Anda di halaman 1dari 26

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Definisi Industri


Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah
atau barang setengah jadi, menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah
untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga
reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa
barang, tetapi juga dalam bentuk jasa. (wordpress, 2002).

2.1.1 Jenis Industri Berdasarkan Tempat Bahan Baku :


a. Industri ekstraktif
Industri ekstraktif adalah industri yang bahan baku diambil
langsung dari alam sekitar.
Contoh : Pertanian, Perkebunan, Perhutanan, Perikanan,
Peternakan, Pertambangan batu bara, Pertambangan
minyak dan gas bumi.
b. Industri nonekstraktif
Industri nonekstraktif adalah industri yang bahan baku didapat
dari tempat lain selain alam sekitar.
Contoh :
c. Industri Fasilitatif
Industri Fasilitatif adalah industri yang produk utamanya adalah
berbentuk jasa yang dijual kepada para konsumennya.
Contoh : Asuransi, Perbankan, Transportasi, Ekspedisi.

2.1.2 Golongan Industri Berdasarkan Besar Kecil Modal :


a. Industri padat modal
Industri padat modal adalah industri yang dibangun dengan modal
yang jumlahnya besar untuk kegiatan operasional maupun
pembangunannya.
16

b. Industri padat karya


Industri padat karya adalah industri yang lebih dititik beratkan
pada sejumlah besar tenaga kerja atau pekerja dalam
pembangunan serta pengoperasiannya.
c. Jenis-jenis industri berdasarkan klasifikasi atau penjenisannya
berdasarkan SK Menteri Perindustrian no.19/M/I/1986 :
a) Industri kimia dasar
Contohnya seperti industri semen, obat-obatan, kertas, pupuk.
b) Industri mesin dan logam dasar
Contohnya seperti industri pesawat terbang, kendaraan
bermotor, tekstil
c) Industri kecil
Contohnya seperti industri roti, kompor minyak, makanan
ringan, es, minyak goreng curah.
d) Aneka industri
Contohnya seperti industri pakaian, industri makanan dan
minuman, dll.
d. Jenis-jenis / macam industri berdasarkan jumlah tenaga kerja
a) Industri rumah tangga
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja
berjumlah antara 1-4 orang.
b) Industri kecil
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja
berjumlah antara 5-19 orang.
c) Industri sedang atau industri menengah
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja
berjumlah antara 20-99 orang.
d) Industri besar
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja
berjumlah antara 100 orang atau lebih.
17

e. Pembagian / penggolongan industri berdasakan pemilihan lokasi :


a) Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada pasar
(market oriented industry)
Adalah industri yang didirikan sesuai dengan lokasi potensi
target konsumen. Industri jenis ini akan mendekati kantong-
kantong di mana konsumen potensial berada. Semakin dekat
ke pasar akan semakin menjadi lebih baik.
b) Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada tenaga
kerja / labor (man power oriented industry)
Adalah industri yang berada pada lokasi di pusat pemukiman
penduduk karena bisanya jenis industri tersebut
membutuhkan banyak pekerja / pegawai untuk lebih efektif
dan efisien.
c) Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada bahan
baku (supply oriented industry)
Adalah jenis industri yang mendekati lokasi di mana bahan
baku berada untuk memangkas atau memotong biaya
transportasi yang besar.
f. Macam-macam / jenis industri berdasarkan produktifitas
perorangan :
a) Industri primer
Industri primer adalah industri yang barang-barang
produksinya bukan hasil olahan langsung atau tanpa diolah
terlebih dahulu contohnya adalah hasil produksi pertanian,
peternakan, perkebunan, perikanan, dan sebagainya.
b) Industri sekunder
Industri sekunder adalah industri yang bahan mentah diolah
sehingga menghasilkan barang-barang untuk diolah kembali.
contohnya adalah pemintalan benang sutra, komponen
elektronik, dan sebagainya.
18

c) Industri tersier
Adalah industri yang produk atau barangnya berupa layanan
jasa. contoh seperti telekomunikasi, transportasi, perawatan
kesehatan, dan masih banyak lagi yang lainnya.

