Anda di halaman 1dari 17

Pengertian Nyeri

Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan


ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).

Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori
subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan
kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi
terjadinya kerusakan.

Teori Specificity suggest menyatakan bahwa nyeri adalah sensori spesifik yang
muncul karena adanya injury dan informasi ini didapat melalui sistem saraf
perifer dan sentral melalui reseptor nyeri di saraf nyeri perifer dan spesifik di
spinal cord.

Sifat-Sifat Nyeri

1. Nyeri melelahkan dan membutuhkan banyak energi

2. Nyeri bersifat subyektif dan individual

3. Nyeri tak dapat dinilai secara objektif seperti sinar X atau lab darah

4. Perawat hanya dapat mengkaji nyeri pasien dengan melihat perubahan


fisiologis tingkah laku dan dari pernyataan klien

5. Hanya klien yang mengetahui kapan nyeri timbul dan seperti apa rasanya

6. Nyeri merupakan mekanisme pertahanan fisiologis

7. Nyeri merupakan tanda peringatan adanya kerusakan jaringan

8. Nyeri mengawali ketidakmampuan

9. Persepsi yang salah tentang nyeri menyebabkan manajemen nyeri jadi


tidak optimal

Secara ringkas, Mahon mengemukakan atribut nyeri sebagai berikut :

1. Nyeri bersifat individu

2. Nyeri tidak menyenangkan

3. Merupakan suatu kekuatan yg mendominasi

4. Bersifat tidak berkesudahan


v Reflek Nyeri

Banyak teori berusaha untuk menjelaskan dasar neurologis dari nyeri, meskipun
tidak ada satu teori yang menjelaskan secara sempurna bagaimana nyeri
ditransmisikan atau diserap.

Transduksi adalah proses dimana stimulus noksius aktivitas elektrik


reseptor terkait.

Transmisi, dalam proses ini terlibat tiga komponen saraf yaitu saraf sensorik
perifer yang meneruskan impuls ke medulla spinalis, kemudian jaringan saraf
yang meneruskan impuls yang menuju ke atas (ascendens), dari medulla spinalis
ke batang otak dan thalamus. Yang terakhir hubungan timbal balik antara
thalamus dan cortex.

Modulasi yaitu aktivitas saraf utk mengontrol transmisi nyeri. Suatu jaras
tertentu telah diteruskan di sistem saran pusat yang secara selektif
menghambat transmisi nyeri di medulla spinalis.

Persepsi, Proses impuls nyeri yang ditransmisikan hingga menimbulkan


perasaan subyektif dari nyeri sama sekali belum jelas. bahkan struktur otak yang
menimbulkan persepsi tersebut juga tidak jelas.

Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa


bagaian tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan
pada daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang
timbul juga memiliki sensasi yang berbeda.

Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal dari
daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan
kulit (kutaneus) terbagi dalam dua komponen yaitu :

a) Reseptor A delta

Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan tranmisi 6-30 m/det) yang


memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang apabila penyebab
nyeri dihilangkan.

b) Serabut C

Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan tranmisi 0,5 m/det) yang


terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit
dilokalisasi.
2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri

Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri antara lain:

1. Usia Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus


mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri
jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung
memendam nyeri yang dialami, karena mereka mengangnggap nyeri adalah hal
alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat
atau meninggal jika nyeri diperiksakan.

2. Jenis kelamin Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wnita tidak


berbeda secara signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor
budaya (ex: tidak pantas kalo laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh
nyeri).

3. Kultur Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka


berespon terhadap nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut kepercayaan
bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena mereka melakukan
kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri.

4. Makna nyeri Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang


terhadap nyeri dan dan bagaimana mengatasinya.

5. Perhatian Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri


dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang
meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya
distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Tehnik relaksasi,
guided imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.

6. Ansietas Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa


menyebabkan seseorang cemas.

7. Pengalaman masa lalu Seseorang yang pernah berhasil mengatasi


nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih
mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri
tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri.

