Anda di halaman 1dari 78

KRITERIA PERENCANAAN

BAGIAN PARAMETER BANGUNAN


Standar Perencanaan Irigasi KP 06

STANDAR PERENCANAAN
IRIGASI

KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN

PARAMETER BANGUNAN

KP - 06

DESEMBER 1986
EDISI BAHASA INDONESIA

i
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

1986 DIREKTORAT JENDERAL PENGAIRAN


DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

Cetakan pertama : 1986


Dicetak oleh : CV. GALANG PERSADA, Bandung

Disusun oleh :
Sub-Direktorat Perencanaan Teknis,
Direktorat Irigasi I,
Direktorat Jenderal Pengairan,
Departemen Pekerjaan Umum

Dibantu oleh DHV Consulting Engineers


Bekerja sama dengan PT. Indah Karya

ii
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAIRAN


Nornor. 185/KPTS/A/1986

TENTANG
STANDAR PERENCANAAN IRIGASI
DIREKTUR JENDERAL PENGAIRAN

Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan dan pemantapan


pelaksanaan/penyelenggaraan pembangunan Irigasi di
lingkungan Direktorat Jenderal Pengairan perlu adanya
keseragaman dalam kegiatan perencanaan pembangunan
Irigasi;
b. bahwa hasil pertemuan Diskusi Pemantapan Standardisasi
Perencanaan Irigasi", yang diadakan oleh Direktorat Jenderal
Pengairan pada bulan Agustus 1986, dipandang memadai untuk
dikukuhkan sebagai Standar Perencanaan Irigasi di lingkungan
Direktorat Jenderal Pengairan;
c. bahwa untuk maksud tersebut perlu diatur dengan Surat
Keputusan ;

Mengingat : 1. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 15/M Tahun 1982;


2. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 44 Tahun 1974;
3. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 15 Tahun 1984;
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 211/KPTS/1984;
5. Keputusan Direktur Jenderal Pengairan No. 45/KPTS/A/1984;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

PERTAMA : Mengukuhkan hasil pertemuan "Diskusi Pemantapan Standardisasi


Perencanaan Irigasi", sebagai Standar Perencanaan Irigasi terdiri
dari :

KRITERIA PERENCANAAN :

1. KP - 01 Kriteria Perencanaan - Bagian Perencanaan Jaringan


Irigasi
2. KP - 02 Kriteria Perencanaan - Bagian Bangunan Utama
3. KP - 03 Kriteria Perencanaan - Bagian Saluran
4. KP - 04 Kriteria Perencanaan - Bagian Bangunan
5. KP - 05 Kriteria Perencanaan - Bagian Petak Tersier

iii
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06
6. KP - 06 Kriteria Perencanaan - Bagian Parameter Bangunan
7. KP - 07 Kriteria Perencanaan - Bagian Standar
Penggambaran

BANGUNAN IRIGASI :

8. BI - 01 Tipe Bangunan Irigasi


9. BI - 02 Standar Bangunan Irigasi

PERSYARATAN TEKNIS :

10. PT - 01 Persyaratan Teknis - Bagian Perencanaan Jaringan


Irigasi
11. PT - 02 Persyaratan Teknis - Bagian Pengukuran
12. PT - 03 Persyaratan Teknis - Bagian Penyelidikan Geoteknik
13. PT - 04 Persyaratan Teknis - Bagian Penyelidikan Model
Hidrolis

KEDUA : Semua pihak yang melakukan kegiatan pembangunan irigasi, wajib


memperhatikan ketentuan-ketentuan yang tercantum pada Diktum
PERTAMA.

KETIGA : Direktur Irigasi I bertugas memonitor pelaksanaan Surat Keputusan


ini dan menampung umpan batik guna penyempurnaan Standar
Perencanaan Irigasi sebagaimana tersebut pada Diktum PERTAMA,
sesuai dengan perkembangan.

KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada hari/tanggal ditetapkan dengan


ketentuan akan diadakan perubahan dan perbaikan seperlunya
apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
penetapannya.

TEMBUSAN : Surat Keputusan ini disampaikan kepada Yth :

1. Bapak Menteri Pekerjaan Umum


2. Sekretaris Jenderal Departemen Pekerjaan Umum
3. Inspektur Jenderal Departemen Pekerjaan Umum
4. Kepala Balitbang Departemen Pekerjaan Umum
5. Sekretaris Direktorat Jenderal Pengairan
6. Staf Ahli Menteri Pekerjaan Umum Bidang Pengembangan
Irigasi
7. Staf Ahli Menteri Pekerjaan Umum Bidang Pengembangan
Persungaian
8. Para Kepala Kantor Wilayah/Kepala DPUP up. Kepala Bagian
Pengairan di seluruh Indonesia

iv
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06
9. Para Kepala Biro Departemen Pekerjaan Umum
10. Para Direktur di lingkungan Direktorat Jenderal Pengairan
11. Kepala Puslitbang Pengairan
12. Para Kepala Bagian dan Kepala Sub Dit. di lingkungan
Direktorat Jenderal Pengairan
13. Kepala Bidang Diktat Pengairan
14. Para Pemimpin Proyek di lingkungan Direktorat Jenderal
Pengairan
15. A r s i p

