ABSTRAK
Dalam proses produksi, sering didapat kesulitan-kesulitan baik dari segi posisi maupun kondisi peralatan
pemindah bahan yang digunakan dalam pelaksanaan operasinya. Hal ini perlu di atasi dengan perencanaan
distribusi yang baik. Penggunaan alat pemindah bahan yang sesuai dengan material yang diangkut beserta kondisi
tempat pengoperaisannya, akan diperoleh suatu hasil kerja yang ekonomis, baik dari segi biaya maupun waktu.
Material yang diangkut pada perencanaan ini adalah gula pasir yang merupakan hasil dari proses produksi gula
pada perusahaan. Dalam pelaksanaan pengangkutan gula pasir ini ditemukan kendala-kendala yang terdapat pada
kondisi dan lokasi dilapangan setempat.Dari sekian banyak jenis peralatan handling equipment yang dapat dipakai
dalam pengoperasiannya dan dengan mempertimbangkan untung ruginya serta kelebihan-kelebihan lainnya maka
conveyor yang sangat cocok digunakan adalah jenis Belt Conveyor. Belt conveyor yang direncanakan
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan teknis.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan metode wawancara, pengamatan langsung di lapangan,
dan tinjauan pustaka yang berhubungan dengan permasalahan di penelitian ini. Data yang diambil dalam
penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan dan wawancara langsung,
sedangkan data sekunder diperoleh dari studi literatur.
Dari hasil perencanaan dan perhitungan serta berdasarkan data parameter-parameter belt conveyor
diperoleh perbedaan dalam perencanaan lebar belt dengan alat yang telah ada yang mengakibatkan berberbedanya
spesifikasi element-elemen pendukung lainya. Perbedaan ini dikarenakan pada perencanaan belt conveyor ini
faktor keamanan dan efisiensi kenerja alat diseimbangkan sesuai dengan parameter-parameter yang ada.
Perbedaan hasil perencanaan ini dengan alat yang telah ada yang dijadikan sumber penelitian, adalah Lebar belt
400 mm, Motor penggerak 3,7 kW, Sistem transmisi Motor-Kopling-Bantalan-Pulley-Backstop Cam.
Kata Kunci: Sugar Conveyor, Alat Angkat Angkut, Sudut Inklinasi, Kapasitas Angkut, Kecepatan Angkut.
) ) ) )
4.2 Roller Idler
Dari tabel 2.18 didapat diameter roller yang
B = 0.283 m
disarankan oleh perusahaan roller (Rumelca, 2003)
= 400 mm (Bridgestone, 1985)
sebesar 89 mm.
4.1.1.2 Pengecekan Lebar Belt
Ukuran lebar belt harus memenuhi: 4.2.1 Gaya Yang Terjadi Pada Roller Idler
Beban pada flat roller idler merupakan gaya
B > 3,3 a + 200 mm (Zainuri, 2006)
lintang yang terdiri dari:
dimana:
- Berat belt (W1) = 4,5 kg/m
a' = besar butir gula pasir
- Berat roller (Wr) = 5,0 kg/m (tabel 2.6)
= 1,5 mm
Diasumsikan bahwa beban terdistribusi secara
maka:
merata. Dengan demikian gaya yang diterima oleh satu
B > 3,3 x 2 mm + 200 mm
B > 206,6 mm (400 > 206,6) flat idler adalah:
Pf = (W1 + Wr) . lr (kg)
Jadi lebar belt memenuhi syarat dan kecepatan
dimana:
belt sebesar 1 m/s dapat dipergunakan untuk
lr = 2400 mm (tabel 2.7)
perhitungan selanjutnya.
maka:
Pf = (4,5 + 5) . 2,4 m
4.1.2 Berat Belt (W1)
= 22,8 kg
Pada perencanaan ini dipilih belt standar tipe
EP-125, dengan lebar 400 mm. kekuatan carcass 125
Gaya ini diteruskan oleh bantalan ke poros,
N/mm dan tegangan tarik 15 kN/m dengan jumlah
dimana poros roller tidak ikut berputar, jadi hanya
lapisan adalah satu.