8. Pola koping Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang


mengatasi nyeri dan sebaliknya pola koping yang maladaptive akan menyulitkan
seseorang mengatasi nyeri.

9. Support keluarga dan sosial Individu yang mengalami nyeri seringkali


bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh
dukungan dan perlindungan

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi nyeri :

a) Budaya (etnis, keluarga, jenis kelamin, usia)


b) Agama

c) Strategi menyelesaikan masalah (coping strategy)

d) Dukungan dari lingkungan

e) Kecemasan atau stressor lain

f) Pengalaman sakit yang lalu

2.5 Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh
individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan
kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh
dua orang yang berbeda oleh dua orang yang berbeda.

Menurut smeltzer, S.C bare B.G (2002) adalah sebagai berikut :

1) Skala intensitas nyeri deskritif

2) Skala identitas nyeri numerik

3) Skala analog visual

4) Skala nyeri menurut bourbanis

Keterangan :

0 :Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan

baik.

4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai,

dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya,

dapat mengikuti perintah dengan baik.

7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapatmengikuti

perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan

lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi

dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi.

10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi


berkomunikasi, memukul.

2.6 Komponen-Komponen Nyeri

Untuk memudahkan memahami fisiologi nyeri, maka perlu mempelajari 3 (tiga)


komponen fisiologis berikut ini:

Resepsi : proses perjalanan nyeri

Persepsi : kesadaran seseorang terhadap nyeri

Reaksi : respon fisiologis & perilaku setelah mempersepsikan

Nyeri

2.7 Teori Pengontrolan Nyeri (Gate Control Theory)

Teori gate control dari Melzack dan Wall (1965) mengusulkan bahwa impuls nyeri
dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem
saraf pusat. Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah
pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan tertutup.
Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan dasar teori menghilangkan
nyeri.

Gate control theory :

Menjelaskan tentang transmisi nyeri

Transmisi impuls nyeri dapat dikendalikan dengan pintu gerbang (gate


mekanism) dimana saat terbuka impuls dapat transmisi

Tetapi bila sebagian / seluruhnya tertutup, transmisi dihambat sebagian /


seluruhnya

2.8 Nyeri Akut dan Nyeri Kronik (Acute and Chronic Pain)

v Nyeri akut

Nyeri yang terjadi segera setelah tubuh terkena cidera, atau intervensi bedah
dan memiliki awitan yan cepat, dengan intensitas bervariasi dari berat sampai
ringan. Fungsi nyeri ini adalah sebagai pemberi peringatan akan adanya cidera
atau penyakit yang akan datang.

v Nyeri kronik
Adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu periode
tertentu, berlangsung lama, intensitas bervariasi, dan biasanya berlangsung
lebih dari enam bulan. Nyeri ini disebabkan oleh kanker yang tidak terkontrol,
karena pengobatan kanker tersebut atau karena gangguan progresif lain. Nyeri
ini bisa berlangsung terus sampai kematian.

Perbedaan karakteristik nyeri akut dan kronik :

Nyeri Akut : Nyeri Kronik :

Lamanya dalam hitungan Lamanya sampai hitungan


menit bulan, > 6bln

Ditandai peningkatan BP, Fungsi fisiologi bersifat


nadi, dan respirasi normal

Respon pasien: Fokus pada Tidak ada keluhan nyeri


nyeri, menyetakan nyeri
menangis dan mengerang

Tingkah laku menggosok Tidak ada aktifitas fisik


bagian yang nyeri sebagai respon terhadap nyeri

Proses Keperawatan (ASKEP) Tentang Nyeri

Proses keperawatan adalah suatu metode sistematik untuk mengkaji respon


manusia terhadap masalah-masalah dan membuat rencana keperawatan yang
bertujuan untuk mengatasi masalah masalah tersebut.

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses


keperawatan.

Pengumpulan data

Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam


menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita,
mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapt diperoleh
melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan laboratorium serta
pemeriksaan penunjang lainnya.