DITETAPKAN DI: JAKARTA


PADA TANGGAL : 1 Desember 1986
DIREKTUR JENDERAL PENGAIRAN

v
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL PENGAIRAN

SAMBUTAN

Pembangunan irigasi di Indonesia sudah berjalan lebih dari satu abad, maka
kita telah dapat mengumpulkan pengalaman-pengalaman berharga yang sangat
bermanfaat bagi pengembangan irigasi selanjutnya. Pengalaman-pengalaman tersebut
didapatkan baik pada tahap studi, perencanaan maupun pada tahap pelaksanaan dan
eksploatasi & pemeliharaan.
Kekuatan dan kelemahan sistem irigasi kita, baik yang bersifat teknik sipil maupun
teknik hidrolik dan segi-segi lain seperti kebutuhan air irigasi, telah diamati, dicatat
dan diteliti guna bahan penyempurnaan pembangunan irigasi di Indonesia.
Sejak pelita I Pemerintah Orde Baru melaksanakan pembangunan di segala
bidang termasuk bidang pengairan dengan salah satu aspeknya pembangunan irigasi,
untuk menunjang peningkatan produksi pertanian dan untuk kenaikan pendapatan dan
kesejahteraan para petani.
Setelah pembangunan irigasi ini berlangsung hampir selama 4 Pelita, maka untuk
tujuan efisiensi dan keseragaman perencanaan, dirasa perlu untuk mengembangkan
standar perencanaan irigasi, yang cocok dengan kondisi di Indonesia untuk dipakai
oleh para perencana irigasi.
Direktorat Irigasi I yang mempunyai tugas pembinaan dan pengaturan di bidang
keirigasian , dalam menyiapkan standar ini telah menghabiskan waktu tidak kurang
dari 28 bulan.
Melalui proses yang cukup panjang telah dilakukan pengumpulan, pengkajian dan
penelitian terhadap perencanaan yang sudah berjalan, laporan-laporan, kriteria yang
dipergunakan di proyek-proyek, pedoman dan standar di bidang lain yang berlaku di
Indonesia serta referensi perencanaan irigasi dari luar Indonesia. Banyak pendapat
dan saran para ahli irigasi di Indonesia telah ditampung melalui acara diskusi,
kemudian dianalisis dan kesimpulannya dimasukkan dalam standar ini.
Standar Perencanaan Irigasi ini tidak bersifat statis, dan di masa mendatang
masih perlu dikembangkan dan disempurnakan sesuai dengan kemajuan teknologi
keirigasian. Namun demikian, apa yang dimuat dalam standar ini sudah mencakup
dan mencerminkan perkembangan konsepkonsep irigasi akhir-akhir ini.
Dengan terbitnya Standar Perencanaan Irigasi ini diharapkan para perencana
irigasi dapat mengambil manfaat sebesar-besarnya, terutama dalam kecepatan
penyelesaian tugas-tugas perencanaan, menuju ke keseragaman irigasi di Indonesia.
Standar Perencanaan Irigasi ini merupakan keharusan untuk dipakai oleh
badan-badan di lingkungan Direktorat Jenderal Pengairan dalam tugasnya di bidang
pembanguan irigasi. Penyimpangan dari standar ini hanya dimungkinkan dengan izin
Direktur Jenderal Pengairan.

vi
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

Badan-badan lain yang mempunyai kepentingan dalam pembangunan irigasi


dianjurkan untuk memakai standar ini juga.

Akhirnya, kami mengucapkan selamat atas terbitnya standar perencanaan irigasi ini,
dan patut kiranya kita semua memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada semua pihak atas sumbangan yang sangat besar bagi pengembangan standar
ini.

Jakarta,1 Desember 1986


DIREKTUR JENDERAL PENGAIRAN

Ir. Y.Sudaryoko

vii
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

PENGANTAR

Standar Perencanaan Irigasi ini telah disiapkan dan disusun dalam 3 kelompok :
1. Kriteria Perencanaan
2. Gambar Bangunan Irigasi
3. Persyaratan Teknis

Kriteria Perencanaan terdiri atas 7 bagian, berisi instruksi, Standar dan prosedur
bagi perencana dalam merencanakan irigasi teknis. Kriteria Perencanaan terdiri atas 7
buku berisikan kriteria perencanaan teknis untuk Perencanaan Irigasi (System
Planning), Perencanaan Bangunan Irigasi Jaringan Utama dan Jaringan Tersier,
Parameter Bangunan dan Standar Penggambaran.

Gambar Bangunan Irigasi terdiri atas 2 bagian, yaitu: Tipe Bangunan Irigasi,
yang berisi kumpulan gambar-gambar contoh sebagai informasi dan memberikan
gambaran bentuk dan model bangunan. Standar Bangunan Irigasi yang berisi
kumpulan gambar-gambar bangunan yang telah distandardisasi dan langsung bisa
dipakai. Untuk yang pertama, perencana masih harus melakukan usaha khusus berupa
analisis, perhitungan dan penyesuaian dalam perencanaan teknis.

