1. Definisi
Anaphylaxis (Yunani, Ana = jauh dari dan phylaxis = perlindungan). Anafilaksis berarti
menghilangkan perlindungan. Anafilaksis adalah reaksi alergi umum dengan efek pada
beberapa sistem organ terutama kardiovaskular, respirasi, kutan dan gastro intestinal yang
merupakan reaksi imunologis yang didahului dengan terpaparnya alergen yang sebelumnya
sudah tersensitisasi.
Syok anafilaktik adalah reaksi anafilaksis yang disertai hipotensi dengan atau tanpa
penurunan kesadaran.
Syok anafilaktik merupakan suatu resiko pemberian obat, baik melalui suntikan ataupun
dengan cara lain. Reaksi dapat berkembang menjadi suatu kegawatan berupa syok, gagal
napas, henti jantung, dan kematian mendadak.
2. Epidemiologi
Anafilaksis lokal (alergi atopik) yang merupakan predisposisi herediter untuk terjadinya
respon tipe 1 lokal terhadap allergen yang dihirup atau dicerna terjadi pada 10% masyarakat..
3. Klasifikasi
Berdasarkan reaksi tubuh :
- Lokal : reaksi anafilaktik lokal biasanya meliputi urtikaria serta angioedema pada tempat
kontak dengan antigen dan dapat merupakan reaksi yang berat tetapi jarang fatal.
- Sistemik : reaksi sistemik terjadi dalam tempo kurang lebih 30 menit sesudah kontak dalam
sistem organ berikut ini :
Kardiovaskuler
Respiratorius
Gastrointestinal
Integumen
4. Penyebab/faktor predisposisi
Syok anafilaktik sering disebabkan oleh obat, terutama yang diberikan intravena seperti
antibiotik atau media kontras. Obat-obat yang sering memberikan reaksi anafilaktik adalah
golongan antibiotik penisilin, ampisilin, sefalosporin, neomisin, tetrasiklin, kloramfenikol,
sulfanamid, kanamisin, serum antitetanus, serum antidifteri, dan antirabies. Alergi terhadap
gigitan serangga, kuman-kuman, insulin, ACTH, zat radiodiagnostik, enzim-enzim, bahan
darah, obat bius (prokain, lidokain), vitamin, heparin, makan telur, susu, coklat, kacang, ikan
laut, mangga, kentang, dll juga dapat menyebabkan reaksi anafilaktik.
Alergen
Ada yang menyebutkan beberapa golongan alergen yang dapat menimbulkan reaksi
anafilaksis, yaitu makanan, obat-obatan, bisa atau racun serangga dan alergen lain yang tidak
bisa di golongkan.
5. Patofisiologi
6. Gejala klinis
- Ringan :
Rasa kesemutan serta hangat pada bagian perifer, dan dapat disertai dengan perasaan penuh
dalam mulut serta tenggorok.
Kongesti nasal
Pembengkakan periorbital
Pruritus
Bersin bersin dan mata yang berair
Awitan gejala dimulai dalam waktu 2 jam pertama sesudah kontak
- Sedang :
Rasa hangat
Cemas
Gatal gatal
Bronkospasme
Oedem saluran nafas atau laring dengan dispnea
Batuk serta mengi
Awitan gejala sama seperti reaksi yang ringan
- Berat :
Reaksi sistemik yang berat memiliki onset mendadak dengan tanda tanda serta gejala yang
sama seperti diuraikan diatas dan berjalan dengan cepat hingga terjadi bronkospasme, oedem
laring, dispnea berat, serta sianosis. Disfagia (kesulitan menelan), kram abdomen, vomitus,
diare dan serangan kejang kejang dapat terjadi. Kadang kadang timbul henti jantung dan
koma.
7. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Pasien tampak sesak
Kesadaran menurun
Sianosis
Kulit tampak dalam betuk semburat merah
Pucat
b. Auskultasi
Penurunan tekanan darah
Takikardi
Bradikardi
8. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Laboratorium
- Hematologi : Hitung sel meningkat, Hemokonsentrasi, trombositopenia, eosinophilia naik/
normal / turun
- Kimia: Plasma Histamin meningkat, sereum triptaase meningkat.
Radiologi
- X foto: Hiperinflasi dengan atau tanpa atelektasis karena mukus, plug.
- EKG: Gangguan konduksi, atrial dan ventrikular disritmia
9. Diagnosis/kriteria diagnosis
Mendapatkan zat penyebab anafilaksis (injeksi, minum obat, disengat hewan, makan
sesuatu atau setelah test kulit ). Timbul biduran mendadak, gatal dikulit, suara parau sesak ,
sukar nafas, lemas, pusing, mual, muntah, sakit perut setelah terpapar sesuatu.
11. Komplikasi
- Henti jantung (cardiac arrest) dan nafas.
- Bronkospasme persisten.
- Oedema Larynx (dapat mengakibatkan kematian).
- Relaps jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler).
- Kerusakan otak permanen akibat syok.
- Urtikaria dan angoioedema menetap sampai beberapa bulan
2. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme otot bronkeolus .
2. Gangguan perfusi jaringan, berhubungan dengan penurunan curah jantung dan vasodilatasi
arteri.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan produksi histamine dan
bradikinin oleh sel mast.
5. Resiko ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan kapasitas
vaskuler.
3. Perencanaan
No Tujuan Kriteria Hasil Tindakan Keperawatan Rasional
.
Dx
1 Mempertahanka Setelah dilakukan Mandiri : Mandiri:
n pola nafas tindakan
efektif pasien keperawatan Pastikan tidak terdapat Menurunkan resiko
selama x 24 benda atau zat tertentu aspirasi atau
jam pasien mampu atau gigi palsu pada masuknya suatu
mempertahankan mulut pasien benda asing ke
pola pernapasan faring.
efektif dengan
jalan nafas yang
Letakkan pasien pada Meningkatkan aliran
paten. posisi miring, permukaan sekret, mencegah
datar dan miringkan lidah jatuh dan
kepala pasien menyumbat jalan
nafas.
Lakukan penghisapan Menurunkan resiko
sesuai indikasi aspirasi atau asfiksia
Kolaborasi : Kolaborasi :
Berikan
tambahan Untuk menurunkan
oksigen atau ventilasi hipoksia cerebral.
manual sesuai kebutuhan
2 Memperbaiki Setelah dilakukan Mandiri : Mandiri :
perfusi jaringan tindakan
pasien keperawatan Selidiki perubahan Perfusi serebral
selama x 24 tiba tiba atau gangguan secara langsung
jam : mental kontinu contoh berhubungan dengan
- Kulit pasien cemas, bingung letargi, curah jantung.
hangat. pingsan.
- Tanda vital dalam
batas normal. Lihat kulit apakah Penurunan curah
- Pasien sadar atau pucat, sianosis, belang, jantung dibuktikan
berorientasi. kulit dingin atau lembab, oleh penurunan
catat kekuatan nadi perfusi kulit dan
perifer. penurunan nadi.
Penurunan curah
Pantau pernapasan, jantung dapat
catat kerja pernapasan. mencetuskan stres
pernapasan.