Anda di halaman 1dari 70

BADAN POM RI

N
RENSTRA
CANA STRATEGIS
BALA113E A 4?ENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI BANDUNG

TAHUN 2015 - 2019

411

BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI BANDUNG


BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
Jalan Pasteur No. 25 Bandung 40171, Telp (022) 4230546 Fax (022) 4230526, e-mail : bpom_bandung pom.go.id
BADAN POM RI
SURAT KEPUTUSAN
KEPALA BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI BANDUNG
NO. HK.02.02.94.05.15.2405

Tentang

RENCANA STRATEGIS
BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI BANDUNG
TAHUN 2015-2019

MENIMBANG :
a. bahwa berdasarkan amanat Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
RI Nomor 02 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Badan Pengawas Obat dan
Makanan Tahun 2015-2019 bahwa setiap satuan kerja dan unit kerja mandiri di
lingkungan Badan POM wajib menyusun dokumen Renstra Tahun 2015-2019 sesuai
dengan Renstra Badan POM tahun 2015-2019;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu
menetapkan Surat Keputusan Kepala Balai Besar POM di Bandung tentang Rencana
Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-2019.

MENGINGAT :
1. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 1004,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
3. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2015-2019;
4. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 3 Tahun 2013;
5. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas
Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013;
6. Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra K/ L) 2015-2019;
7. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 14 Tahun 2014
tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan
Pengawas Obat dan Makanan;
8. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 2 Tahun 2015 tentang
Rencana Strategis Badan Pengawas Obat dan Makanan Tahun 201.5-2019.

BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI BANDUNG


JI. Pasteur No. 25 Bandung 40171 Telp. 4230546, 4213152, 4266620, 4200381, 4200382. Fax. 4230546, E-mail : bpom_bandung@pom.go.id
BADAN POM RI
MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : KEPUTUSAN KEPALA BALAI BESAR POM DI BANDUNG


TENTANG RENCANA STRATEGIS BALAI BESAR POM DI
BANDUNG TAHUN 2015-2019

KEDUA : Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tabun 2015-2019


tercantum dalam Lampiran sebagai bagian yang tidak terpisahkan
dari Keputusan ini;

KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

DITETAPKAN DI : B A N D U N G
PADA TANGGAL : 04 Mei 2015
KEPALA BALAI BESAR PENGAWAS
ANAN DIBANDUNG

\\ir-d\
\D
. szAbd M.Si., Apt.
...,_,MIA1196.41.028 199103 1 002

Surat Keputusan isi disampaikan kepada Yth. :


1. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI di Jakarta
2. Sekretaris Utama Badan POM di Jakarta
3. Inspektur Badan POM di Jakarta

BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI BANDUNG


JI. Pasteur No. 25 Bandung 40171 Telp. 4230546, 4213152, 4266620, 4200381, 4200382. Fax. 4230546, E-mail : bpom_bandung@pom.go.id
BADAN POM RI
SURAT KEPUTUSAN
KEPALA BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI BANDUNG
NO. OR.03.01.94.01.15.0061

Tentang

PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)


BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI BANDUNG
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2015

MENIMBANG :
a. bahwa dalam rangka pengukuran dan peningkatan kinerja serta lebih meningkatkan
akuntabilitas kinerja, Balai Besar POM di Bandung perlu menetapkan indikator
kinerja utama (IKU/key performance indicators);
b. bahwa sehubungan dengan huruf a maka perlu ditetapkan keputusan mengenai
penetapan IKU Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Bandung.

MENGINGAT :

1. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan


Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4663);
3. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2015-2019;
4. Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2014 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun
2015;
5. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 14 Tahun 2014
tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan
Pengawas Obat dan Makanan;
6. Instruksi Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah;
7. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
PER/ 09/M.PAN/ 5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja
Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah;

BALA! BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI BANDUNG


JI, Pasteur No. 25 Bandung 401 71 Telp. 4230546, 4213152, 4266620, 4200381, 4200382. Fax. 4230546, E-mail : bpom_bandung@pom.go.id
BADAN POM RI
MEMUTUSKAN

MENETAPKAN
PERTAMA Indikator Kinerja Utama sebagaimarta tercantum dalam lampiran
keputusan ini, merupakan acuan ukuran kinerja yang digunakan oleh
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Bandung untuk menetapkan
Rencana Strategis (Renstra), menyampaikan Rencana Kerja dan.
Anggaran (RKA), menyusun dokumen Penetapan Kinerja (PK),
menyusun laporan akuntabilitas kinerja serta melakukan evaluasi
pencapaian kinerja sesuai dengan dokumen Rencana Strategis Balai
Besar Pengawas Obat dan Makanan di Bandung Tahun 2015-2019.

KEDUA : Indikator Kinerja Utama (IKU) Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan
di Bandung serta penetapan Renstra, RKA, dan PK merupakan acuan
bagi penyusunan dokumen sesuai SAKIP Balai Besar Pengawas Obat
dan Makanan di Bandung;

KETIGA : Keputusan ini berlaku untuk periode Renstra Balai Besar Pengawas Obat
dan Makanan di Bandung Tahun 2015-2019.

DITETAPKAN DI :BANDUNG
PADA TANGGAL : 06 Januari 2015
KEPALA BALAI BESAR PENGAWAS
OB AKANAN DIBANDUNG
/>

13 A N D N G

\-1 s. Ab J an, M.Si., Apt.


028 199103 1 002

Surat Keputusan isi disampaikan kepada Yth. :


1. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI di Jakarta
2. Sekretaris Utama Badan POM di Jakarta
3. Inspektur Badan POM di Jakarta

BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI BANDUNG


JI. Pasteur No. 25 Bandung 401 71 Telp. 4230546, 4213152, 4266620, 4200381, 4200382. Fax. 4230546, E-mail : bpom_bandung@pom.go.id
0

ai
-,
c)
as
bs)
V
to
GI
CC1 0, as
-- ra.. 71
,,
0 9 it)I '0 Z
Ft4) cs
a.,
ct '11
txo 4
Cn 1- 1 '0) 0 al O cuog 0 0
! ,4 " s.,
O os
0 tn ,-- -I b0
al ,4 0z 0
o t t
ap a)
'' .
--4 4
cz z 5 ti .,_.(Ts
w4 en QD M
C:2 CD tA (1) b.0 -, g3
O E 0 ti)
1-4 P4 g lis' w a)
5 -0 20 1 -0 ca 79,
0.,
i..1 C bp E
44 0 ft 0
aj 0
02 E E-i
-0 73 "3-'
.,.., 6.01 'd 0 r=
m -..-00ii,. m cd cz
:
1:1
g Y 0.' '7/ m as 4-,
v 5 m 0u,--
ct qj
)-4 0 ) 4-'ic/ tA fa., d
't
aa =-.0 P-1 ot TA 0 0
--11 *o ,- '.d .). o 0 i.
c`il E L&I. r6.0
.,. -a
-t as 4 P. M cli g,s:,
a :, ., 1.> )--1 o`-',__0:,,_. -;,-.
cd. t CU :4
-, w m -2 -- P E 0
44 ,1) cq b) c.,$ ,.. E, a) 74 a%
CA -)
) 5 `z 0
cU
Z 0 a. "0 d
a C0 ,4
g
t ,_0
_
Cl.) 0 ,,- 0
$:)- , gp '''' 1
..--1 CU ,-- E 4-,
cu ol
as 4-+' g ct
m .., " '-4
g a$ cz$ cl ,-'-
(t d 0_, cn 5 ;.1 -K:s $2 b.0 6
-I
cs)
0
o .-o -c) 0 vz fa-, i 6,3
i

E.-+ ;40)a)ccsa ch) ,-,i ,-0,t, nz bO 7:$


sa., u) 5 z o t ;.:, -, a)
P.4 as
W PQ ,
cts (4 3 t t ;; .,--1 LI g ct4 d
f3 -- 7c-rM) 4 .- i 2 z . Fd al CC;
,.0 Cf) ra,
E4 A ;-
(5 7;1
,ID
00
0
Cf)
0
2 a
1. Nama Unit Organisasi

81) CI)
a) ) u o a) cn c.o.) cn c.i) cn
;i- 0 a o . fa. tn - Q,0
Ci) -12 42 4a'
Ct -P 4-,
45
g 4-j
M
0 <t000gZ0 CD CU CD CU rq a)
asm.masmasascdasas cn tfl Cn CA (/) b.0
, (1) C.) a CU t a)
O 0 0 0 0 00
"8 7; (T) FA -41 Ptil 4.1 pt: ,pti" P
, , ,-.4 -.ecs,.-
as ,-as ,--
ccs --.0 ,-`-''
cs
,_.. K K ,,
,-, , cp a) a) a) > a) (1)
a)
a) P., P., D., 0, a) fa, sa-,
as do
bA 0
0 d 4 ci -0 6 ,.,-; tb, - 1 .-L,
H 1.1-1

eri
KATA PENGANTAR
Sebelumnya, kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat seizinNya Rencana
Strategis (Renstra) Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (POM) di Bandung tahun 2015-2019
telah selesai disusun.

Sesuai dengan surat edaran Badan POM RI No. OR.01.02.2.21.01.15.0238 tentang Penyusunan
Rencana Startegi Unit Kerja Tahun 2015 - 2019 dalam rangka pelaksanaan Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) di lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan, maka
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Bandung telah menyusun Rencana Strategi dengan
mengacu kepada Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Strategi Badan POM tahun 2015-2019 dan berpedoman pada
Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPENNAS Nomor 5
Tabun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Strategi Kementrian/Lembaga (Renstra-KL)
2015-2019.

Rencana Strategi merupakan rencana lima tahun ke depan yang disusun dengan
mempertimbangkan faktor internal maupun faktor eksternal. Oleh karena itu tujuan utama dalam
menyusun xenstra adalah untuk menjadi acuan dalam penyusunan rencana kinerja, penyusunan
rencana kerja dan anggaran, penetapan kinerja, pelaksanaan tugas, pelaporan dan pengendalian
kegiatan di lingkungan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Bandung, serta penyusunan
Laporan Kinerja Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Bandung.

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung disusun berdasarkan analisa situasi dengan
memperhatikan hambatan, peluang, tantangan dan potensi yang dimiliki oleh Balai Besar POM di
Bandung. Rencana Strategis yang telah disusun dapat dijadikan pedoman dalam rangka
perencanaan kegiatan yang berkelanjutan. Rencana Strategi ini disusun untuk periode lima tahun
(2015-2019).

Kami sampaikan juga terima kasih kepada tim Penyusun Renstra dan juga semua pihak yang telah
bekerja dengan baik menyelesaikan Renstra Balai Besar POM di Bandung tahun 2015-2019.

Bandung, 04 Mei 2015

BANDUNG
. IV 11

199103 1 002
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI ii
DAFTAR ANAK LAMPIRAN iv
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 KONDISI UMUM 1
1.1.1PERAN BALAI BESAR POM DI BANDUNG BERDASARKAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 2
1.1.2 STRUKTUR ORGANISASI DAN SUMBER DAYA MANUSIA.. 4
CAPAIAN KINERJA BALAI BESAR POM DI BANDUNG
1.1.3 5
PERIODE 2010-2014
1.2 POTENSI DAN PERMASALAHAN 9
1.2.1 SISTEM KESEHATAN NASIONAL (SKN) 9
1.2.2 JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) 11
GLOBALISASI, PERDAGANGAN BEBAS, DAN KOMITMEN
1.2.3 11
INTERNASIONAL
1.2.4 PERUBAHAN IKLIM 12
PERUBAHAN DEMOGRAFI, EKONOMI DAN SOSIAL
1.2.5 13
MASYARAKAT
1.2.6 DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH 14
1.2.7 PERKEMBANGAN TEKNOLOGI 15
1.2.8 IMPLEMENTASI PROGRAM FORTIFKASI PANGAN 16
1.2.9 JEJARING KERJA 17
KOMITMEN DALAM PELAKSANAAN REFORMASI
1.2.10 17
BIROKRASI
BAB II VISI, MISI, BUDAYA ORGANISASI, TUJUAN DAN SASARAN
STRATEGI 24
2.1 VISI 24
2.2 MISI 25
2.3 BUDAYA ORGANISASI 26
2.4 TUJUAN 27
2.5 SASARAN STRATEGI 27
BAB III ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 32
3.1 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BPOM 32
3.2 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BALAI BESAR POM DI
BANDUNG 38

ii
3.3 KERANGKA REGULASI 42
3.4 KERANGKA KELEMBAGAAN 44
BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN 45
4.1 TARGET KINERJA 45
4.1.1 KEGIATAN DALAM SASARAN STRATEGIS
MENGUATNYA SISTEM PENGAWASAN OBAT DAN
MAKANAN 46
4.1.2 KEGIATAN DALAM SASARAN STRATEGIS
MENINGKATNYA KEMANDIRIAN PELAKU USAHA,
KEMITRAAN DENGAN PEMANGKU KEPENTINGAN,
48
DAN PARTISIPASI MASYARAKAT
4.1.3 KEGIATAN DALAM SASARAN STRATEGIS
MENINGKATNYA KUALITAS KELEMBAGAAN DI
49
BANDUNG
4.2 KERANGKA PENDANAAN 50
BAB IV PENUTUP 52
ANAK LAMPIRAN 53

iii
DAFTAR ANAK LAMPIRAN
Anak Lamp 1. Matriks Kinerja dan Pendanaan Balai Besar POM di
Bandung 2015-2019 53
Anak Lamp 2. Matriks Kerangka Regulasi Balai Besar POM di Bandung 55
2015-2019
Anak Lamp 3. Kamus Indikator Renstra Balai Besar POM di Bandung
2015-2019 56

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Wilayah Kerja Balai Besar POM di Bandung 3


Gambar 1.2 Struktur Organisasi Balai Besar POM di Bandung 4
Gambar 1.3 Profile SDM Balai Besar POIVI di Bandung Berdasarkan Tingkat
Pendidikan 5
Gambar 1.4a Profil Obat yang Memenuhi Standar Tahun 2010 s.d 2014 6
Gambar 1.4b Profil Obat Tradisional yang Memenuhi Standar Tahun 2010
s.d 2014 6
Gambar 1.4c Profil Kosmetika yang Memenuhi Standar Tahun 2010 s.d 2014 6
Gambar 1.4d Profil Suplemen Makanan yang Memenuhi Standar Tahun 2010
s.d 2014 6
Gambar 1.4e Profil Makanan yang Memenuhi Standar Tahun 2010 s.d 2014 6
Gambar 1.5 Jumlah Penduduk Jawa Barat berdasarkan kelompok Umur 14
Gambar 1.6a Presentase Garam yang TMS 16
Gambar 1.6b Presentase Terigu yang TMS 16
Gambar 1.7 Diagram Permasalahan dan Isu Strategis, Kondisi Saat Ini dan
Dampaknya 22
Gambar 2.1 Peta Strategis Balai Besar POM di Bandung 24
Gambar 3.1 Log Frame Balai Besar POM di Bandung 37
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kebutuhan SDM Balai Besar POM di Bandung Berdasarkan ABK 5
Tabel 1.2 Capaian Kinerja Balai Besar POM di Bandung periode 2010-2014 7
Tabel 1.3 Rangkuman Analisis SWOT 21
label 4.1 Sasaran Strategis, Indikator, dan Target Kinerja 27
label 4.2 Sasaran Strategis, Indikator Kinerja, dan Pendanaan 28
Tabel 2.1 Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Balai
Besar POM di Bandung 30
label 3.1 Program/Kegiatan Strategis, Sasaran Program/ Kegiatan, dan Indikator
Balai Besar/ Balai POM 37
Tabel 3.2 Sasaran Strategis, Arah Kebijakan Balai Besar POM di Bandung,
Program/ Kegiatan, Sasaran Kegiatan dan Indikator Kinerja Balai
Besar/ Balai POM 42
Tabel 4.1 Sasaran Strategis, Indikator, dan Target Kinerja 46
Tabel 4.2 Sasaran Strategis, Indikator Kinerja, dan Pendanaan 50

vi
BADAN POM RI

LAMPIRAN
SURAT KEPUTUSAN
KEPALA BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI
BANDUNG
NO. HK.02.02.94.05.15.2405
Tentang
RENCANA STRATEGIS
BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI BANDUNG
TAHUN 2015-2019

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. KONDISI UMUM

Sesuai amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan


Pembangunan Nasional, perencanaan pembangunan nasional disusun secara periodik meliputi
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) untuk jangka waktu 20 tahun, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis (Renstra)
Kementerian/Lembaga untuk jangka waktu 5 tahun, serta Rencana Pembangunan Tahunan yang
selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga
(Renja K/L).
Rencana Pembang-unan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang ditetapkan
melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi
seluruh komponen bangsa (pemerintah, masyarakat dan dunia usaha) di dalam mewujudkan cita-
cita dan tujuan pembangunan nasional. Selanjutnya RPJPN ini dibagi menjadi empat tahapan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), salah satunya adalah RPJMN 2015-
2019 yang merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan RPJPN 2005-2025. Sebagai kelanjutan RPJMN
tahap kedua, RPJMN tahap ketiga ditujukan untuk Iebih memantapkan pembangunan secara
menyeluruh di berbagai bidang dengan raenekankan pada pencapaian daya saing kompetitif
perekonomian yang berlandaskan keunggulan sumber daya alarm, sumber daya manusia
berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tents meningkat.
Sebagaimana amanat tersebut dan dalam rangka mendukung pencapaian program-program
prioritas pemerintah, Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (POM) di Bandung sesuai dengan
kewenangan, tugas dan fungsinya menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang memuat visi, misi,
tujuan, strategi, kebijakan serta program dan kegiatan Balai Besar POM di Bandung untuk periode
2015-2019. Penyusunan Renstra Balai Besar POM di Bandung berpedoman pada Peraturan Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia Nomor 02 Tahun 2015 tentang
Rencana Strategis BPOM Tahun 2015-2019. Proses penyusunan Renstra Balai Besar POM di
Bandung tahun 2015-2019 dilakukan sesuai dengan amanat peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan hasil evaluasi pencapaian kinerja tahun 2010-2014, serta melibatkan pemangku

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-2019 I Bab 1


4fl
BADAN POM RI

kepentingan yang menjadi mitra Balai Besar POM di Bandung. Selanjutnya Renstra Balai Besar
POM di Bandung periode 2015-2019 diharapkan dapat meningkatkan kinerja Balai Besar POM di
Bandung dibandingkan dengan pencapaian dari periode sebelumnya sesuai dengan tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan.
Adapun kondisi umum Balai Besar POM di Bandung pada saat ini berdasarkan peran,
tupoksi dan pencapaian kinerja adalah sebagai berikut :

1.1.1 Peran Balai Besar POM di Bandung berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan


Badan POM adalah sebuah Lembaga Pemerintahan Non Kementerian (LPNK) yang
bertugas mengawasi peredaran obat, obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik, dan
makanan di wilayah Indonesia. Tugas, fungsi dan kewenangan Badan POM diatur dalam
Keputusan Presiden Nomor 103 Tahui 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan,
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah non Departemen yang telah diubah
terakhir kali dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh alas
Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001.
Badan POM sebelum dibentuk sebagai sebuah Lembaga Pemerintah Non Departemen
(LPND)/LPNK, merupakan salah satu direktorat jenderal di lingkungan Departemen Kesehatan
(sekarang disebut Kementerian Kesehatan) yang bernama Direktorat Jenderal Pengawasan Obat
dan Makanan (Ditjen POM).
Latar belakang yuridis pemisahan atau perubahan Ditjen POM menjadi sebuah LPND
dengan nama Badan POM tidak terlepas dari perubahan sistem pemerintahan yang sebelumnya
bersifat sentralistis berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Pemerintahan di Daerah menjadi bersifat desentralistis seiring dengan diundangkarmya Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, yang antara lain, menetapkan
bahwa kewenangan daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan, kecuali
kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan-keamanan, peradilan, moneter dan
fiskal, agama, serta kewenangan bidang
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (POM) di Bandung merupakan salah satu Unit
Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan POM RI, yang mempunyai tugas melaksanakan kebijakan
di bidang pengawasan produk Terapetik, Narkotik, Psikotropika dan Zat Adiktif lain, Obat
Tradisional, Kosmetik, Produk Komplemen, Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya. Dalam
melaksanakan tugas tersebut, Balai Besar POM di Bandung menyelenggarakan fungsi: (a)
penyusunan rencana dan program pengawasan obat dan makanan; (b) pelaksanaan pemeriksaan
secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu produk terapetik, narkotika, psikotropika zat
adiktif, obat tradisional, kosmetik, suplemen kesehatan, pangan dan bahan berbahaya; (c)
pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian mutu produk secara
mikrobiologi; (d) pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan pemeriksaan
sarana produksi dan distribusi; (e) investigasi dan penyidikan pada kasus pelanggaran hukum; (f)
pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi tertentu yang ditetapkan oleh
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan; (g) pelaksanaan kegiatan layanan informasi

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-2019 I Bab 1


BADAN POM RI

konsumen; (h) evaluasi dan penyusunan laporan pengujian Obat dan Makanan; (i) pelaksanaan
urusan tata usaha dan kerumahtanggaan; dan (j) pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan, sesuai dengan bidang tugasnya. Tugas dan fungsi
Balai Besar POM di Bandung diatur dalam Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
RI Nomor 05018/SK/ KBPOM tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor 14 Tahun 2014.
Sesuai amanat tersebut diatas, wilayah kerja Balai Besar POM di Bandung adalah seluruh
wilayah administratif Provinsi Jawa Barat. Secara administratif pemerintahan, wilayah Provinsi
Jawa Barat terbagi kedalam 27 kabupaten/kota, meliputi 18 kabupaten dan 9 kota serta terdiri dari
625 kecamatan, 638 kelurahan, dan 5.316 desa. Dengan luas wilayah 37.173,97 km2 serta jumlah
penduduk pada tahun 2013 sebesar 45.340.799 jiwa (Sumber : Badan Pusat Statistik, 2013). Jumlah
sarana produksi dan sarana distribusi yang harus diawasi lebih kurang sebanyak 16.013 sarana.
Ini menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh Balai Besar POM di Bandung dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya melakukan pengawasan Obat dan Makanan secara
komprehensif dan proaktif.

PETA PROVINSI JAWA BARAT

Kab.
Bekasi
Kota Kab.
Bekasi Karawang
Kota
Depok Kab.
Subang
Kab.
Bogor Kota Kab.
Bogor Purwakarta Kota
Cirebon
Kab.
ClarljUr Kab. Kab.
C taah i Suniedang lengka Cirebon
Kota
Sukabomi Kab. Kota
Bandung Bandung Kab.
Barat Kuningan
Kab. Kab.
Sukaburni Bandung

Kota
Banjar

Kab.
Tasikmalaya Kab.
Pangandaran

Gambar 1.1
Wilayah Kerja Balai Besar POM di Bandung

Di sisi lain, tugas dan fungsi Balai Besar POM di Bandung juga sangat penting dan
strategis dalam mendukung kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada RPJMD tahun 2013-
2018 yang salah satunya diarahkan untuk membangun perekonomian yang kokoh dan
berkeadilan. Hal tersebut dimaknai melalui kebijakan pengembangan kemampuan dan daya saing
ekonomi Jawa Barat berbasis potensi lokal. Untuk itu, Balai Besar POM di Bandung perlu
meningkatkan kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan serta mendorong kemandirian
pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan sehingga dapat
meningkatkan daya saing di pasar lokal dan global.