Persyaratan Teknis terdiri atas 4 bagian, berisi syarat-syarat teknis yang


minimal harus dipenuhi dalam merencanakan pembangunan Irigasi. Tambahan
persyaratan dimungkinkan tergantung keadaan setempat dan keperluannya.

Meskipun Standar Perencanaan Irigasi ini, dengan batasan-batasan dan syarat


berlakunya seperti tertuang dalam tiap bagian buku, telah dibuat sedemikian sehingga
siap pakai, untuk perekayasa yang belum memiliki banyak pengalaman, tetapi dalam
penerapannya masih memerlukan kajian teknik dari pemakainya. Dengan demikian
siapa pun yang akan menggunakan Standar ini tidak akan lepas dari tanggung
jawabnya sebagai perencana dalam merencanakan bangunan irigasi yang aman dan
memadai.

Setiap masalah di luar batasan-batasan dan syarat berlakunya Standar ini, harus
dipecahkan dengan keahlian khusus dan/atau lewat konsultasi khusus dengan badan-
badan yang ditugaskan melakukan pembinaan keirigasian, yaitu :
1. Direktorat Irigasi I
2. Direktorat Irigasi II
3. Puslitbang Air

Hal yang sama juga berlaku bagi masalah-masalah, yang meskipun terletak dalam
batas-batas dan syarat berlakunya Standar ini, mempunyai tingkat kesulitan dan
kepentingan yang khusus.

viii
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

Semoga Standar Perencanaan Irigasi ini bisa bermanfaat dan memberikan


sumbangan dalam pengembangan irigasi di Indonesia. Kami sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk perbaikan ke arah kesempurnaan Standar ini.

Jakarta, 1 Desember 1986

Ir. Soewasono

ix
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

DAFTAR ISI

Hal
1. PENDAHULUAN
1.1 Umum ......................................................................................... 1
1.2 Sistem SI ......................................................................................... 1
1.3 Persyaratan dan Kode Praktek.......................................................... 1

2. BAHAN BANGUNAN
2.1 Persyaratan Bahan............................................................................ 2
2.2 Sifat-sifat Bahan Bangunan.............................................................. 2
2.2.1 Berat Volume........................................................................ 2
2.3 Tanah
2.3.1 Sistem klasifikasi tanah menurut
Unified Soil Classification System....................................... 3
2.3.2 Stabilitas lereng.................................................................... 6
2.3.3 Daya dukung tanah bawah untuk
Pondasi................................................................................. 11
2.3.4 Penurunan tanah dasar.......................................................... 13

3. TEGANG RENCANA
3.1 Beban ....................................................................................... 14
3.1.1 Beban mati.......................................................................... 14
3.1.2 Beban hidup........................................................................ 14
3.2 Tekanan Tanah dan Tekanan Lumpur ...................................... 17
3.2.1 Tekanan tanah...................................................................... 17
3.2.2 Tekanan lumpur................................................................... 20
3.3 Tekanan Air ................................................................................ 21
3.3.1 Tekanan hidrostatik.............................................................. 21
3.3.2 Tekanan hidrodinamik.......................................................... 22
3.3.3 Rembesan............................................................................. 22
3.4 Beban akibat Gempa........................................................................ 28
3.5 Kombinasi Pembebanan................................................................... 32
3.6 Tegangan Izin dan Faktor Keamanan............................................... 33
3.6.1 Tegangan izin........................................................................ 33
3.6.2 Faktor keamanan.................................................................. 33

4. PASANGAN BATU DAN BATA MERAH


4.1 Umum ................................................................................ 34
4.2 Batu ................................................................................ 34
4.3 Mortel ................................................................................ 36

x
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

5. BETON
5.1 Klasifikasi ................................................................................ 36
5.2 Sifat-sifat Beton............................................................................... 38
5.3 Tulangan ................................................................................ 38
5.4 Analisis Kekuatan Batas Beton Bertulang....................................... 39
5.4.1 Notasi ................................................................................ 39
5.4.2 Penggunaan grafik untuk perencanaan................................. 41
5.4.3 Batasan ................................................................................ 44

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 51

LAMPIRAN 1 ................................................................................ 53

LAMPIRAN 2 ................................................................................ 55

xi
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

DAFTAR GAMBAR
Gambar Uraian hal

2.1 Kurve-kurve Taylor untuk stabilitas tanggul


(dari Capper, 1976)............................................................... 7
2.2 Metode irisan untuk perhitungan stabilitas
Lereng................................................................................... 8
2.3 Faktor-faktor daya dukung: beban garis
dekat permukaan (dari Capper, 1976).................................. 10
2.4 Potongan tanah..................................................................... 13

