PENDAHULUAN
1
BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas Suami
Nama : Tn. Hendriono
Umur : 40 tahun
Suku/bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Alamat : RT. 44, Kel. Kenali Besar
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Gerakan janin yang mulai berkurang sejak 1 bulan yang lalu.
2
berkurang dan menghilang. Selain itu os juga merasakan perutnya yang
awal nya membesar sekarang menjadi mengecil.
Os sudah berobat sudah berobat ke RS Abdul Manap dengan
diagnosa Kehamilan Intra Abdominal + IUFD. Karena keterbatasan alat
sehingga pasien dirujuk ke RSUD Raden Mattaher Jambi pada tanggal 10
September 2013.
Os tidak ada keluhan dalam buang air besar dan air kecil.
Hipertensi (-), DM (-), Asma (-), PJK (-), Malaria (-) tumor (-) Kista (-)
Hipertensi (-), DM (-), Asma (-), PJK (-), Malaria (-), tumor ()
Riwayat Obstetri
GPA : G3P2A0
Menarche : Umur 14 tahun
Siklus haid : teratur 28 hari
Dismenorrhea : (-)
Lama haid : 4 hari.
Riwayat Persalinan :
P1 : 1998, laki-laki, hidup dan sehat
P2 : 2003, perempuan, hidup dan sehat.
Riwayat Perkawinan : Pasien menikah satu kali, lama 14 tahun
Riwayat Kontrasepsi : pasien pernah menggunakan alat kontrasepsi
berupa suntik.
3
Status Generalisata
Dada
Inspeksi : Bekas luka (-), retraksi (-)
Perkusi : Sonor (+/+)
Palpasi : Pengembangan dada simetris (+/+)
Vocal Fremitus (+) normal simetris
Auskultasi :
Cor : BJ1 BJ2 reguler, murmur (-) gallop (-)
Pulmo : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen :
Inspeksi : Cembung, membesar simetris, striae (-), venektasi (-)
Palpasi : Leopold I: T.FUT 20 cm, Leopold II: Letak lintang,
Teraba bagian keras melenting diperut kanan, Leopold
III:,Sulit dinilai, Leopold IV : Sulit dinilai
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+)
Anggota Gerak: Akral hangat, edema (-), varices (-)
Status Obstetrik
a. Pemeriksaan Luar
Leopold I : T.FUT 20 cm
Leopold II : Letak lintang Teraba bagian keras melenting
diperut kanan
4
Leopold III : Sulit dinilai
Leopold IV : Sulit dinilai
b. Auskultasi
DJJ :-
Frekuensi : -
Bising usus : +
c. Inspekulo :
Tidak Dilakukan
d. Pemeriksaan Dalam
Tidak Dilakukan
(10-09-2013)
Hb : 12,0 gr/dl
Leukosit : 9,1 103/mm3
Eritrosit : 4,34 106/mm3
Trombosit : 295 103/mm3
Hematokrit : 37,5 %
(12-09-2013)
Hb : 13,0 gr/dl
Leukosit : 19,5 103/mm3 H
5
Eritrosit : 4,53 106/mm3
Trombosit : 315 103/mm3
Hematokrit : 39,4 %
- Golongan Darah :A
- GDS : 100 g/dl
- CT : 7 Menit
- BT : 2 Menit
USG
EKG
6
Kesan EKG Normal
2.5 Diagnosa
G3P2A0 Gravida 36-37 minggu Kehamilan Intra Abdominal + IUFD
2.6 Penatalaksaan
- IVFD RL 20 gtt/menit.
- Inj. Ceftriaxone 1x1 gr.
- Rencana operasi cito Laparotomi.
- Laporan Operasi
- Pasien dalam stadium narkose, dilakukan insisi dinding perut
secara mediana.
- Dinding perut dibuka lapis demi lapis.
- Perut dibuka dilebarkan secara tajam.
- Bayi lahir dalam keadaan meninggal.
- Plasenta lengket di rektum, plasenta dilahirkan perabdominal
lengkap.
- Dinding perut ditutup lapis demi lapis.
- Tindakan selesai.
7
Intruksi post op
IVFD RL 30 gtt/menit
Ceftriaxone 3 x 1 gr
Vit c 3x2 Amp
Alinamin F 2x1
Kaltropen Supp 2x1
Inj. MTX 80 mg 1x1 selama 4 hari.