Anamnese

Identitas penderita : Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,


pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal
masuk rumah sakit dan diagnosa medis.

Keluhan Utama / Alasan MRS

Keluhan yang dirasakan paling mengganggu.


Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun,
adanya luka yang tidak sembuh sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.

Riwayat Penyakit Sekarang

Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka


serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.

P (Provoking/Paliatif)

1. Apakah yang menyebabkan nyeri?

2. Apa saja yang dapat mengurangi & memperberat nyeri itu?

3. Kejadian awal apakah yang Anda lakukan sewaktu gangguan pertama kali
dirasakan?

4. Apakah yang menyebabkan nyeri?

5. Posisinya bagaimana?

6. Aktivitas tertentu yang Anda lakukan?

7. Penjelasan lebih lanjut?

8. Untuk gangguan psikologis: Apakah nyeri terasa sewaktuAnda merasa


tidak beraktivitas?

9. Apakah yang menghilangkan gangguan?

10. Apakah yang memperburuk gejala?

Q (Quality & Quantity / Kualitas & Kuantitas)

1) Bagaimana gangguan dirasakan, nampak / terdengar?

2) Sejauh mana Anda merasakan sekarang?

3) Kualitas ?

4) Bagaimana gangguan dirasakan, nampak / terdengar?

5) Kuantitas?

6) Sejauh mana gangguan dirasakan sekarang. Sangat dirasakan hingga tidak


bisa melakukan aktifitas?

7) Lebih parah atau lebih ringan dari yang dirasakan sebelumnya?

R (Regional/Area/Radiasi)
1. Dimana gangguan nyeri dirasakan?

2. Apakah nyerinya menyebar?

3. Apakah merambat pada punggung atau lengan, merambat pada leher atau
kaki?

S (Severity/Skala Keparahan)

Seberapakah keparahan dirasakan dengan skala?

Perlengkapan yang dilakukan pada pasien, adalah:

1. Respiratory : bagaimana saluran pernapasan, jenis pernapasan, bunyi


pernapasan.

2. Sirkulasi : tensi, nadi, respirasi, dan suhu, warna kulit, dan refill kapiler.

3. Persarafan : tingkat kesadaran.

4. Balutan :

Apakah ada tube, drainage ?

Apakah ada tanda-tanda infeksi?

Bagaimana penyembuhan luka ?

5. Peralatan :

Monitor yang terpasang.

Cairan infus atau transfusi.

6. Rasa nyaman : rasa sakit, mual, muntah, posisi pasien, dan fasilitas
ventilasi.

7. Psikologis : kecemasan, suasana hati setelah operasi.

Riwayat Kesehatan Dahulu

Adanya riwayat penyakit penyakit lain yang ada kaitannya dengan


defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung,
obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun
obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.

Riwayat Kesehatan Keluarga

Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga


yang juga menderita nyeri atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan
terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.
Riwayat Psikososial

Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami


penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap
penyakit penderita.

Pemeriksaan Fisik

Status Kesehatan Umum

Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat


badan dan tanda tanda vital.

Kepala dan Leher

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,


telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering
terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak
dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.

Sistem Integumen

Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada
kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.

Sistem Pernafasan

Penatalaksanaan Perawatan

Assesment

Pengkajian ini meliputi obyektif dan subyektif.

1. Data subyektif meliputi :

Nyeri yang sangat pada daerah perut.

2. Data obyektif meliputi :

Napas dangkal

Tensi turun

Nadi lebih cepat

Abdomen tegang

Defense muskuler positif

Berkeringat
Bunyi usus hilang

Pekak hati hilang

2. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan iskemik jaringan.

2. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.

3. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.

4. Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.

5. Nyeri akut akibat fraktur panggul.

6. Nyeri kronis akibat arthritis.

7. Gangguan mobilitas akibat nyeri pada ekstrimitas.

8. Kurangnya perawatan diri akibat ketidakmampuan menggerakkan tangan


yang disebabkan oleh nyeri persendian.