menerima beban statis saja. Kondisi pembebanan
Maka perhitungan berat belt dihitung sebagai
terlihat dibawah ini:
berikut (Bridgestone, 1985):
Pf
(kg/m) (12)
Dimana:
W1 : Berat belt (kg/m) A B
K : 1.17 kg/m3 (tabel 2.16)
B : 40 cm
T : Tebal belt (mm)
: t1 + t2 + t3 Gambar 4.3 Diagram gaya pada poros flat idler
Fr = menentukan tipe dan jenis roller sebagai berikut
(lampiran 3):
= 11,4 kg
V = 1 m/detik
B = 400 mm
Beban pada poros troughed roller idler terdiri
Beban = 7,216 kg
dari berat belt, berat muatan yang diangkut, dan berat
troughed roller idler sendiri. Untuk mengetahui
- Troughed roller idler (carrying roller idler)
distribusi pembebanan yang terjadi pada troughed idler
Pada perencanaan ini dipilih roller jenis PLF
ini dapat dilihat pada gambar 4.4.
(Polypropylene with fiberglass) yang terbuat dari rigid
PVC (Polyvinyl chloride) dan PP (Polypropylen).
C
Pemilihan dari roller jenis PLF ini dapat memberikan
B D
keuntungan sebagai berikut:
- Memiliki batas kekuatan yang tinggi terhadap
A 300 E
berat muatan
300
- Dapat digunakan pada berbagai macam ukuran
G F material
- Temperatur kerja yang flexible, antara - 200C dan
0,2B 0,4B 0,2B + 1000 C
- Perawatan yang mudah
- Tahan terhadap kelembaban, kotoran, korosi dan
Gambar 4.4 Penampang lintang muatan debu
- Konsumsi energi yang kecil
Dari gambar diatas terlihat bahwa perbandingan No: A3 L /1A 400 F14 H125 89 (lamp 4)
luas penampang. Dengan demikian dapat ditulis Keterangan no seri dan code :
persamaan berikut: A3 L /1A = jenis roller
F1 : F2 : F3 = A1 : A2 : A3 400 = lebar belt
A1 = A3 = luas segitiga ABG F = desain spindel = dengan flat
A1 = A3 = 0,5 . 0,2B . 0,2B (tan 300 + tan 300) 14 = ch
= 0,023094 B2 H = tinggi = 125 mm
A2 = 0,2B . (tan 300 + tan 300) . 0,4B + 89 = diameter roller
0,5 . 0,4B (0,2B tan 300) Dengan data-data sbb:
= 0,11547 B2 D = 89 mm ch = 14 mm
jadi: H = 125 mm Q = 640 mm
F1 : F2 : F3 = 0,023094: 0,11547: 0,023094 C = 168 mm E = 700 mm
Jumlah beban yang ditumpu poros: K = 267 mm Berat = 5.3 kg/set
Ptr = (q + qb + qp) . lc Spindel : 20
dimana: Bantalan : 6204
q = Wm = 6,94 kg/m Kapasitas beban : 129 daN = 130 kg
qb = W1 = 4,5 kg/m
qp = Wc = 6,6 kg/m (tabel 2.6) - Flat roller idler (return roller idler)
lc = 1,2 m (tabel 2.7) Pada perencanaan ini dipilih roller jenis M1
maka: yang terbuat dari baja. Pemilihan dari roller jenis M1 ini
Ptr = (6,94 + 4,5 + 6,6) . 1,2 dapat memberikan keuntungan sebagai berikut:
= 21.648 kg - Memiliki batas kekuatan yang tinggi terhadap
Distribusi beban masing-masing idler: berat muatan
F1 = F3 = 0,023094 / 0,138564 x 21.648 kg - Dapat digunakan pada berbagai macam ukuran
= 3,608 kg material
F2 = 0,023094 / 0,138564 x 21.648 kg - Temperatur kerja yang flexible, antara - 200C dan
= 14,432 kg + 1000 C
Pembebanan yang paling besar terjadi ditengah- - Perawatan yang mudah dan ringan
tengah troughed idler, maka gaya yang dipilih sebagai - Tahan terhadap kelembaban, kotoran dan debu
acuan untuk perencanaan ini ini adalah F2.