As. Folat tab 3x3 tab
2.7 Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
2.8 Follow Up :
Tanggal / Jam Perjalanan Penyakit Pengobatan / Tindakan
8
12-09-2013 S: Nyeri pada luka operasi (+), - IVFD RL 20 gtt/I
- Ceftriaxone 3 x 1 gr
Flatus (-), ASI (+)
- Vit c 3x2 Amp
O: - Alinamin F 2x1
- Kaltropen Supp 2x1
- TD = 90/50 mmhg
- Inj. MTX 80 mg 1x1 IM hari
- N = 84 x/mnt
- RR = 20 x/mnt ke-1
- t = 36.5C - As. Folat 3x3 tab
- TFUT 1 jari dibawah
pusat
- Kontraksi Uterus keras
- Perdarahan (-)
- Lochea: rubra
A: P3A0 Post Op Laparotomi a/i
Kehamilan Intra Abdomen +
IUFD hari ke-I
9
- TFUT 2 jari dibawah
pusat
- Kontraksi Uterus keras
- Perdarahan (-)
- Lochea: rubra
A: P3A0 Post Op Laparotomi a/i
Kehamilan Intra Abdomen +
IUFD hari ke-III
15-09-2013 S: Nyeri pada luka operasi (+), - IVFD RL 20 gtt/I
- Ceftriaxone 3 x 1 gr
Pusing (+), ASI (+), Mual (+),
- Vit c 3x2 Amp
Muntah (+) 1x - Alinamin F 2x1
- Kaltropen Supp 2x1
O:
- Inj. MTX 80 mg 1x1 IM hari
- TD = 100/50 mmhg
ke-4
- N = 84 x/mnt
- As. Folat tab 3x3 tab
- RR = 18 x/mnt
- t = 36.6C
- TFUT 2 jari dibawah
pusat
- Kontraksi Uterus keras
- Perdarahan (-)
- Lochea: rubra
A: P3A0 Post Op Laparotomi a/i
Kehamilan Intra Abdomen +
IUFD hari ke-IV
10
A: P3A0 Post Op Laparotomi a/i
Kehamilan Intra Abdomen +
IUFD hari ke-V
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
11
Gambar 3.1 Anatomi Genitalia Wanita
12
Tuba uterine mendapatkan perdarahan dari cabang arteri iliaca interna
sedangkan arteria ovarica cabang dari aorta abdominalis. Pembuluh limf
mengikuti jalannya arteria dan bermuara ke nodi iliaci interni dan para
aortici3
B. Uterus
Uterus merupakan organ berongga yang berbentuk buah pir dan
berdinding tebal. Pada orang dewasa muda nullipara, panjang uterus 3 inci (8
cm), lebar 2 inci (5 cm), dan tebal 1 inci (2.5 cm). Uterus terbagi menjadi
fundus, corpus, dan cervix uteri.3
Fundus uteri merupakan bagian uterus yang terletak diatas muara tuba
uterine.
Corpus uteri merupakan bagian uterus yang terletak dibawah muara tuba
uterine. Bagian bawah corpus menyempit, yang akan berlanjut sebagai
servix uteri. Cervix menembus dinding anterior vagina dan dibagi menjadi
portio supravaginalis dan portio vaginalis cervicis uteri.
Cavitas uteri berbentuk segitiga pada penampang koronal, tetapi pada
panampang sagital hanya berbentuk celah. Rongga pada cervix uteri yang
disebut canalis cervicis uteri yang berhubungan dengan rongga didalam
corpus uteri melalui histologicum uteri internum dan dengan vagina
melalui ostium uteri
13
Dinding uterus terdiri atas tiga lapisan berupa perimetrium,
myometrium dan endometrium. Letak uterus dapat berupa :3
14
C. Ovarium
Ovarium ada dua, kiri dan kanan uterus, dihubungkan dengan uterus
oleh ligamentum ovarii proprium dan dihubungkan dengan dinding panggul
dengan perantaraan ligamentum infundibulo-pelvicum, disini terdapat
pembuluh darah untuk ovarium yaitu arteri dan vena ovarica.3,4
Ovarium ini letaknya pada dinding lateral panggul dalam sebuah lekuk
yang disebut fossa ovarica waldeyeri. Ovarium terdiri dari bagian luar (cortex)
dan bagian dalam medulla.Pada korteks terdapat folikel-folikel primordial.