9. Cemas akibat ancaman peningkatan nyeri.

3. Perencanaan (Intervensi Keperawatan)

Tahapan ini disebut perencanaan keperawatan yang meliputi penentuan


prioritas, diagnosa keperawatan, menetapkan sasaran dan tujuan, menetapkan
kriteria evaluasi dan merumuskan intervensi dan aktivitas keperawatan.

1. Kaji nyeri klien & karakteristiknya tiap 2 jam dan 30 menit setelah
manajemen nyeri.

2. Hindari faktor yang menimbulkan nyeri (seperti: bladder penuh, posisi yang
tidak nyaman, lingkungan yang tidak mendukung, bising, isolasi sosial).

3. Ajak klien untuk menentukan teknik mana yang dipilih.

4. Memodifikasi stimulus nyeri (Manajemen nyeri).

5. Bantu dalam pemberian analgesik dan obat-obat tambahan /kombinasi.

6. Rencanakan periode istirahat diantara aktivitas.

7. Yakinkan ke klien bahwa ada banyak cara untuk mengurangi nyeri.

8. Bantu klien napas dalam, relaksasi otot.


9. Berikan kompres hangat / dingin.

10. Masase dengan perlahan area nyeri yang berlawanan.

Intervensi secara rinci :

1) Diagnosa no. 1 : Ganguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan


iskemik jaringan.

Tujuan : rasa nyeri hilang/berkurang

Kriteria Hasil :

a) Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang/hilang .

b) Penderita dapat melakukan metode atau tindakan untuk mengatasi atau


mengurangi nyeri .

c) Pergerakan penderita bertambah luas.

d) Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas normal.( S : 36 37,5 0C,
N: 60 80 x /menit, T : 100 130 mmHg, RR : 18 20 x /menit ).

Intervensi (Rencana Tindakan) Rasional

1. Kaji tingkat, frekuensi, dan 1. Untuk mengetahui berapa


reaksi nyeri yang dialami pasien. berat nyeri yang dialami
pasien.

2. Jelaskan pada pasien tentang 2. Pemahaman pasien tentang


sebab-sebab timbulnya nyeri. penyebab nyeri yang terjadi
akan mengurangi ketegangan
pasien dan memudahkan
pasien untuk diajak
bekerjasama dalam melakukan
tindakan.

3. Ciptakan lingkungan yang 3. Rangsangan yang


tenang. berlebihan dari lingkungan akan
memperberat rasa nyeri.

4. Ajarkan teknik distraksi dan 4. Teknik distraksi dan


relaksasi. relaksasi dapat mengurangi
rasa nyeri yang dirasakan
pasien.

5. Atur posisi pasien senyaman 5. Posisi yang nyaman akan


mungkin sesuai keinginan pasien. membantu memberikan
kesempatan pada otot untuk
relaksasi seoptimal mungkin.
6. Lakukan massase dan kompres 6. Massase dapat
luka dengan BWC saat rawat luka. meningkatkan vaskulerisasi dan
pengeluaran pus sedangkan
BWC sebagai desinfektan yang
dapat memberikan rasa
nyaman.

7. Kolaborasi dengan dokter untuk 7. Obatobat analgesik dapat


pemberian analgesik. membantu mengurangi nyeri
pasien.

2. Diagnosa no. 2 : Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa


nyeri pada luka.

Tujuan : Pasien dapat mencapai tingkat kemampuan aktivitas yang optimal.

Kriteria Hasil :

a) Pergerakan paien bertambah luas

b) Pasien dapat melaksanakan aktivitas sesuai dengan kemampuan (duduk,


berdiri, berjalan).

c) Rasa nyeri berkurang.

d) Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara bertahap sesuai dengan


kemampuan.

Intervensi (Rencana Rasional


Tindakan)

1. Kaji dan identifikasi tingkat 1. Untuk mengetahui derajat


kekuatan otot pada kaki pasien. kekuatan otot-otot kaki pasien.