2.2 Fungsi Instrumentasi


Instrumentasi adalah suatu mekanisme peralatan yang diperlukan
untuk menggantikan fungsi dan peran manusia dengan segala
keterbatasannya dalam mengamati, mengukur dan mengendalikan proses
variable dapat tertanggulangi dengan harapan, sasaran dari pengelola
industri untuk mendapatkan kualitas hasil produksi yang sesuai dengan
spesifikasi tertentu dapat dicapai secara aman, efektif dan efisien.
Pada dasarnya, tujuan utama di ciptakan automatisasi adalah untuk
menghasilkan produk yang bermutu tinggi, sehingga bila produksi perlu di
lakukan dalam jumlah besar, produk yang dihasilkan akan seragam dan
mengurangi biaya produksi.
Adapun besaran fisis atau proses variable (fisis atau kimia) yang
dideteksi, diukur, dan dikontrol oleh alat instrument antara lain :
a. Flow (Laju Aliran)
Pengukuran aliran berfungsi untuk mengukur jumlah dari material
fluida yang melewati sebuah titik pada suatu waktu. Material tersebut
biasanya berupa gas atau cairan yang lewat pada sebuah pipa tertutup
atau terbuka.
b. Level (Batas Permukaan Cairan)
Pengukuran level bertujuan untuk mengetahui tinggi permukaan dari
suatu material yang diukur didalam sebuah wadah. Pengontrontrolan
level diperlukan untuk :
a) Mendapatkan material balance dari proses jika ada variable laju
aliran bahan baku.
b) Mengatur aliran produk jadi dan setengah jadi ketempat
penyimpanan hasil produk.
19

c) Mempertahankan jumlah atau perbandingan bahan baku di dalam


tanki, reactor atau equipment yang lain.
c. Pressure (Tekanan)
Tekanan adalah gaya yang bekerja persatuan luas, dengan demikian
satuan tekanan identik dengan satuan tegangan (stress). Dalam konsep
ini tekanan didefinisikan sebagai gaya yang diberikan oleh fluida pada
tempat yang mewadahinya. Tekanan mutlak (absolute pressure)
adalah nilai mutlak tekanan yang bekerja pada wadah tersebut.
Tekanan relative atau tekanan pengukuran (Gauging pressure) adalah
selisih antara tekanan mutlak dan tekanan atmosfir.
d. Temperature (Suhu)
Pengukuran temperature digunakan untuk mendeteksi gejala
perubahan panas atau temperature atau suhu suatu dimensi benda atau
dimensi ruang tertentu.
Fungsi instrumentasi pada suatu proses industri dapat
diklasifikasikan kedalam empat golongan yang diantaranya adalah
sebagai berikut:
a) Alat ukur (measurment).
b) Alat control (control).
c) Alat pengaman (safety).
d) Alat analisis (analiyze).

Secara sederhana fungsi instrumentasi dapat di gambarkan seperti pada


diagram di bawah :

Alat Alat analisa


pengaman FUNGSI
INSTRUMEN

Alat ukur Alat kontrol

Gambar 2.1 Fungsi Instrumentasi.


20

2.2.1 Sebagai Alat Ukur


Untuk memonitor kondisi operasi, melalui pengukuran proses
variable yang mempengaruhi proses operasi, seperti : flow (aliran),
level (tingkatan), temperature (suhu) dan pressure (tekanan).

2.2.2 Sebagai alat control atau pengendalian


Untuk mengendalikan jalannya operasi agar proses variabel selalu
sesuai dengan nilai yang diinginkan atau yang ditentukan.

2.2.3 Sebagai Alat Pengaman


Instrumentasi memberi tanda bahaya atau tanda gangguan apabila
terjadi trouble atau kondisi yang tidak normal yang di akibatkan
oleh tidak berfungsinya suatu peralatan pada suatu proses, serta
berfungsi untuk mengtripkan suatu proses apabila gangguan
tersebut tidak teratasi dalam waktu tertentu.

2.2.4 Sebagai Alat Analisa.


Instrument berfungsi sebagai alat untuk menganalisa produk yang
di kelola apakah sudah memenuhi spesifikasi seperti yang di
inginkan sesuai dengan standar mengetahui polusi dari hasil
buangan sisa produksi yang diproses agar tidak membahayakan
dan merusak lingkungan.

2.3 Sistem Pengendalian


Pada sistem pengendalian, hampir semua proses dalam dunia
industri selalu membutuhkan peralatan otomatis untuk mengendalikan dan
mengontrol parameter pada prosesnya.
Otomatis tidak hanya diperlukan demi kelancaran operasi,
keamanan, ekonomi maupun mutu dari suatu produk, tetapi lebih
merupakan kebutuhan pokok. Pada sistem pengendalian, pertama operator
harus mengamati tekanan serta aliran, kemudian mengevaluasi apakah
tekanan dan aliran yang ada sudah seperti yang dikehendaki. Kalau dikaji
lebih jauh dalam proses pengendalian operator dalam mengerjakan ada 4
langkah (tahap) sebagai berikut :
21

Gambar 2.2 Langkah (Tahap) Proses Pengendalian

a. Mengukur : mengukur variabel proses kemudian sinyal diubah


menjadi sinyal standar.
b. Membandingkan : membandingkan antara variabel proses (PV)
dengan set point (SV).
c. Menghitung : menghitung perbedaan antara PV dengan SV hasilnya
disebut error (e).
d. Mengkoreksi : setelah mendapatkan nilai error maka dikoreksi untuk
menentukan perubahan pada final elemen. (Pardji, 2010).