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-2019 Bab 1


49/
BADAN POM RI

Selain itu, dengan adanya Permenkes No. 922/MENKES/ SK/ X/2008 tentang Pedoman
Teknis Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Kesehatan Antara Pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota menuntut Balai Besar POM di Bandung
untuk membantu Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota dalam mengembangkan strategi maupun
memberikan bimbingan teknis penyelenggaraan pengawasan di bidang Obat dan Makanan.
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang tertuang dalam Peraturan Presiden Republik
Indonesia No. 72 Tahun 2012 menuntut Balai Besar POM di Bandung untuk aktif berperan serta
dalam SKN tersebut. Balai Besar POM di Bandung dituntut meningkatkan kinerjanya dalam
melakukan pengawasan pre market dan post market Obat dan Makanan sehingga dapat menjamin
Obat dan Makanan yang beredar memenuhi syarat keamanan, khasiat/manfaat dan mutu.

1.1.2 Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia


Struktur Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar POM di Bandung disusun berdasarkan
Keputusan Kepala BPOM Nomor 05018/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan KepaIa BPOM Nomor 14 Tahun 2014.

KEPALA
BALAI BESAR POM DI BANDUNG

Sub Bagian
TATA USAHA

----
Bidang Pengujian Produk Bidang Pengujian Bidang Bidang Bidang Sertifikasi
Terapetik, Narkotik, Obat Pangan dan Pengujian Pemeriksaan dan Layanan
Tradisonal, Kosmetik, dan Bahan Berbahaya Mikrobiolod dan Informasi
Produk Komplemen Penyidikan Konsumen
,.............. .
I I
1. Seksi I. Seksi
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL Pemeriksaan Sertifikasi
......,............. 2. Seksi 2. Seksi
Penyidikan Layanan
Informasi
Konsumen

Gambar 1.2
Struktur Organisasi Balai Besar POM di Bandung

Dalam mendukung tugas-tugas Balai Besar POM di Bandung sesuai peran dan fungsinya,
diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki keahlian dan potensi yang sesuai.
Berdasarkan perhitungan Analisis Beban Kerja (ABK) tahun 2015, jumlah SDM yang dibutuhkan
sebanyak 233 orang. Saat ini, SDM yang dimiliki Balai Besar POM di Bandung adalah 137 orang,
sehingga masih kekurangan SDM sebanyak 96 orang.

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-2019 Bab 1


RADAR POM RI

Tabel 1.1
Kebutuhan SDM Balai Besar POM di Bandung Berdasarkan ABK

No Unit Kerja Jumlah SDM Jumlah SDM GAP


berdasarkan ABK

1. Bidang Pengujian Teranokoko 59 orang 34 orang 25 orang


2. Bidang Pengujian Pangan 27 orang 15 orang 12 orang
3. Bidang Pengujian Mikrobiologi 20 orang 13 orang 7 orang
4. Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan 73 orang 36 orang 37 orang
5. Bidang Sertifikasi dan LIK 17 orang 11 orang 6 orang
6. Sub Bagian Tata Usaha 35 orang 26 orang 9 orang
7. Manajemen Mutu 2 orang 2 orang

Total 233 orang 137 orang 96 orang

Jika dilihat dari tingkat pendidikan, proporsi pascasarjana dan sarjana sebesar 64,23% dan non
sarjana sebesar 35,77%, dengan komposisi tingkat pendidikan sebagaimana gambar berikut:

41.61%
45%
40%
35%
30% 25.55%
25%
20% 15.33%
15%
10%
1.46%
5%
0%
S2 Apoteker Si D3 Farmasi SLTA dan SD
dan sederajat
Lainnya

Gambar 1.3
Profile SDM Balai Besar POM di Bandung Berdasarkan Tingkat Pendidikan

SDM merupakan faktor strategis dalam mencapai tujuan dan sasaran organisasi. Namun,
dengan kondisi SDM sebagaimana tersebut diatas, menyebabkan beberapa tugas dan fungsi
pengawasan belum dapat dilakukan secara optimal. Untuk itu, selain menambah kuantitas SDM,
juga perlu peningkatan kualitasnya sehingga dapat beradaptasi dengan perkembangan
lingkungan eksternal yang sangat dinamis. Balai Besar POM di Bandung perlu meningkatkan
kegiatan pengembangan kompetensi SDM secara berkesinambungan melalui capacity building yang
terencana, sehingga menghasilkan SDM yang handal dan dapat memberikan nilai tambah
keberhasilan organisasi.

1.1.3 Capaian Kinerja Balai Besar POM di Bandung periode 2010-2014


Sesuai dengan peran dan kewenangannya, Balai Besar POM di Bandung mempunyai tugas
melaksanakan kebijakan di bidang pengawasan produk terapetik, narkotik, psikotropik dan zat
adiktif, obat tradisional, kosmetik, suplemen kesehatan, pangan dan bahan berbahaya. Pencapaian

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-2019 I Bab 1 111111
BADAN POM RI

keberhasilan pelaksanaan tugas tersebut dapat dilihat dari pencapaian sasaran strategis. Sasaran
strategis Balai Besar POM di Bandung periode 2010-2014 mengacu pada sasaran strategis Badan
POM yang merupakan penjabaran dari misi dan tujuan yang telah ditetapkan untuk
menggambarkan hasil (outcome) yang dicapai selama kurun waktu 5 (lima) tahun.
Adapun pencapaian indikator kinerja utama sesuai sasaran trategis selama tahun 2010 s.d
2014 dapat dilihat pada grafik 1.4. Pada grafik tergambar bahwa pencapaian tahun 2014
dibandingkan tahun 2010 proporsi untuk produk obat, kosmetik dan obat tradisional cenderung
mengalami penurunan sedangkan untuk produk produk komplemen dan pangan mengalami
kenaikan. Untuk itu, maka pengawasan yang dilakukan oleh Balai Besar POM di Bandung harus

terus ditingkatkan.

98.53%
100.00% 90.00% 82:33%
96.14%
97.00% 95.65% 80.00%
98.89%

94.00% 96.58% 70.00%

91.00% 60.00%

88.00% 50.00% 58.60%

85.00% 40.00%
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014

Gambar 1.4a. Profil Obat yang Memenuhi Gambar 1.4b. Profil Obat Tradisional yang
Standar Tahun 2010 s.d 2014 Memenuhi Standar Tahun 2010 s.d 2014

98.00% 100.50%
100.00% 100.00%
100.00%
93.00% 91.09%
87.10% 99.50%
88.00% 91.45% 86.46%
99.00%
88.55%
83.00%
98.50%

78.00% 98.00%
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014

Gambar 1.4c. Profil Kosmetika yang Memenuhi Gambar 1.4d. Profil Suplemen Makanan yang
Standar Tahun 2010 s.d 2014 Memenuhi Standar Tahun 2010 s.d 2014

90.00%

80.00%
73.71%
70.00% 66.03%

60.00%

50.00%

40.00%

30.0(7%
2010 2011 2012 2013 2014

Gambar 1.4e. Profil Makanan yang Memenuhi Standar


Tahun 2010 s.d 2014

Seacara lengkap, hasil pencapaian indikator kinerja utama berdasarkan Sasaran Strategis

Balai Besar POM di Bandung periode 2010-2014 adalah sebagai berikut:

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-2019 I Bab 1


-

BADAN POM RI

Tabel 1.2
Capaian Kinerja Balai Besar POM di Bandung Periode 2010-2014

Target (%) Nilai


PencapaianRealisasi (%) Kategori
No Sasaran Strategis/Indikator Perjanjian Kinerja
Sasaran Penilaian
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 (2014)
rr
L Meningkatnya Efektivitas Pengawasan Obat dan Makanan dalam Rangka Melindungi Masyarakat dengan Sistem yang Tergolong Terbaik di ASEAN
Persentase kenaikan Obat yang base base - 126.96
0.10 0.20 0.30 0.40 2.58 2.28 0.43 -0.51 Buruk
memenuhi standar line line
Persentase kenaikan Obat Tradisional base base
0.25 0.50 0.75 1.00 17.49 -4.41 6.37 -5.73 - 573.30 Buruk
yang memenuhi standar line line
Persentase kenaikan Kosmedka yang base base
0.25 0.50 0.75 1.00 0.25 -2.66 -2.54 4.63 -462.83 Buruk
memenuhi standar line line
Persentase kenaikan Suplemen base base
0.50 1.00 1.50 2.00 1.09 0.76 1.09 0.76 38.05 Buruk
Makanan yang memenuhi standar line line
Persentase kenaikan Makanan yang base base
3/5 7.50 11.25 15.00 12.84 23.99 18.80 16.31 108.74 Cukup
memenuhi standar line line
Proporsi Obat yang memenuhi standar 99.23 99.23 99.00 99.75 95.98 96.16 98.74 98.44 96.59 95.65 99.66 Baik
(Aman, Manfaat dan Mutu)
Proporsi Obat Tradisional yang 2.00 2.00 1.00 2.50 3.31 2.97 5.65 1.97 6.61 95.79 Baik
2.00
Mengandung Bahan Kimia Obat (BKO)
Proporsi Kosmetika yang Mengandung 1.00 2.50 1.16 2.08 5.78 2.48 4.68 97.76 Balk
3.00 3.00 2.50
Bahan Berbahaya
Proporsi Suplemen Makanan yang 1.00 2.00 0.00 1.08 0.00 0.33 0.00 Balk
4.00 4.00
Tidak Memenuhi Syarat Keamanan
Proporsi Makanan yang memenuhi 0.3399.6
75.00 75.00 65.00 70.00 65.68 49.72 62.56 73.71 68.52 66.03 1 .573
100.53 Balk
syarat
Ti
Rata-rata - 52,29
Berhasil
asil
Terwujudnya Laboratorium Pengawasan Obat dan Makanan yang Modern dengan Jaringan Kerja di Seluruh Indonesia dengan Kompetensi dan
2. Kapabilitas 'Ferunggul di ASEAN
Persentase pemenuhan sarana dan
prasarana laboratorium terhadap
standar terkini
a. Sarana 60.00 65.00 70.00 80.00 70.83 48.44 52.34 61.98 63.02 71.35 100.73 Baik
b. Prasarana 60.00 65.00 100.0 100.0 100.0 99.85 96.83 111.2 111.2 111.2 111.20 Cukup
Persentase Laboratorium Balai Besar
POM di Bandung yang terakreditasi 100.0 100.0 100.0 Baik
secara konsisten sesuai standar
Persentase ruang lingkup pengujian 41.61 119.92 Cukup
34.70
yang terakreditasi
Rata-rata 107.96 Berhasil

3. Meningkatnya Kompetensi, Kapabilitas dan jumlah Modal Insani yang Unggul dalam Melaksanakan Pengawasan Obat dan Makanan

SUM yang ditingkatkan


kompetensinya sesuai dengan standar 15.00 15.00 40.00 75.00 75.00 56.62 44.60 91.18 78.20 70.80 94.40 Cukup
kompetensi
Pemenuhan SUM sesuai dengan beban
88.00 88.50 89.00 89.50 77.53 76.40 78.09 76.04 74.72 76.97 99.27 Baik
kerja
Rata-rata 96,84 Berhasil

4. Meningkatnya Koordinasi, Perencanaan, Pembinaan, Pengendalian terhadap Program dan Administrasi di Lingkungan Balai Besar POM di Bandung
Sesuai dengan Sistem Manajemen Mutu
Persentase unit kerja yang menerapkan
5(100 100.0 100.0 100.0 100.0 50.00 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 Balk
sistem manajemen mutu
Rata-rata 100.0 Berhasil

5. Meningkatnya Ketersediaan Sarana dan Prasarana yang Dibutuhkan oleh Balai Besar POM di Bandung

Persentase ketersediaan sarana dan 41.92 41.92 100.0 Balk


prasarana penunjang kinerja
Rata-rata 100.0 Berhasil

Hasil analisis terhadap pengukuran kinerja sasaran strategis pada tahun 2014 atau akhir
periode Renstra Balai Besar POM di Bandung tahun 2010-2014 adalah sebagai berikut :
1. Capaian kinerja sasaran strategis pertama yaitu "Meningkatnya Efektivitas Pengawasan
Obat dan Makanan dalam Rangka Melindungi Masyarakat dengan Sistem yang Tergolong

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-2019 I Bab 1 7


MADAN POM RI

Terbaik di ASEAN" yang diukur dengan 10 indikator, sebanyak 5 indikator masuk


kategori penilaian Baik, sebanyak 1 indikator masuk kategori penilaian Cukup dan
sebanyak 4 indikator masuk kategori penilaian Buruk, dengan rata-rata Nilai Pencapaian
Sasaran dari 10 indikator tersebut sebesar -52,29%, maka Sasaran Strategis tersebut
dinyatakan Tidak Berhasil.
2. Capaian kinerja sasaran strategis kedua yaitu : "Terwujudnya Laboratorium Pengawasan
Obat dan Makanan yang Modern dengan Jaringan Kerja di Seluruh Indonesia dengan
Kompetensi dan Kapabilitas Terunggul di ASEAN" yang diukur dengan 4 indikator,
sebanyak 2 indikator masuk kategori penilaian Baik dan sebanyak 2 indikator masuk
kategori penilaian Cukup, dengan rata-rata Nilai Pencapaian Sasaran dari 4 indikator
tersebut sebesar 107.96%, maka Sasaran Strategis tersebut dinyatakan Berhasil.

3. Capaian kinerja sasaran strategis ketiga yaitu : "Meningkatnya Kompetensi, Kapabilitas


dan Jumlah Modal Insani yang Unggul dalam Melaksanakan Pengawasan Obat dan
Makanan" yang diukur dengan 2 indikator, sebanyak 1 indikator masuk kategori penilaian
Baik dan sebanyak 1 indikator masuk kategori penilaian Cukup, dengan rata-rata Nilai
Pencapaian Sasaran dari 2 indikator tersebut sebesar 96,84%, maka Sasaran Strategis
tersebut dinyatakan Berhasil.
4. Capaian kinerja sasaran strategis keempat yaitu : "Meningkatnya Koordinasi,
Perencanaan, Pembinaan, Pengendalian terhadap Program dan Administrasi di
Lingkungan Balai Besar di Bandung Sesuai dengan Sistem Manajemen Mutu" yang diukur
dengan 1 indikator, sebanyak 1 indikator masuk kategori penilaian Baik, dengan Nilai
Pencapaian Sasaran dari 2 indikator tersebut sebesar 100,0%, maka Sasaran Strategis

tersebut dinyatakan Berhasil.


5. Capaian kinerja sasaran strategis kelima yaitu : "Meningkatnya Ketersediaan Sarana dan
Prasarana yang Dibutuhkan oleh Balai Besar POM di Bandung" yang diukur dengan 1
indikator, sebanyak 1 indikator masuk kategori penilaian Baik, dengan Nilai Pencapaian
Sasaran dari 2 indikator tersebut sebesar 100,0%, maka Sasaran Strategis tersebut
dinyatakan Berhasil.

Berdasarkan hasil pengukuran kinerja sasaran strategis pada tahun 2014 atau akhir periode
Renstra Balai Besar POM di Bandung tahun 2010-2014, dari 5 (lima) sasaran strategis tersebut
diatas, hanya 1(satu) sasaran strategis yang tidak berhasil. Dengan demikian, Balai Besar POM di
Bandung telah menunjukan kinerja yang baik khususnya dalam mewujudkan laboratorium
pengawasan Obat dan Makanan yang modem dengan jaringan kerja di seluruh Indonesia dengan
kompetensi dan kapabilitas terunggul di ASEAN; meningkatnya kompetensi, kapabilitas dan
jumlah modal insani yang unggul dalam melaksanakan pengawasan Obat dan Makanan;
meningkatnya koordinasi, perencanaan, pembinaan, pengendalian terhadap program dan
administrasi di Lingkungan Balai Besar di Bandung sesuai dengan Sistem Manajemen Mutu; dan
meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh Balai Besar POM di
Bandung. Namun demikian, Balai Besar POM di Bandung belum berhasil dalam meningkatkan

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-2019 I Bab 1


MOAN POM RI

efektivitas pengawasan Obat dan Makanan dalam rangka melindungi masyarakat dengan sistem
yang tergolong terbaik di ASEAN. Ketidakberhasilan ini menjadi bahan evaluasi dalam
merumuskan strategi untuk Renstra Balai Besar POM di Bandung pada Tahun 2015-2019.

1.2. POTENSI DAN PERMASALAHAN


Seiring dengan dinamika lingkungan strategis, baik lokal maupun nasional, permasalahan
dan tantangan yang dihadapi oleh masyarakat semakin kompleks. Secara garis besar, lingkungan
strategis yang bersifat eksternal yang dihadapi oleh Balai Besar POM di Bandung terdiri atas 2
(dua) isu mendasar, yaitu kesehatan dan globalisasi. Isu kesehatan tersebut terkait dengan
implementasi Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Sedangkan isu globalisasi terkait perdagangan bebas, komitmen internasional, dan perkembangan
teknologi. Selain itu, isu lokal yang menjadi perhatian terkait dinamika lingkungan strategis yaitu
perubahan demografi, ekonomi dan sosial masyarakat, desentralisasi dan otonomi daerah. Hal itu
menuntut peningkatan peran dan kapasitas instansi Balai Besar POM di Bandung dalam
mengawasi peredaran produk Obat dan Makanan.
Selama periode 2010-2014, pelaksanaan peran dan fungsi Balai Besar POM di Bandung
tersebut di atas telah diupayakan secara optimal sesuai dengan target pencapaian kinerjanya.
Namun demikian, upaya tersebut masih menyisakan permasalahan yang belum sepenuhnya
sesuai dengan harapan masyarakat, antara lain: (1) belum sepenuhnya tercapai penapisan produk
dalam rangka pengawasan Obat dan Makanan sebelum beredar (pre-market) seperti beberapa
sarana produksi Obat dan Makanan yang belum memenuhi ketentuan, (2) belum optimalnya
pengawasan Obat dan Makanan pasca beredar di masyarakat (post market), khususnya obat
tradisional dan kosmetik serta (3) belum efektifnya pemberdayaan masyarakat melalui
Komunikasi Informasi dan Edukasi dalam rangka meningkatkan efektifitas pengawasan Obat dan
Makanan.
Secara garis besar, lingkungan strategis yang bersifat eksternal dan internal yang dihadapi
oleh Balai Besar POM di Bandung adalah sebagai berikut:

1.2.1 Sistem Kesehatan Nasional (SKN)


Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012, SKN adalah pengelolaan kesehatan
yang diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan saling
mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Salah satu subsistem SKN adalah sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan, yang meliputi
berbagai kegiatan untuk menjamin: (i) aspek keamanan, khasiat/ kemanfaatan dan mute sediaan
farmasi, alat kesehatan dan makanan yang beredar; ketersediaan, pemerataan dan
keterjangkauan obat, terutama obat esensial; (iii) perlindungan masyarakat dari penggunaan yang
salah dan penyalahgunaan obat penggunaan obat yang rasional; serta (iv) upaya kemandirian di
bidang kefarmasian melalui pemanfaatan sumber daya dalam negeri. Subsistem ini saling terkait

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-2019 I Bab 1


BADAN POM RI

dengan subsistem lainnya sehingga pengelolaan kesehatan dapat diselenggarakan dengan berhasil
guna dan berdaya guna.
SKN merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan yang dipergunakan sebagai acuan
utama dalam mengembangkan perilaku dan Iingkungan sehat serta menuntut peran aktif
masyarakat dalam berbagai upaya kesehatan tersebut. Bentuk pelayanan kesehatan tersebut
berupa Iayanan Rumah Sakit, Puskesmas dan kegiatan peran serta masyarakat melalui Posyandu.
Semakin banyaknya pelayanan masyakat yang disediakan, maka kebutuhan akan obat semakin
meningkat sehingga diperlukan penjaminan mutu obat.
Balai Besar POM di Bandung merupakan penyelenggara subsistem sediaan farmasi, alat
kesehatan dan makanan, utamanya untuk menjamin aspek keamanan, khasiat/kemanfaat dan
mutu Obat dan Makanan yang beredar serta upaya kemandirian di bidang pengawasan Obat dan
Makanan. Pengawasan sebagai salah satu unsur dalam subsistem tersebut dilaksanakan melalui
berbagai upaya secara komprehensif oleh Balai Besar POM di Bandung, yaitu:
a) Upaya terkait jaminan aspek keamanan, khasiat/kemanfaat dan mutu Obat dan Makanan yang
beredar
Pengawasan, melibatkan berbagai pemangku kepentingan yaitu pemerintah, pemerintah
daerah, pelaku usaha dan masyarakat secara terpadu dan bertanggung jawab.
Pelaksanaan regulasi yang baik didukung dengan sumber daya yang memadai secara
kualitas maupun kuantitas, sistem manajemen mutu, akses terhadap ahli dan referensi
ilmiah, kerjasama internasional, laboratorium pengujian mutu yang kompeten,
independen, dan transparan.
Pembinaan, pengawasan dan pengendalian impor, ekspor, produksi dan distribusi Obat
dan Makanan. Upaya ini merupakan suatu kesatuan utuh, dilakukan melalui penilaian
keamanan, khasiat/manfaat, dan mutu produk, inspeksi fasilitas produksi dan distribusi,
pengambilan dan pengujian sampel, surveilans dan uji setelah pemasaran, serta
pemantauan label atau penandaan, iklan dan promosi.
Penegakan hukum yang konsisten dengan efek jera yang tinggi untuk setiap
pelanggaran, termasuk pemberantasan produk palsu dan ilegal.
Perlindungan masyarakat dari penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, Zat Adiktif
sebagai upaya yang terpadu antara upaya represif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Perlindungan masyarakat terhadap pencemaran sediaan farmasi dari bahan-bahan
dilarang atau penggunaan bahan tambahan makanan yang tidak sesuai dengan
persyaratan.
b) Upaya terkait kemandirian Obat dan Makanan.
Pembinaan industri farmasi di Jawa Barat agar mampu melakukan produksi sesuai dengan
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan dapat melakukan usahanya dengan efektif
dan efisien sehingga mempunyai daya saing yang tinggi.

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-2019 Bab 1 10


BAOAN POM RI

Untuk itu, potensi permasalahan ini menjadi tantangan tersendiri bagi Balai Besar POM di
Bandung untuk dapat memberikan rasa aman bagi masyarakat dalam mengkonsumsi obat yang
beredar di pasaran. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh dukungan
sistem nilai dan budaya masyarakat yang secara bersama terhimpun dalam berbagai sistem
kemasyarakatan salah satunya SKN. Implementasi SKN merupakan peluang bagi Balai Besar POM
di Bandung untuk mendorong upaya kesehatan masyarakat yang lebih baik lagi dalam
mengahadapi pola perilaku dan lingkungan sehat khususnya Obat dan Makanan.