2. Beri penjelasan tentang 2. Pasien mengerti pentingnya


pentingnya melakukan aktivitas aktivitas sehingga dapat
untuk menjaga kadar gula darah kooperatif dalam tindakan
dalam keadaan normal. keperawatan.

3. Anjurkan pasien untuk 3. Untuk melatih otot otot kaki


menggerakkan/mengangkat sehingg berfungsi dengan baik.
ekstrimitas bawah sesui
kemampuan.

4. Bantu pasien dalam 4. Agar kebutuhan pasien tetap


memenuhi kebutuhannya. dapat terpenuhi.

5. Kerja sama dengan tim 5. Analgesik dapat membantu


kesehatan lain : dokter mengurangi rasa nyeri,
(pemberian analgesik) dan fisioterapi untuk melatih pasien
tenaga fisioterapi. melakukan aktivitas secara
bertahap dan benar.

3. Diagnosa no. 3 : Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan


tentang penyakitnya.

Tujuan : rasa cemas berkurang/hilang.

Kriteria Hasil :

a) Pasien dapat mengidentifikasikan sebab kecemasan.

b) Emosi stabil, pasien tenang.

c) Istirahat cukup.

Intervensi (Rencana Rasional


Tindakan)

1. Kaji tingkat kecemasan yang 1. Untuk menentukan tingkat


dialami oleh pasien. kecemasan yang dialami pasien
sehingga perawat bisa
memberikan intervensi yang
cepat dan tepat.

2. Beri kesempatan pada pasien 2. Dapat meringankan beban


untuk mengungkapkan rasa pikiran pasien.
cemasnya.

3. Gunakan komunikasi 3. Agar terbina rasa saling


terapeutik. percaya antar perawat-pasien
sehingga pasien kooperatif
dalam tindakan keperawatan.

4. Beri informasi yang akurat 4. Informasi yang akurat


tentang proses penyakit dan tentang penyakitnya dan
anjurkan pasien untuk ikut serta keikutsertaan pasien dalam
dalam tindakan keperawatan. melakukan tindakan dapat
mengurangi beban pikiran
pasien.

5. Berikan keyakinan pada 5. Rasional : Sikap positif dari


pasien bahwa perawat, dokter, timkesehatan akan membantu
dan tim kesehatan lain selalu menurunkan kecemasan yang
berusaha memberikan dirasakan pasien.
pertolongan yang terbaik dan
seoptimal mungkin.

6. Berikan kesempatan pada 6. Pasien akan merasa lebih


keluarga untuk mendampingi tenang bila ada anggota
pasien secara bergantian. keluarga yang menunggu.

7. Ciptakan lingkungan yang 7. Lingkungan yang tenang dan


tenang dan nyaman. nyaman dapat membantu
mengurangi rasa cemas pasien.

4. Diagnosa no.4 : Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri


pada luka.

Tujuan : Gangguan pola tidur pasien akan teratasi.

Kriteria hasil :

a) Pasien mudah tidur dalam waktu 30 40 menit.

b) Pasien tenang dan wajah segar.

c) Pasien mengungkapkan dapat beristirahat dengan cukup.

Intervensi (Rencana Rasional


Tindakan)

1. Ciptakan lingkungan yang 1. Lingkungan yang nyaman


nyaman dan tenang. dapat membantu meningkatkan
tidur/istirahat.

2. Kaji tentang kebiasaan tidur 2. Mengetahui perubahan dari


pasien di rumah. hal-hal yang merupakan
kebiasaan pasien ketika tidur
akan mempengaruhi pola tidur
pasien.

3. Kaji adanya faktor 3. Mengetahui faktor penyebab


penyebab gangguan pola tidur gangguan pola tidur yang lain
yang lain seperti cemas, efek dialami dan dirasakan pasien.
obat-obatan dan suasana
ramai.