2.4 Jenis-jenis Pengendalian


Jenis-jenis pengendalian terbagi menjadi 2, yaitu :
a. Manual Control
Merupakan sistem pengendalian dimana yang mengendalikan jalannya
proses menggunakan tenaga manusia, sehingga pengendalian dilakukan
secara manual. Peranan manusia (operator) sangat penting sekali,
sehingga dibutuhkan ketelitian dari operator tersebut dalam
mengendalikan kondisi proses yang ada.

Gambar 2.3 Manual Control


22

a) otak manusia berfungsi sebagai alat pengendali


b) mata berfungsi sebagi sensor
c) Hand Valve berfungsi sebagai korektor hasil perbandingan
dengan jalan membuka atau menutup valve dengan cara
manual.

b. Automatic Control
Dalam sistem pengendalian otomatis, peranan manusia digantikan oleh
controller. Peranan manusia hanya sebatas memberikan set point (SP)
sebagai referensi controller dalam mengendalikan proses.

Gambar 2.4 Automatic Control

2.5 Loop Pengendalian


Suatu sistem pengendalian dapat dibedakan menjadi 2 jenis berdasarkan
jenis loop pengendaliannya, yaitu :
a. Open Loop (Loop Terbuka)
Sistem pengendalian loop terbuka merupakan suatu sistem pengaturan
yang outputnya tidak memiliki pengaruh terhadap sinyal kontrol. Ciri
khas dari sistem pengendalian loop terbuka ini adalah tidak adanya
jaringan feedback/umpan balik dari output yang dihasilkan oleh sistem
tersebut. Sehingga outputnya tidak bisa digunakan sebagai
perbandingan umpan balik dengan inputnya. Salah satu kelemahan
sistem pengendalian loop yang sangat penting yaitu sistem ini tidak
23

bisa mengatasi ketidakpastian pengetahuan akan plant dan perubahan


karakteristik plant.

Gambar 2.3 Open Loop Control

Kelebihan Sistem Pengendalian Loop Terbuka :


a. Memiliki konstruksi yang sederhana
b. Biaya pemeliharaan lebih terjangkau
c. Tidak ada masalah dalam hal stabilitas
d. Lebih cocok digunakan jika output sulit diukur

Kelemahan Sistem Pengendalian Loop Terbuka :


a. Perlu kalibrasi sistem secara teratur
b. Bisa digunakan jika telah mengetahui hubungan input dan output
c. Bisa digunakan jika tidak ada gangguan internal dan eksternal
d. Output pada sistem akan berubah terhadap waktu

b. Closed Loop (Loop Tertutup)


Sistem pengendalian loop tertutup merupakan kebalikan dari sistem
pengendalian loop terbuka dimana sinyal output dari sistem
pengendalian loop tertutup memiliki pengaruh langsung terhadap
sinyal kontrol. Pada sistem pengendalian loop tertutup ini terdapat
jaringan feedback (umpan balik) dan sistem pengendalian ini sering
juga disebut sistem pengendalian umpan balik. Pada sistem
pengendalian loop tertutup sinyal output dari plant di umpan balik ke
set point untuk dibandingkan. Perbedaan antara sinyal output dan set
poin yaitu pada error yang diberikan ke kontroler untuk mengurangi
kesalahan dan membawa output sistem kepada nilai yang diinginkan.
Pada sistem pengendalian loop tertutup ini output dapat menentukan
masukan ke plant.
24

Gambar 2.4 Close Loop Control

Gambar 2.4 Close loop control

Kelebihan Sistem Pengendalian Loop Tertutup :


a. Memiliki ketelitian yang terjaga
b. Dapat mengetahui karakteristik dan perubahan pada plant
c. Ketidakliniearan antar komponen pada sistem tidak terlalu
menggangu
Kelemahan Sistem Pengendalian Tertutup :
a. Perawatannya lebih rumit
b. Memerlukan biaya yang mahal
c. Cenderung ke arah osilasi

Didalam pengendalian loop tertutup (close loop control system) terdapat 2


macam metode pengendalian, antara lain :
a. Feed back control system
Merupakan sistem pengendalian dimana besaran proses yang
diatur dan diukur (PV) dibandingkan dengan nilai yang
dikehendaki (SV) dan perbedaannya digunakan sebagai dasar untuk
mengeliminir perbedaan yang ada (membuka/menutup control
valve).
b. Feed forward control system
Pada metode ini beban proses pengaturan diukur kemudian di
bandingkan dengan beban normal dan bila ada perbedaan, maka
perbedaan tersebut digunakan sebagai dasar untuk melakukan aksi
antisipasi agar tidak terjadi penyimpangan pada primary proses
variable yang diatur.
25