1.2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


JKN merupakan salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin agar setiap rakyat
dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang minimal layak menuju terwujudnya kesejahteraan
sosial yang berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Program JKN diatur dalam UU Nomor
40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Dalam JKN juga diberlakukan
penjaminan mutu obat yang merupakan bagian tak terpisahkan dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan.
Implementasi JKN dapat membawa dampak secara langsung dan tidak langsung terhadap
pengawasan Obat dan Makanan. Dampak langsung adalah meningkatnya jumlah permohonan
pendaftaran produk obat, baik dari dalam maupun luar negeri karena industri obat akan
berusaha menjadi supplier obat untuk program pemerintah tersebut. Selain peningkatan jumlah
obat yang akan diregistrasi, jenis that pun akan sangat bervariasi. Hal ini, disebabkan adanya
peningkatan demand terhadap obat sebagai salah satu produk yang dibutuhkan. Sementara
dampak tidak langsung dari penerapan JKN adalah terjadinya peningkatan konsumsi obat, baik
jumlah maupun jenisnya.
Tingginya demand obat akan mendorong banyak industri farmasi melakukan
pengembangan fasilitas dan peningkatan kapasitas produksi dengan perluasan sarana yang
dimiliki. Dengan adanya peningkatan kapasitas dan fasilitas tersebut, diasumsikan akan terjadi
peningkatan permohonan sertifikasi CPOB. Dalam hal ini tuntutan terhadap peran Balai Besar
POMdi Bandung akan semakin besar, antara lain adalah peningkatan pengawasan pre-market
melalui sertifikasi CPOB dan post-market melalui intensifikasi pengawasan obat pasca beredar.
Seiring dengan penerapan JKN, akan banyak industri farmasi yang harus melakukan
resertifikasi CPOB yang berlaku 5 (lima) tahun. Dari sisi penyediaan (supply side) JKN,
kapasitas dan kapabilitas laboratorium pengujian BPOM harus terus diperkuat. Begitu pula
dengan pengembangan dan pemeliharaan kompetensi SDM Pengawas Obat dan Makanan
(penguji dan inspektur), serta kuantitas SDM yang hams terus ditingkatkan sesuai dengan beban
kerja.

1.2.3 Globalisasi, Perdagangan Bebas dan Komitmen Internasional


Era globalisasi dapat menjadi peluang sekaligus tantangan bagi pembangunan kesehatan,
khususnya dalam rangka mengurangi dampak yang merugikan. Dampak dari pengaruh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-2019 I Bab 1


BAOAN POM RI

lingkungan eksternal khususnya globalisasi tersebut telah mengakibatkan Indonesia masuk dalam
perjanjian-perjanjian internasional yang memungkinkan terbentuknya suatu kawasan bebas
perdagangan. Hal ini membuka peluang produk Obat dan Makanan Indonesia akan lebih mudah
memasuki pasaran domestik negara-negara yang tergabung dalam perjanjian pasar regional. Oleh
karena itu diharapkan industri farmasi, obat tradisional, kosmetik, suplemen kesehatan dan
makanan dalam negeri mampu menjaga daya saing terhadap produk luar negeri. Hal tersebut juga
berdampak pada pertumbuhan sektor industri Obat dan Makanan di Propinsi Jawa Barat.
Berdasarkan data yang ada, pada tahun 2014 terdapat 86 industri obat, 190 industri PKRT, 141 alat
kesehatan, 159 industri kosmetik, 30 industri suplemen makanan, 61 Industri Obat Tradisional
(TOT), 136 Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT), 14.726 Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP)
dan 560 Industri Pangan. Hal tersebut merupakan potensi bagi Balai Besar POM di Bandung
dalam pen-tantapan stakeholder untuk memberikan bimbingan dan pembinaan dalam rangka
mendorong kemandirian pelaku usaha.
Pertumbuhan sektor industri di bidang Obat dan Makanan di Propinsi Jawa Barat terus
mengalami peningkatan . Hal ini menjadi peluang bagi Balai Besar POM di Bandung untuk ikut
serta dalam meningkatkan daya saing industri tersebut dalam mengahadapi pasar global. Namun
disisi lain, muncul permasalahan di era perdagangan bebas tersebut antara lain dengan masuknya
produk Obat dan Makanan dari luar negeri yang belum tentu terjamin keamanan dan mutunya
untuk dikonsumsi. Untuk itu, masyarakat membutuhkan proteksi yang kuat dan rasa aman dalam
mengkonsumsi Obat dan Makanan tersebut.
Apabila dibandingkan pertumbuhan sektor industri di bidang Obat dan Makanan dengan
SDM yang dimiliki oleh Balai Besar POM di Bandung, sampai dengan tahun 2014 presentase
pemenuhan SDM sesuai beban ketja hanya 76,97%. Sedangkan pemenuhan SDM sesuai beban
kerja tahun 2015 berdasarkan Renstra tahun 2015-2019 hanya sebesar 59,31 %. Jumlah SDM yang
tidak sebanding ini menjadi tantangan yang sangat besar dalam pengawasan Obat dan Makanan.
Untuk itu, Balai Besar POM di Bandung harus menyusun strategi agar kegiatan pengawasan Obat
dan Makanan di Provinsi Jawa Barat dapat terlaksana secara optimal, antara lain dengan
peningkatan kompetensi SDM sesuai dengan kebutuhan organisasi dan penyusunan prioritas
kegiatan. Selain itu, menerapkan sistem manajemen kinerja secara optimal sehingga lebih efektif
dan efisien. Namun, kelebihan yang dimiliki oleh Balai Besar POM di Bandung adalah adanya
pedoman pengawasan yang jelas sebagai acuan dalam pengawasan atas Obat dan Makanan
sehingga seluruh kegiatan pengawasan tersebut telah memiliki acuan dan standar baku. Selain itu,
Balai Besar POM di Bandung telah menerapkan sistem manajemen mute ISO 9001:2008 dan ISO
17025:2008.

1.2.4 Perubahan Iklim


Ancaman perubahan iklim dunia, akan semakin dirasakan oleh sektor pertanian khususnya
produk bahan pangan di Indonesia. Perubahan iklim dapat mengakibatkan berkurangnya
ketersediaan pangan yang berkualitas, sehat, bermanfaat, dengan harga yang kompetitif. Dan sisi

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-2019 f Bab 1


BADAN POM RI

ekonomi makro, industri makanan dan minuman di masa yang akan datang perannya akan
semakin penting sebagai pemasok pangan dunia. Selain dari sisi pangan, perubahan iklim juga
dapat mengakibatkan munculnya bibit penyakit baru basil mutasi gen dari beragam virus. Bibit
penyakit baru tersebut diantaranya virus influenza yang variannya sekarang menjadi cukup
banyak dan mudah tersebar dari satu negara ke negara lain.
Menurut Kementerian Kesehatan yang bekerja sama dengan Research Center for Climate
Change University of Indonesia (RCCC-LII) tahun 2013, dalam pelaksanaan kajian dan pemetaan
model kerentanan penyakit infeksi akibat perubahan iklim, terdapat tiga penyakit yang perlu
mendapat perhatian khusus terkait perubahan iklim dan perkembangan vektor yaitu Malaria,

Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Diare. Selain dari ketiga jenis penyakit tersebut, masih ada
lagi penyakit yang banyak ditemukan akibat adanya perubahan iklim seperti, Infeksi Saluran
Pernapasan (ISPA) dan penyakit batu ginjal.
Di dalam Renstra Jawa Barat 2013 - 2018, pada permasalahan pembangunan di bidang
kesehatan disebutkan salah satu yang menjadi perhatian adalah meningkatnya intensitas beberapa
penyakit menular dan tidak menular serta malnutrisi dan terjadi penyebaran beberapa penyakit
menular (multiple burden of desease) diluar sasaran MDGs 2015, serta adanya ancaman
meningkatnya atau munculnya penyakit lain (new emerging dan re-emerging) serta kejadian luar
biasa yang diakibatkan adanya perubahan perilaku manusia dan lingkungan. Peningkatan
tersebut pasti akan diimbangi dengan peningkatan jenis dan jumlah obat terkait penyakit-penyakit
tersebut.
Dengan adanya potensi permasalahan serta peluang dari proses perubahan iklim,
diperlukan peranan dari Balai Besar POM di Bandung dalam mengawasi peredaran varian obat
baru dari jenis penyakit tersebut. Selain dari obat kimia, varian obat baru ini juga diikuti pula
dengan varian obat herbal tradisional Indonesia dan Cina yang paling banyak beredar di pasar.
Kondisi ini menuntut kerja keras dari Balai Besar POM di Bandung dalam melakukan pengawasan
terhadap perkembangan produksi dan peredaran obat tersebut.

1.2.5 Perubahan Demografi, Ekonomi dan Sosial Masyarakat


Kemajuan dari ekonomi suatu provinsi dapat dilihat dari indikator makro-ekonomi, yakni
pendapatan per kapita. Di provinsi Jawa Barat, pendapatan per kapita dari tahun 2008-2012
mengalami peningkatan dan persentase jumlah penduduk miskin Jawa Barat terus mengalami
penurunan dari tahun 2007 (13,55%) hingga tahun 2012 (9,89%).
Hal ini menunjukan adanya peningkatan daya bell masyarakat yang secara teori dan fakta,
bahwa semakin tinggi pendapatan maka semakin besar pula konsumsi masyarakat terhadap Obat
dan Makanan yang memiliki standar dan kualitas. Faktor tersebut dapat menyebabkan
kecenderungan perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat. Peningkatan konsumsi
jumlah dan jenis produk Obat dan Makanan tanpa diimbangi dengan pengetahuan dan kesadaran
masyarakat akan kesehatan dapat menimbulkan penurunan derajat kesehatan.

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-2019 I Bab I 13 Ai


BADAN POM RI

Di sampling itu, faktor demografi Provinsi Jawa Barat sebagai provinsi dengan jumlah
penduduk terbanyak di Indonesia yaitu pada tahun 2013 sebesar 45.340.799 jiwa (Sumber : Badan
Pusat Statistik, 2013) menjadi tantangan bagi Balai Besar POM di Bandung dalam perannya
memberikan informasi dan edukasi publik mengenai produk Obat dan Makanan yang aman. Dari
gambar 1.5 terlihat bahwa jumlah penduduk terbesar berada pada rentang usia 15 - 64 tahun.
jumlah penduduk (dalam 000)

35,000
30,000
25,000
20,000
15,000
10,000
5,000

2010 2011 2012 2013



0-14 15-64
>65

Gambar. 1.5. Jumlah Penduduk Jawa Barat Berdasarkan Kelompok Uxnur


(Sumber: Badan Pusat Statistik 2013)

Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Jawa Barat pada periode 2007-2012 berfluktuasi dan
lebih tinggi dari LPP Nasional. Fluktuasi pertumbuhan penduduk tersebut, diakibatkan kontribusi
dari pertumbuhan migrasi penduduk (1,1%) sementara pertumbuhan berdasarkan kelahiran
(0,8%) menurut data Tahun 2011, hal ini menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan
Provinsi yang terbuka untuk keluar masuknya arus migrasi dari atau ke Provinsi lain.
Pertumbuhan jumlah penduduk dan bergesernya pola hidup masyarakat umum menjadi
tantangan Balai Besar POM di Bandung untuk meningkatkan pengawasan Obat dan Makanan
yang semakin banyak jenis dan jumlahnya. Hal tersebut juga harus disertai dengan peningkatan
kualitas dan kuantitas edukasi terhadap masyarakat di Provinsi Jawa Barat mengenai produk Obat
dan Makanan yang aman.
Tuntutan masyarakat terhadap pangan yang semula hanya pada segi harga, rasa dan tren
gaya hidup, pada saat im telah bergeser lebih kepada keamanan dan muter pangan. Hal tersebut
disebabkan karena meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat dan semakin banyaknya
lembaga perlindungan konsumen yang memberikan ilmu pengetahuan kepada masyarakat dalam
memilih produk serta pengetahuan tentang hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh
konsumen.

1.2.6 Desentralisasi dan Otonomi Daerah


Dengan perubahan paradigma sistem penyelenggaraan pemerintahan yang semula
sentralisasi menjadi desentralisasi atau otonomi daerah, maka urusan kesehatan menjadi salah satu
kewenangan yang diselenggarakan secara konkuren antara pusat dan daerah. Sistem
Desentralisasi ini dapat menimbulkan beberapa permasalahan di bidang pengawasan Obat dan

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-2019 I Bab 1 Ea


RADAR POM RI

Makanan diantaranya kurangnya dukungan dan kerjasama dari pemangku kepentingan di daerah
sehingga tindaklanjut hasil pengawasan Obat dan Makanan belum optimal.
Untuk itu, agar tugas pokok dan fungsi Balai Besar POM di Bandung berjalan dengan baik,
diperlukan komitmen yang tinggi, dukungan dan kerjasama yang baik dari para pelaku untuk
menghasilkan tata penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang balk. Pembangunan kesehatan
hams diselenggarakan dengan menggalang kemitraan yang dinamis dan harmonis antara
pemerintahan pusat dan daerah, antara pemerintah dan masyarakat, termasuk dengan pihak
swasta.
Disisi lain, pengakuan stakeholder akan keberadaan Balai Besar POM di Bandung semakin
meningkat. Hal tersebut disebabkan karena Balai Besar POM di Bandung tidak hanya telah
menjalankan tugas dan fungsinya dengan optimal tetapi juga berperan aktif di dalam berbagai
forum instansi lainnya dalam upaya pengawasan Obat dan Makanan. Beberapa diantaranya
adalah Badan POM termasuk Balai Besar POM di Bandung sebagai Kelompok Kerja Keamanan
Pangan Nasional di dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu (SKPT), Program Pembinaan
Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah, sebagai narasumber dalam upaya pengawasan Obat dan
Makanan melalui kegiatan penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat yang bekerja sama
dengan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Balai Besar POM di Bandung juga melayani pengujian produk Obat dan Makanan dari
pihak ketiga. Secara umum, pengujian dari pihak ketiga berasal dari instansi pemerintah dan
masyarakat umum, antara lain kepolisian dan pelaku usaha P-IRT. Hal tersebut menjadi peluang,
khusunya bagi Laboratorium Balai Besar POM di Bandung dalam menjalin kerjasama dengan
stakeholder sekaligus mendukung peningkatan daya saing pelaku usaha.

1.2.7 Perkembangan Teknologi


Perkembangan teknologi baik teknologi produksi, distribusi dan pengembangan jenis
produk, akan membawa dampak perubahan secara terus-menerus pada produk Obat dan
Makanan. Hal ini hams menjadi perhatian dan antisipasi Balai Besar POM di Bandung untuk terus
berinovasi dalam menghadapi perkembangan dan tuntutan yang ada. Di sisi lain, perkembangan
teknologi informasi juga dapat menjadi potensi bagi Balai Besar di Bandung untuk dapat
melakukan pelayanan online, yang dapat memudahkan akses dan jangkauan masyarakat. Namur,
teknologi informasi juga dapat menjadi tantangan bagi Balai Besar POM di Bandung terkait tren
pemasaran dan transaksi produk Obat dan Makanan yang dilakukan secara online, yang juga perlu
mendapatkan pengawasan dengan berbasis pada teknologi.
Sarana dan prasarana merupakan unsur penting dalam mendukung keberhasilan kegiatan
dan untuk meningkatkan kinerja secara keseluruhan. Sarana dan prasarana tersebut dapat berupa
sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan manajemen dan juga kegiatan teknis
laboratorium. Laboratorium merupakan tulang punggung dari pengawasan Obat dan Makanan,
oleh karenanya diperlukan sarana dan prasarana laboratorium yang lengkap mulai dari metode
analisa, baku pembanding, reagensia sampai kepada peralatan yang memadai. Peralatan yang
dimiliki masih belum memenuhi persyaratan minimal yang ditetapkan. Adalah fakta bahwa

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-2019 I Bab 1


BARAN POM RI

kemampuan dan kapasitas uji laboratorium Badan POM, termasuk Balai Besar POM di Bandung,
belum memadai jika dibandingkan dengan beban kerja pengawasan Obat dan Makanan. Dengan
perkembangan teknologi saat ini, tentu juga terkait erat dengan perkembangan teknologi di bidang
pengujian, sehingga menjadi suatu tantangan tersendiri untuk laboratorium Balai Besar POM di
Bandung. Laboratorium dituntut untuk terus mengikuti perkembangan teknologi yang ada terkait
dengan produk dan metode analisis.

1.2.8 Implementasi Program Fortifikasi Pangan


Salah satu upaya di dalam mendukung Arah Kebijakan Nasional Perbaikan Kualitas
Konsumsi Pangan dan Gizi Masyarakat dilakukan melalui peningkatan peran industri dan
pemerintah daerah dalam ketersediaan pangan beragam, aman, dan bergizi diantaranya dengan
dukungan fortifikasi mikronutrien penting. Fortifikasi pangan merupakan salah satu cara dalam
menangani permasalahan tingginya angka kekurangan gizi mikro. Sebagai langkah awal
pemerintah menetapkan fortifikasi pada garam dan tepung terigu, mengingat masih tingginya
masalah gangguan kesehatan karena kurang yodium (GAKI). Penerapan fortifilasi harus diiringi
dengan pengawasan oleh Balai Besar POM di Bandung. Hasil pengawasan garam beryodium
dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2010- 2014) menunjukkan bahwa pada tahun 2014 jumlah
garam yang TMS mutu mengalami kenaikan, yaitu sebesar 32,17% dari total sampel yang diuji.
Sedangkan hasil pengawasan tepung terigu dalam kurun waktu empat tahun terakhir (2011-2014)
menunjukkan bahwa jumlah sampel yang TMS mutu mengalami penurunan, pada tahun 2014 dari
jumlah sampel yang diuji tidak ada yang TMS mutu.

100.00%
80.00% 65.00%
50.00% 100.00%
60.00% 50.00%
11% 32.1 7%
40.00%
0.00% 0.00A
20.00% 0.00% 011010 4111.1.
0.00%
0.00%
2010 2011 2012 2013 2014
2011 2012 2013 2014

Gambar 1.6a. Presentase Garam yang TMS Gambar 1.6b. Presentase Terigu yang TMS

Kegiatan Intensifikasi pengawasan produk fortifikasi Nasional (tepung terigu dan garam)
merupakan upaya pengawasan produk pangan baik dalam rangka pemenuhan persyaratan
(compliance) maupun surveilan keamanan pangan. Upaya tersebut dilakukan melalui verifikasi
terhadap pemenuhan Cara Produksi Pangan Olahan yang Balk (CPPOB), baik penerapan CPPOB
pada produsen pangan dan penerapan Cara Ritel Pangan yang Baik di sarana peredaran. Selain itu
juga dilakukan pengawasan terhadap produk pangan baik di sarana produksi maupun di sarana
peredaran dan penegakan hukum terhadap pelaku pelanggaran di bidang pangan, pengujian
laboratorium terhadap parameter keamanan dan mutu pangan dan gizi pangan, pengawasan
terhadap kesesuaian label serta pengawasan terhadap keamanan kemasan pangan yang beredar
melalui sampling dan pengujian.

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-2019 I Bab 1


BADAN POM RI

1.2.9 Jejaring Kerja


Balai Besar POM di Bandung menyadari dalam pengawasan Obat dan Makanan tidak dapat
menjadi single player. Untuk itu Balai Besar POM di Bandung mengembangkan kerjasama dengan
lembaga-lembaga, baik di pusat, daerah, maupun internasional. Sebagai salah satu unit pelaksana
teknis di lingkungan BPOM, maka Balai Besar POM di Bandung sebagai bagian dari beberapa
jejaring kerja yang sudah dimiliki BPOM yaitu Jejaring Keamanan Pangan Nasional/Daerah,
Indonesia Rapid Alert System for Food and Feed (INRASFF), Jaringan Laboratorium Pengujian
Pangan Indonesia (JLPPI), Satgas Pemberantasan Obat dan Makanan Ilegal (Pusat dan Daerah),
Indonesia Criminal Justice System (ICJS), dan Gerakan Nasional Waspada Obat dan Makanan Ilegal
(GNWOMI). Di tingkat regional maupun internasional BPOM memiliki jejaring kerja dengan
ASEAN Rapid Alert System for Food and Feed (ARASFF), World Health Organization (WHO), Codex
Alimentarius Commission, Forum Kerjasama Asia Pasifik dalam harmonisasi regulasi bidang obat
(RHSC), ASEAN Referrences Laboratories (AFL), Pharmaceutical Inspection Convention and
Pharmaceutical Inspection Cooperation Scheme (PIC/S), International Crime Police Organization Interpol.
Balai Besar POM di Bandung melakukan pengembangan dan penguatan program
pemberdayaan masyarakat melaui Food Safety Masuk Desa, PJAS, Pasar Aman dari Bahan
Berbahaya. Selain itu, dilakukan pengembangan jejaring komunikasi melalui pertingkatan
komunikasi sosial melalui Iklan Layanan Masyarakat.

1.2.10 Komitmen dalam Pelaksanaan Reformasi Birokrasi


Untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, Balai Besar POM melaksanakan
reformasi birokrasi (RB) sesuai PP Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design RB 2010-2025.
Upaya atau proses RB yang dilakukan Balai Besar POM di Bandung merupakan pengungkit dalam
pencapaian sasaran sebagai hasil yang diharapkan dari pelaksanaan RB.

a. Penataan dan Penguatan Struktur Organisasi


Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi, Balai Besar POM di Bandung memiliki instansi
vertikal di tingkat Nasional yaitu BPOM. Tantangan BPOM ke depan adalah melakukan
kajian, penataan, dan evaluasi organisasi dalam rangka meningkatkan efisiensi dan
efektivitas organisasi secara proporsional menjadi tepat fungsi dan tepat ukuran sesuai
dengan kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi BPOM. Untuk itu, Balai Besar POM di
Bandung turut mendukung program BPOM ke depannya tersebut.

b. Penataan Tatalaksana
Sebagai organisasi penyelenggara pelayanan publik, Balai Besar POM di Bandung
berkomitmen untuk melindungi masyarakat dari Obat dan Makanan yang berisiko
terhadap kesehatan dan secara terus-menerus meningkatkan pengawasan serta
memberikan pelayanan kepada seluruh pemangku kepentingan. Komitmen Besar
POM di Bandung tersebut dilakukan melalui penerapan sistem mutu secara konsisten dan

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-2019 I Bab 1


BADAN POM RI

ditingkatkan secara berkeTanjutan yang dibuktikan dengan pemenuhan atau perolehan


Quality Management System ISO 9001:2008; Akreditasi Laboratorium IEC 17025:2005; PIC/S
Quality System Requirement for Pharmateucal Inspectorate (PI 0023).

c. Penataan Peraturan perundang-undangan dan Penegakan Hukum


Telah banyak Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang menjadi landasan teknis
pelaksanaan tugas fungsi Balai Besar POM di Bandung. Namun, Peraturan Perundang-
undangan yang ada selama ini kurang mendukung tercapainya efektivitas pengawasan
Obat dan Makanan. Demikian pula sanksi yang diberikan terhadap pelanggaran di bidang
Obat dan Makanan belum memberikan efek jera sehingga sering terjadi kasus berulang.
Beberapa kerangka regulasi yang diasumsikan dapat mendukung pencapaian tujuan
pengawasan Obat dan Makanan dibahas pada Kerangka Regulasi.
Adanya kerangka regulasi sebagai bagian tak terpisahkan dari kaidah pelaksanaan
RPJMN/RKP membuka peluang untuk menciptakan harmonisasi peraturan perundang-
undangan dan meminimalkan ego sektoral. Balai Besar POM di Bandung perlu mengambil
kesempatan ini dengan mengusulkan peraturan perundang-undangan yang akan masuk
dalam prolegnas setiap tahunnya bersamaan dengan penyusunan rencana kerja. Selain itu
sesuai kerangka regulasi, untuk memastikan bahwa setiap norma kebijakan yang akan
diratifikasi memberikan manfaat bagi masyarakat, Balai Besar POM di Bandung perlu

membuat cost-benefit analysis.