F2 No seri dan code : M1 15B 50N 508
Keterangan no seri dan code:
M = jenis roller
1 = no seri (tipe)
15 = diameter spindel
Gambar 4.5 Diagram gaya pada poros troughed idler B = desain spindel = dengan ring
Gaya reaksi = Fc = 7,216 kg 50 = diameter roller
N = desain tabung
4.2.2 Dimensi Roller Idler = steel S 235 JR (EN10027-1), ex Fe
Dari hasil perhitungan sebelumnya didapat 360 (EN 10025), St37 (DIN 17100)
parameter-parameter yang dibutuhkan untuk 508 = panjang C
Dengan data-data sbb: Pt = 0,75 kW (tabel 2.5)
D = 50 mm ch = 14 mm Maka daya pada poros penggerak pulley (P)
A = 526 mm e = 4 mm adalah:
B = 500 mm s = 3 mm P = (0.48 + 0,1514 + 0,5171 + 0,75) kW
C = 508 mm g = 9 mm = 1,8985 kW
d1 = 20 mm d = 15 mm = 1,9 kW
Kapasitas beban : 40 daN = 4,04 kg Sedangkan daya motornya (penggerak mula)
Bantalan : Cup and cone (kerucut) dipengaruhi oleh efisiensi mekanis dan efisiensi
Berat : 2.7 kg/set transmisi. Pada perencanaan ini penggerak terdiri dari
motor listrik reducer ( = 0,98), kopling flens ( =
4.2.3 Kecepatan Putar Roller Idler 0,97), dan bearing penggerak pulley ( = 0,95) (Sularso,
n = (13) 2002).
maka:
dimana:
V = 1 m/det
D = 89 mm dimana:
maka: m = efisiensi mekanis 0,8 (Sularso, 2002)
n = g = 0,95 0,98
= 214,7 rpm mendekati 215 rpm
= 2,6 kW
4.3 Perhitungan Tenaga Penggerak Belt
Conveyor 4.4 Perhitungan Tegangan Belt
Daya yang diperhitungkan adalah pada poros - Tegangan efektif (Fp)
penggerak pulley (P).
kg (50)
P = P1 + P2 + P3 + Pt (46)
Selanjutnya daya-daya yang terjadi tersebut dimana:
dihitung sebagai berikut: P = 2,6 kW
- daya pada poros horizontal tanpa pembebanan (P 1) V = 60 m/min
) maka:
kW
kg = 265,2 Kg
dimana:
f = 0,022 (tabel 2.4)
l = 35 m - Tegangan sisi kencang (F1)
lo = 66 m (Bridgestone, 1985) (kg) (51)
W = 22 (kg/m) dimana:
(Bridgestone, 1985) Fp = 265,2 kg
V = 60 m/min u = 0,35 (tabel 2.10)
maka: = 2100 = 3,664 radian (tabel 2.9)
)
maka:
)
P1 = 0.4792 kW = 0.48 kW
)
- daya pada poros horizontal dengan pembebanan (P 2)
) = 367,2 kg
kW - Tegangan sisi kendor (F2)
dimana: (kg) (52)
Qt = 25 (ton/jam)
f = 0,022 )
l = 35 m = 101,9899 kg
lo = 66 m = 102 kg
maka:
) - Tegangan dikarenakan sudut tanjakan (F3 dan F3)
F3 = W1 l (tan f)
= 0,1514 kW
dimana:
- daya pada poros vertikal dengan pembebanan (P 3)
W1 = 4,5 kg/m
l = 35 m
dimana: = 12014
h = l tan f = 0,022 (tabel 2.4)
= 35 tan 12014 maka:
= 7,592 m F3 = 4,5 x 35 (tan 12014 0,022)
Qt = 25 (ton/jam) = 30,42 kg
maka: - Tegangan untuk arah menurun
F3 = W1 l (tan + f) (54)
= 4,5 x 35 (tan 12014 + 0,022)
= 0,5171 KW
= 37,35 kg
- daya dorong dari tripper atau stacker (Pt)
K = 1,15 (tabel 2.22)
- Tegangan minimum (F4c dan F4r) n =1
F4c = 12,5 lc (Wm + W1) (55) maka:
F4r = 12,5 lc (W1) (56) D1 = 125 x 1,15 x 1
dimana: = 431.25 mm
lc = 1,35 m (tabel 2.7) Dipilih nilai D1 = 450 mm (tabel 2.23)
Wm = 6,94 kg/m (tabel 2.6) D2 = 100 x 1,15 x 3
W1 = 4,5 kg/m (tabel 2.8) = 345 mm
lr =3m (tabel 2.7) Dipilih nilai D2 = 400 mm (tabel 2.23)