2.6 Elemen-Elemen Sistem Pengendalian Otomatis


Sistem pengendalian suatu proses dapat berjalan sesuai akan
berfungsi dengan baik jika pada sistem tersebut mempunyai komponen-
komponen pokok, antara lain :

2.6.1 Sensing Elemen


Sensing element adalah suatu alat yang sangat efektif untuk
mengubah besaran proses menjadi suatu besaran phisis yang besarnya
perubahan itu setara dengan perubahan proses. Dapat dikatakan suatu alat
yang digunakan untuk mendapatkan nilai aktual dari besaran proses yang
dikendalikan. Sensing element (sensor), fungsinya merasakan pertama kali
variabel proses yang diukur. Contoh dari sensing element, antara lain :
a. Sensing untuk Flow : Orifice, Ventury Tube, Pitot Tube,dll.
b. Sensing untuk Temperature : Field Thermal System, Thermocouple,
RTD, Bimetal, dll.
c. Sensing untuk Pressure : Bourdon Tube, Diaphragma, Bellows.
d. Sensing untuk Level : Displacer, Floater, dll.

2.6.2 Secondary Elemen


Elemen ini berfungsi untuk mengubah besaran phisis dari sensing
element sehingga langsung dapat dibaca (indicator), dicatat (recorder),
besaran tersebut besaran sinyal standar (Pneumatic 3-15 psi atau 0,2-1,0
kg/cm2, Elektrik tegangan 1-5 Volt, Arus 4-20 mA) untuk dapat dikirim ke
control element.
a. Transmitter
Transmitter adalah alat yang digunakan untuk mengubah
perubahan sensing element dari sebuah sensor menjadi sinyal yang
mampu diterjemahkan oleh controller. Sinyal untuk mentransmisikan
ini ada dua macam, yaitu pneumatic dan electric. Sistem transmisi
pneumatic adalah transmisi yang menggunakan udara bertekanan untuk
mengirimkan sinyal. Besar tekanan udara yang digunakan adalah
sekitar 3-15 psi. Sistem ini adalah sistem lama sebelum kemunculan era
26

elektrik. Sistem transmisi elektronik adalah transmisi menggunakan


sinyal elektrik untuk mengirimkan sinyal. Range yang digunakan untuk
transmisi ini adalah 4-20 mA dan 1-5 VDC.
Transmisi sendiri ada yang berfungsi sebagai pengirim sinyal
saja, atau ada juga yang mengkonversi besaran yang diinginkan. Selain
ditransmisikan ke controller (control room), transmitter juga memiliki
display di lapangan yang digunakan untuk pengecekan secara manual.
Biasanya besaran yang ditunjukkan di lapangan adalah berapa persen
dari tekanan. Dari situ bisa di konversikan menjadi berapa flowrate
(jika mengukur flow) atau berapa level (jika mengukur kedalaman),
dsb. Ada juga transmitter yang kemunculan nilai besarannya sudah
berupa besaran yang diinginkan misalkan mengukur flownya dengan
differential pressurenya. Semakin baru teknologi yang digunakan maka
semakin bagus juga performa dari transmitter tersebut.
Untuk mentransmisikan sinyal dari transmitter ke control room,
transmitter melakukan pengkondisian sinyal terlebih dahulu agar sesuai
dengan spesifikasi (tegangannya, arusnya). Transmisi yang digunakan
untuk pengiriman sinyal, seperti yang sudah disebutkan sebelum, ada
pneumatic dan elektrik. Perbedaan dari kedua transmisi tersebut adalah:

Tabel 2.1 Perbedaan Pneumatic dan Electric

Pneumatic Electric

Transmisi dengan udara bertekanan Transmisi dengan sinyal listrik

Jalur transmisi dengan tube Jalur transmisi dengan kabel biasa

Respon lambat Respon cepat

Butuh contol room besar Lebih compact


27

a) Transmitter Pneumatic
Pada transmisi pneumatic, sensing element berperan sebagai sensor
untuk mendeteksi suatu besaran dengan metode tertentu. Dengan sistem
udara bertekanan, sensing element tersebut meng-adjust flapper dan
nozzle akan menyesuaikan posisi flapper. Dari tekanan nozzle ini bisa
ditentukan posisi transmitter sedang on atau off. Ada juga yang berfungsi
seperti variabel yaitu bisa meng-adjust seberapa persen besar kecilnya
nilai tekanan. Dari tekanan tersebut sudah bisa terlihat outputnya memiliki
tekanan berapa.
Tekanan itulah yang akan dikirim melalui tubing transmission ke
control room. Jika control roomnya masih pneumatic, maka digunakan
instrument-instrument pneumatic yang ukurannya besar dan masih kuno.
Jika sistem controlnya sudah elektrik, maka digunakan converter P/I
(pressure to electric) untuk dikirimkan ke DCS. Selanjutnya dari control
sistem, sinyal akan dikirim ke lapangan untuk mengontrol sesuatu (misal
valve). Jika menggunakan sistem control elektrik dan transmisi
pneumatic, maka harus ada converter I/P (electric to pressure). Jika
sistem control menggunakan pneumatic, tinggal diputar-putar saja
controllernya, maka sinyal langsung ditransmisikan ke lapangan dan
menggerakkan valve.