Pada level operasional, Balai Besar POM di Bandung telah memiliki Pedoman Pengawasan
yang jelas untuk acuan dalam pengawasan Obat dan Makanan, juga menerbitkan standar
mutu lainnya, seperti standar produksi dan distribusi Obat dan Makanan. Ketersediaan
peraturan perundangan sampai dengan pedoman teknis yang dilegalkan dalam bentuk
Peraturan Kepala BPOM tersebut sangat mendukung penegakan hukum.Tantangan ke
depan, BPOM harus membuat terobosan dalam penegakan hukum seperti memperkuat
kemitraan untuk pengawasan, penindakan, maupun persamaan persepsi dengan
kepolisian, kejaksaan, dan instansi terkait, menggeser pengawasan ke area preventif, serta
memperkuat kerjasama di Free Trade Zone Area. Upaya ini pun perlu diikuti dengan
peningkatan kajian Balai Besar POM di Bandung mengenai kerugian negara secara
ekonomi maupun kesehatan akibat pelanggaran Obat dan Makanan.

d. Penguatan Akuntabilitas Kinerja


Penguatan Akuntabilitas Kinerja bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Untuk mencapai tujuan tersebut, Balai Besar
POM di Bandung telah mengimplementasikan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP) dengan baik, dibuktikan dengan hasil evaluasi Inspektorat Badan
POM RI tahun 2013 memperoleh nilai AA. Komitmen pimpinan yang sangat tinggi
terhadap pelaksanaan SAKIP menjadi kekuatan penting dalam upaya penguatan

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-2019 Bab 1


BADAN POM RI

akuntabilitas kinerja Balai Besar POM di Bandung. Namun, Balai Besar POM di Bandung
masih perlu melakukan penyempurnaan dalam penatausahaan manajemen pemerintahan
(keuangan dan BMN) dalam mewujudkan pemerintahan yang akuntabel. Ke depart, untuk
menjawab ekspektasi masyarakat terhadap akuntabilitas Balai Besar POM di Bandung
selaku institusi pengawasan, Balai Besar POM di Bandung mendukung BPOM untuk
mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) terhadap opini laporan keuangan
Badan POM dari BPK.

e. Penguatan Pengawasan
Penguatan pengawasan bertujuan untuk meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan
yang bersih dan bebas Korupsi, Kolusi, Nepotisme (KKN). Melalui upaya pengawasan
yang dilakukan Balai Besar POM di Bandung, diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan
dan efektivitas pengelolaan keuangan negara di lingkungan Balai Besar POM di Bandung
serta menghindari tingkat penyalahgunaan wewenang. Pengawasan yang dilakukan Balai
Besar POM di Bandung antara lain melalui kebijakan penanganan gratifikasi, penerapan
Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP), pengelolaan pengaduan masyarakat,
implementasi whistle-blowing system, penanganan benturan kepentingan, pembangunan
zona integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih
dan Melayani (WBBM). Untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal, upaya pengawasan
yang dilakukan Balai Besar POM di Bandung tersebut masih perlu dievaluasi agar dapat
ditingkatkan pelaksanaannya.

f. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur


Penataan sistem manajemen SDM aparatur bertujuan untuk meningkatkan
profesionalisme SDM aparatur Balai Besar POM di Bandung yang didukung oleh sistem
rekrutmen dan promosi aparatur berbasis kompetensi, transparan, serta memperoleh gaji
dan bentuk jaminan kesejahteraan yang sepadan, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN). Perencanaan kebutuhan pegawai Balai
Besar POM di Bandung dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi dan proses
penerimaan pegawai dilakukan secara transparan, objektif, akuntabel, dan bebas KKN
serta promosi jabatan dilakukan secara terbuka. Pengembangan pegawai yang dilakukan
Balai Besar POM di Bandung berbasis kompetensi yang selanjutnya capaian penilaian
kinerja individu pegawai akan dijadikan dasar untuk pemberian tunjangan kinerja. Hal ini
diimbangi dengan penegakan aturan disiplin dan kode etik serta pemberian sanksi.
Seluruh aktivitas manajemen SDM tersebut didukung oleh sistem informasi kepegawaian.
Saat ini, SDM Balai Besar POM di Bandung telah memiliki kualitas yang memadai, namun
dari sisi kuantitas SDM BPOM belum mencukupi kebutuhan untuk menjalankan tugas dan
fungsi yang tersebar di seluruh Indonesia. Sistem manajemen pemerintah menuntut
adanya ukuran keberhasilan, baik di tingkat organisasi sampai ke level individu. Untuk

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-2019 I Bab 1


BADAN POM RI

saat ini, sistem manajemen kinerja belum optimal diterapkan, sehingga perlu dilakukan
penerapan sistem manajemen kinerja yang lebih efektif dan efisien terutama dalam hal
pelaksanaan evaluasi terhadap peta dan kelas jabatan yang telah disusun. Pemanfaatan
sistem informasi kepegawaian yang telah dibangun juga perlu dioptimalisasi sebagai
pendukung pengambilan kebijakan manajemen SDM BPOM.

g. Manajemen Perubahan
Manajemen perubahan bertujuan untuk mengubah secara sistematis dan konsisten dari
sistem dan mekanisme kerja organisasi serta pola pikir dan budaya kerja individu atau
unit kerja di dalamnya menjadi lebih baik sesuai dengan tujuan dan sasaran RB. Untuk
menggerakkan organisasi dalam melakukan perubahan, Balai Besar POM di Bandung
telah membentuk agent of change sebagai role model serta forum bagi pembelajaran atau
inovasi dalam proses perubahan yang dilakukan. Komitmen dan keterlibatan pimpinan
dan seluruh pegawai Balai Besar POM di Bandung secara aktif dan berkelanjutan
merupakan unsur pendukung paling utama dalam perubahan pola pikir dan budaya kerja
dalam rangka pelaksanaan RB.
Untuk mengurangi risiko kegagalan yang disebabkan kemungkinan timbulnya resistensi
terhadap perubahan dibutuhkan media komunikasi secara reguler untuk
mensosialisasikan RB atau perubahan yang sedang dan akan dilakukan, termasuk
pentingnya peran agent of change dan manfaat dari forum pembelajaran atau inovasi.
Sebagai organisasi penyelenggara pelayanan publik, Balai Besar POM di Bandung
berkomitmen untuk melindungi masyarakat dari Obat dan Makanan yang berisiko
terhadap kesehatan dan secara terus-menerus meningkatkan pengawasan serta
memberikan pelayanan kepada seluruh pemangku kepentingan. Komitmen Balai Besar
POM di Bandung tersebut dilakukan melalui penerapan sistem mutu secara konsisten dan
ditingkatkan secara berkelanjutan yang dibuktikan dengan pemenuhan Quality
Management System ISO 9001:2008; Akreditasi Laboratorium IEC 17025:2005; PIC/S Quality
System Requirement for Pharmateucal Inspectorate (PI 0023).

Dan uraian tersebut diatas, maka secara singkat analisis lingkungan strategis baik internal
maupun eksternal dirangkum dalam tabe11.3 di bawah ini:

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-2019 I Bab 1


BADAN ['OM RI

Tabel 1.3
Rangkuman Analisis SWOT

KEKUATAN KELEMAHAN
Kompetensi SDM Aparatur Balai Besar Payung hukum pengawasan Obat dan
POM di Bandung yang memadai dalam Makanan belum memadai
mendukung pelaksanaan tugas Beberapa SDM Aparatur masih memerlukan
Pengakuan stake holder peningkatan kompetensi (capacity building)
Networking yang kuat dengan lembaga Jumlah SDM Aparatur Balai Besar POM di
lembaga daerah Bandung yang belum memadai dibandingkan
Pedoman Pengawasan yang jelas dengan cakupan tugas pengawasan dan beban
Komitmen Pimpinan dan seluruh SDM kerja
Aparatur Balai Besar POM di Bandung Masih belum optimalnya sistem manajemen
menerapkan Reformasi Birokrasi kirterja
Adanya informasi dan edukasi pada Beberapa regulasi dan standar belum lengkap
masyarakat yang programatik Terbatasnya sarana dan prasarana baik
Tugas, fungsi dan kewenangan yang pendukung maupun utama
jelas dalam peraturan perundang- Kekuatan laboratorium yang belum memadai
undangan Dukungan sistem IT dalam pengawasan masih
Sistem pengawasan yang komprehensif kurang
mencakup pre-market dan post market Kelembagaan Pusat dan Balai Besar POM di
Bandung belum sinergi
PELUANG TANTANGAN
Adanya Program Nasional (JKN dan Perubahan iklim regional yang mempengaruhi
SKN) pola penyakit
Perkembangan Teknologi Informasi Penjualan Obat dan Makanan ilegal secara
sebagai sarana ME yang sangat cepat online
Jumlah industri Obat dan Makanan yang Demografi dan Perubahan Komposisi
berkembang pesat Penduduk
Terjalinnya kerjasama dengan instansi Perubahan pola hidup masyarakat (sosial dan
terkait ekonomi)
Pertumbuhan signifikan penjualan obat Globalisasi, Perdagangan Bebas dan Komitmen
di kawasan Jawa Barat Internasional
Pasar pengobatan tradisional makin Besar Munculnya berbagai penyakit baru
Nilai impor Obat dan Makanan tinggi Meningkatnya jumlah permohonan
Peningkatan permohonan sertifikasi dan pendaftaran produk obat
resertifikasi CPOB Produk Obat dan Makanan sangat bervariasi
Tingginya laju pertumbuhan penduduk Besarnya pendapatan perkapita berdampak
provinsi Jawa Barat menyebabkan peningkatan konsumsi Obat dan Makanan
peningkatan demand Obat dan Makanan Masih banyaknya jumlah pelanggaran di
Kesehatan menjadi kewenangan yang bidang Obat dan Makanan
diselenggarakan secara konkuren antara Lemahnya penegakan hukum
pusat dan daerah Ketergantungan impor bahan baku obat sangat
Kebijakan pemerintah daerah dalam tinggi
pengembangan kemampuan dan daya Implementasi Program Fortifikasi Pangan
saing ekonomi Jawa barat berbasis Berkembangnya fasilitas industri farmasi serta
potensi lokal peningkatan kapasitas produksinya
Perkembangan teknologi Rendahnya pengetahuan dan kemampuan
teknis UMKM obat tradisional dan pangan
Berkurangnya ketersediaan pangan yang
berkualitas dengan harga yang kompetitif
Desentralisasi bidang kesehatan belum Optimal
Belum optimalnya tindak lanjut hasil
pengawasan Obat dan Makanan oleh
pemangku kepentingan di daerah

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-2019 I Bab 1 21


411
BADAN POM RI

Berdasarkan hasil analisa SWOT tersebut diatas, maka Balai Besar POM di Bandung perlu
melakukan penguatan organisasi dan kelembagaan, agar faktor-faktor lingkungan strategis yang
mempengaruhi baik internal maupun eksternal tidak akan menghambat pencapaian tujuan dan
sasaran organisasi Balai Besar POM di Bandung periode 2015-2019.
Dari permasalahan-permasalahan tersebut diatas terdapat beberapa penyebab yang
dianggap sangat krusial dan strategis bagi peran Balai Besar POM di Bandung dalam melindungi
masyarakat dari Obat dan Makanan yang beresiko terhadap kesehatan, sehingga diharapkan
pencapaian kinerja berikutnya akan lebih optimal. Analisis permasalahan pokok dan isu-isu
strategis sesuai dengan tupoksi dan kewenangan Balai Besar POM di Bandung dapat dilihat pada
gambar 1.4.

BELUM OPTIMALNYA PERAN BALAI BESAR POM DI BANDUNG


DALAM MELAKSANAKAN PENGAWASAN OBAT DAN

Belum optimalnya Belum optimalnya pembinaan dan Masih


sistem bimbingan kepada pemangku terbatasnya
pengawasan Obat kepentingan melalui Kerjasama, kapasitas
dan Makanan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi kelembagaan
Publik

PERAN BALM BESAR POM DI BANDUNG


Penguatan kebijakan teknis pengawasan Pembinaan dan bimbingan kepada
(Regulatory System) pemangku kepentingan

Gambar 1.7
Diagram Permasalahan dan Isu Strategis, Kondisi Saat Ini dan Dampaknya

Berdasarkan kondisi diatas, ada 3 (tiga) isu strategis dari permasalahan pokok yang
dihadapi Balai Besar POM di Bandung sesuai dengan peran dan kewenangannya yaitu:
1) Penguatan sistem dalam pengawasan Obat dan Makanan,
2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui kerjasama, komunikasi, informasi dan
edukasi publik dalam rangka mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan
jaminan keamanan Obat dan Makanan serta mendorong peningkatan kemitraan dengan
berbagai pemangku kepentingan.

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-2019 I Bab 1


BADAN POM RI

3) Penguatan kapasitas kelembagaan Balai Besar POM di Bandung, serta meningkatkan


efisensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya.

Untuk memperkuat peran dan kewenangan tersebut secara efektif, Balai Besar POM di
Bandung perlu terus melakukan perbaikan dan pengembangan secara kelembagaan serta
penguatan regulasi. Disamping itu, kondisi lingkungan strategis dengan dinamika perubahan
yang sangat cepat, menuntut Balai Besar POM di Bandung mampu berdapatasi sesuai dengan
kebutuhan zaman. Dengan etos tersebut, diharapkan mampu menjadi katalisator dalam proses
pencapaian tujuan pembangunan kesehatan nasional.

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-2019 I Bab 1


BADAN POM RI

BA13 2
VISI, MISI, BUDAYA ORGANISASI, TUJUAN DAN
SASARAN STRATEGI

Berdasarkan kondisi umum, potensi, permasalahan dan tantangan yang dihadapi ke depan
sebagaimarta telah dijelaskan pada Bab I, maka Balai Besar POM di Bandung sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya sebagai Unit Pelaksana Teknis untuk melaksanakan kebijakan pengawasan
Obat dan Makanan di Provinsi Jawa Barat yang dituntut untuk menjamin keamanan, mutu,
manfaat/khasiat sesuai standar yang telah. Untuk itu, disusun visi dan misi serta tujuan dan
sasaran Balai Besar POM di Bandung.
Gambar 2.1
Peta Strategis Balai Besar POM di Bandung
STAKEHOLDER

111.11.1kmpkairrool.inpn2.* dtIlit LT' p_


''a ItlIVA:1
0/2attleri /M.A. wran demir :i274=dan
0.162,21:207/ra 4...2 pa Inwit,
021,11.nolui me nr4n21,24 kaseAnnn
, .
SH4 Litrtnglainya kenvelinen
Wag .44 ..1, 111.,1.2.n
\ \ N....--- fili 2 loWnovalnis %Mem penamglas kepenuron, dm
14r4/201.112bm<Ito ,.,.... ;Rasps. nmy3131,31
1.14146.

lir
kiMi2kalk.en 11110 612 atetaan

K./S.11401k.
ma var w.a
*1.1.4azraisan peg ienivesn

W10011 rh214,1211.,
_

I
I
Angg.,r.n
CAPABILITY

Yk141,1,=1^
11C2A)
11. Mw Orgsnisai,

2.1 VISI

Visi dan Misi Pembangunan Nasional periode 2015-2019 telah ditetapkan dalam Peraturan
Presiden RI Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2015-2019. Visi pembangunan nasional periode 2015-2019 adalah "Terwujudnya
Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian berlandaskan Gotong Royong". Selaras
dengan itu, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinis Jawa Barat (RPJMD) 2013-
2018 berada pada tahap memantapkan pembangunan secara menyeluruh dalam rangka penyiapan
kemandirian masyarakat Jawa Barat melalui Visi pembangunan daerah untuk tahun 2013-2018
adalah "Jawa Barat Maju dan Sejahtera untuk Semua". Salah satu misinya adalah Membangun
masyarakat yang berkualitas dan berdaya saing. Berdasarkan uraian tersebut diatas serta sejalan
dengan Visi Badan POM maka Balai Besar POM di Bandung menetapakan Visi periode 2015-2019
sebagai berikut:
"OBAT DAN MAKANAN AMAN MENINGKATKAN KESEHATAN MASYARAKAT DAN
DAYA SAING BANGSA"

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-2019 I Bahl..


BADAN POM RI

Makna yang terkandung dalam visi tersebut dijabarkan sebagai berikut:


Arran : Kemungkinan risiko yang timbul pada penggunaan Obat dan Makanan telah
melalui analisa dan kajian, sehingga risiko yang mungkin masih timbul adalah
seminimal mungkirt/ dapat ditoleransi/tidak membahayakan saat dig-unakan pada
manusia. Dapat juga diartikan bahwa khasiat/manfaat Obat dan Makanan
meyakinkan, keamanan memadai, dan mutunya terjamin.
Daya Saing : Kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang telah memenuhi standar,
baik standar nasional maupun internasional, sehingga produk lokal unggul dalam
menghadapi pesaing di masa depan.

2.2 MISI

Misi Badan POM didefinisikan sebagai tujuan mulia organisasi untuk :


1. Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk melindungi
masyarakat.
Pengawasan Obat dan Makanan merupakan pengawasan yang komprehensif. Balai Besar
POM di Bandung berperan dalam penilaian produk sebelum beredar, merekomendasi
pemeriksaan sarana produksi dan distribusi terkait permohonan izin edar, sampling dan
pengujian produk serta penegakan hukum. Selain itu, Balai Besar POM di Bandung secara
proaktif memperkuat pengawasan ke hulu melalui pengawasan importir bahan baku dan
produsen. Dengan penjaminan mutu produk Obat dan Makanan yang konsisten,
memenuhi standar aman, berkhasiat/bermanfaat dan bermutu, diharapkan Balai Besar
POM di Bandung mampu melindungi masyarakat dengan optimal.
2. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan
Makanan serta memperkuat kemitraan dengan pemangku kepentingan.
Pelaku Usaha mempunyai peran yang strategis dalam pengawasan Obat dan Makanan yaitu
bertanggung jawab memenuhi standar dan persyaratan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku terkait dengan produksi dan distribusi Obat dan Makanan. Dengan demikian
diharapkan Obat dan Makanan yang diproduksi dan diedarkan aman , berkhasiat/
bermanfaat dan bermutu. Sebagai lembaga pengawas, Balai Besar POM di Bandung hams
mampu membina dan mendorong pelaku usaha untuk dapat memberikan produk yang
aman, berkhasiat/ bermanfaat, dan bermutu.
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Balai Besar POM tidak dapat berjalan sendiri,
sehingga diperlukan kerjasama atau kemitraan dengan pemangku kepentingan lainnya.
Dalam era otonomi daerah, khususnya terkait dengan bidang kesehatan, peran daerah
dalam menyusun perencanaan pembangunan serta kebijakan mempunyai pengaruh yang
sangat besar terhadap pencapaian tujuan nasional di bidang kesehatan. Pengawasan Obat
dan Makanan bersifat unik karena tersentralisasi, yaitu dengan kebijakan yang ditetapkan
oleh Pusat dan diselenggarakan oleh Balai di seluruh Indonesia termasuk Balai Besar POM
di Bandung. Hal ini tentunya menjadi tantangan tersendiri dalam pelaksanaan tugas

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-2019 I Bab 2


BADAN POM RI

pengawasan, karena kebijakan yang diambil harus bersinergi dengan kebijakan dari
Pemerintah Daerah sehingga pengawasan dapat berjalan dengan efektif dan efisien
3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan Balai Besar POM di Bandung.
Ketersediaan sumber daya terutama terkait dengan sumber daya manusia dan sarana
prasarana penunjang kinerja yang terbatas baik jumlah dan kualitasnya, Balai Besar POM di
Bandung harus mampu mengelola sumber daya tersebut seoptimal mungkin agar dapat
mendukung terwujudnya sasaran program dan kegiatan yang telah ditetapkan. Balai Besar
POM di Bandung perlu ditingkatkan kualitas kinerja dengan tetap mempertahankan sistem
manajemen mutu dan prinsip organisasi pembelajar.
Balai Besar POM di Bandung sebagai unit pelaksana teknis Badan POM dalam
melaksanakan tugas tertentu tidak hanya bersifat teknis semata (techno structure), namun
juga melaksanakan fungsi pelaksana (executing) dan pemberdayaan (empowering). Untuk itu,
diperlukan penguatan kelembagaan/organisasi. Kelembagaan tersebut meliputi proses
bisnis yang tertata dan efektif, serta budaya kerja yang sesuai dengan nilai organisasi. Selain
itu, Balai Besar POM di Bandung perlu untuk memperkuat koordinasi internal dan
meningkatkan kapasitas sumber daya manusia serta saling bertukar informasi.

2.3 BUDAYA ORGANISASI

Budaya organisasi merupakan nilai-nilai luhur yang diyakini dan harus dihayati dan
diamalkan oleh seluruh anggota organisasi dalam melaksanakan tugas. Nilai-nilai luhur yang
hidup dan tumbuh kembang dalam organisasi menjadi semangat bagi seluruh anggota organisasi
dalam berkarsa dan berkarya.
1. Profesional
Menegakkan profesionalisme dengan integritas, objektivitas, ketekunan dan komitmen yang
tinggi.
2. Integritas
konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur
dan keyakinan.
3. Kredibilitas
Dapat dipercaya, dan diakui oleh masyarakat luas, nasional dan internasional.
4. Kerjasama Tim
Mengutamakan keterbukaan, saling percaya dan komunikasi yang baik.
5. Inovatif
Mampu melakukan pembaruan dan inovasi-inovasi sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan kemajuan teknologi terkini.
6. Responsif/Cepat Tanggap
Antisipatif dan responsif dalam mengatasi masalah.