maka: D3 = 75 x 1,15 x 3
F4c = 12,5 x 1,35 x (6,94 + 4,5) = 258.75 mm
= 195,05 kg Dipilih nilai D3 = 300 mm (tabel 2.23)
F4r = 12,5 x 3 x 4,5 Panjang pulley (L)
= 168,75 kg L = B + 200
- Tegangan sisi balik belt (Fr) = 400 + 200 = 600 mm
Fr = f (l + lo) (W1 + Wr/lr) (kg) (57) Tebal dinding = 15 mm (Bridgestone, 1985)
maka:
Fr = f (l + lo) (W1 + Wr/lr) 4.5.2 Berat Pulley
= 0,022 (35 +66) (4,5 + (5,0/3)) G = /4 (D2 d2) L p (14)
= 13,7 kg dimana:
- Tegangan maksimum yang terjadi pada belt conveyor D = 450 mm
Belt yang direncancakan adalah type uphill d = (450 2x15) mm = 420 mm
conveyor penggerak head (kepala) maka: L = 600 mm
Fmax = Fp + F2 (tabel 2.26) p = 7,8 kg/dm3
dimana: maka:
Fp = 265,2 Kg G = 3,14/4 x (4,52 4,22) x 6 x 7,8
F2 = 102 Kg = 95,88 kg
maka: Gaya total pada pulley
Fmax = 265,2 + 102 ) ) (15)
= 367.2 Kg dimana:
G = 95,88 kg
S1 = 102 kg
- Pemeriksaaan Kekuatan Belt Sa = 367,2 kg
(9) b = 100
maka:
Dimana: ) )
: Kekuatan taik carcass untuk satu lapisan (kg/cm) = 481,25 kg
Fmax : 367,2 kg Dengan cara yang sama pada drive pulley
n :1 didapat berat tail pulley sbb:
SFw : 12 (lampiran 2) Gtotal = 478,76 kg
Be : Lebar belt (cm)
maka: 4.5.3 Kecepatan Putar Pulley
TS = n= (16)
= 11,016 kg/cm dimana:
= 10.8 kN/m V = 1 m/det
Ternyata Kt > F.TS D = 450 mm
15 kN/m > 10.8 kN/m maka:
Jadi belt aman digunakan.
n=
4.5 Perencanaan Pulley = 42.46 rpm = 43 rpm
Gaya-gaya yang bekerja pada pulley terdiri dari
gaya tarik pada belt, yang besarnya diasumsikan sama 4.6 Perencanaan Poros Drive Pully dan Tail
dengan gaya maksimumnya yang bekerja pada pulley Pulley
serta gaya beratnya sendiri. 4.6.1 Drive Pulley
4.5.1 Dimensi Pulley Gaya yang terjadi pada drive pulley sebesar
Perencanaan diameter pulley meliputi diameter (Gtotal) = 481,25 kg
head pulley (D1), diameter tail pulley (D2) dan diameter Gaya reaksi pada masing-masing tumpuan
snub pulley (D3). Untuk menghitung diameter ini Fr = Gtotal/2
dipakai persamaan. = 481,2 / 2 = 240,6 kg
D1 = 125 K . n Beban diasumsikan merata disepanjang pulley,
D2 = 100 K . n (tabel 2.21) seperti terlihat pada gambar ini.
D3 = 75 K . n
dimana: Gtotal
Mmax = Fr x 445 0,5 Gtotal x 150
= 239,38 x 445 0,5 x 478,76 x 150
= 70617 kg mm
Torsi (T):
Fr Fr T = (Sa S1) x r
dimana:
Gambar 4.6 Diagram gaya pada poros pulley
S1 = F2 = 102 kg
Momen maksimum: Sa = F1 = 367,2 kg
Mmax = Fr x 445 0,5 Gtotal x 150 r = 400/2 = 200 mm
= 240,6 x 445 0,5 x 481,2 x 150 maka:
= 70977 kg mm T = (367,2 102) 200
Torsi (T) : = 53040 kg.mm
T = (Sa S1) x r Dengan cara yang sama dengan poros drive pulley,
dimana: maka didapat diameter poros dan tegangan geser yang
S1 = F2 = 102 kg terjadi pada tail pulley:
Sa = F1 = 367,2 kg
r = 450/2 = 225 mm ds 5 cm
maka: Tegangan geser yang terjadi:
T = (367,2 102) 225 max = 3,603 kg/mm2
= 59670 kg.mm Karena tegangan geser yang diijinkan jauh lebih besar
Tegangan geser yang terjadi: dari tegangan geser yang terjadi maka poros aman
max (5.1 / d s3 ) M 2 T 2 digunakan.