b) Transmitter Electric
Pada transmisi elektrik, cara kerjanya lebih simple. Jalur transmisi
sudah menggunakan kabel. Dari transmiiter dikirim ke control room
dengan kabel. Control sistem yang digunakan pada sistem elektrik
biasanya DCS. Sebelum masuk DCS, jalur transmisi tersebut masuk ke
panel box sebagai interkoneksi antara lapangan dengan control sistem.
Dengan DCS semua bisa dikontrol melalui layar monitor. Sistemnya
sudah terintegrasi dan memiliki respon yang cepat. (Retno Wulandari,
2014).
28

2.6.3 Control Elemen


Control element atau controller adalah komponen automatic
control system yang mampu menghentikan kerja operator. Fungsi dari
controller antara lain :
a. Menerima besaran proses dari transmitter atau alat instrument
lainnya dengan sinyal standar.
b. Menghitung besarnya perbedaan antara set point (SP) dan process
variable (SV).
c. Melakukan koreksi terhadap variabel proses melalui final element.

Output controller pada suatu pengendalian proses tergantung pada


beberapa hal, antara lain :
a. Mode Controller (controller mode)
Control mode adalah tata cara kontroler dalam menghasilkan
sinyal output sebagai tanggapan atas kesalahan yang dideteksinya.
Mode controller antara lain :
a) Mode ON/OFF Control
Controller jenis ini outputnya hanya bisa membuka penuh dan
menutup penuh, sehingga bila ada error atau simpangan sinyal
output dari controller menuju ke control valve, maka valvenya akan
membuka penuh atau menutup penuh, sehingga controller jenis ini
tidak stabil bila terjadi error atau simpangan.

b) Mode controller proportional (P Controller)


Proportional controller menghasilkan perubahan output sebanding
dengan error. Unit proportional (P) banyak digunakan, baik
digunakan secara tersendiri maupun dalam kombinasi dengan
mode Integral (I) dan Derivative (D). Gain pada inti proportional
controller besarnya tetap, linear di semua daerah kerja dan tidak
tergantung pada fungsi waktu. Karena sifat controller ini dimana
outputnya akan sama dengan bias, maka menyebabkan
penggunaannya pada loop pengendalian akan timbul offset bila
29

loop pengendalian mendapat error. Offset merupakan error tetap


dimana proportional controller sudah tidak mampu lagi membawa
nilai variable proses yang dikendalikan atau proses variable (PV)
kepada nilai yang dikehendaki atau set value (SV).

c) Mode controller proportional + integral (PI Controller)


Controller dengan mode integral akan menghasilkan perubahan
output sebanding dengan integral waktu dari error. Elemen integral
ini tidak dibangun secara sendirian akan tetapi dirangkai dengan
elemen proportional sehingga ada interaksi diantara keduanya.
Sifat dari pengendali Integral (I) yang tidak mengeluarkan output
sebelum selang waktu tertentu, mengakibatkan pengendali Integral
menjadi memperlambat respon walaupun pada pengendali ini
tidak meninggalkan offset. Untuk memperbaiki lambatnya respon,
umumnya pengendali Integral dipasang paralel dengan
pengendali Proportional.

d) Mode controller proportional + derivative (PD Controller)


Controller element dengan mode operasi derivative menghasilkan
perubahan output sebanding dengan derivative waktu dari error.
Seperti element integral, element derivative juga tidak dibangun
secara sendiri, akan tetapi merupakan rangkaian tambahan element
proportional.
Element derivative tidak respon terhadap error yang tetap dan
karena sifatnya yang seperti inilah maka element derivative
controller tidak dapat memperbaiki sifat steady state pada
sistem pengendalian yang menggunakan proportional controller.
Sifat lain yang element derivative adalah sifat antisipasif dimana
outputnya yang mendahului kesalahan. Dalam praktek
kegunaannya adalah untuk mengantisipasi dan mencegah error
agar tidak membesar. Oleh sebab itu nama lain element derivative
ini sering juga disebut pre-act. Derivative control element cocok
30

digunakan pada proses yang time constannya besar yang


memiliki waktu respon yang lama.