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-2019 Bab 2


BADAN POM RI

2.4 TUJUAN

Dalam rangka pencapaian visi dan misi pengawasan Obat dan Makanan, maka tujuan yang
akan dicapai dalam kurun waktu 2015-2019 adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya jaminan produk Obat dan Makanan aman, bermanfaat, dan bermutu dalam
rangka meningkatkan kesehatan masyarakat di wilayah Provinsi Jawa Barat.
2. Meningkatkan daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global dengan menjamin
mutu dan mendukung inovasi.
Ukuran keberhasilan atau indikator kinerja untuk tujuan tersebut di atas adalah :
1. Meningkahlya jaminan Obat dan Makanan aman, berkhasiat/bermanfaat, dan bermutu
dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat, dengan indikator :
a. Tingkat kepuasan masyarakat atas jaminan pengawasan Balai Besar POM di Bandung.
2. Meningkatrtya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global dengan menjamin
mutu dan mendukung inovasi, dengan indikator :
a. Tingkat kepatuhan pelaku usaha Obat dan Makanan dalam memenuhi ketentuan ;
b. Tingkat kepuasan pelaku usaha terhadap pemberian bimbingan dan pembinaan
pengawasan Obat dan Makanan.

2.5 SASARAN STRATEGI

Sasaran strategis Balai Besar POM di Bandung disusun berdasarkan visi dan misi yang ingin
dicapai Badan POM, dengan mempertirnbangkan tantangan masa depan dan sumber daya serta
infrastruktur yang dimiliki Balai Besar POM di Bandung. Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun
(2015-2019) ke depan diharapkan Balai Besar POM di Bandung akan dapat mencapai sasaran
strategis sebagai berikut:

1. Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan


Komoditas dan produk yang menjadi obyek pengawasan Obat dan Makanan tergolong
produk berisiko tinggi yang sama sekali tidak ada ruang untuk toleransi terhadap produk
yang tidak memenuhi standar mutu, keamanan, dan khasiat/ manfaat. Dalam konteks ini,
pengawasan tidak dapat dilakukan secara parsial hanya pada produk akhir yang beredar di
masyarakat tetapi harus dilakukan secara komprehensif dan sistemik. Pada seluruh mata
rantai pengawasan tersebut, harus ada sistem yang dapat mendeteksi secara dini jika terjadi
degradasi mutu, produk sub standar dan hal-hal lain untuk dilakukan pengamanan sebelum
merugikan konsumen/ masyarakat.
Sistem pengawasan Obat dan Makanan yang diselenggarakan oleh Balai Besar POM di
Bandung merupakan suatu proses yang komprehensif, mencakup pengawasan premarket
dan post-market. Sistem itu terdiri dari: Pertama, penilaian (pre-market evaluation) sebelum
produk beredar dengan memberikan rekomendasi hasil pemeriksaan sarana terkait
permohonan izin edar. Kedua, pengawasan setelah beredar (post-market control) untuk
melihat konsistensi mutu produk, keamanan dan informasi produk yang dilakukan dengan

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-2019 I Bab 2


BADAN Pull RI

melakukan sampling produk Obat dan Makanan yang beredar, serta pemeriksaan sarana
produksi dan distribusi Obat dan Makanan dan pengawasan label/penandaan dan iklan di
wilayah Jawa barat. Pengawasan post-market dilakukan secara terpadu, konsisten, dan
terstandar. Ketiga, pengujian laboratorium. Produk yang disampling berdasarkan risiko
kemudian diuji melalui laboratorium guna mengetahui apakah Obat dan Makanan tersebut
telah memenuhi syarat keamanan, khasiat/manfaat dan mutu. Hasil uji laboratorium ini
merupakan dasar ilmiah yang digunakan sebagai untuk menetapkan produk tidak
memenuhi syarat yang digunakan untuk ditarik dari peredaran. Keempat, penegakan
hukum di bidang pengawasan Obat dan Makanan. Penegakan hukum didasarkan pada
bukti basil pengujian, pemeriksaan, maupun investigasi awal. Proses penegakan hukum
sampai dengan projusticia dapat berakhir dengan pemberian sanksi administratif seperti
dilarang untuk diedarkan, ditarik dari peredaran, dicabut izin edar, disita untuk
dimusnahkan. Jika pelanggaran masuk pada ranah pidana, maka terhadap pelanggaran
Obat dan Makanan dapat diproses secara hukum pidana. Diharapkan melalui pelaksanaan
pengawasan premarket dan post-market yang profesional dan independen akan dihasilkan
produk Obat dan Makanan yang aman, dan berkhasiat/manfaat dan bermutu.
Capaian Sasaran Strategis ini diukur menggunakan indikator sebagai berikut :
a. Presentase Obat yang memenuhi syarat hingga akhir tahun 2019 ditargetkan sebesar
94,00 %.
b. Presentase Produk Obat Tradisional yang memenuhi syarat hingga akhir tahun 2019
ditargetkan sebesar 63,54 %.
c. Presentase Produk Kosmetik yang memenuhi syarat hingga akhir tahun 2019
ditargetkan sebesar 91,41 %.
d. Presentase Produk Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat hingga akhir tahun
2019 ditargetkan sebesar 99,67 %.
e. Presentase Makanan yang memenuhi syarat hingga akhir tahun 2019 ditargetkan
sebesar 68,53%.

2. Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan,


dan partisipasi masyarakat
Pengawasan Obat dan Makanan merupakan suatu program yang terkait dengan banyak
sektor, baik pemerintah maupun non pemerintah. Untuk itu perlu dijalin suatu kerjasama,
Komunikasi, Informasi dan Edukasi yang baik.
Pengawasan oleh pelaku usaha sebaiknya dilakukan dari hulu ke hilir, dimulai dari
pemeriksaan bahan baku, proses produksi, distribusi hingga produk tersebut dikonsumsi
oleh masyarakat. Pelaku usaha mempunyai peran dalam memberikan jaminan produk Obat
dan Makanan yang memenuhi syarat (aman, khasiat/bermanfaat dan bermutu) melalui
proses produksi yang sesuai dengan ketentuan. Asumsinya, pelaku usaha memiliki
kemampuan teknis dan finansial untuk memelihara sistem manajemen risiko secara
mandiri. Dalam hal ini dari sisi pemerintah, Balai Besar POM di Bandung bertugas dalam

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-2019 I Bab 2


BADAN POM RI

melaksanakan kebijakan dan regulasi terkait Obat dan Makanan yang harus dipenuhi oleh
pelaku usaha, dan mendorong penerapan Risk Management Program oleh industri.
Kemandirian pelaku usaha diasumsikan akan berkontribusi pada peningkatan daya saing
Obat dan Makanan.
Kerjasama yang telah dilakukan oleh Balai Besar POM di Bandung belum dilakukan dengan
program yang terukur dan sistematis. Kerjasama dengan berbagai pihak termasuk
masyarakat sangat strategis dalam menopang tugas pengawasan Obat dan Makanan.
Kerjasama dan kemitraan dapat dilakukan dengan saling mendukung serta berbagi sumber
daya (dana, program atau SDM) yang tersedia di masing-masing lembaga dengan terlebih
dahulu menentukan tujuan dan kerangka kerjasamanya, atau dengan "mendelegasikan"
program-program yang ada di Balai Besar POM kepada lembaga/ kelompok masyarakat
yang memiliki program yang sejalan dengan Balai Besar POM dengan mendukung
pembiayaan program lembaga tersebut. Untuk memastikan bahwa kerjasama ini bisa
berjalan dengan baik dan berkelanjutan, maka harus disusun kesepakatan (MoU) yang
mengikat kedua belah pihak dengan mengacu pada tujuan kerjasama yang telah disepakati
termasuk mekanisme dan sistem monitoring dan evaluasi.
Komunikasi yang efektif dengan mitra kerja di daerah merupakan hal yang wajib dilakukan,
baik oleh Pusat maupun Balai Besar/Balai POM sebagai tindak lanjut hasil pengawasan.
Untuk itu, 5 (lima) tahun ke depart, Balai Besar/Balai POM perlu melakukan pertemuan
koordinasi dengan dinas terkait, setidaknya dua kali dalam satu tahun. Hal ini diutamakan
untuk pertemuan koordinasi dalam pengawalan obat dalam jKN. Selain itu, terkait dengan
subsistem pengawasan Obat dan Makanan oleh masyarakat sebagai konsumen, kesadaran
masyarakat terkait Obat dan Makanan yang memenuhi syarat harus diciptakan. Obat dan
Makanan yang diproduksi dan diedarkan di pasaran (masyarakat) masih berpotensi untuk
tidak memenuhi syarat, sehingga masyarakat harus lebih cerdas dalam memilih dan
menggunakan produk Obat dan Makanan yang aman, bermanfaat dan bermutu. Upaya
peningkatan kesadaran masyarakat dilakukan Balai Besar POM melalui kegiatan pembinaan
dan bimbingan melalui Komunikasi, layanan Informasi, dan Edukasi (ME).
Capaian Sasaran Strategis ini diukur menggunakan indikator sebagai berikut :
a. Tingkat kepuasan masyarakat hingga akhir tahun 2019 ditargetkan sebesar 82,43 %.
b. Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan
Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat
dan Makanan hingga akhir tahun 2019 sebanyak 15 Kabupaten/ Kota.

3. Meningkatnya Kualitas Kapasitas Kelembagaan Balai Besar POM di Bandung


Untuk melaksanakan tugas Balai Besar POM di Bandung, diperlukan penguatan
kelembagaan/ organisasi. Penataan dan penguatan organisasi bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi secara proporsional menjadi tepat fungsi
dan tepat ukuran sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi Balai Besar POM
di Bandung.

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-2019 I Bab 2


41
1

BADAN POM RI

Meningkatkan Meningkatnya 1. Nilai SAKIP Balai


kapasitas kualitas Besar di Bandung
keIembagaan kapasitas dari Badan POM.
Balai Besar POM keIembagaan
di Bandung Balai Besar
POM di
Bandung
*) Indikator Kinerja Utama

Dan indikator kinerja tersebut di atas, ditetapkan Indikator Kinerja Utama Balai Besar
POM di Bandung sesuai dengan SK Kepala Balai Besar POM di Bandung nomor
OR.03.01.94.01.15.0061 adalah:
1. Presentase Obat yang memenuhi syarat;
2. Presentase Produk Obat Tradisional yang memenuhi syarat;
3. Presentase Produk Kosmetik yang memenuhi syarat;
4. Presentase Produk Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat;
5. Presentase Makanan yang memenuhi syarat;
6. Tingkat kepuasan masyarakat.

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-2019 J Bab 2


BADAN POM RI

Selain itu, untuk mendukung Sasaran Strategis 1 dan 2, perlu dilakukan penguatan
Akuntabilitas Kinerja yang meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah. Untuk mencapai tujuan tersebut, Balai Besar POM di Bandung telah
mengimplementasikan Sistem Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dengan baik. Komitmen
pimpinan yang sangat tinggi terhadap pelaksanaan SAKIP menjadi kekuatan penting dalam
upaya penguatan akuntabilitas kineija Balai Besar POM di Bandung. Namur', masih perlu
melakukan penyempurnaan dalam penatausahaan manajemen pemerintahan (keuangan dan
Barang Milik Negara) dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang akuntabel dan
mendukung terpenuhinnya target Sasaran Strategis Badan POM yaitu niIai AA terhadap
capaian pelaksanaan Reformasi Birokrasi, Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) terhadap opini
laporan keuangan dari BPK dan nilai A terhadap penilaian SAKIP Badan POM dari

MenPAN.
Capaian Sasaran Strategis ini diukur menggunakan indikator sebagai berikut :
a. Nilai SAKIP Balai Besar di Bandung dari Badan POM hingga akhir tahun 2019
ditargetkan adalah A.

Adapun ringkasan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Balai Besar
POM di Bandung periode 2015-2019 sesuai dengan penjelasan di atas, adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Balai Besar POM di
Bandung periode 2015-2019

VISI MISI TUJUAN SASARAN VINDIKATOR


STRATEGIS KINERJA
Obat dan Meningkatkan Meningkatnya Menguatnya 1. Persentase obat yang
Makanan Aman sistem jaminan produk Sistem memenuhi syarat 4);
meningkatkan pengawasan Obat dan Pengawasan 2. Persentase obat
kesehatan Obat dan Makanan aman Obat dan tradisional yang
masyarakat dan Makanan Makanan memnuhi syarat
daya saing berbasis risiko 3. Persentase kosmetik
bangsa untuk yang memenuhi
melindungi syarat
masyarakat 4. Persentase suplemen
kesehatan yang
memenuhi syarat
5. Presentase makanan
yang memenuhi
syarat
Mendorong Meningkatnya Meningkatnya 1. Tingkat kepuasan
kemandirian daya saing Obat kemandirian masyarakat
pelaku usaha dan Makanan di pelaku usaha, 2. Jumlah
dalam pasar lokal dan kemitraan Kabupaten/Kota
memberikan global dengan dengan yang memberikan
jaminan menjamin mutu pemangku komitmen untuk
keamanan Obat dan mendukung kepentingan pelaksanaan
dan Makanan inovasi dan partisipasi pengawasan Obat
serta masyarakat dan Makanan
memperkuat dengan memberikan
kernitraan alokasi anggaran
dengan pelaksanaan regulasi
pemangku Obat dan Makanan.
kepentingan

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-2019 I Bab 2


BADAN POM RI

BAB 3
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI
DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

3.1 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BPOM

Untuk mendukung tujuan pembangunan subbidang kesehatan dan gizi masyarakat dan
mencapai tujuan dan sasaran strategis Badan POM periode 2015-2019, dilakukan upaya secara
terintegrasi dalam fokus dan lokus pengawasan Obat dan Makanan.

Arab Kebijakan Badan POM yang akan dilaksanakan :

1. Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk melindungi
masyarakat
Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko dimulai dari perencanaan
yang diarahkan berdasar pada aspek teknis, ekonomi, sosial dan spasial. Aspek-aspek
tersebut dilakukan dengan pendekatan analisis risiko yaitu dengan memprioritaskan
pengawasan kepada hal-hal yang berdampak resiko lebih besar agar pengawasan yang
dilakukan lebih optimal.
Keberadaan BB/ Balai POM hampir di seluruh wilayah Indonesiamemungkinkan BPOM
meningkatkan pemerataan pembangunan terutamadi bidang pengawasan Obat dan
Makanan. Perencanaan berbasis spasialsudah menjadi hal yang perlu diperhatikan karena
secara logis risikoterhadap Obat dan Makanan yang beredar di masyarakat berbeda
padasetiap lokus atau wilayah di daerah. Kebijakan ini harus dijabarkan jugaoleh BB/Balai
POM di daerah dalam perencanaan pengawasan Obat danMakanan di catchment area-nya.
Selain itu, penguatan sistem pengawasan Obat dan Makanan juga didorong untuk
meningkatkan perlindungan kepada kelompok rentan meliputi balita, anak usia sekolah,
dan penduduk miskin. Pada pengawasan Obat, hal ini dilakukan antara lain melalui
pengawasan keamanan, khasiat, dan mutu vaksin serta Obat Program JKN. Pada
pengawasan makanan, kelompok rentan ini bahkan telah diidentifikasi mencakup bayi,
orang sakit, ibu hamil, orang dengan immunocompromised, dan manula. Pengawasan ini
dilakukan antara lain melalui pengawasan pangan berisiko tinggi (seperti susu formula dan
produk kaleng), pengawasan Pangan Jajanan Anak Sekolah, dan pengawasan pangan
fortifikasi.

2. Peningkatan pembinaan dan bimbingan dalam rangka mendorong kemandirian pelaku


usaha dalam memberikan jaminan keamanan dan daya saing produk Obat dan Makanan
Sejalan dengan Revolusi Mental, diharapkan Badan POM dapat meningkatkan kemandirian
ekonomi utamanya daya saing Obat dan Makanan. Pendekatan dalam kebijakan ini meliputi
antara lain penerapan Risk Management Program secara mandiri dan terus menerus oleh

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-2019 I BMAWE


RADAR POM RI

produsen Obat dan Makanan. Ketersediaan tenaga pengawasan merupakan tanggung jawab
produsen.Namun Badan POM perlu memfasilitasi pemenuhan kualitas sumber daya
pengawas tersebut melalui pembinaan, pelatihan, maupun media informasi, serta verifikasi
kemandirian tersebut.

3. Peningkatan Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik melalui


kemitraanpemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat dalam pengawasan Obat
dan Makanan
Menyadari keterbatasan Badan POM, baik dari sisi kelembagaan maupun sumber daya yang
tersedia (SDM maupun pembiayaan), maka kerjasama kemitraan dan partisipasi masyarakat
adalah elemen kunci yang harus dipastikan oleh Badan POM dalam pelaksanaan tugas dan
fungsi pengawasan Obat dan Makanan.Di sisi lain, tanggung jawab pengawasan Obat dan
Makanan (walau mandat konstitusionalnya ada di Badan POM) ini mestinya tidak hanya
melekat dan menjadi monopoli Badan POM, tapi pemerintah daerah dan masyarakat juga
dituntut untuk ikut andil dan terlibat aktif dalam pelaksanaan pengawasan tersebut. Dalam
hal ini Badan POM mestinya jeli dan proaktif dalam mendorong kerjasama dan kemitraan
dengan melibatkan berbagai kelompok kepentingan dalam dan luar negeri, baik dari unsur
pemerintah, palaku usaha (khususnya Obat dan Makanan) , asosiasi pihak
universitas/akademisi, media dan organisasi masyarakat sipil terkait lainnya, dalam upaya
memastikan bahwa Obat dan Makanan yang beredar di masyarakat itu aman untuk
dikonsumsi.
Bentuk draft atau model kerjasama/kemitraan itu juga harus dirancang dengan fleksibel,
tapi tetap mengikat dan dipatuhi oleh semua pihak yang terlibat dalam kerjasama, serta
berkelanjutan dengan terpantau.
Kebijakan ini juga dapat difokuskan pada memaksimalkan Komunikasi, Informasi dan
Edukasi publik sebagai upaya strategis dalam pengawasan Obat dan Makanan. Dalam hal
ini, yang harus dipastikan bahwa materi KIE itu harus distandarkan, memiliki muatan
informative dan jelas menguraikan pesan yang dikampanyekan , serta mampu menjangkau
khalayak yang ingin disapa oleh Badan POM tersebut (misalnya memanfaatkan berbagai
media sosial).

4. Penguatan kapasitas kelembagaan pengawasan OM melalui penataan struktur yang kaya


dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif, budaya kerja yang sesuai dengan
nilai organisasi serta pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien
Kebijakan ini mengarahkan pada pengelolaan sumber daya internal secara efektif dan
efisien, dengan fokus pada 8 (delapan) area reformasi birokrasi untuk mewujudkan tata
kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya. Pengelolaan
persediaan, penataan asset, penguatan kapasitas laboratorium, penguatan sistem informasi
teknologi untuk mendukung pelayanan publik, pengembangan SIFT sebagai aplikasi
knowledge base dalam mendukung risk based control, penguatan system perencanaan dan

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-2019 I Bab 3


BADAN POM RI

pengangguran, serta implementasi keuangan berbasis akrual perlu menjadi


penekanan/ agenda prioritas.
Dalam upaya meraih WTP, selain memelihara komitmen dan integritas pimpinan, para
pengelola keuangan, dan pelaksana kegiatan, perlu juga dilakukan strategi dan upaya
penguatan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), penguatan perencanaan dan
pengangguran, peningkatan kualitas laporan keuangan (LK), peningkatan kualitas proses
pengadaan Barang dan Jasa, pembenahan penatausahaan BMN (aset tetap dan persediaan),
penguatan monitoring dan evaluasi, peningkatan kualitas pengawasan dan reviu LK, serta
percepatan penyelesaian tindak lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP).
Terkait perencanaan dan penganggaran, sesuai tuntutan suprasistem, Badan POM perlu
mengubah data elektronisasi menjadi data bentuk peta (spasial) dapat diakses secara online
dan real time yaitu berupa data-data kondisi (misalnya peta penyebaran sarana produksi dan
sarana distribusi Obat dan Makanan), peta capaian hasil kinerja pengawasan (misalnya peta
hasil pengujian laboratorium, penyelesaian kasus, dan sebagainya). Selain itu data-data
perlu diolah dan dilakukan analisis kesenjangan kinerja pengawasan antar wilayah sehingga
dapat menjadi input dalam pelaksanaan program pengawasan Obat dan Makanan berbasis
risiko.
Selain member arah penguatan ke dalam institusi Badan POM, kebijakan ini perlu disertai
dengan strategi dan upaya peningkatan kerjasama dan komunikasi ke pihak eksternal yang
strategis.

Sedangkan strategi yang akan dilaksanakan mencakup eksternal dan internal :


Eksternal :
1. Penguatan kemitraan dengan lintas sektor terkait pengawasan Obat dan Makanan;
2. Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui komunikasi, informasi dan edukasi
kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan Makanan;
Internal :
3. Penguatan Regulatory System pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko;
4. Membangun Manajemen Kineija dari Kinerja Lembaga hingga kinerja
individu/pegawai;
5. Mengelola anggaran secara lebih efisien, efektif dan akuntabel serta diarahkan untuk
mendorong peningkatan kinerja lembaga dan pegawai;
6. Meningkatkan kapasitas SDM pengawas di Badan POM di tingkat pusat dan daerah
secara lebih proporsional dan akuntabel;
7. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendukung tugas Pengawasan Obat dan
Makanan.
Strategi eksternal lebih ditekankan pada aspek kerjasama dan kemitraan dengan lintas
sektor dan lembaga (pemerintah, dunia usaha dan kelompok masyarakat sipil).Mengingat begitu
kompleksnya tantangan dari lingkungan strategis balk internal maupun eksternal, maka dengan

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-2019 4 Bab 3


BADAN POM RI

sendirinya menuntut penyesuaian-penyesuaian dalam mekanisme internal organisasi dan


kelembagaan Badan POM sendiri.
Sedangkan strategi internal lebih difokuskan pada pembenahan internal organisasi dan
kelembagaan serta sumber daya pegawai Badan POM sendiri. Poin penting yang harus
diperhatikan di sini adalah soal SDM, karena kunci keberhasilan sebuah lembaga sangat
ditentukan dari kualitas SDM-nya.
Agar pembangunan pengawasan Obat dan Makanan menjadi tajam dan terarah, arah
kebijakan dan strategi tersebut harus dijabarkan pada perencanaan tahunan dengan penekanan
sesuai isu nasional terkini dan atau mengacu alternatif penekanan sebagai berikut :
Tahun 2016: Mendorong penguatan kelembagaan dan pengembangan program strategis
dalam pengawasan Obat dan Makanan serta memaksimalkan fungsi pelayanan publik.
(Dalam hal ini Penguatan Laboratorium, Sistem IT dan Dukungan Sarana Prasarana menjadi
pra syarat yang harus dipenuhi).
Tahun 2017 : Penguatan regulasi di bidang pengawasan Obat dan Makanan termasuk
Pelakasanaan Regulatory Impact Analysis, Penguatan sistem data pre dan post terintegrasi
antara pusat dan daerah (sistem pemeriksaan penyidikan dan pengujian), dan Penguatan
Kapasitas dan Kapabilitas Laboratorium Pengawasan Obat dan Makanan untuk
memaksimalkan Fungsi Penegakan Hukum.
Tahun 2018 : Penguatan dalam penegakan hukum di bidang pengawasan Obat dan Makanan
didukung dengan analisis dampak efektifitas pengawasan secara ekonomi dan sosial untuk
mendukung pencapaian pembangunan nasional. (Dalam hal ini economic burden akibat
pengawasan Obat dan Makanan yang tidak efektif akan menjadi beban pemerintah secara
nasional).
Tahun 2019 : Percepatan pengawasan Obat dan Makanan serta evaluasi program (Renstra
2015-2019) dalam rangka peningkatan kinerja pengawasan Obat dan Makanan periode
berikutnya.