3.1 Muatan Bina Marga untuk BM 100 (muatan T)................... 15


3.2 Muatan D Bina Marga untuk BM 100.............................. 16
3.3 Tegangan samping aktif dan pasif, cara
pemecahan Rankine: (a) aktif (b) pasif................................ 18
3.4 Tekanan aktif (a) dan pasif (b) menurut
Rankine................................................................................. 19
3.5 Tekanan air pada dinding tegak............................................ 21
3.6 Gaya tekan ke atas................................................................ 22
3.7 Tekanan hidrodinamik.......................................................... 22
3.8 Jalur rembesan antara bangunan dan
Tanah di sekitarnya............................................................... 24
3.9 Konstruksi jaringan aliran menggunakan
Analog listrik........................................................................ 25
3.10 Gaya tekan ke atas pada pondasi bendung........................... 26
3.11 Metode angka rembesan Lane.............................................. 27
3.12 Daerah-daerah Gempa di Indonesia (Barat)......................... 29
3.13 Daerah-daerah Gempa di Indonesia (Tengah)...................... 30
3.14 Daerah-daerah Gempa di Indonesia (Timur)........................ 31

4.1 Blok-blok batu candi............................................................ 35

5.1 Potongan segi empat berdasarkan lentur


Murni.................................................................................... 39
5.2 Potongan segi empat berdasarkan lentur
Dengan gaya normal............................................................. 39
5.3 Potongan flens sempit yang dianggap sebagai
Potongan segi empat ekuivalen............................................ 40
5.4 Grafik untuk analisis kekuatan batas
potongan baja bertulang....................................................... 45

xii
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

DAFTAR TABEL

Tabel Uraian hal

2.1 Berat volume massa ( )..................................................... 3


2.2 Klasifikasi tanah sistem kelompok....................................... 5
2.3 Standar saringan A.S............................................................ 6
2.4 Metode Bishop memasukkan perhitungan ke
Dalam bentuk tabel (Capper, 1976)...................................... 10
2.5 Bentuk telapak pondasi......................................................... 11
2.6 Harga-harga perkiraan daya dukung izin
(disadur dari British Standard Code of................................. 12
Practice CP 2004)
2.7 Modulus kemampatan.......................................................... 13

3.1 Muatan T........................................................................... 15


3.2 Muatan D.......................................................................... 16
3.3 Koefisien kejut...................................................................... 17
3.4 Harga-harga koefisien tegangan aktif Ka
untuk dinding miring kasar dengan permukaan
tanah datar/horisontal........................................................... 19
3.5 Harga-harga koefisien tegangan pasif Kp
Untuk dinding miring kasar dengan permukaan
Tanah datar........................................................................... 19
3.6 Harga-harga dan c........................................................... 20
3.7 Harga-harga minimum angka rembesan
Lane (C1).............................................................................. 28
3.8 Koefisien jenis tanah............................................................ 28
3.9 Periode ulang dan percepatan dasar gempa ac..................... 32
3.10 Kombinasi pembebanan (PUBI 1982).................................. 32
3.11 Faktor keamanan Mt/Mg Fg *) terhadap guling................. 33
3.12 Faktor keamanan terhadap gelincir r/r Fs **).................... 34

5.1 Klasifikasi beton................................................................... 36


5.2 Tegangan-tegangan izin........................................................ 37
5.3 Tegangan-tegangan izin pada baja........................................ 38
5.4 Penutup beton minimum....................................................... 38
5.5 Transformasi untuk daerah tekan segi empat
Ekuivalen potongan flens..................................................... 40
5.6 Indeks baja tarik minimum qmin............................................ 46

xiii
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

DAFTAR TABEL

Tabel Uraian hal

5.7 Indeks lengan dalam maksimum u max.............................. 46


5.8 Indeks gaya tarik minimum.................................................. 47
5.9 Faktor tulangan maksimum untuk balok.............................. 47
5.10 Faktor tulangan maksimum untuk bangunan yang
Memakai gaya-gaya samping............................................... 48
5.11 Lebar minimum balok (dlm cm) untuk 3 sampai 7
Batang tulangan dalam satu deret untuk penutup
Beton 2 cm dan begel berdiameter 8 mm............................. 48
5.12 data-data tulangan................................................................. 49
5.13 Luas batang tulangan dalam cm2 untuk
Lebar pelat 100 cm............................................................... 50

A.2.1 Momen lembam dan momen tahan (section


Modules) untuk berbagai potongan melintang..................... 55
A.2.2 Data untuk berbagai letak pembebanan................................ 57

xiv
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

1. PENDAHULUAN

1.1 Umum

Kriteria Perencanaan Bagian Parameter Bangunan ini merupakan bagian


dari Standar Perencanaan Irigasi dari Direktorat Jenderal Pengairan.
Standar Kriteria Perencanaan terdiri dari buku-buku berikut :

KP - 01 Perencanaan Jaringan Irigasi


KP - 02 Bangunan Utama
KP - 03 Saluran
KP - 04 Bangunan
KP - 05 Petak Tersier
KP - 06 Parameter Bangunan
KP - 07 Standar Penggambaran.

Kriteria Perencanaan ini ditunjang dengan :


- Gambar-gambar Standar Perencanaan,
- Persyaratan untuk Pengukuran, Penyelidikan dan Perencanaan,
- Buku Petunjuk Perencanaan.

Kriteria Perencanaan ini memberikan data-data dasar dan daftar standar-


standar yang bisa diterapkan di Indonesia yang diperlukan untuk peren-
canaan dan perhitungan bangunan di suatu jaringan irigasi.