(25)
Bahan poros dipilih SNC 2 4.6.3 Berat Poros Pulley
dimana: - Berat poros drive pulley (Gdp)
b = 85 kg/mm2 (Gdp) = / 4 (ds)2 x L x (29)
Sf1 = 6,0 (faktor koreksi akibat massa poros) dimana:
Sf2 = 2,0 (faktor koreksi akibat alur pasak) ds = 0,5 dm
Tegangan geser yang diizinkan: = 7,8 kg/dm3
B L = 8,9 dm
a maka:
Sf1 Sf 2
(Gdp) = / 4 (0,5)2 x 8,9 x 7,8
85 (28)
a = 13.74 kg
6,0 2,0 - Berat poros tail pulley
a 7,085 kg / mm 2 (Gdp) = / 4 (ds)2 x L x (29)
Diameter poros drive pulley: dimana:
1/ 3 ds = 0,5 dm
5,1
ds (K m M )2 (Kt T )2 (27) = 7,8 kg/dm3
a L = 8,9 dm
dimana : maka:
Km = 2,0 (untuk beban tumpukan ringan) (Gdp) = / 4 (0,5)2 x 8,9 x 7,8
Kt = 1,5 (untuk beban sedikit kejutan) = 13.74 kg
maka:
1/ 3
5,1 4.7 Take Up Pulley
ds (2 70977) 2 (1,5 59670) 2 ds Take up pulley ini berfungsi untuk menjaga agar
7,085 tegangan pada belt saat beroperasi tidak menyebabkan
120798,71/3 kendor. Caranya adalah dengan memberikan beban
ds 49,4 mm mendekati 50 mm tetap pada pulley supaya belt tetap tegang.
ds 5 cm Pada perencanaan ini dipergunakan pemberat
Tegangan geser yang terjadi: jenis counter weight, dikarenaklan take up jenis ini
max (5.1 / d s3 ) M 2 T 2 sangat flexible dan dapat meredam beban kejut. Take
up pulley ini umumnya dipasang didekat pulley
max (5.1/ 503 ) 70977 2 59670 2 penggerak, tapi pada perencanaan ini take up pulley ini
= 3,783 kg/mm2 dipasang didekat pulley yang digerakkan. Hal ini
Karena tegangan geser yang diijinkan jauh lebih dikarenakan pemasangan take up pulley ini disesuaikan
besar dari tegangan geser yang terjadi maka poros aman dengan kondisi daerah yang ada.
digunakan. - Panjang take up pulley (S)
Panjang dan berat take up pulley ini bervariasi
4.6.2 Tail Pulley disesuiakan dengan konstruksi dari belt dan memakai
Fr = Gtotal / 2 rumus sbb:
= 478,76 / 2 = 239,38 kg )
S = (m) (17)
Momen maksimum:
dimana:
l = 35,814 m jadi:
f1 = 0,1 % Ct = 11,4 kg . (345579)3/10
f2 = 0,15 % = 653,7 kg
F3 = 0,1 % Ternyata C > Ct 1000 kg > 653,7 kg
= ekstra batasan untuk sambungan Jadi bantalan aman digunakan.
= 0,5 m
maka: - Umur nominal bantalan pada troughed roller idler
) Kapasitas beban dinamik yang terjadi pada
S = = 0,625 m
bantalan dihitung dengan rumus:
- Berat take up pulley (Gk)
Ct = P . L1/b
Berat yang dibutuhkan counter weight:
) dimana:
Gk = (18) P = 15,12 kg
dimana: b = 3 (untuk ball bearing)
P = Ep = 265,2 kg L = (60 . n . Lh) / 1000000 (43)
V = 1 m/s n = 215 rpm
Nn = 265,2 1 / 1000
p
= 0,2652 kW C 10 6 10 6
Lh 66,13 22,42 10 6
3
P 60 n 60 43 (45) tersebut akan menimbulkan beban berlebih pada
Lh = 1.99 . 106 jam kerja peralatan yang besarnya dengan besarnya daya yang
= 227 tahun, 2 bulan, 1 hari, 16 jam harus ditransmisikan.
maka: Unit sistem transmisi ini harus ditempatkan
L = (60 . 43 . 1.99) sedemikian rupa sehingga tidak akan mengganggu
= 5134.2 komponen pendukung yang lainnya. Sistem transmisi
jadi: akan dapat dilihat pada pada gambar dibawah ini:
Ct = 240,6 kg . (5134.2)3/10 5
= 3122,0.3 kg
Ternyata C > Ct 4850 kg > 3591,74 kg 4
Jadi bantalan aman digunakan.