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai lembaga pengawasan Obat dan
Makanan tersebut, Badan POM menetapkan program-programnya sesuai RPJMN periode 2015-
2019, yaitu program utama (teknis) dan program pendukung (generik), sebagai berikut :
1. Program Teknis
Program Pengawasan Obat dan Makanan
Program ini dimaksudkan untuk melaksanakan tugas-tugas utama Badan POM dalam
menghasilkan standardisasi dalam pemenuhan mutu, keamanan dan manfaat Obat dan
Makanan melalui serangkaian kegiatan penetapan standar pengawasan, penilaian Obat dan
Makanan sesuai standar, pengawasan terhadap sarana produksi, pengawasan terhadap
sarana distribusi, sampling dan pengujian Obat dan Makanan beredar, penegakan hukum,
serta pembinaan dan bimbingan kepada pemangku kepentingan.

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-2019 I Bab 3


BADAN POM RI

2. Program Generik
1) Program generik 1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
lainnya.
2) Program generik 2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Badan POM.

Selanjutnya, program-program tersebut dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan prioritas Badan


POM, sebagai berikut :
1. Kegiatan-kegiatan utama untuk melaksanakan Pengawasan Obat dan Makanan :
a) Penyusunan standar Obat dan Makanan berupa Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria
(NSPK) pengawasan Obat dan Makanan (pre dan post-market);
b) Peningkatan efektivitas evaluasi pre-market melalui penilaian Obat;
c) Peningkatan cakupan pengawasan mutu Obat dan Makanan beredar melalui penetapan
prioritas sampling berdasarkan risiko termasuk iklan dan penandaan;
d) Peningkatan pengawasan sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanan, sarana
pelayanan kesehatan, serta sarana produksi dan sarana distribusi Pangan dan Bahan
Berbahaya;
e) Peningkatan pengawasan narkotika, psikotropika, prekusor, dan zat adiktif;
f) Penguatan kemampuan pengujian meliputi sistem dan sumber daya laboratorium Obat
dan Makanan;
g) Penyidikan terhadap pelanggaran Obat dan Makanan;
h) Peningkatan penelitian terkait pengawasan Obat dan Makanan antara lain regulatory
science, life science;
i) Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui kemitraan dengan pemangku
kepentingan, serta meningkatan partisipasi masyarakat.
2. Kegiatan untuk melaksanakan ketiga program generik (pendukung) :
1) Koordinasi dan Pengembangan Organisasi, Penyusunan Program dan Anggaran,
Keuangan;
2) Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Badan Pengawas Obat dan
Makanan;
3) Pengadaan, Pemeliharaan dan Pembinaan Pengelolaan, serta Peningkatan Sarana dan
Prasarana Penunjang Aparatur Badan POM;
4) Peningkatan Kompetensi Aparatur Badan POM;
5) Peningkatan kualitas produk hukum, serta Layanan Pengaduan konsumen dan
hubungan Masyarakat.

Untuk mewujudkan pencapaian sasaran strategis, maka masing-masing sasaran strategis


Badan POM periode 2015-2019 dijabarkan kepada sasaran program dan kegiatan berdasarkan
logical model perencanaan. Adapun logical model penjabaran terhadap sasaran program dan kegiatan
terkait Balai Besar POM di Bandung adalah sebagai berikut :

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-2019 I Bab 3


BADAN POM RI

LOG FRAME
BALM BESAR POM DI BANDUNG

Meningkatnya kemandirian

410 Menguatnya Sistem


Pengawasan Obat dan
Makanan
pelaku usaha, kemitraan dengan
pemangku kepentingan dan
partisipasi masyarakat
Meningkatnya kualitas
kapasitas kelembagaan Balai
Besar POM di Bandung

Menguatnya sistem
pengawasan obat dan
makanan
Meningkatnya kemandirian
pelaku usaha, kemitraan dengan
pemangku kepentingan dan
partisipasi masyarakat
Meningkatnya kualitas
kapasitas kelembagaan Balai
Besar POM di Bandung

Meningkatnya Meningkatnya Meningkatnya Meningkatnya Meningkatnya Pengadaan Penyusunan


kualitas kualitas kualitas hasil kerjasama Sarana dan Perencanaan,
sampling dan sarana sarana tindaklanjut kominikasi, Prasarana Penganggara,
pengujian produksi yang distribusi yang penyidikan informasi dan yang Terkait Keuangan dan
terhadap memenuhi memenuhi terhadap edukasi Pengawasan Evaluasi yang
produk obat standar standar Pelanggaran Obat dan dilaporkan
dan makanan Obat dan Makanan tepat waktu
yang beredar Makanan

Gambar 3.1Log frame Balai Besar POM di Bandung

Tabel 3.1 Program/Kegiatan Strategis, Sasaran Program/Kegiatan, dan Indikator


Balai Besar/Balai POM

SASARAN KEGIATAN SASARAN KEGIATAN INDIKATOR PIC


PROGRAM
PROGRAM STRATEGIS
T317 ilf'17 A 1
4 Menguatnya Pengawasan 1. Meningkatnya kualitas 1.Jumlah sampel yang Balai
PENGAWASAN sistem Obat dan sampling dan pengujian diuji menggunakan Besar/Balai
OBAT DAN pengawasan Obat Makanan di terhadap produk obat dan parameter kritis POM
MAKANAN dan Makanan 33 Balai makanan yang beredar 2. Persentase cakupan
Besar/ Balai 2. Meningkatnya kualitas pengawasan sarana
POM sarana produksi yang produksi Obat dan
memenuhi standar Makanan
3. Menigkatnya kualitas 3. Pemenuhan target
sarana distribusi yang sampling produk Obat
memenuhi standar di sektor publik (IFK)
4. Meningkatnya hasil 4. Persentase cakupan
tindaklanjut penyidikan pengawasan sarana
terhadap Pelanggaran distribusi Obat dan
Obat dan Makanan Makanan
5. Jumlah perkara di
bidang obat dan
makanan
Meningkatnya Meningkatnya kerjasama, 6. Jumlah layanan publik
kemandirian komunikasi, informasi dan BB/BPOM
pelaku usaha, edukasi 7. Jumlah Komunitas yang
kemitraan dengan diberdayakan
pemangku
kepentingan, dan
partisipasi
masyarakat
Meningkatnya 1. Pengadaan Sarana dan 8. Persentase pemenuhan
kualitas kapasitas Prasarana yang Terkait sarana dan prasarana
kelembagaan Pengawasan Obat dan sesuai standar
Balai Besar/Balai Makanan 9. Jumlah dokumen
POM 2. Penyusunan Perencanaan, perencanaan,
Penggartggaran, penganggaran dan
Keuangan dan Evaluasi evaluasi yang
yang dilaporkan tepat dilaporkan tepat waktu.
waktu

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-2019TBal3 i.


BADAN POM RI

3.2 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BALAI BESAR POM DI

BANDUNG

Visi dan Misi yang telah dirumuskan dan dijelaskan tujuan serta sasarannya perlu
dipertegas dengan bagaimana upaya atau cara untuk mencapai tujuan dan sasaran misi tersebut
melalui arah kebijakan dan strategi pembangunan Pengawasan Obat dan Makanan yang akan
dilaksanakan selama lima tahun (2013 - 2018). Arah Kebijakan dan Strategi Balai Besar POM di
Bandung disusun mengacu pada Arah Kebijakan dan Strategi Badan POM seperti yang termuat
dalam Rencana Strategis Badan POM tahun 2015-2019.

Arah Kebijakan dan Strategi Balai Besar POM di Bandung yang akan dilaksanakan yaitu :

1. Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk melindungi
masyarakat
Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko dimulai dari perencanaan
yang diarahkan berdasar pada aspek teknis, ekonomi, sosial dan spasial. Aspek-aspek
tersebut dilakukan dengan pendekatan analisis risiko yaitu dengan memprioritaskan
pengawasan kepada hal-hal yang berdampak resiko lebih besar agar pengawasan yang
dilakukan lebih optimal. Balai Besar POM di Bandung sebagai salah satu Unit Pelaksana
Teknis di lingkungan Badan POM diharapkan dapat meningkatkan pemerataan
pembangunan di bidang pengawasan Obat dan Makanan khususnya di wilayah Provinsi
Jawa Barat. Perencanaan berbasis spasial sudah menjadi hal yang perlu diperhatikan karena
secara logis, risiko terhadap Obat dan Makanan yang beredar di masyarakat berbeda pada
setiap lokus atau wilayah di daerah.
Selain itu, penguatan sistem pengawasan Obat dan Makanan juga didorong untuk
meningkatkan perlindungan kepada kelompok rentan meliputi balita, anak usia sekolah,
dan penduduk miskin. Pada pengawasan Obat, hal ini dilakukan antara lain melalui
pengawasan keamanan, khasiat, dan mutu vaksin serta Obat Program JKN. Pada
pengawasan makanan, kelompok rentan ini bahkan telah diidentifikasi mencakup bayi,
orang sakit, ibu hamil, orang dengan immunocompromised, dan manula. Pengawasan ini
dilakukan antara lain melalui pengawasan pangan berisiko tinggi (seperti susu formula dan
produk kaleng), pengawasan Pangan Jajanan Anak Sekolah, dan pengawasan pangan
fortffikasi.
Diharapkan dengan penguatan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko dapat
meningkatkan kualitas sampling dan pengujian terhadap produk Obat dan Makanan,
meningkatkan kualitas sarana produksi yang memenuhi standar, meningkatkan kualitas
sarana distribusi yang memenuhi standar, dan meningkatkan hasil tindak lanjut penyidikan
terhadap pelanggaran Obat dan Makanan.

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-2019 Bab 3


BADAN POM RI

2. Peningkatan pembinaan dan bimbingan dalam rangka mendorong kemandirian pelaku


usaha dalam memberikan jaminan keamanan dan daya saing produk Obat dan Makanan
Sejalan dengan Revolusi Mental, diharapkan Balai Besar POM di Bandung sebagai salah sate
Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Badan POM dapat meningkatkan kemandirian
ekonomi utamanya daya saing Obat dan Makanan. Pendekatan dalam kebijakan ini meliputi
antara lain penerapan Risk Management Program secara mandiri dan terus menerus oleh
produsen Obat dan Makanan. Ketersediaan tenaga pengawasan merupakan tanggungjawab
produsen. Namun Balai Besar POM di Bandung perlu memfasilitasi pemenuhan kualitas
sumber daya pengawas tersebut melalui pembinaan, pelatihan, maupun media informasi,
serta verifikasi kemandiriantersebut.
Selain itu, peningkatan pembinaan dan bimbingan dalam rangka mendorong kemandirian
pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan dan daya saing produk Obat dan
Makanan dilaksanakan dengan meningkatkan kualitas pemeriksaan saran dalam rangka
pemberian rekomendasi hasil pemeriksaan sarana, meningkatkan pemenuhan terhadap
permohonan pelaku usaha dalam rangka pemberian rekomendasi hasil pemeriksaan sarana,
meningkatkan pengendalian, monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pemeriksaan
sarana dalam rangka sertifikasi, dan intensifikasi sosialisasi standar, pedoman, dan regulasi
di bidang Obat dan Makanan kepada pelaku usaha sehingga kepatuhan pelaku usaha
terhadap peraturan yang berlaku dapat meningkat.

3. Peningkatan Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik melalui


kemitraanpemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat dalam pengawasan Obat
dan Makanan
Menyadari keterbatasan Balai Besar POM di Bandung, baik dari sisi kelembagaan maupun
sumber daya yang tersedia (SDM maupun pembiayaan), maka kerjasama kemitraan dan
partisipasi masyarakat adalah elemen kunci yang harus dipastikan oleh Balai Besar POM di
Bandung dalam pelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan Obat dan Makanan. Di sisi lain,
tanggung jawab pengawasan Obat dan Makanan (walau mandat konstitusionalnya ada di
Badan POM) ini mestinya tidak hanya melekat dan menjadi monopoli Balai Besar POM di
Bandung, tapi pemerintah daerah dan masyarakat juga dituntut untuk ikut andil dan
terlibat aktif dalam pelaksanaan pengawasan tersebut. Dalam hal ini Balai Besar POM di
Bandung mestinya jeli dan proaktif dalam mendorong kerjasama dan kemitraan dengan
melibatkan berbagai kelompok kepentingan dalam dan luar negeri, baik dari unsur
pemerintah, palaku usaha (khususnya Obat dan Makanan), asosiasi pihak
uruiversitas/ akademisi, media dan organisasi masyarakat sipil terkait lainnya, dalam upaya
memastikan bahwa Obat dan Makanan yang beredar di masyarakat itu aman untuk
dikonsumsi.
Kebijakan ini juga dapat difokuskan pada memaksimalkan Komunikasi, Informasi dan
Edukasi publik sebagai upaya strategis dalam pengawasan Obat dan Makanan. Dalam hal
ini, yang harus dipastikan bahwa materi KIE itu harus distandarkan, memiliki muatan

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-2019 J Bab 3


1
BADAN POM RI

informatif dan jelas menguraikan pesan yang dikampanyekan, serta mampu menjangkau
khalayak yang ingin disapa oleh Balai Besar POM di Bandung tersebut (misalnya
memanfaatkan berbagai media sosial).

4. Penguatan kapasitas kelembagaan pengawasan OM melalui penataan struktur yang kaya


dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif, budaya kerja yang sesuai dengan
nilai organisasi serta pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien
Kebijakan ini mengarahkan pada pengelolaan sumber daya internal secara efektif dan
efisien, dengan fokus pada 8 (delapan) area reformasi birokrasi untuk mewujudkan tata
kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya. Pengelolaan
persediaan, penataan asset, penguatan kapasitas laboratorium, penguatan sistem informasi
teknologi untuk mendukung pelayanan publik, mendukung pengembangan SIPT sebagai
aplikasi knowledge base dalam mendukung risk based control, penguatan sistem perencanaan
dan pengangguran, serta implementasi keuangan berbasis akrual perlu menjadi
penekanan/ agenda prioritas.
Dalam upaya meraih WTP, selain memelihara komitmen dan integritas pimpinan, para
pengelola keuangan, dan pelaksana kegiatan, perlu juga dilakukan strategi dan upaya
penguatan Sistem Pengendatian Intern Pemerintah (SPIP), penguatan perencanaan dan
pengangguran, peningkatan kualitas laporan keuangan (LK), peningkatan kualitas proses
pengadaan Barang dan Jasa, pembenahan penatausahaan BMN (aset tetap dan persediaan),
penguatan monitoring dan evaluasi, peningkatan kualitas pengawasan dan reviu LK, serta
percepatan penyelesaian tindak lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP).
Terkait perencanaan dan penganggaran, sesuai tuntutan suprasistem, Balai Besar POM di
Bandung perlu mendukung Badan POM dalammengubah data elektronisasi menjadi data
bentuk peta (spasial) dapat diakses secara online dan real time yaitu berupa data-data
kondisi (misalnya peta penyebaran sarana produksi dan sarana distribusi Obat dan
Makanan), peta capaian hash' kinerja pengawasan (misalnya peta hasil pengujian
Iaboratorium, penyelesaian kasus, dan sebagainya). Selain itu data-data perlu diolah dan
dilakukan analisis kesenjangan kinerja pengawasan antar wilayah sehingga dapat menjadi
input dalam pelaksanaan program pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko. Selain
memberi arah penguatan ke dalam institusi Badan POM, kebijakan ini perlu disertai dengan
strategi dan upaya peningkatan kerjasama dan komunikasi ke pihak eksternal yang
strategis.

Sedangkan strategi yang akan dilaksanakan mencakup eksternal dan internal :


Ekstemal :
1. Penguatan kemitraan dengan lintas sektor terkait pengawasan Obat dan Makanan;
2. Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui komunikasi, informasi dan edukasi
kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan Makanan;

Rencana Strategic Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-2019 Bab 3


BADAN NOM RI

Internal :
3. Membangun Manajemen Kinerja dari Kinerja Lembaga hingga kinerja
individuipegawai;
4. Mengelola anggaran secara lebih efisien, efektif dan akuntabel serta diarahkan untuk
mendorong peningkatan kinerja lembaga dan pegawai;
5. Meningkatkan kapasitas SDM pengawas di Balai Besar POM di Bandung secara lebih
proporsional dan akuntabel;
6. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendukung tugas
Pengawasan Obat dan Makanan.
Strategi eksternal lebih ditekankan pada aspek kerjasama dan kemitraan dengan lintas
sektor dan lembaga (pemerintah, dunia usaha dan kelompok masyarakat sipil). Mengingat begitu
kompleksnya tantangan dari lingkungan strategis baik internal maupun eksternal, maka dengan
sendirinya menuntut penyesuaian-penyesuaian dalam mekanisme internal organisasi dan
kelembagaan Balai Besar POM di Bandung sendiri.
Sedangkan strategi internal lebih difokuskan pada pembenahan internal organisasi dan
kelembagaan serta sumber daya pegawai Balai Besar POM di Bandung sendiri. Poin penting yang
hams diperhatikan di sini adalah soal SDM, karena kunci keberhasilan sebuah lembaga sangat
ditentukan dari kualitas SDM-nya.

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai lembaga pengawasan Obat dan
Makanan tersebut, Balai Besar POM di Bandung melaksanakan program yang ditetapkan Badan
POM sesuai RPJMN periode 2015-2019, yaitu program utama (teknis): Program Pengawasan Obat
dan Makanan yang dimaksudkan untuk melaksanakan tugas-tugas utama Badan POM dalam
menghasilkan standardisasi dalam pemenuhan mutu, keamanan dan manfaat Obat dan Makanan
melalui serangkaian kegiatan penetapan standar pengawasan, penilaian Obat dan Makanan sesuai
standar, pengawasan terhadap sarana produksi, pengawasan terhadap sarana distribusi, sampling
dan pengujian Obat dan Makanan beredar, penegakan hukum, serta pembinaan dan bimbingan
kepada pemangku kepentingan.

Tabel 3.2 Sasaran Strategis, Arah Kebijakan Balai Besar POM di Bandung, Program/Kegiatan,
Sasaran Kegiatan dan Indikator KinerjaBalai Besar/Balai POM

ARAH KEBIJAKAN
BALAI BESAR POM PROGRAIVI/KEGIATAN SASARAN KEGIATAN INDIKATOR KINERJA
BANDUNG

SASARAN STRATEGIS 1: MENGUATNYA SISTEM PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN

Penguatan Sistem PROGRAM PENGAWASAN 1. Meningkatnya 1. Presentase Obat yang memenuhi


Pengawasan Obat dan OBAT DAN MAKANAN kualitas sampling dan syarati
Makanan berbasis risiko Pengawasan Obat dan pengujian terhadap 2. Presentase Produk Obat
untuk melindungi Makanan di Balai Besar POM produk obat dan Tradisional yang memenuhi
masyarakat di Bandung makanan yang syarat*)
beredar 3. Presentase Produk Kosmetik
2. Meningkatnya yang memenuhi syarat*)
kualitas sarana 4. Presentase Produk Suplemen
produksi yang Kesehatan yang memenuhi
memenuhi standar syarati

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-2019 I Bab 3


RADAR GOM RI

ARAH KEBIJAKAN
BALM BESAR POM DI PROG-
UNG
IL_ IBI
AND
3. Meningkatnya 5. Presentase Makanan yang
kualitas sarana memenuhi syarat*)
distribusi yang 6. Jumlah sampel yang diuji
memenuhi standar menggunakan parameter kritis.
4. Meningkatnyahasil 7. Pemenuhan target sampling
tindaklanjut produk Obat di sektor publik
penyidikan terhadap (IFK)
pelanggaran Obat dan 8. Presentase cakupan pengawasan
Makanan sarana produksi Obat dan
Makanan
9. Presentase cakupan pengawasan
sarana distribusi Obat dan
Makanan
10. Jumlah Perkara di bidang Obat
dan Makanan.