1.2 Sistem SI

Seluruh satuan yang digunakan dalam laporan ini mengikuti Sistem


International SI (Systeme International dUnites). Agar lebih mudah
digunakan oleh para perekayasa yang sudah terbiasa dengan sistem lama,
satuan-satuan dan harga-harga tertentu akan diberi persamaan/keterangan
menurut sistem lama. Dalam Lampiran 1 diberikan sebuah tabel yang
menunjukkan hubungan antara satuan-satuan ukuran SI Metrik dan
Inggris.

1.3 Persyaratan dan Kode Praktek

Untuk perencanaan bangunan dan saluran diberikan beberapa Standar


Persyaratan Bahan dan Kode Praktek untuk metode perhitungan dan
pembebanan yang harus digunakan-
Daftar kepustakaan pada akhir laporan ini memberikan banyak sekali
bahan pada laporan ini di samping beberapa buku yang menelaah
perhitungan-perhitungan perencanaan untuk bahan-bahan yang sering
dipakai seperti misalnya beton tulangan, baja dan tanah.

1
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

2. BARANG BANGUNAN

2.1 Persyaratan Bahan

Bahan-bahan bangunan yang cocok sudah diterangkan dengan jelas dalam


bentuk persyaratan-persyaratan. Di bawah ini diberikan daf tarnya :

1. PUBI-1982 Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia.


PUBI-1982 memberikan persyaratan untuk 115 macam bahan
bangunan.
2. NI-2 atau PBI 1971 Peraturan Beton Bertulang Indonesia. Bagian-
bagian dari PBI-1971 memberikan persyaratan bahan-bahan yang di-
pakai untuk produksi beton dan tulangan, seperti semen, agregat, zat
tambahan (admixtures), air dan baja tulangan.
3. NI-7 Syarat-syarat untuk Kapur.
4. NI-20 Peraturan Tras dan Semen Merah.
5. NI-8 Peraturan Semen Portland.
6. NI-1 Bata Merah sebagai Bahan Bangunan.
7. NI-5 atau PKKI-1961 Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia
8. NI-13 Peraturan Batu Belah.
9. SII Standar Industri Indonesia, adalah standar untuk berbagai bahan
yang tersedia di pasaran Indonesia.

2-2 Sifat-sifat Bahan Bangunan

Untuk tujuan Kriteria Perencanaan, dalam pasal-pasal berikut ini akar,


dijelaskan sifat-sifat khusus beberapa jenis bahan penting yang dipakai di
dalam konstruksi jaringan irigasi.

2.2.1 Berat volume

Berat volume yang akan digunakan untuk perhitungan


perencanaan diberikan pada Tabel 21 Berat volume dalam tabel ini
adalah menurut PPI-1983 atau NI-18 (Peraturan Pembebanan
Indonesia untuk Gedung). Berat volume ( kN/m3) adalah berat
volume massa (kg/m3) kali percepatan gravitasi g (m/dt2).

2
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

2.3 Tanah

2.3.1 Sistem klasifikasi tanah menurut Unified Soil Classification


System

Unified Soil Classification System diperkenalkan oleh US Soil


Conservation Service (Dinar Konservasi Tanah di A.S.} Sistem ini
digunakan untuk mengklasifikasi tanah untuk tujuan-tujuan
teknik. Sistem ini didasarkan pada identifikasi tanah menurut
ukuran partikel, gradasi, indeks plastisitas dan batas cair. Gradasi
dan ukuran partikel ditentukan dengan analisis saringan (ayak).
Batas-batas cair dan plastis ditentukan melalui pengujian di
laboratorium dengan menggunakan metode-metode standar.

Sistem ini memiliki ciri-ciri yang menonjol, yakni :

- Sederhana. Ada 12 macam bahan yang akan dikerjakan oleh


ahli : empat bahan berbutir kasar, empat bahan berbutir halus
dan empat bahan campuran. Selain itu masih ada tiga bahan
organik lainnya yang memerlukan perhatian khusus. Jadi
seluruhnya ada 15.

- Sistem ini memberikan kejelasan tentang sifat-sifat fisik


penting, misalnya ukuran, gradasi, plastisitas, kekuatan,
kegetasan, potensi konsolidasi dan sebagainya.

3
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

- Andai Sifat-sifat teknik yang diperoleh dari Sistem ini sesuai


dengan keadaan sebenarnya.

Tabel 22 menyajikan klasifikasi tanah menurut Sistem ini,


sebagaimana disadur oleh US Bureau of Reclamation, US Corps
of Engineers dan US Soil Conservation Service.

Klasifikasi tanah menurut Sistem 'Kelompok (Unified System),


yang didasarkan pada fraksi bahan minus 3 inci (76 mm),
menggunakan huruf-huruf sebagai simbol sifat-sifat tanah seperti
ditunjukkan di bawah ini.