Pada medulla terdapat pembuluh darah, urat syaraf dan pembuluh lympha.4
15
danmencairkan jaringan. Ketika blastula mencapai rongga rahim,
jaringanendometrium dalam keadaan sekresi. Jaringan endometrium ini
banyak mengandung sel-sel desidua.4
Blastula dengan bagian yang berisi massa sel dalam (inner-cell mass)
akan masuk ke dalam desidua, menyebabkan luka kecil yang kemudiansembuh dan
menutup lagi. Pada saat nidasi terkadang terjadi sedikitperdarahan akibat luka
desidua (tanda Hartman). Nidasi terjadi padadinding depan atau belakang
uterus (korpus), dekat pada fundus uteri.Blastula yang berimplantasi pada
rahim akan mulai tumbuh menjadi janin.4
3.3.1 Definisi
16
Gambar 2.5 Kehamilan abdominal
3.3.2 Klasifikasi
Kehamilan abdominal ada dua macam:
Kehamilan abdominal primer dimana telur dari awal mengadakan
implantasi didalam rongga perut.
Kehamilan abdominal sekunder yang asalnya kehamilan tuba dan
setelah ruptur baru menjadi kehamilan abdominal.
17
kandung kencing. Dengan nanah keluar bagianbagian janin seperti
tulang-tulang, potongan-potongan kulit, rambut dan lain-lain.
Pengapuran (kalsifikasi) : anak yang mati mengapur, menjadi keras
karena endapan-endapangaram kapur hingga berubah menjadi anak
batu (lithopaedion).
Perlemakan : janin berubah menjadi zat kuning seperti minyak kental
(adipocere)
18
Pada rontgen foto perut biasanya nampak kerangka anak yang tinggi
letaknya dan berada dalam letak paksa
Pada foto lateral nampak bagian-bagian janin menutupi vertebrae ibu
Adanya souffl vaskuler medial dari spina iliaca. Souffl ini diduga
berasal dari arteria ovarica.
Kalau sudah ada his dapat terjadi pembukaan sebesar I jari dan tidak
menjadi lebih besar, kalau kita masukkan jari kita kedalam kavum uteri
maka ternyata uterus kosong.
3.3.4 Diagnosa
3.3.5 Terapi
19
Plasenta yang ditinggalkan lambat laun akan diresorpsi, mengingat
kemungkinan perdarahan yang hebat, persediaan darah harus cukup.
3.4.1 Definisi
3.4.2 Diagnosis
20
Bila terjadi ketuban pecah dapat terjadi infeksi. Terjadi koagulopati bila
kematian janin lebih dari 2 minggu.9,10
3.4.3 Etiologi
21
Pemantauan kesejahteraan janin dapat dilakukan dengan
anamnesis, ditanyakan aktivitas gerakan janin pada ibu hamil, bila
mencurigakan dapat dilakukan pemeriksaan kardiotokografi.9,10
3.4.4 Pengelolaan
22
Setelah bayi lahir dilakukan ritual kagamaan merawat bayi
bersama keluarga. idealnya pemeriksaan otopsi atau patologi plasenta akan
membantu mengungkap penyebab kematian janin.9,10
3.4.5 Pencegahan
23
BAB IV
PEMBAHASAN
24
Pada pemeriksaan penunjang hasil laboratorium dalam batas
normal dan dari pemeriksaan USG didapatkan kehamilan intra abdominl.
Rencana terapi pada pasien ini sudah tepat yaitu dilakukan operasi
Laparotomi atas indikasi kehamilan intra abdominal dengan letak lintang
dan IUFD. Karena pada kasus seperti ini tindakan yang lebih tepat
dilakukan adalah dengan operasi, dibandingkan lahir dengan pervaginam.
Semua kriteria telah memenuhi indikasi untuk dilakukan laparotomi.
Pengobatan post op pada pasin ini diberikan Ceftriaxone 3 x 1 gr,
Vitamin C 3x2 Amp, Alinamin F 2x1, Kaltropen Supp 2x1, As. Folat tab
3x3 dan MTX 80 mg 1x1 selama 4 hari. Tujuan pemberian MTX pada
kasus ini dikarenakan pada saat oprasi ditemukan plasenta menempel pada
rektum, sehigga diharapkan dengan pemberian MTX jika terdapat sisa-
sisa plasenta dapat diresorpsi dan tidak berkembang menjadi keganasan.