SASARAN STRATEGIS 2 : MENINGKATNYA KEMANDIRIAN PELAKU USAHA, KEMITRAAN DENGAN PEMANGKU


KEPENTINGAN, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT
Peningkatan pembinaan PROGRAM PENGAWASAN Meningkatnya kerjasama, 1. Tingkat Kepuasan Masyarakat)
dan bimbingan dalam OBAT DAN MAKANAN komunikasi, informasi 2. Jumlah Kabupaten/ Kota yang
rangka mendorong Pengawasan Obat dan dan edukasi memberikan untuk komitmen
kemandirian pelaku Makanan di Balai Besar POM untuk pelaksanaan pengawasan
usaha dalam di Bandung Obat dan Makanan dengan
memberikan jaminan memberikan alokasi anggaran
keamanan dan daya pelaksanaan regulasi Obat dan
saing produk Obat dan Makanan
Makanan 3. Jumlah layanan publik BB/BPOM
4. Jumlah Komunitas yang
Peningkatan Kerjasama, diberdayakan
Komunikasi, Informasi
dan Edukasi publik
melalui
kemitraanpemangku
kepentingan dan
partisipasi masyarakat
dalam pengawasan Obat
dan Makanan

SASARAN STRATEGIS 3 : MENINGKATNYA KUALITAS KAPASITAS KELEMBAGAAN BPOM


Penguatan kapasitas PROGRAM PENGAWASAN 1. Pengadaan Sarana 1. Nilai SAKIP Balai Besar/ Balai
kelembagaan OBAT DAN MAKANAN dan Prasarana yang POM dan Badan POM
pengawasan OM Pengawasan Obat dan Terkait Pengawasan 2. Presentase pemenuhan sarana
melalui penataan Makanan di Balai Besar POM Obat dan Makanan prasarana sesuai standar.
struktur yang kaya di Bandung 2. Penyusunan 3. Jundah dokumen perencanaan,
dengan fungsi, proses Perencanaan, penganggaran dan evaluasi yang
bisnis yang tertata dan Penganggaran, dilaporkan tepat waktu
efektif, budaya kerja Keuangan dan
yang sesuai dengan nilai Evaluasi yang
organisasi serta dilaporkan tepat
pengelolaan sumber waktu
daya yang efektif dan
efisien

Keterangan : *) Indikator Kinerja Utama (IKU) Balai Besar POM di Bandung

3.3 KERANGKA REGULASI

Dalam rangka pengawasan Obat dan Makanan dibutuhkan adanya regulasi yang kuat guna
mendukung sistem pengawasan. Sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang
mempunyai tugas teknis, tidak hanya regulasi yang bersifat teknis saja yang harus dipenuhi
melainkan perlu adanya regulasi yang bersifat administratif dan strategis. Pengawasan Obat dan
Makanan merupakan tugas yang tidak dapat dilakukan sendiri, dan dalam prakteknya

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-2019 I Bab 3


BADAN POM RI

dibutuhkan kerjasama dengan banyak sektor terkait baik pemerintah maupun swasta. Untuk itu,
regulasi perlu dirancang sedemikian mungkin agar sesuai dengan tugas pengawasan Obat dan
Makanan.
Regulasi dalam pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan merupakan tugas sepenuhnya
dari Badan POM, yang dijadikan acuan Balai Besar POM di Bandung dalam melaksanakan tugas
dan fungsinya melakukan pengawasan Obat dan Makanan secara optimal. Berkaitan dengan
pelaksanaan regulasi dalam pengawasan Obat dan Makanan, Balai Besar POM di Bandung
menemui kendala dalam koordinasi dengan berbagai pemangku kepentingan. Salah satunya
dengan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota terkait hasil pengawasan Obat dan Makanan yang
hams ditindaklanjuti oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Dengan adanya berbagai kendala
tersebut, Balai Besar POM di Bandung turut mendukung Badan POM dalam menyusun berbagai
regulasi yang penting dan dibutuhkan dalam rangka memperkuat sistem pengawasan Obat dan
Makanan. Adapun beberapa regulasi yang dimaksud antar lain :
i. Undang Undang Pembinaan, Pengawasan, dan Pengawasan Sediaan Farmasi. UU ini
dibutuhkan sebagai payung hukum yang tegas dalam pengawasan Obat dan Makanan
termasuk penegakan hukum.
u. Peraturan Perundang-undangan terkait Pengawasan Obat dan Makanan, termasuk
Peraturan baru atau revisi Peraturan Kepala Badan POM serta Rancangan Peraturan Menteri
Kesehatan untuk meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan.
iii. Rancangan Peraturan Pemerintah(RPP) tentang Keamanan Mutu dan Gizi Pangan serta RPP
Label dan Iklan Pangan terkait Undang-Undang No 18 Tahun 2012 tentang Pangan,
terutama yang berkaitan dengan pengawasan makanan perlu dibuat peraturan pemerintah
agar dapat dilaksanakan dengan baik.
iv. Norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) terkait pelaksanaan UU No. 23 tahun 2014
tentang Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan urusan pemerintah konkuren.
Diharapkan NSPK ini jugs mencakup pola tindaklanjut hasil pengawasan Obat dan
Makanan, termasuk penetapan sanksi, serta penetapan kewenangan pemberi saksi.
v. Standar kompetensi laboratorium dan standar GLP. Diharapkan dengan adanya standar
kompetensi tersebut Balai Besar POM di Bandung dapat meningkatkan pengawalan mutu
Obat dan Makanan terhadap isu terkini (AEC, SJSN Kesehatan, d11).
vi. Dasar hukum terkait legalisasi peran Badan POM sebagai provider Uji Profisiensi dan
provider baku Pembanding untuk meningkatkan pengawalan mutu Obat dan Makanan oleh
Badan POM terhadap isu terkini (AEC, SJSN Kesehatan, dll).
vii. Memorandum of Understanding (MoU) Penguatan sistem pengawasan Obat dan Makanan.
viii. Regulasi yang mendukung optimalisasi Pusat Kewaspadaan Obat dan Makanan dan Early
Warning System (EWS) yang informatif.
ix. Juknis/ pedoman untuk pengintegrasian penyebaran informasi Obat dan Makanan.

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-2019 I Bab 3


BARAN POM RI

x. Perlu adanya Peraturan dengan instansi terkait yang mengatur regulatory insentive melalui
bimbingan teknis, fast track registrasi (eras program), misalnya semua laboratorium dalam
lima tahun ke depart telah pra kualifikasi oleh lembaga internasional.
xi. Peraturan Kepala Badan POM tentang koordinasi dengan pemerintah daerah serta
Peraturan Kepala Daerah (Gubernur, Bupati, dan Walikota) untuk meningkatkan efektivitas
pengawasan Obat dan Makanan di daerah. Dalam hal ini Badan POM perlu meningkatkan
advokasi tentang peranan pemerintah daerah dalam pengawasan Obat dan Makanan.
Rincian kerangka regulasi terlampir pada Lampiran 2 Matriks Kerangka Regulasi Balai Besar
POM di Bandung 2015-2019.

3.4 KERANGKA KELEMBAGAAN

Untuk memperkuat peran dan fungsi Balai Besar POM di Bandung dalam melaksanakan
mandat Renstra 2015-2019, makadilakukan beberapa inisiatif penataan kelembagaan. Beberapa
aspek kelembagaan yang harus ditata agar lebih efektif dan efisien adalah :

1. Penguatan lembaga-lembaga pemerintah di daerah di bidang pengawasan Obat dan


Makanan.
2. Diperlukan koordinasi dengan lembaga-lembaga terkait yang memiliki tugas sama dalam
rangka mewujudkan pencapaian prioritas pembangunan kesehatan.
3. Diperlukan koordinasi dengan lembaga-lembaga terkait yang memiliki tugas sama dalam
rangka penyidikan hukum yang tergabung dalam aparat gabungan penegak hukum. Hal ini
sangat diperlukan karena peredaran Obat dan Makanan illegal merupakan aspek pidana
yang masuk dalam sistem peradilan pidana.
4. Permantapan pengelolaan SDM Aparatur Balai Besar POM di Bandung, mulai dari
perencanaan kebutuhan berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban kerja, peningkatan
kompetensi (hard maupun soft competency) dan profesionalisme SDM serta penilaian kinerja
individu SDM.
5. Pemantapan tatalaksana Balai Besar POM di Bandung, diantaranya dengan
menyelenggarakan kaji ulang sistem mutu dan audit internal secara berkala, upaya
perbaikan/peningkatan berkelanjutan (continuous improvement), resertifikasi ISO 9001 : 2008,
akreditasi ISO 17025. Beberapa Instruksi Kerja (IK) yang perlu direvisi berdasarkan kaji ulang
dokumen antara lain : IK Penanganan Sampel, IK Pemeliharaan Alat, IK Pengendalian
Lingkungan Laboratorium Mikrobiologi, IK Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) dan IK
Penanganan Limbah. Serta penambahan beberapa IK antara lain IK Penanganan Sampel
Kasus, Investigasi Awal serta Pihak Ketiga.

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-2019 I Bab 3


BAB 4
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

4.1 TARGET KINERJA

Kegiatan yang dilaksanakan oleh Balai Besar POM di Bandung merupakan bagian dari
Program Teknis yaitu : PROGRAM PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN, Program ini
diselenggarakan dengan sasaran menguatnya sistem pengawasan Obat dan Makanan. Kinerja
program ini, diukur dengan :
a. Presentase Obat yang memenuhi syarat.
b. Presentase Produk Obat Tradisional yang memenuhi syarat.
c. Presentase Produk Kosmetik yang memenuhi syarat.
d. Presentase Produk Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat.
e. Presentase Makanan yang memenuhi syarat.
f. Tingkat Kepuasan Masyarakat.
g. Jumlah Kabupaten/ Kota yang memberikan untuk komitmen untuk pelaksanaan
pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi
Obat dan Makanan.
h. Nilai SAKIP Balai Besar POM dari Badan POM.

Program ini dilaksanakan dengan beberapa kegiatan, salah satunya kegiatan Pengawasan
Obat dan Makanan di Balai Besar POM di Bandung. Sasaran dari kegiatan ini adalah
meningkatnya kineija pengawasan Obat dan Makanan di Provinsi Jawa Barat. Indikator kegiatan
ini adalah :
1. Jumlah sampel yang diuji menggunakan parameter kritis.
2. Pemenuhan target sampling produk Obat di sektor publik (IFK)
3. Presentase cakupan pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan.
4. Presentase cakupan pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan.
5. Jumlah Perkara di bidang Obat dan Makanan.
6. Jumlah Iayanan publik BB/BPOM.
7. Jumlah Komunitas yang diberdayakan.
8. Presentase pemenuhan sarana prasarana sesuai standar.
9. Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran dan evaluasi yang dilaporkan tepat waktu.

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-2019 Bab4


BADAN POM RI

Target dan indikator kinerja masing-masing diuraikan sesuai dengan sasaran strategis Balai Besar
POM di Bandung adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1
Sasaran Strategis, Indikator dan Target Kinerja

Target Kinerja
Sasaran Strategis Indikator
2016 2017 2018 2019
Menguatnya Persentase obat yang 92,00% 92,50% 93,00% 93,50% 94,00%
sistem memenuhi syarat
pengawasan Persentase obat 59,54% 60,54% 61,54% 62,54% 63,54%
Obat dan Tradisional yang
Makanan memenuhi syarat
Persentase Kosmetik 87,41% 88,41% 89,41% 90,41% 91,41%
yang memenuhi syarat
Persentase Suplemen 99,67% 99,67% 99,67% 99,67% 99,67%
Kesehatan yang
memenuhi syarat
Persentase makanan 66,53% 67,03% 67,53% 68,03% 68,53%
yang memenuhi syarat
Meningkatnya Tingkat Kepuasan 82,35% 82,37% 82,39% 82,41% 82,43%
kemandirian Masyarakat
pelaku usaha, Jumlah Kabupaten/ 1 2 3 4 5
kernitraan Kota yang memberikan
dengan komitmen untuk
pemangku pelaksanaan
kepentingan, pengawasan Obat dan
dan partisipasi Makanan dengan
masyarakat memberikan alokasi
anggaran pelaksanaan
regulasi Obat dan
Makanan
Meningkatnya Nilai SAKIP BB A A A A
kualitas BPOM/BPOM dari
kapasitas Badan POM
kelembagaan
BPOM

4.1.1 Kegiatan dalam Sasaran Strategis Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan
Untuk mencapai Sasaran Strategis Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan,
dilaksanakan Program Pengawasan Obat dan Makanan melalui Kegiatan Pengawasan Obat dan
Makanan di Balai Besar POM di Bandung.
Kegiatan yang dilaksanakan dalam sasaran strategis menguatnya sistem pengawasan Obat
dan Makanan diharapkan dapat mencapai sasaran kegiatan sebagai berikut:
1. Peningkatan kualitas sampling dan pengujian terhadap produk obat dan makanan, melalui
kegiatan strategis:
a. Memperkuat komitmen pelaksanaan sampling dan pengujian berdasarkan Pedoman
Sampling agar mencapai target yang telah ditetapkan serta mendorong tindaklanjut hasil
pengujian.

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-2019 Bab 4


BARAN POM RI

b. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana laboratorium Balai Besar
POM di Bandung sesuai persyaratan Good Laboratorium Practices (GLP) dan Standar
Minimum Peralatan Laboratorium Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan POM RI.

c. Meningkatkan standar ruang lingkup akreditasi laboratorium serta Jaminan Mutu Hasil
Pengujian (JMHP) terhadap seluruh sampel yang diuji termasuk seluruh obat publik yang

ada di e-catalog untuk mendukung Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).

d. Meningkatkan komitmen pelaksanaan Sistem Informasi Pelaporan Terpadu (SIFT) serta


mendukung optimalisasi fungsi SIFT modul sampling dan pengujian dalam menunjang
sistem pelaporan yang efektif dan efisien untuk analisis data dan tindaklanjut dalam

kerangka pengawasan.
e. Meningkatkan pengendalian, monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan sampling
dan pengujian serta tindaklanjut hasil pengujian.

2. Peningkatan kualitas sarana produksi yang memenuhi standar, melalui kegiatan strategis:

a. Meningkatkan komitmen pelaksanaan kegiatan pemeriksaan sarana produksi terhadap


Renlak yang telah disusun berdasarkan Kajian Analisis Risiko.
b. Meningkatkan komitmen pelaksanaan Sistem Informasi Pelaporan Terpadu (SIFT) serta
mendukung optimalisasi fungsi SIFT modul pemeriksaan sarana produksi dalam
menunjang sistem pelaporan yang efektif dan efisien untuk pemutahiran database sarana
produksi, track record sarana produksi, analisis data serta tindaklanjut dalam kerangka
pengawasan.
c. Meningkatkan kerjasama dan kemitraan dengan pemangku kepentingan dalam rangka
tindaklanjut terhadap hasil pemeriksaan sarana produksi.
d. Meningkatkan pengendalian, monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pemeriksaan
sarana produksi serta tindak lanjut hasil pemeriksaan sarana produksi.

3. Peningkatan kualitas sarana distribusi yang memenuhi standar, melalui kegiatan strategis:

a. Meningkatkan komitmen pelaksanaan kegiatan pemeriksaan sarana distribusi terhadap


Renlak yang telah disusun berdasarkan Kajian Analisis Risiko.
b. Meningkatkan komitmen pelaksanaan Sistem Informasi Pelaporan Terpadu (SIFT) serta
mendukung optimalisasi fungsi SIFT modul pemeriksaan sarana distribusi dalam
menunjang sistem pelaporan yang efektif dan efisien untuk pemutahiran database sarana
produksi, track record sarana produksi, analisis data serta tindaklanjut dalam kerangka
pengawasan.
c. Meningkatkan kerjasama dan kemitraan dengan pemangku kepentingan dalam rangka
tindaklanjut terhadap hasil pemeriksaan sarana distribusi.
d. Meningkatkan pengendalian, monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pemeriksaan
sarana produksi serta tindak lanjut hasil pemeriksaan sarana distribusi.

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-20191Bab 4


BADAN POM RI

4. Peningkatan hasil tindaklanjut penyidikan terhadap pelanggaran Obat dan Makanan,


melalui kegiatan strategis:
a. Memantapkan fokus penyidikan terhadap pelanggaran Obat dan Makanan berdasarkan
Kajian Analisis Risiko.
b. Meningkatkan kerjasama dan kemitraan dengan pemangku kepentingan dalam rangka
tindaklanjut penyidikan terhadap pelanggaran Obat dan Makanan.
c. Meningkatkan pengendalian, monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan penyidikan
serta tindaklanjut penyidikan terhadap pelanggaran Obat dan Makanan.
d. Mendukung optimalisasi fungsi S1PT modul penyidikan dalam menunjang sistem
pelaporan yang efektif dan efisien untuk pemutahiran database penyidikan, track record
sarana produksi dan distribusi, analisis data serta tindaklanjut hasil penyidikan dalam
kerangka pengawasan.

Pengawasan yang dilakukan mencakup pengawasan pre dan post market. Namun dalam hal
ini pre-market control dilakukan dalam lingkup kewenangan tertentu, tidak termasuk penyusunan
standar. Kinerja kegiatan ini diukur dengan indikator:
a. Jumlah sampel yang diuji menggunakan parameter kritis, dengan target kumulatif 24.000
pada tahun 2019.
b. Pemenuhan target sampling produk Obat di sektor publik (IFK), dengan target tiap tahun
100% hingga tahun 2019.
c. Persentase cakupan pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan, dengan target flap
tahun 2.36% hingga tahun 2019.
d. Persentase cakupan pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan, dengan target tiap
tahun 15.29% hingga tahun 2019.
e. Jumlah Perkara di bidang Obat dan Makanan, dengan target kumulatif 115 sampai dengan
tahun 2019.

4.1.2 Kegiatan dalam Sasaran Strategis Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan
dengan pemangku kepentingan, dan partisipasi masyarakat
Untuk mencapai Sasaran Strategis meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan
dengan pemangku kepentingan, dan partisipasi masyarakat, dilaksanakan Program Pengawasan
Obat dan Makanan melalui Kegiatan Pengawasan Obat dan Makanan di Balai Besar POM di
Bandung.
Kegiatan yang dilaksanakan dalam sasaran strategis meningkatnya kemandirian pelaku
usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan, dan partisipasi masyarakat diharapkan dapat
mencapai sasaran kegiatan sebagai berikut:
1. Peningkatan kerjasama, komunikasi, informasi dan edukasi, melalui kegiatan strategis:
a. Meningkatkan jumlah komunitas yang diberdayakan agar masyarakat mampu
melindungi diri dari produk obat dan makanan yang berisiko terhadap kesehatan.

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-20191Bab 4


BADAN POM RI

b. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelaksanaan kegiatan KIE secara terintegrasi dart
terpadu dengan penekanan pada partisipasi publik dan keterbukaan informasi publik.
c. Mengoptimalkan Public Private Partnership dengan melibatkan media baik elektronik
maupun cetak dan tokoh masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pengawasan Obat dan Makanan.
d. Meningkatkan pengendalian, monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan KIE.

Kegiatan yang dilakukan mencakup pemberian layanan informasi dan edukasi kepada
masyarakat, pemberdayaan masyarakat, advokasi dan kerjasama dengan lintas sektor. Kinerja
kegiatan ini diukur dengan indikator:
a. Jumlah layanan publik, dengan target kumulatif 12.575 pada tahun 2019.
b. Jumlah Komunitas yang diberdayakan, dengan target kumulatif 40 pada tahun 2019.

4.1.3 Kegiatan dalam Sasaran Strategis Meningkatnya kualitas kelembagaan Balai Besar POM
di Bandung
Untuk mencapai Sasaran Strategis meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan, Balai Besar
POM di Bandung sebagai satuan kerja di daerah selain berperan melaksanakan tugas teknis, tugas
terkait dengan manajemen perlu dilaksanakan dalam upaya mendukung sasaran strategis Badan
POM yang terkait dengan peningkatan kapasitas kualitas kelembagaan.
Kegiatan yang dilaksanakan dalam sasaran strategis meningkatnya kualitas kelembagaan
Balai Besar POM di Bandung diharapkan dapat mencapai sasaran kegiatan sebagai berikut:
1. Peningkatan kapasitas kelembagaan Balai Besar POM di Bandung, melalui kegiatan strategis:
a. Meningkatkan kompetensi dan kapabilitas SDM aparatur Balai Besar POM di Bandung
melalui pendidikan dan pelatihan yang berdasarkan standar kompetensi jabatan atau
kebutuhan organisasi dan berdampak dalam pengembangan karir selanjutnya.
b. Mendorong pemenuhan SDM berdasarkan Analisis Beban Kerja dan kebutuhan
organisasi sesuai dengan kapasitas tugas dan fungsi kelembagaan Balai Besar POM di
Bandung.
c. Mengoptimalkan pengelolaan SDM aparatur Balai Besar POM di Bandung meliputi
Sasaran Kinerja Pegawai (SKP), penegakan disiplin, promosi dan mutasi, penghargaan,
penggajian dan tunjangan serta internalisasi budaya kerja.
d. Mendorong pemenuhan kebutuhan anggaran Balai Besar POM di Bandung serta
meningkatkan pengelolaan anggaran secara lebih efisien, efektif dan akuntabel serta
diarahkan untuk mendorong peningkatan kinerja pengawasan Obat dan Makanan di
Provinsi Jawa Barat.
e. Meningkatkan komitmen penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dan
ISO/ IEC 17025:2005, Sistem Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah (SPJP), manajemen perubahan serta pembangunan zona integritas
menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK), Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-20191Bab 4


[MOAN POM RI

(WBBM) dan organisasi pembelajar (Learning Organization) dalam rangka Reformasi


Birokrasi.
f. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan
pengawasan Obat dan Makanan
g. Meningkatkan kualitas dokumen perencanaan (Renstra dan Penetapan Kinerja),
penganggaran (DIPA dan RKAKL), dan evaluasi (Laporan triwulan, LAMP, LAPTAH,
dan Laporan Keuangan) Balai Besar POM di Bandung.
h. Meningkatkan penatausahaan Barang Milik Negara (BMN) baik aset tetap dan persediaan
Balai Besar POM di Bandung.
i. Mendorong dan meningkatkan kualitas proses pengadaan Barang dan Jasa baik yang
melalui Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) maupun tidak, serta meningkatkan
pengendalian, monitoring dan evaluasi terhadap Rencana Umum Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah.

Balai mempunyai peran dalam mencapai indikator terkait dengan kualitas RB, SAKIP, serta
opini BPK terhadap laporan keuangan dan BMN. Kinerja kegiatan ini diukur dengan indikator:
a. Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, dan evaluasi yang dilaporkan tepat waktu,
dengan target kumulatif 48 pada tahun 2019;
b. Persentase pemenuhan sarana prasarana sesuai standar, dengan target 93.28% pada tahun
2019.

4.2 KERANGKA PENDANAAN

Sesuai target kinerja masing-masing indikator kinerja yang telah ditetapkan maka kerangka
pendanaan untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran strategis Balai Besar POM di
Bandung periode 2015-2019 adalah sebagai berikut

Tabel 4.2
Sasaran Strategis, Indikator Kinerja, dan Pendanaan

Alokasi (Rp Milyar)


Sasaran Strategis Indikator
x'2015 *2016 2017 2018 2019
Aug
Menguatnya 8.380 11.527 13.384 15.613 18.287
sistem Persentase obat yang
pengawasan memenuhi syarat
Obat dan Persentase obat
Makanan Tradisional yang
memenuhi syarat
Persentase Kosmetik
yang memenuhi syarat
Persentase Suplemen
Kesehatan yang
memenuhi syarat
Persentase makanan
yang memenuhi syarat

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-2019 Bab 4


BADAN ROM RI

Meningkatnya 3.589 4.307 5.168 6.202 7.442


jaminan kualitas Tingkat Kepuasan
pembinaan dan Masvarakat
bimbingan Jumlah Kabupaten/
dalam Kota yang memberikan
mendorong komitmen untuk
kemandirian pelaksanaan
pelaku usaha pengawasan Obat dan
dan kemitraan Makanan dengan
dengan memberikan alokasi
pemangku anggaran pelaksanaan
kepentingan
regulasi Obat dan
Makanan
Meningkatnya 4.017 5.073 6.088 7.305 8.766
kualitas Nilai SAKIP
kapasitas BPOM/BPOM dari
kelembagaan Badan POM
BPOM

Matriks kinerja dan pendanaan Balai Besar POM di Bandung per kegiatan sebagaimana pada Anak
Lampiran 1. Matriks Kinerja dan Pendanaan Balai Besar POM di Bandung.

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-20191 Bab 4


RADAR POM RI

BAB 5
PENUTUP

Dalam rangka sinergi, penyusunan dokumen Rencana Strategis Balai Besar POM di
Bandung tahun 2015-2019 mengacu pada Rencana Strategis Badan POM RI tahun 2015-2019.
Dokumen ini memuat visi, misi, tujuan, sasaran dan strategi (cara mencapai tujuan dan sasaran).
Sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam rencana strategis ini kemudian akan dijabarkan
lebih lanjut ke dalam suatu Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga (RKAKL). Rencana
strategis ini merupakan langkah awal untuk melakukan pengukuran kinerja dan pedoman dalam
menyusun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAMP) Balai Besar POM di Bandung.