Kerikil - G Lempung - C Organik - O


Pasir - S Lanau - M Gambut - Pt

Bergradasi baik - w Batas cair Tinggi - H


Bergradasi jelek- P Batas cair Rendah-11

4
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

5
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

Tanah yang memiliki sifat-sifat teknik serupa menurut sifat


perilakunya dijadikan satu kelompok. Masing-masing kelompok
dilukiskan dengan dua dari sifat-sifat (karakteristik) di atas. Sifat
teknik yang paling penting dari kelompok ini dicantumkan pads
urutan pertama pads daftar, kemudian sifat terpenting berikutnya
di tempat kedua.
Ukuran-ukuran saringan A.S. (Amerika Serikat) dipakai untuk
memisahkan kelompok-kelompok bahan dari kelompok baku
lainnya. Jenis-jenis saringan penting beserta ukuran lubangnya
adalah:

2.3.2 Stabilitas lereng

Untuk pedoman pendahuluan perencanaan kemiringan tanggul


dapat dipakai Bilangan Stabilitas Taylor. Untuk kemiringan-
kemiringan yang lebih penting dibutuhkan analisis yang lebih
lengkap, yaitu dengan metode Irisan Bishop (Bishop method of
slices).
Gambar 21 menyajikan kurve Taylor, di mana bilangan Stabilitas
N adalah jumlah tak berdimensi dan sama dengan :

dimana :
c = faktor kohesi, kN/m2
F = faktor keamanan (=1,2)
= berat volume, kN/m3
H = tinggi lereng, m

6
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

Gambar 21 menunjukkan Bilangan Stabilitas sebagai fungsi


kemiringan (i) tanggul, sudut gesekan dan faktor kedalaman
untuk tanah dengan yang rendah.

Tanggul yang dipakai di proyek irigasi tidak harus direncana


untuk (tahan) gempa karena tinggi dan ukurannya tidak menuntut
persyaratan ini.

Metode Irisan Bishop

Cara yang lebih tepat untuk menentukan lereng tanggul adalah


dengan menyelidiki keseimbangan massa tanah yang cenderung
slip di sepanjang lengkung permukaan bidang patahan (lingkaran
slip). Dengan cara mengadakan beberapa penyelidikan terhadap
kemungkinan adanya permukaan patahan, maka permukaan slip
yang paling berbahaya bisa ditemukan, yaitu permukaan yang
faktor keamanannya mempunyai harga terendah.

Dalam metode Bishop, irisan dari tebal satuan, yakni volume yang
cenderung slip, dibagi-bagi menjadi irisan-irisan vertikal (lihat
Gambar 2.2).

7
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

Masing-masing irisan pada Gambar 2.2 (a), dengan tinggi h dan


lebar b adalah seimbang terhadap bekerjanya kelima gaga yang
ditunjukkan pada Gambar 2.2 (b}.

Gaya-gaya yang dimaksud ialah :


(i) berat irisan, W = h cos ;
di mana :
W = berat irisan, kN
= berat volume tanah, kN/m3
h = tinggi irisan, m
= lebar irisan, m ( = b/cos = b sec )
= sudut antara permukaan horisontal dan permukaan
slip
(ii) reaksi normal N pada permukaan slip, yang terdiri dari
reaksi antar butir N' ditambah dengan gaya U akibat tekanan
pori,
(iii) gaya tangen T akibat perlawanan kohesif dan gesekan yang
terjadi pada permukaan slip :

8
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

di mana :
c' =tegangan kohesif efektif, kN/m2
=lebar irisan, m
N =tegangan normal efektif pads muka slip, kN/m2
F =faktor keamanan.
' =sudut efektif gesekan dalam

(iv) dan (v) reaksi antar irisan En dan En + 1

Dalam metode Bishop, gaya-gaya antar irisan dianggap sebagi


horisontal dan konon kesalahan yang ditimbulkan oleh asumsi
sederhana ini tidak akan lebih dari satu persen.

Untuk sembarang irisan, dengan menguraikan gaya itu secara


vertikal,

W = N cos + T sin .. (23)


dan

T = s / F . (2.4)

di mana :
s = tegangan geser, kN/m2
t = lebar irisan, m
F = faktor keamanan.

Tekanan normal pada muka irisan adalah

9
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

Persamaan ini harus dipecahkan untuk F dengan menghitung


harga secara berurutan. Perhitungan ini paling efektif jika
disajikan dalam bentuk tabel (lihat Tabel 2-4).

10
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

2.3.3 Daya dukung tanah bawah untuk pondasi

Daya dukung dapat dicari dari rumus berikut (dari Terzaghi) :

qu = c Nc + z Nq + b B N (210) ..

di mana :
qu = daya dukung batas, kN/m2
c = kohesi, tegangan kohesif, kN/m2
Nc, Nq dan N, adalah faktor-faktor daya dukung tak berdimensi
diberikan pada Gambar 2.3
= berat volume tanah, kN/m3

B = lebar telapak pondasi, m


dan faktor tak berdimensi, diberikan pada Tabel 2.5
z = kedalaman pondasi di bawah permukaan, m.

Besarnya daya dukung izin bisa dicari dari :

di mana :
qa = daya dukung izin, kN/m2
qu = daya dukung batas, kN/m2
F = faktor keamanan (2 sampai 3)
= berat volume tanah, kN/m3
z = kedalaman pondasi di bawah permukaan tanah, m.

Harga-harga perkiraan daya dukung izin disajikan pada Tabel 2.6.