e) Model controller proportional + integral + derivative (PID


Controller)
Untuk menutupi kekurangan pada pengendali PI dan PD, maka
ketiga mode digabungkan menjadi PID. Unsur P I dan D
masing- masing berguna untuk mempercepat reaksi sistem,
menghilangkan offset dan mendapatkan energi ekstra disaat
awal-awal perubahan load. Tetapi semua kelebihan pada
pengendali PID belum tentu sesuai untuk mengendalikan semua
proses. Hanya proses yang tidak mengandung noise (riak) yang
boleh dikendalikan dengan pengendali PID. Oleh karena itu
pengendali PID biasanya hanya dipakai untuk pengendalian
temperature. Controller Derivative memiliki masing-masing
fungsi dari ketiga control tersebut.

2.7 Tangki Timbun


Fungsi utama dari tangki timbun adalah untuk menyimpan minyak
mentah atau minyak hasil dari proses kilang, gas, chemical dan lain-lain.
Tangki timbun harus memenuhi persyaratan/ketentuan sebagai berikut :
a. Sifat kimiawi dari produk yang disimpan
b. Biaya pembuatan tangki
c. Pengawasan dari vapour yang terbuang
d. Perlindungan terhadap isi tangki
e. Safety dan peraturan lindungan lingkungan
31

2.7.1 Jenis-Jenis Tangki Timbun


Ada berbagai macam jenis tangki timbun dan dikelompokkan
sesuai jenisnya. Seperti :
2.7.1.1 Berdasarkan Atmospherik Tank :
a. Fixed Roof Tank
a) Cone Roof Tank
b) Done Roof Tank
c) Umbrella Roof Tank
b. Floating Roof Tank :
a) Pan Type Floating Roof Tank
b) Pantoon Type Floating Roof Tank
c) Double Deck Type Floating Roof Tank
c. Open Roof Tank :
a) Lifter Roof Tank
b) Breather
2.7.1.2 Berdasarkan Pressure Storage Tank (Tekanan Tinggi):
a. Spherre Tank
b. Spheroid Tank
c. Cyndriacal Tank
2.7.1.3 Berdasarkan bentuk dan posisinya :
a. Sphere / Spheroid Tank
b. Horizontal Tank
c. Vertikal Tank
2.7.1.4 Berdasarkan physical properties
a. Class A
Tangki untuk menyimpan produk dengan flash point
kurang dari 73 derajat fahrenheit.
a) Mogas / Premium
b) Naptha
c) HOMC (High Octan Mogas Component)
32

b. Class B
Tangki untuk menyimpan produk dengan flash point 73
150 derajat fahrenheit.
a) Avtur
b) Kerosine
c) Solar / HSD(High Speed Diesel)

c. Class C
Tangki untuk menyimpan produk dengan flash point lebih
dari 150 derajat fahrenheit.
a) Cube Oil /Pelumas
b) IFO(Industrial Fuel Oil)
c) MDF(Morine Diesel Fuel)
d) Minyak Bakar
e) Residu
f) LSWR(Low Sulphur Waxy Residu)

2.7.2 Kelengkapan Tangki (Accesoris Tank)


2.7.2.1 Pada Atap Tangki (Roof Tank) :
a. Dip Hatch (Gauging Hatch)
b. PV Valve / Katup Pernapasan (Untuk minyak class A)
c. Roof Man Hole
d. Water Springcle
e. Penangkal Petir
f. Pagar Keliling
g. Splash Plate
h. Free Vent / Lubang Pernapasan (Untuk Minyak Kelas C)
i. Lubang Ukur

2.7.2.2 Pada Dinding Tangki :


a. Pipa Pengisian
b. Pipa Pengisapan
33

2.8 Jenis-Jenis Valve


2.8.1 Ball Valve
Ball valve menggunakan sejenis bola berongga untuk
mengatur laju alir fluida. Tersedia dalam jenis vee-ball (dengan
karakteristik equal percentage) dan complete sphere ball. Pada jenis
3-way valve dapat digunakan sebagai pengalih dan pencampur aliran.
Caranya dengan merubah posisi ball terhadap port inlet dan outlet
sesuai kebutuhan (dibawah hanya memperlihatkan 2 konfigurasi
yang umum). Pemakaian 3-way valve dilapangan terutama
pada automatic well testing.