3
2
4.9 Perencanaan Pembersih Belt
Pada perencanaan ini dipilih pembersih belt jenis 1
P yang membersihkan hanya pada satu arah belt.
Pemilihan dari pembersih belt jenis P ini dapat
Gambar 4.7 Sistem transmisi belt conveyor
memberikan keuntungan sebagai berikut:
- Digunakan pada material yang agak lembab dan Keterangan gambar:
lengket, hal ini sangat cocok untuk material gula 1. Motor speed reducer
pasir. 2. Kopling flens
- Pengaturan posisi yang mudah. 3. Bantalan
- Bahan pembersih yang bersifat tidak merusak belt. 4. Belt conveyor
- Perawatan yang mudah
5. Backstop cam clutch Maka didapat tipe motor speed reducer
Dengan berbagai pertimbangan baik dan GRTA370-50L5-30CB dengan data-data sebagai
buruknya sistem yang akan digunakan pada conveyor berikut:
ini, maka sistem yang dipakai adalah: Daya yang tersedia = 3,7 kW
Motor speed reducer kopling flens pulley Torsi yang diizinkan pada 1500 rpm = 671 Nm
penggerak backstop. Keuntungan pemakaian sistem Putaran yang dizinkan = 43 rpm
ini: Output pada 50 Hz = 50 rpm
Diameter output = 50 mm
- Backstop cam clutch Kuantitas pelumas = 2,8 Kg
Backstop cam clutch ini adalah berfungsi untuk Perbandingan rasio = 1/30
mencegah putaran balik pada saat over load atau bila Dengan data-data yang ada, berarti motor aman
sumber listrik untuk motor mati, sehingga putaran digunakan.
tersebut tidak dtransmisikan ke roda gigi dan motor
penggerak.
Dengan demikian kerusakan yang akan terjadi
pada komponen-komponen penggerak secara dini dapat
dicegah dengan pengereman yang dilaksanakan oleh
backstop cam clutch ini.
6.3 Saran
Setelah melakukan penelitian, perencanaan dan
perhitungan belt conveyor ini, untuk penelitian lebih
lanjut disarankan:
1. Pada perencanaan fisik alat hanya dilakukan
perencanaan dan perhitungan dari segi elemen
mesin dan sistem kerja alat, namun dari segi biaya
produksi dan perakitan terabaikan. Sehingga disini
penulis menyarankan agar hendaknya pada
perencanaan selanjutnya untuk alat yang sejenis
dilakukan juga analisa sebaik-baiknya mengenai
biaya produksi yang digunakan dan penggunaan
komponenkomponen komplementer atau pengganti
untuk pembuatan alat tersebut.
2. Penggantian komponen secara terjadwal.
3. Pada peristiwa kerusakan alat, sebelum diputuskan
mengganti satu komponen hendaknya diperiksa dulu
jenis kerusakannya dan dilacak penyebabnya.
4. Dalam melaksanakan reparasi, bekerjalah dengan
cermat dan bersih agar kesehatan dan keselamantan
kerja terjamin.
Daftar Pustaka
Bridgestone Corporation, Conveyor Belt Design
Manual, Tokyo, Japan.
Conveyor Equipment Manufacturers Association, 2003,
Belt Convetors for Bulk Material Fifth
Edition. www.cema.com. [Akses 25 Mei 2008].
Emerson CO., Tsubaki, 2005, Tsubaki Emerson Cam
Clucth, http://www.tsubaki-emerson.co.jp/.
[Akses 15 September 2008].
Ferdinand P.B., dan Johnston E.R., 1994, Mekanika
Untuk Insinyur, Erlangga, Jakarta.
G. Nieman, 1978, Machine Element, Volume II,
Erlangga, Jakarta.
Heij J. La, dan Bruijn La De, 1999, Ilmu Menggambar
Bangunan Mesin, Cetakan kedelapan, PT
Pradnya Paramita, Jakarta.
Holowenko A. R. et al., Machine Design, Theory and
Practice, Macmillan Publishing Co., Inc., New
York.