Edukasi sangat penting pada pasien ini. Pada pasien perlu
diberikan edukasi mengenai pemeriksaan kehamilan berkala (ANC) saat
diketahui awal permulaan kehamilan. ANC dapat dilakukan ditempat-
tempat seperti Pukesmas, Klinik Bersalin, Rumah Sakit atau tempat-
tempat pelayanan kesehatan lainnya.
Prognosis pada pasien ini adalah bonam karena pada pasien ini
sudah dilakukam penanganan yang tepat.
25
BAB V
KESIMPULAN
26
letaknya dan berada dalam letak paksa, pada foto lateral nampak bagian-
bagian janin menutupi vertebrae ibu, adanya souffl vaskuler medial dari
spina iliaca. Souffl ini diduga berasal dari arteria ovarica, kalau sudah
ada his dapat terjadi pembukaan sebesar I jari dan tidak menjadi lebih
besar, kalau kita masukkan jari kita kedalam kavum uteri maka ternyata
uterus kosong.
Jika diagnosa sudah ditentukan maka kehamilan abdominal harus
dioperasi secepat mungkin mengingat bahaya-bahayanya seperti
perdarahan, ileus, lagi pula prognosa untuk anak kurang baik jadi kurang
baik manfaatnya untuk menunda operasi untuk kepentingan anak kecuali
pada keadaan-keadaan yang tertentu.
Kematian janin adalah janin yang mati dalam rahim dengan berat badan
500 gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20
minggu atau lebih. Kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan
janin, gawat janin atau infeksi.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan Anamnesis Umumnya penderita
hanya mengeluh gerakan janin berkurang. Pada pemeriksaan fisik tidak
terdengar denyut jantung janin. terlihat pada tinggi fundus uteri menurun,
berat badan ibu menurun, dan lingkaran perut ibu mengecil. Penunjang
diagnostik yaitu USG Tampak gambaran janin tanpa tanda kehidupan.
Foto radiologik setelah 5 hari Tampak tulang kepala kolaps, tulang
kepala saling tumpang tindih (gejala spalding) tulang belakang
hiperfelksi, dimana sekitar tulang kepala, tampak gambaran gas pada
jantung dan pembuluh darah. Pemeriksaan hCG urin menjadi negatif
setelah beberapa hari kematian janin.
Diagnosis pada pasien ini ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan ginekologi dan pemeriksaan penunjang G3P2A0
Gravida 36-37 minggu Kehamilan Intra Abdominal + IUFD.
Rencana terapi pada pasien ini sudah tepat yaitu dilakukan operasi
Laparotomi atas indikasi kehamilan intra abdominal dengan letak lintang
dan IUFD. Karena pada kasus seperti ini tindakan yang lebih tepat
dilakukan adalah dengan operasi, dibandingkan lahir dengan pervaginam.
Semua kriteria telah memenuhi indikasi untuk dilakukan laparotomi.
27
Pengobatan post op pada pasin ini diberikan Ceftriaxone 3 x 1 gr,
Vitamin C 3x2 Amp, Alinamin F 2x1, Kaltropen Supp 2x1, As. Folat tab
3x3 dan MTX 80 mg 1x1 selama 4 hari. Tujuan pemberian MTX pada
kasus ini dikarenakan pada saat oprasi ditemukan plasenta menempel
pada rektum, sehigga diharapkan dengan pemberian MTX jika terdapat
sisa-sisa plasenta dapat diresorpsi dan tidak berkembang menjadi
keganasan.
Edukasi sangat penting pada pasien ini. Pada pasien perlu diberikan
edukasi mengenai pemeriksaan kehamilan berkala (ANC) saat diketahui
awal permulaan kehamilan. ANC dapat dilakukan ditempat-tempat
seperti Pukesmas, Klinik Bersalin, Rumah Sakit atau tempat-tempat
pelayanan kesehatan lainnya.
Prognosis pada pasien ini adalah bonam karena pada pasien ini sudah
dilakukam penanganan yang tepat.
28
DAFTAR PUSTAKA
29