = 180o dan memiliki pola tata letak daun berseling (folia disticha)
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliophyta
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Rosales
Famili : Rosaceae
Genus : Rosa
Spesies : Rosa L.
22
Bagan tata letak daun Diagram tata letak daun
Keterangan
Kelas : Angiospermae
Ordo : Monocotyledonae
Family : Arecaceae
Subfamili : Cocoideae
Genus : Elaeis
Keterangan
Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jack) memiliki rumus 3/8 dengan
sudut divergensi 3/8 x 360o = 135o dan memiliki pola tata letak daun
berhadapan bersilang (Folia opposita atau Folia decussata)
Tabel 2. Hasil pengambilan sampel daun Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack)
PPKS.
24
dipotong.
Gambar daun sebelah kiri dengan dua kali ikatan pada bagian
Pembahasan
Tata letak daun atau Phyllotaxis adalah aturan tata letak daun pada batang.
Pada batang dewasa, daun tersusun dalam pola tertentu dan berulang-ulang.
Susunan daun pada batang tersebut disebut duduk daun atau filotaksis. Istilah
terbentuknya daun pada batang, tetapi dikarenakan urutan daun tersebut tampak
maka istilah tersebut digunakan secara umum untuk menyatakan susunan daun
pada batang. Susunan daun dari suatu tumbuhan biasanya bersifat konstan.
Susunan daun pada batang biasanya turut ditentukan oleh banyaknya helai
daun yang terbentuk dalam suatu buku (nodus). Untuk itu, daun dapat dibentuk
secara tunggal bila ada suatu helai daun pada setiap buku, berpasangan bila ada
dua helai daun pada setiap buku, atau dalam karangan bila terdapat tiga helai daun
atau lebih pada setiap buku. Ada beberapa jenis tanaman yang telah diidentifikasi
duduk daun 1/2 dimana bagian dari duduk daun 1 sejajar dengan duduk daun yang
ke 3, 5, 7, 9 dst. Begitu juga dengan duduk daun 2 sejajar dengan duduk daun ke
dengan pola tata letak daun berseling (Folia disticha) karena menyerupai daun
tersebar. Tanaman Murbei juga memiliki rumus daun 2/5 dimana bagian dari
duduk daun 1 sejajar dengan duduk daun ke 6, 11, 16 dst. Duduk daun 2 sejajar
dengan duduk daun 7, 12, 17 dst. Duduk daun 3 sejajar dengan duduk daun ke 8,
13, 18 dst. Duduk daun 4 sejajar dengan duduk daun ke 9, 14, 19 dst. Duduk daun
5 sejajar dengan duduk daun ke 10, 15, 20 dst. Tanaman murbei mempunyai sudut
divergensi 2/5 x 360 = 144 dan memiliki pola tata letak daun tersebar (Folia
sparsa) karena pada buku-buku daun hanya terdapat satu daun saja.
rumus duduk daun 1/2 dimana bagian dari duduk daun 1 sejajar dengan duduk ke
3, 5, 7, 9 dst. Begitu juga dengan duduk daun 2 sejajar dengan duduk daun ke 4, 6,
8, 10 dst. Tanaman cocor bebek mempunyai sudut divergensi 1/2 x 360o = 180o
dengan pola tata letak daun berhadapan-bersilang (Folia opposita atau Folia
duduk daun 2/5 dimana bagian dari duduk daun 1 sejajar dengan duduk daun ke 6,
11, 16, 21 dst. Begitu juga dengan duduk daun 2 sejajar dengan duduk daun ke 7,
12, 17, 22 dst. Demikian juga duduk daun ke 3 sejajar dengan duduk daun ke 8,
13, 18, 23 dst. Duduk daun ke 4 akan sejajar dengan duduk daun ke 9, 14, 19, 24
dst. Pada duduk daun yang ke 5 akan sejajar dengan duduk daun ke 10, 15, 20, 25
28
dst. Tanaman singkong mempunyai sudut divergensi 2/5 x 360 o = 144o dengan
pola tata letak daun tersebar (Folia sparsa) karena pada tiap buku-buku hanya
duduk daun 3/8 dimana bagian dari duduk daun 1 sejajar dengan duduk daun ke 9,
17, 25 dst. Begitu juga dengan duduk daun 2 sejajar dengan duduk daun 10, 18,
26 dst. Demikian juga duduk daun ke 3 sejajar dengan duduk daun ke 11, 19, 27
dst. Duduk daun ke 4 akan sejajar dengan duduk daun ke 12, 20, 28 dst. Duduk
daun ke 5 akan sejajar dengan duduk daun ke 13, 21, 29 dst. Pada duduk daun
yang ke 6 akan sejajar dengan duduk daun ke 14, 22, 30 dst. Duduk daun ke 7
akan sejajar dengan duduk daun ke 15, 23, 31 dst. Duduk daun ke 8 akan sejajar
dengan duduk daun ke 16, 24, 32 dst. Tanaman suji mempunyai sudut divergensi
3/8 x 360o = 135o dengan pola tata letak daun tersebar (Folia sparsa) karena pada
daun 1/2 dimana bagian dari duduk daun 1 sejajar dengan duduk ke 3, 5, 7, 9 dst.