Dokumen Renstra Balai Besar POM di Bandung tahun 2015-2019 ini diharapkan dapat
dikomunikasikan ke seluruh jajaran organisasi, dan juga stakeholder terkait secara keseluruhan.
Diseminasi ini memungkinkan seluruh angggota organisasi akan dibawa (tujuan bersama),
bagaimana peran serta setiap anggota organisasi dalam mencapai tujuan bersama serta bagaimana
kemajuan dan tingkat keberhasilan nantinya akan diukur. Dengan demikian, seluruh kegiatan
Balai Besar POM di Bandung yang direncanakan akan terlaksana, terkoordinasi dengan baik dan
dilakukan secara terintegrasi untuk tercapainya tujuan-tujuan strategis.

Rencana Strategis Balai Besar POM di Bandung Tahun 2015-2019 I Bab 5


ANAK LAMPIRAN 1. MATRIKSKINERJA DAN PENDANAAN BALAI BESAR POMDI BANDUNG2015-2019

Sasaran Program (Outcome)/SasaranKegiatan Target Alokasi (dalam rupiah)

c.,
-4
Q.,
a

ar

2
RI
M

E Q.x,
0'
lib i
(Output)/Indikator

CO
CN.

0.,
,0
CO
00
CO
0...
E -i

0,
8

8
ci
cA

rk-'
t-Pe
Z
M

8
C4
2015
40

t,
2016

8
01
2018
tegis BalaiBesar POM diBandung
Menguatnya sistem pengawasan Obat
SS1 Balai Besar POMdi 1

CO
L"NN. .
1.r?
4
CO
,0
CO
CO
CO

4
CO
CO

co
-,14
CO

0
CO

COcs.
U)
..0

cri
CO
03
8.379.907.000

b..:

cri
16

g
Co

q
U)

:
N

01
61
dan Makanan

.
Bandune

.
Provinsi

0
0
CO
ZiR
1.1.

00

ei
,T
0-,

e
Co
e
Persentase obat yang memenuhi syarat

o's-
0
<-,.
e
16
0

CO

0,
e

2
00

Di'
,,,

cj
N
g),

.
Jawa Barat
Persentase obat Tradisional yang

.
Provinsi

Ci

..0.
eA
1.2.

lo
0,
LO
sa

u,

e
OR

.0
0;
16

oci
-,,t.

...
ae
Co
e

.1..,

r-r
,o
L.,,

-e.
g
2

N..
memenuhi svarat

i
Jawa Barat
Persentase Kosmetik yang memenuhi Provinsi

,r3
00
1.3.

0,
CO

ae
e e e
e
CO

0, .0.!,
.CO

e
CO

a,
as
e

00
F.'

0.
0
1.
.,,...,

d,.
e

,
syarat Jawa Barat

t.1 .
Persentase Suplemen Kesehatan yang Provinsi

0
00
1.4.

* ZA

N ae
00
d, .0
2 0'
e

a,'
e
',0
e
''3
.
L-...
e

0,

0,
00

a,cr:
a,"
t.
e
..


memenuhi svarat Jawa Barat
.o

Persentase makanan yang memenuhi Provinsi

0
e
Co
so
1.5.

CO
N 16
e

.13
.Z. .6'0
,c,

c,..,- .0
e

e e,,
e
e
Co

Co

E,.:'

g..:
,.., Co
e

0..
d
d
svarat Jawa Barat

0, .
Meningkatnya kemandirian pelaku
p_.

.2
0

SS2 usaha, kemitraan dengan pemangku

CO
CO
CO

ro
,r3
CP
CO

CO

2
6
0,
N.
6
3.588.953.000 4.306.743.600
g

7.442.052.941
"d
A0
00

kepentingan, dan partisipasi masyarakat


.
to 60

Provinsi

Co
OR

e
00
Co
CO
cn
CO
2.1. Tingkat Kepuasan Masyarakat

00
CO

N
e

e
-co
00
e
e

d, ,-I
co
co

C2.
82,35%

61
N
r4
Jawa Barat


__
Jumlah Kabupaten/ Kota yang
memberikan komitmen untuk

4,
0
2.2. pelaksanaan pengawasan Obat dan

o
,-I
CO
co
Lo

d,
rn

" <0
AP.3
.
Makanandengan memberikanalokasi

,
anggaran pelaksanaan regulasiObat dan
Makanan
Meningkatnya kualitas kapasitas
SS3 BalaiBesar POMdi 1

q
CO
o
o
o

,-,
t,:
6
CO6
,r3.
co
Rc.:
4

6
o
CO
CO
16

N
.0
.0
.0

5.072.952.000
q

00

kelembagaan BBPOM di Bandung 7.305.050.880


Bandung
)

Nilai SAKI' BBPOMdi Bandung dari Provinsi

-t

",

0
CO

P0
co
3.1.

-=C

<
Badan POM Jawa Barat
gawasan Obat dan Makanan
2

0C.0,.
CO
44

0,,
00
CO
0
0
Irr

a:
CO

N7CON
CO
VD
so
Co
Co
CO

0
COco
CO
.cr,

N
'C

,.00".'t
0,
q
0
6'1

.1

18.287.352.357
.1
"'
1:0 In

1
co 0

e
e
1.6

.")

c4
0
o

00
0
ae

00
e
ON

CO'
e
cm

6
.4

0.4

00ri
c, LO

u",
e
1.11
LO

41
e
,rir

ro+
1.0
e

0 -11
1.0

.,-11 e
e
cv
VD

NONO
CC

CO
CO
..e
,,N
e

ONoi 60 00co
CO

t:
e
CO

e
e

v/1
as
d.

<1,
ON6
,.
Persentase Suplemen Kesehatan yang

00
1.4.

e
a:
e

N
0
c-,
ON ON
e

0
.0
e
e
0
ON02:
N

a,'
00

t.,
memenuhi svarat

SO
SO
e
CO
LO
e
1.0 ,t, 'NO Ln
e

0
Oscr: NOc,:'
co
co
(6
e

eeeee 01
co

0
e
co

.r--0 00a:r" ONa+ NOC'


d
g

<VCO `.Ncr:.0 1
Sr

BalaiBesar POM di
Co
,r3
4
CP
64

+o
CO
CO

03

0
CO

Q
16

,o
CO

0
CO

a,

0
0,CO

.01

0.
6
CO

0
N

3.588.953.000
0
U)

3
0

r-
Bandung
.
.

Co
e
00

co
co
CO

ni
e
N
e

e
.cir

to
CO
cl,
e

COcsr
e

co

n
CO4
00oi
'01

ON ,0 r-
z4.
,,,,
c,
u;

Balai Besar POMdi


Balai Besar POMdi
Unit Organisasi
Pelaksana

Bandung
Bandung
VD co 00 'Cr CO 0 .

5.842.801.382
0
ua LO g CD 0
CD N LO R LO
co V0 q 00 VD r.1
14
,..0
vS 6
N,
o
N
I,
Ci
N00
Lli
0,
0, 0 4 CI 01 0CA LO '.-I
''' Tt.
8 ma tli 6
LO 0
0 d
CO -1
,--
CY 8 ...
,0
N. 0, g o E-! cE; a.
En c,
CO
'1! *1
co
,--. E-
E-1 ca -i
oz?
Ed,
7.305.050.880I

3.253.824.000
LO 10.945.308.903 0 0 4 N CV 0

50.326.000
CA 0
. 0
cl, L.,,
... V)
-1 C.,
so. 2
sc; va Et.
l rsi E4 g .6
co N.
0 co
Os m CD q
N
2018

. q t's
o:
e-1 oa
o oi
co A
,E0 cek
sO oi
en .-;
LO
'-: 0 , esi 00 CO 0
0, s-i ,-; 4 .--1 .44
N
Alokasi (dalam rupiah)

N
1.182.984.000 S 0 0
o
0
24.640.052.912

50.326.000

1.110.591.360
7
6 T.-40.,1
IN
CD
tre. 0 II
N --I
N.

8 IN
,. N
N W d
N o

CD

2.259.600.000
0 CD 0 0 0
925.492.800
7.600.908.960

50.326.000

2.813.352.000
CD
0 ,0 CD cy
CD

8 z 00
d r-I sr; Erer rta 6
in
co Eat.
co N,
CD co
CA 0,
0 oa c.i E-I
.6
o o oa
N N , A
Eri
a:
o
CV - E-i '4 ffi
1.404.126.000

0 0 CD 0 0
1.085.994.000

CD
4.905.393.000

2.817.709.000

CD
0 CD 0 0 0 0 0
0 0 CD q q 6 q
I-1 N N 4 0 CD
0 4
2015

N C? Q Ci N
-
an co
crs 2 F ,L_i'o'
4 6 ,si

..--. ill .8-e.


,
0, L0
t-I '`'
c,
0
Ecti
NI
0
6.
o
'6,0
,,
cq
.-g c, M
.6 1--.
,
L,
"I
N
I-1
g A
c6.
0,

M ,--, .-1

0 8e l0 'EA
0, 0 ZR '-"R
1:7, , r-I 0
8 u, < 0
6 A N N ul 0> ,
N 09 ,..4. .A. ,..6.
"I, 0 4-1 N 0,
1--,

0 e
0 e e ,
0 4D a` en ,-, 00
CD
ct, q.. c.4 tr7 CO c.", 0,
C.c.
.7.
0
0
1-.
CO
c.i
.
N
Lr j
r,
N L'`,:
00

00 e
N 0 0 ;:-...e 8C''R 0
,-
Target

0 0 `.0 C0 N
8 CO < 00 ,,,, N N it, CO 0
CA <=3. o.i
4 0
4-1 d 6.
,-1 oi oo-


.0 0 0 ae e LC) e
8
ea
c..1
o
cc?
Ea,
ca,
6
o
Ai,
,...
Os
csi
6.
1-,
n rrl
oi
. Os
ei a...
,4

CR in OR
2,36%

0
4.800
2015

P 0 C7N ,., ND 0

-
40 6. N
. , i.,1 En c0 Eel 1--,
o ',LI oi
H

a,
0 e e 0 LO
..17; 0 go
01
N.
0 0
d 0
`.0
p .
.
LO
et.
H N
LO 0 Csi
14 C. 't q 0
Provinsi Jawa

-6-
Badan POMJawa Barat

Jawa Barat

Jawa Barat

Jawa Barat

Jawa Barat

Jawa Barat
Jawa Barat

Jawa Barat

Jawa Barat

i
Provinsi

Provinsi
Provinsi

Provinsi

Provinsi
Provinsi
Provinsi

Provinsi

Provinsi

,2 A> P,U
Barat

2
0., a
anggaxanpelaksanaan regulasi Obat dan

igawasan Obat dan Makanan di Balai Besar POM


Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan

Nilai SAKIP BBPOM di Bandung dari


Makanan dengan memberikanalokasi

kelembagaan BBPOM di Bandung

Jumlah Perkara di bidang Obat dan


22. pelaksanaan pengawasan Obat dan

Meningkatnya kualitas kapasitas


Jurnlah Kabupaten/ Kota yang
memberikan komitmen untuk
(Output)/Indikator

Makanan

Makanan
SP 3

3.1.

1
Program/
Kegiatan
ANAK LAMPIRAN 2. MATRIKS KERANGKAREGULASIBALAIBESAR POM DIBANDUNG 2015-2019

ARAN KERANGKA REGULASI DAN/

Z
URGENSI PEMBENTUKAN BERDASARKAN EVALUASI REGULASI

0
ATAU KEBUTUHAN REGULASI EKSISTING, KAJIAN DAN PENELITIAN UNIT PENANGGUNG JAWAB UNIT TERKATT/ INSTITUSI

,4
RUU Pembinaan, Pengawasan, dan Pengembangan Sediaan Farmasi Regulasi pengawasan Obat dan Makanan belum lengkap. Direktorat Standardisasi Obat DPR
Payung hukum yang ada belum efektif untuk pengawasan Obat dan Makanan Direktorat StandardisasiObat Tradisional Kemenkumham
Kosmetikdan Suplemen Kesehatan Kementerian Kesehatan
Biro Hukum dan Humas Kemendag
'4. PPOM Kemenperin
Kemendaeri

CI
Peraturan Perundang-undangan terkait pengawasan Obat dan Makanan Meningkatkan efektifitas pengawasan Obat dan Makanan Direktorat StandardisasiObat
Direktorat StandardisasiObat Tradisional
Kosmetikdan Suplemen Kesehatan
Biro Hukum dan Humas

cA
RPP Keamanan Mutu dan Gizi Pangan dan RPPLabeldart Iklan Pangan Direktorat StandardisasiPangan
terkait Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan Biro Hukum dan Humas

<IL
Norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) terkait pelaksanaan UU No. Terciptanya sinergi antara PemerintahPusat dan Daerah berdasarkan UUNo. Biro Hula= dan Humas DPR
23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerahdalam penyelenggaraan urusan 23 tahun 2014 pasa116dalam hal: 1. Pelaksanaan pengawasan Obat dan Direktorat StandardisasiObat Kemenkumham
pemerintahkonkuren Makanan 2. Sebagai pedoman Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan Direktorat StandardisasiObatTradisional Kementerian Kesehatan
pengawasan Obat dan Makanan Kosmetikdan Suplemen Kesehatan
Produk
Direktorat Standardisasi _ __ _Panoan

LA
Standar kompetensilaboratorium dan standar GLP Untuk pengawalan mutu Obat dan Makanan oleh BPOM terhadap isu terkini PPOMN
(AEC, SJSNKesehatan, dll) Biro Hukum dan Humas

u.0
Dasar hukum provider UjiProfisiensi dan provider Baku Pembanding Untuk pengawalan mutu Obat dan Makanan oleh BPOM PPOMN
terhadap isu terkini (AEC, SJSNKesehatan, dll) Biro Hukum dan Humas
Regulasi yang mendukung optimalisasi Pusat Kewaspadaan Obat dan Sistem Outbreak response dan EWS belum optimal dan informatif. Diperlukan Direktorat Surveilan Penyuluhan Keamanan
Makanan dan EWS yang informatif, antara lain: response yang cepat danefektif pada saat terjadi outbreakbencana yang Pangan
- Peraturan baru terkait KLB clan Farmakovigilans berkaitan dengan bahan obat dan makanan (co. Obat terkontaminasi etilen Direktorat Penilaian Obat Tradisional, Kosmetik,
- Mekanisme pelaksanaan Sistem Outbreak response danEWS glikol) dan Suplemen Kesehatan
Direktorat Pengawasan DistribusiObat
_

c0
Juknis/pedoman untuk pengintegrasian penyebaran informasiObat dan Sistem penyebaran informasiOM belum terintegrasi PIOM
Makanan Biro Hukum dan Humas

L'
Biro Umum

cr,
Peraturan Kepala BPOM tentang koordinasidengan pemerintahdaerah serta Pengawasan Obat dan Makanan tidakdapat berhasil tanpa
Peraturan Kepala Daerah (Gubernur, Bupati, dan Walikota) untuk adanya kerjasama dan komitmen daridaerahdalam
meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan didaerah mendukung BPOM

,
Peraturan dengan instansi/pihak terkait yang mengatur regulatory insentive Direktorat StandardisasiObat
Direktorat StandardisasiObat Tradisional
Kosmetikdan Suplemen Kesehatan
Biro Hukum dan Humas
PPOM

4. 3. 2. 1. 3. 2. 1. 3. 2. 1. 2. 1. 2. 1. 4. 3. 2. 1. 2. 1. 3. 2. 1. 3. 2. 1.
I I I
I 1=1 I
cn rPi
2015-2019
ANAK LAMPIRAN 3. KAMUSINDIKATOR RENSTRABALAI BESAR POMDIBANDUNG

i q gg s
t dt 14 gj 1
g 1 ;I' giliglig
1 p., s,g. g . 14'A
A At A 1 1,'is g
4
1 m'i),,
ti . IroR
gg.g gl a .r:iii
;4 lrgLop
2 2 ,tt
O 4 Or
4 g .g
'cab 4141]gol
! .gi g :1. goolg,441
5 go" glag, 4%at
0 2! 5 Viol t4 R.
g
bp

gal .0g2
PLv.,
:s E, i1F4
R

0 cq A 0
lP". ii li g P4 !"
;,,:p., 111 RA 441" gAgl
ztli Al, .10Z,14 g R",?, &41pv
/a vifl'a .Erg
5 ' IP. :IT CI. P'4
mhri
....-w.,_. Knm.. 0.5
bD .rj OS

5g i g
....4,,. g.-E 9q,
1-7,, b0gen-"
wa.2. m2 s rgtaKR,9-ggi
vi
a
A w1.214 .001 11.;.6p41:0
o>.g.8aa,a. 4 2.4 p%'
kAt2.egk.
,d .6 ;8 cs 0 A -2 2 mi Al
-0 z
O

04
00

o
00
EilAJ la
4.aaagl
en
A gax
00 114 WO
o. .14
ta
O CI
z
PROGRAM/

z
X
X
DEFINISIOPERASIONAL

5
0

H
,,
KEGIATAN CARA PENGUKURAN

merungKatnya

'
Program Pengawasan 3.1. Nilai SAKIP BBPOMdi Nilai SAKIPdiukur berdasarkan hasil penilaian SAKI' yang dilakukanoleh APIP Badan POM

di
J
kualitas kapasitas Obat dan Makanan Nilai Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Balai
Bandung dari Badan
kelembagaan Besar/ Balai oleh APIP Badan POM atas
POM
BPOM pelaksanaan SAKIP tahun sebelumnya (n-1)
yang disampaikan pada tahun berjalan (n)

.
cE
g

Dihitung dari jumlah sampel yang diuji


.I'
i

menggunakan parameter kritis pada tahun


berjalan (n)

Jumlah sampel
di

Target sampel yang Persentase dihitung melalul perbandingan


j
I'

yang diambil pada harus disampling di antara jundah sampel yang diambil pada IFK
IFK pada tahun sarana sektor publik dengan target sampel yang barns disampling
berjalan di masing-masing di sarana sektor publik di masing-masing balai
balai pada tahun pada tahun berjalan (n)
berjalan (n)

M
en
Sarana produksi Obat dan Makanan adalah jumlah sarana industri Farmasi, IndustriRokok,
di

I
g
1.

S
g
g

Industri Obat Tradisional (I0T), Usaha KecilObat Tradisional (UKOT), Usaha Mikro Obat

1
kl -

el
Tradisional (UMOT), Industri Kosmetika, Industri Pangan olahan MD, dan Industri Pangan
.5 Ti .g

to il

p--, Kg
Ai
ps

111
t'.
2 FE

Rumah Tangga.

..g,p2,:8
,, 'o$

Igliz
Jlal
E
1i

g:..g
..
1

Sarana produksi yang diperiksa setiap tahun ditetapkan berdasarkan kriteria Pedoman
Pengawasan Sarana ProduksiObat dan Makanan.
Cakupan pengawasan sarana produksi pertahun dthitung dari jumlah sarana produksi yang
diperiksa dibandingkan dengan jumlah sarana produksi yang ada di wilayah tersebut d. c. b. a.
Untuk penetapan target sarana produksi pangan MD dan IRTP yang diperiksa mengikuti
ketentuan:
- untuk balai yang memilild sarana produksi MD <51, target sarana produksi pangan MD
diperiksa sebesar 100%, sisa target pemeriksaan diambil dari sarana produksi IRTP
- untuk balai yang memiliki sarana produksi MD 51-100, target sarana produksi pangan MD
diperiksa sebesar 90%, sisa target pemeriksaan diambildari sarana produksi IRTP
- untukbalai yang memilild sarana produksi MD 101-150, target sarana produksi pangan MD
diperiksa sebesar 80%, sisa target pemeriksaan diambil dari sarana produksiIRTP
- untukbalai yang memiliki same produksiMD >150, target sarana produksi pangan MD
diperiksa sebesar 70%, sisa target pemeriksaan diambildari sarana produksiIRTP
I
cX

Persentase dihitung melalui perbandingan


g

ig ..-

.-I
k

antara jumlah sarana distribusi yang


I .2 'a.

diperiksa dengan jumlah sarana distribusi


':,5
itml
'IA
1,

yang terdaftar diinstansi terkait di wilayah


4
, 2 23 2,'

tersebut
01,1

Diukur berdasarkan jumlah perkara yang Setiap tahun


ditanganidan telah diterbitkan SPDP
PROGRAM/

z
0
4
KEGIATAN DEFINISI OPERASIONAL CARA PENGUKURAN

A
g
J
41
Persentase dihitung melalui rata-rata

.,.,5
A
li
pemenuhan sarana prasarana kerja dan slat

1g
1r
laboratorium.

*V..
Vii
Pemenuhan sarana dan prasarana kerja berupa
persentase yang dihitung melalui
perbandingan antara jumlah sarana dan
prasarana yang dimilikidengan standar yang
ditetapkan.
Pemenuhan slat laboratorium berupa
persentase yang dihitung melalui
perbandingan antara jumlah slat laboratorium
yang dimilikidengan standar yang ditetapkan.

Layanan publik terdiri dari Layanan informasi, Layanan Sertifikasi, dan Layanan Pengujian
03
g
I

Dihitung dari total jumlahlayanan publik


pihak Ketiga
yang dilaksanalcan oleh BalaiBesar/ Balai POM
Layanan Informasi diukur berdasarkan jenis dan frekuensilayanan informasidan
sesuaidefinisi operasional
tindaklanjut pengaduan yang dilakukan oleh Dalai Besar/BalaiPOM baik penyuluhan
langstmg atau melalui media cetak/elektronik.
Janis layanan Informasi antara lain:
Talkshow, Pameran, Penyuluhan, Bimtek, lklan layanan masyarakat, layanan informasi,
tindaldanjut pengaduan, BB/ BPOM sebagaiNarasumber,
Untuk Talkshow, Pameran, Penyuluhan, Bimtek, Ildan layanan masyarakat, layanan
informasi targetnya frekuensi
Untuk tindaklanjut pengaduan targetnya jumlah pengaduan yang ditindaklanjuti f. e. d. c. b. a.
Layanan Sertifikasi dihitung dari rekomendasi/surat hasil audit yang dikeluarkan atas
permiraaan pelaku usaha industri pangan MD; audit sertifikasi dalam rangka rekomendasi
halal, pemenuhan pendirian PBF, IKCrT, UMOT, Kosmetik; SKVSKE yang diterbitkan
Layanan pengujian sampel pihak ketiga dihitung dari Laporan HasilUji sampel pihakketiga
.
g
J

Dthitung dari jumlah kumulatif komunitas


yang diberdayakan olehBalai Besar/ Balai
POM
.
"a
f_.
tn

1,8
ri

3
li

41
ik
g1

il R

Anda mungkin juga menyukai