11
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

12
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06
2.3.4 Penurunan tanah dasar

Penurunan dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus


logaritmik Terzaghi berikut :

h k+ k
z = ---- * 1n -----------
k

di mana:
z = penurunan, m
11 = tebal lapisan yang dapat dimampatkan (dipadatkan), m
C = modulus kemampatan tak berdimensi
ak = tegangan butiran awal di tengah lapisan, kN/m2
k= tambahan tegangan butir akibat beban di permukaan,
kN/m2.

13
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06
3. TEGANGAN RENCANA

3.1 Beban

3.1.1 Beban mati

Beban mati terdiri dari :


a) berat bangunan
b) seluruh beban tetap/permanen pada bangunan.

Untuk berat volume dapat dipakai angka-angka pada Tabel 2.1

3.1.2 Beban hidup

Beban hidup adalah beban yang tidak akan bekerja terus-menerus


pada konstruksi. Dalam perhitungan sebaiknya dipakai
kemungkinan pembebanan yang paling tidak menguntungkan
(unfavourable}. Beban hidup terdiri dari (a) beban kendaraan dan
(b) orang, hewan.

(a) Beban Kendaraan

Untuk pembebanan oleh kendaraan, akan diikuti persyaratan


yang ditentukan dari Bina Marga (Peraturan Muatan untuk
Jembatan Jalan Raya, No. 12/1970).

Pembebanan untuk kelas-kelas ini adalah sebagai berikut :

Kelas I BM 100 (= 100% dari muatan T dan D menurut


Peraturan Muatan untuk Jembatan Jalan Raya No.
12/1970 Bina Marga),
Kelas II BM 70 (= 70% dari idem)
Kelas III BM 50 (= 50% dari idem)

14
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

15
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06
Jalan raya termasuk kelas I, II atau III, sedangkan jalan inspeksi
termasuk kelas II atau III. Jalan-jalan kecil seperti jalan petani dan
jalan setapak, tidak termasuk ke dalam klasifikasi ini.

Tabel 3.1 memberikan rincian muatan T untuk jalan-jalan kelas I -


III, dan Tabel D menyajikan rincian muatan "D".

16
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

Koefisien kejut pada-.bangunan yang terpendam bergantung


kepada kedalaman tanah yang menutupnya seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 33.

(b) Beban orang/hewan

Beban orang/hewan diambil sebagai 500 kgf/m2 untuk


bangunan sebagai beban menerus. Untuk beban terpusat
(point loading), diambil 80 kgf untuk orang dan harga yang
sesuai untuk hewan.

3.2 Tekanan Tanah dan Tekanan Lumpur

3.2.1 Tekanan tanah


Tekanan samping yang dipakai dalam perencanaan bangunan
penahan dihitung dengan menggunakan cara pemecahan menurut
Rankine.

17
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06
Menurut cara pemecahan Rankine, tekanan samping aktif dan
pasif adalah :

gaga tekan : Ea = Ka H12 - 2 c H1 K a .. (3.2 )


(active thrust)

tahanan pasif : Ep = Kp H22 + 2 c H2 K p .. (3.3)

di mana :
Ea = tekanan aktif, kN/m
Ep = tahanan pasif, kN/m
Ka = koefisien tegangan aktif (lihat Tabel 3.4)
Kp = koefisien tegangan pasif (lihat Tabel 3-5)
= berat volume tanah, kN/m3
H1 = tinggi tanah untuk tekanan aktif, m
H2 = tinggi tanah untuk tekanan pasif, m
c = kohesi, kN/m2.

18
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

Arti simbol-simbol yang dipakai dalam Tabel 3.4 dan 3.5 serta
Gambar 3.4 adalah :

19
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

= kemiringan bagian belakang dinding


= sudut gesekan antara tanah dan dinding
= sudut geser dalam.

Beberapa harga untuk berbagai jenis tanah diberikan pada Tabel


3.6 berikut untuk dipakai sebagai contoh saja. Harga-harga yang
sesungguhnya harus diperoleh dari lapangan dan laboratorium.

3.2.2 Tekanan lumpur

Tekanan lumpur yang bekerja terhadap muka hulu bendung atau


terhadap pintu dapat dihitung sebagai berikut :

di mana:
Ps = gaya yang terletak pada 2/3 kedalaman dari atas lumpur
yang bekerja secara horisontal
s = berat lumpur, kN/m
h = dalamnya lumpur, m
= sudut gesekan, derajat.

Beberapa anggapan dapat dibuat seperti berikut :

G-1

20
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06
s = s ( ------- ) (3-5)
G
di mana:
s = berat volume keying tanah 16 kN/m3 (= 1600 kfg/m3)
G = berat jenis butir = 2,65
menghasilkan s = 10 kN/m3 (= 1000 kgf/m3)

Sudut gesekan dalam, yang bisa diandaikan 30o untuk kebanyakan


hal, menghasilkan :

Ps = 1,67 h2 .. (3-6)

3.3 Tekanan Air

3.3.1 Tekanan hidrostatik

Tekanan hidrostatik adalah fungsi kedalaman di bawah permukaan


air dan sama dengan :

PH = w z . (3.7)

di mana :
PH = tekanan hidrostatik, kN/m2
w = berat volume air, kN/m3 ( 10)
z = jarak dari permukaan air bebas, m.