4. Anjurkan pasien untuk 4. Pengantar tidur akan


menggunakan pengantar tidur memudahkan pasien dalam jatuh
dan teknik relaksasi. dalam tidur, teknik relaksasi akan
mengurangi ketegangan dan
rasa nyeri.

5. Kaji tanda-tanda kurangnya 5. Untuk mengetahui terpenuhi


pemenuhan kebutuhan tidur atau tidaknya kebutuhan tidur
pasien. pasien akibat gangguan pola
tidur sehingga dapat diambil
tindakan yang tepat.

Perencanaan keperawatan lain :

Mengurangi / membatasi faktor-faktor yang menambah nyeri.

Menggunakan berbagai teknik noninvasif untuk memodifikasi nyeri yang


dialami.

Menggunakan cara-cara untuk mengurangi nyeri yang optimal, seperti


memberikan analgesik sesuai dengan program yang ditentukan.

Tindakan keperawatan (intevensi keperawatan) pre operatif :

1. Pertahankan pasien untuk bedrest sampai diagnosa benar-benar sudah


ditegakkan.

2. Tidak memberikan apapun melaui mulut dan beritahukan pasien untuk tidak
makan dan minum.

3. Monitoring cairan intra vena bila diberikan.

4. Mencatat intake dan output.

5. Posisi pasien seenak mungkin.

6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan.

7. Ajarkan pasien hal-hal yang perlu dilakukan setelah operasi selesai.

8. Monitoring tanda-tanda vital.

4. Pelaksanaan (Implementasi Keperawatan)

Pelaksanaan adalah tahap pelaksananan terhadap rencana tindakan


keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien.
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi,
disamping itu juga dibutuhkan ketrampilan interpersonal, intelektual, teknikal
yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat dengan
selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis. Setelah selesai
implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah
dilakukan dan bagaimana respon pasien.
Tindakan keperawatannya meliputi :

a) Monitor kesadaran, tanda-tanda vital, CVP, intake dan output.

b) Observasi dan catat sifat darai drain (warna, jumlah) drainage.

c) Dalam mengatur dan menggerakan posisi pasien harus hati-hati, jangan


sampai drain tercabut.

d) Perawatan luka operasi secara steril.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi


ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi
keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan.

Bentuk evaluasinya antara lain :

1. Menilai kemampuan dalam merespon rangsangan nyeri.

2. Koping klien efektif.

3. Klien mampu melakukan ADL.

Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh mana tujuan


tercapai:

Berhasil : prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal
yang ditetapkan di tujuan.

Tercapai sebagian : pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang


ditentukan dalam pernyataan tujuan.

Belum tercapai. : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan prilaku yang
diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan.

1. Tanda-tanda peritonitis menghilang yang meliputi :

Suhu tubuh normal

Nada normal

Perut tidak kembung

Peristaltik usus normal

Flatus positif

Bowel movement positif

2. Pasien terbebas dari rasa sakit dan dapat melakukan aktifitas.


3. Pasien terbebas dari adanya komplikasi.

4. Pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dan


mengembalikan pola makan dan minum seperti biasa.

5. Luka operasi baik.

Kriteria Evaluasi

Hasil yang diharapkan setelah perawatan pasien, meliputi;

1. Tidak timbul nyeri luka selama penyembuhan.

2. Luka insisi normal tanpa infeksi.

3. Tidak timbul komplikasi.

4. Pola eliminasi lancar.

5. Pasien tetap dalam tingkat optimal tanpa cacat.

6. Kehilangan berat badan minimal atau tetap normal.

7. Sebelum pulang, pasien mengetahui tentang :

Pengobatan lanjutan.

Jenis obat yang diberikan.

Diet.

Batas kegiatan dan rencana kegiatan di rumah.

Hasil yang diharapkan

- Pasien akan tetap merasa nyaman.

- Pasien akan tetap mempertahankan kesterilan lukanya.

- Pasien akan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.

Anda mungkin juga menyukai