Gambar 2.5 Ball Valve

Gambar 2.6 Three-way Ball Valve

2.8.2 Butterfly Valve


Butterfly Valve memanfaatkan sebuah disc (cakram) sebagai
alat pengatur aliran fluida. Valve ini membutuhkan actuator yang
lebih kuat karena letak disc tepat menghalangi laju alir fluida.
34

Gambar 2.7 Butterfly Valve

2.8.3 Gate Valve


Gate valve adalah jenis katup yang digunakan untuk membuka
aliran dengan cara mengangkat gerbang penutup nya yang
berbentuk bulat atau persegi panjang.
Gate Valve adalah jenis valve yang paling sering dipakai dalam
sistem perpipaan. Yang fungsinya untuk membuka dan menutup
aliran.
Gate valve tidak untuk mengatur besar kecil laju suatu aliran
fluida dengan cara membuka setengah atau seperempat posisinya,
Jadi posisi gate pada valve ini harus benar benar terbuka (fully
open) atau benar-benar tertutup (fully close).

Gambar 2.8 Gate valve pada rumah pompa


35

2.8.4 Check Valve


Check valve adalah alat yang digunakan untuk membuat
aliran fluida hanya mengalir ke satu arah saja atau agar tidak terjadi
reversed flow/back flow. untuk mengalirkan fluida hanya ke satu
arah dan mencegah aliran ke arah sebaliknya. tidak menggunakan
handel untuk mengatur aliran, tapi menggunakan gravitasi dan
tekanan dari aliran fluida itu sendiri. Karena fungsinya yang dapat
mencegah aliran balik (backflow) Check Valve sering digunakan
sebagai pengaman dari sebuah equipment dalam sistem perpipaan.
Aplikasi valve jenis ini dapat dijumpai pada
outlet/discharge dari centrifugal pump. Ketika laju aliran fluida
sesuai dengan arahnya, laju aliran tersebut akanmembuat plug atau
disk membuka. Jika ada tekanan yang datang dari arahberlawanan,
maka plug atau disk tersebut akan menutup.
Check Valve memiliki perbedaan yang signifikan dari
Gate Valve dan Globe Valve. Valve ini di disain untuk mencegah
aliran balik. Ada beberapa jenis check valve, tapi ada 2 jenis yang
paling umum yaitu Swing Check dan Lift Check. Swing Check
Valve biasanya dipasangkan dengan Gate Valve, sedangkan Lift
Check Valve oleh beberapa pabrikan digunakan untuk
menggantikan fungsi Ball Valve sebagai Ball Check Valve. Check
Valve tidak menggunakan handel untuk mengatur aliran, tapi
menggunakan gravitasi dan tekanan dari aliran fluida itu sendiri.
Karena fungsinya yang dapat mencegah aliran balik (backflow)
Check Valve sering digunakan sebagai pengaman dari sebuah
equipment dalam sistem perpipaan.
36

Gambar 2.9 Check valve pada rumah pompa

2.9 Automatic Tank Gauging


ATG adalah sebuah perangkat terintegrasi yang di dalamnya terdapat
alat pengukur suhu, pengukur permukaan minyak, dan pengukur tekanan.
Semua alat-alat tersebut ditanam di dalam tangki timbun dan dapat dibaca
secara digital untuk kemudian hasilnya dikirim ke sebuah layar monitor
atau printer. ATG bisa memberikan data suhu, stok, dan pressure secara
realtime.

2.9.1 Definisi Automatic Tank Gauging


Teknologi Automatic Tank Gauging (ATG) telah digunakan secara
luas untuk pengukuran level cairan dalam tangki penyimpanan bulk. Tank
gauging merupakan istilah yang digunakan untuk penentuan kuantitas
statik produk cairan yang tersimpan dalam tangki timbun. Dalam
pengawasan aset maupun transaksi jual beli produk Bahan Bakar Minyak
(BBM), tingkat akurasi pengukuran level menjadi faktor yang sangat
penting karena produk yang tersimpan dalam tangki bernilai ekonomi
tinggi. Salah satu teknologi ATG yang populer hingga saat ini adalah ATG
tipe servo yang menghasilkan pengukuran yang lebih baik. Prinsip kerja
ATG servo memanfaatkan Hukum Archimedes. Pada ATG ini, displacer
menjadi elemen pendeteksi level cairan.
37

2.9.2 Mekanisme Kerja Automatic Tank Gauging


Dalam penggunaannya dilapangan, Automatic Tank Gauging
bekerja untuk mengetahui suhu atau temperature, density, serta level
minyak maupun air yang terdapat di dalam tangki.