Begitu juga dengan duduk daun 2 sejajar dengan duduk daun ke 4, 6, 8, 10 dst.
Tanaman asoka mempunyai sudut divergensi 1/2 x 360 o = 180o dengan pola tata
pola tata letak daun berkarang (Folia verticillata) karena terdapat lebih dari dua
daun pada tiap buku-buku. Tata letak daun berkarang tidak dapat ditentukan
rumus daunnya, tetapi pada duduk batang yang seperti ini dapat memperlihatkan
29
adanya ortostik-ortostik yang menghubungkan daun-daun yang tegak lurus satu
sama lain.
rumus duduk daun 1/2 dimana bagian dari duduk daun 1 sejajar dengan duduk ke
3, 5, 7, 9 dst. Begitu juga dengan duduk daun 2 sejajar dengan duduk daun ke 4, 6,
8, 10 dst. Tanaman jati putih mempunyai sudut divergensi 1/2 x 360 o = 180o
dengan pola tata letak daun berhadapan-bersilang (Folia opposita atau Folia
letak daun berkarang (Folia verticillata) karena terdapat lebih dari dua daun pada
tiap buku-buku. Tata letak daun berkarang tidak dapat ditentukan rumus daunnya,
tetapi pada duduk batang yang seperti ini dapat memperlihatkan adanya ortostik-
ortostik yang menghubungkan daun-daun yang tegak lurus satu sama lain.
daun 1/2 dimana bagian dari duduk daun 1 sejajar dengan duduk ke 3, 5, 7, 9 dst.
Begitu juga dengan duduk daun 2 sejajar dengan duduk daun ke 4, 6, 8, 10 dst.
Tanaman bambu mempunyai sudut divergensi 1/2 x 360 o = 180o dengan pola tata
letak daun berseling karena pada tata letak daun tersebar yang mengikuti rumus
1/2 oleh sementara dipisahkan dari tata letak daun yang tersebar umumnya,
daun 1/3 dimana bagian dari duduk daun 1 sejajar dengan 4, 7, 10, 13 dst. Begitu
juga dengan duduk daun 2 sejajar dengan duduk daun 5, 8, 11, 14 dst. Demikian
pula duduk daun ke 3 sejajar dengan duduk daun ke 6, 9, 12, 15 dst. Tanaman
30
mawar mempunyai sudut divergensi 1/3 x 360 o = 120o dengan pola tata letak daun
tersebar (Folia sparsa) karena pada tiap buku-buku hanya terdapat satu daun saja.
merupakan tanaman dengan rumus duduk daun 3/8 dimana bagian dari
duduk daun 1 sejajar dengan duduk daun ke 9, 17, 25 dst. Begitu juga dengan
duduk daun 2 sejajar dengan duduk daun 10, 18, 26 dst. Demikian juga duduk
daun ke 3 sejajar dengan duduk daun ke 11, 19, 27 dst. Duduk daun ke 4 akan
sejajar dengan duduk daun ke 12, 20, 28 dst. Duduk daun ke 5 akan sejajar dengan
duduk daun ke 13, 21, 29 dst. Pada duduk daun yang ke 6 akan sejajar dengan
duduk daun ke 14, 22, 30 dst. Duduk daun ke 7 akan sejajar dengan duduk daun
ke 15, 23, 31 dst. Duduk daun ke 8 akan sejajar dengan duduk daun ke 16, 24, 32
dst. Tanaman suji mempunyai sudut divergensi 3/8 x 360 o = 135o dengan pola tata
letak daun tersebar (Folia sparsa) karena pada tiap buku-buku hanya terdapat satu
daun saja. Memiliki pola tata letak daun berhadapan bersilang (Folia opposita
atau Folia decussata) karena pada tiap buku-buku terdapat dua daun. Pada
tanaman kelapa sawit pengambilan contoh daun merupakan salah satu kegiatan
rutin yang dilakukan sekali dalam setahun dengan tujuan mengetahui status
terakhir kandungan unsur hara di dalam tanaman. Kegiatan ini dapat dijadikan
sebagai salah satu dasar untuk menentukan dosis pupuk per tanaman dalam
Kesimpulan
31
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan, maka dapat
1. Tata letak daun merupakan aturan letak daun-daun yang duduk pada batang
tumbuhan.
2. Tempat duduknya daun disebut buku-buku (nodus), sedangkan bagian batang
sparsa), tata letak daun berseling (Folia disticha), tata letak daun berhadapan-
bersilang (Folia opposita atau Folia decussata) dan tata letak daun berkarang
(Folia verticillata)
4. Sudut divergensi yaitu jarak sudut antara dua daun berturut-turut, rumusnya
yaitu a/b x 360o. Dimana a/b didapat dari rumus daun atau divergensi
Saran
dengan baik agar cepat mengerti. Untuk kenyamanan bersama agar saling
menghargai satu sama lain, dan untuk pemberitahuan bahan sebaiknya lebih awal
DAFTAR PUSTAKA