2.9.3 Jenis-jenis Automatic Tank Gauging


Di dalam industri perminyakan, banyak dijumpai ATG pada
Tangki dengan 2(dua) macam metode yaitu servo dan radar untuk
mengukur ketinggian. Yang umum digunakan oleh pertamina pangkalan
bun ialah ATG jenis servo.

a. Radar Tank Gauging


RTG bisa juga digunakan untuk inventory calculation, oil
movement, losses control, operational and blending control, dan leak
detection & overfill protection. Untuk mendapatkan nilai dengan presisi
yang tinggi, banyak parameter yang harus diukur seperti level minyak,
temperature minyak, water level, dan tinggi tanki. Variable ini
digunakan untuk menghitung net volume minyak dalam suatu tanki
dengan perhitungan tertentu.
Untuk mendapatkan level minyak secara tepat harus di kompensasi
dengan level air yang ada di dalam tanki. Karena SG Air dan minyak
berbeda pasti air akan berada dibawah dan membentuk suatu lapisan
tersebut. Oleh karena itu, lapisan air dapat diukur dengan mudah untuk
mendapatkan ketinggian air dari dasar tanki. Radar digunakan untuk
mengukur ketinggian ruang kosong antara fluida dan tempat radar
tersebut dipasang (di atap tanki). Level minyak murni = tinggi tanki
hasil pengukuran radar ketinggian level air.
Pengukuran level dengan radar memiliki 2 metode yaitu pulse
method dan Frequency modulated Continuous Wave (FMCW). Pulse
method adalah pengukuran dengan menghitung waktu tempuh sinyal
yang dikirim kemudian dipantulkan oleh fluida dan diterima kembali
oleh antena. Total waktu yang digunakan untuk merambat dari awal
38

sampai kembali lagi itulah yang disensing sebagai waktu. Pengukuran


dengan metode ini memiliki akurasi yang rendah.

Gambar 2.10 Grafik RTG


FMCW adalah pengukuran dengan menghitung delta frekuensi dari
frekuensi yang dikirimkan dan frekuensi yang diterima saat itu.
Pengukuran ini dilakukan dengan memvariasikan frekuensi yang
ditransmisikan. Frekuensi ini memiliki sifat semakin besar dalam setiap
waktu sampai saat tertentu dia akan kembali mulai dari awal lagi. Jika
digambarkan spektrum seperti gelombang gigi gergaji.
Waktu tempuh frekuensi pertama tersebut akan memiliki waktu
yang sebanding dengan jarak antara transmitter dan sisi pemantul.
Semakin besar jaraknya maka semakin lama pula frekuensi pertama
tersebut ditangkap. Pada saat yang bersamaan, radar tersebut juga
mengirimkan sinyal yang semakin naik seiring bertambahnya waktu.
Ketika frekuensi pertama ditangkap oleh radar, frekuensi tersebut
dibandingkan dengan frekuensi yang dikirim saat ini. Delta frekuensi
ini akan ditransformasikan menjadi frekuensi spektrum. Dari situlah
bisa ditentukan jarak pengukuran. Dengan perhitungan tertentu, delta f
ini memiliki hubungan sebanding dengan jarak yang diukur.
Pengukuran level air dilakukan secara lebih sederhana. Pengukuran
ini hanya menggunakan komponen kapasitif yang akan berubah
kapasitansinya ketika terkena fluida. Output yang dihasilkan dari
pengukuran ini adalah sinyal elektrik 4-20mA.
39

Gambar 2.11 Cara Kerja Radar Tank Gauging

Pengukuran temperature dilakukan secara berkelanjutan dengan


interval jarak 3 meter. Pengukuran temperature ini menggunakan MST
(multiple spot temperature) sebagai tempat untuk meletakkan
termometer. Setiap element termometer ini akan dikirimkan nilainya ke
RTG untuk dikalkulasi menjadi volume netto. Harus ada kompensasi
temperature karena minyak itu bisa mengembang dan menyusut sesuai
dengan temperaturenya. Jika temperature tinggi, maka minyak akan
mengembang dan sebaliknya jika temperature rendah maka minyak
akan menyusut.
RTG ini memiliki presisi yang tinggi karena dia memiliki ketelitian
pengukuran kurang lebih 0.5 mm. RTG menggunakan frekuensi 10GHz
dengan mode frequency modulation. Digunakan mode FM karena
kebanyakan noise itu terletak pada amplitude modulation.

b. Servo Tank Gauging


Prinsip dari servo ini adalah timbangan yang presisi. Timbangan(sensor
torsi) digunakan sebagai input bagi sebuah controller yang diset untuk
mencari berat tertentu. Bila level BBM turun, bandul ATG menjadi
40

lebih berat dari sebelumnya sehingga controller akan memerintahkan


gulungan tali bandul untuk mengulur(menurunkan) bandul sampai
diperoleh berat sama dengan sebelumnya(set point). Panjang tali yang
diulur menyatakan perubahan level. Sebaliknya bila level BBM naik,
bandul menjadi lebih ringan, controllet memerintahkan gulungan untuk
mengangkat bandul sampai diperoleh berat semula. Pengukuran density
menggunakan hukum Archimedes. Berat bandul di udara diketahui,
berat bandul yang ditenggelamkan penuh dalam BBM diukur.

Gambar 2.12 Servo Tank Gauging

Anda mungkin juga menyukai