Gaya tekan ke atas (uplift) yang bekerja pada lantai bangunan


adalah sama dengan berat volume air yang dipindahkan oleh
bangunan.

21
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

3.3.2 Tekanan hidrodinamik

Harga pasti untuk gaya hidrodinamik jarang diperlukan karena


pengaruhnya kecil saja pada jenis bangunan yang digunakan di
jaringan irigasi. Prinsip gaya hidrodinamik adalah bahwa jika
kecepatan datang (approach velocity) cukup tinggi dan oleh sebab
itu tinggi energi besar, maka akan terdapat tekanan yang makin
besar pada bagian-bagian dinding (lihat Gambar 3.7).

3.3.3 Rembesan

Rembesan atau, perkolasi air melalui tanah di sekitar bangunan


diakibatkan oleh beda tinggi energi pada bangunan itu.
Pada Gambar 3.8 ditunjukkan dua macam jalur rembesan yang
mungkin terjadi: (A) jalur rembesan di bawah bangunan dan (B)
jalur rembesan di sepanjang sisi bangunan.

22
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06
Perkolasi dapat mengakibatkan hal-hal berikut :
(a) tekanan ke atas (statik)
(b) erosi bawah tanah/piping (konsentrasi aliran yang
mengakibatkan kehilangan bahan)
(c) tekanan aliran (dinamik).

Rembesan dapat membahayakan stabilitas bangunan.

a. Gaya tekan ke atas

Gaya tekan ke atas pada tanah bawah dapat ditemukan dengan


membuat jaringan aliran (flownet), atau dengan asumsi-
asumsi yang digunakan oleh Lane untuk teori angka rembesan
(weighted creep theory)

a.l Jaringan aliran

Jaringan aliran dapat dibuat dengan:


(1) plot dengan tangan
(2) analog listrik atau
(3) menggunakan metode numeris (numerical method)
pada komputer.

Dalam metode analog listrik, aliran air melalui tanah bawah


dibandingkan dengan aliran listrik melalui medan listrik daya-
antar konstan. Besarnya

23
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

24
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06
voltase sesuai dengan tinggi piesometrik, daya-antar dengan
kelulusan tanah dan aliran listrik dengan kecepatan air (lihat
Gambar 39). Biasanya plot dengan Langan yang dilakukan
dengan seksama akan cukup memadai.

a.2 Teori angka rembesan Lane

Dalam teori angka rembesan Lane, diandaikan bahwa


bidang horisontal memiliki daya tahan terhadap aliran
(rembesan) 3 kali lebih lemah dibandingkan dengan
bidang vertikal.
Ini dapat dipekai untuk menghitung gaya tekan ke atas di
bawah bangunan dengan cars membagi beds tinggi
ener&i pada bangunan sesuai dengan panjang relatif di
sepanjang pondasi (lihat Gambar 3.10).

Dalam bentuk rumus, ini berarti bahwa gaya angkat pada


titik x di sepanjang dasar bangunan dapat dirumuskan
sebagai berikut:

Lx
Px = Hx - ----- H ....... (3.8)
L
di mina :
Px = gaya angkat pada x , kg/m2
L = panjang total bidang kontak bangunan dan tanah
bawah, m
Lx = jarak sepanjang bidang kontak dari hulu sampai x,
m
H = beda tinggi energi, m
Hx = tinggi energi di hulu bendung, m.

25
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06
dan di mana L dan Lx adalah jarak relatif yang dihitung
menurut cara Lane, bergantung kepada arah bidang
tersebu.
Bidang yang membentuk sudut 45 atau lebih terhadap
bidang horisontal, dianggap vertikal.

b. Stabilitas terhadap erosi bawah tanah (piping)

Bangunan-bangunan yang harus mengatasi beda tinggi muka


air hendaknya dicek stabilitasnya terhadap erosi bawah tanah
dan bahaya runtuh akibat naiknya dasar galian (heave) atau
rekahnya pangkal hilir bangunan.

Bahaya terjadinya erosi bawah tanah dapat dicek dengan jalan


membuat jaringan aliran/flownet (lihat pasal 3.3.3.a.1) dan
dengan beberapa metode empiris, seperti :
- Metode Bligh
- Metode Lane, atau
- Metode Koshla

26
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06
Metode Lane, yang juga disebut metode angka rembesan
Lane (weighted creep ratio method), adalah cara yang
dianjurkan untuk mencek bangunan guna mengetahui adanya
erosi bawah tanah. Metode ini memberikan hasil yang aman
dan mudah dipakai. Untuk bangunan-bangunan yang relatif
kecil, metode-metode lain mungkin dapat memberikan hasil-
hasil yang lebih baik, tetapi penggunaannya lebih sulit.

Metode Lane diilustrasikan pada Gambar 3.1.0 dan


memanfaatkan Tabel 6.5. Metode ini membandingkan
panjang jalur rembesan di bawah bangunan di sepanjang
bidang bangunan tanah bawah dengan beda tinggi muka air
antara kedua sisi bangunan.
Di sepanjang jalur perkolasi ini, kemiringan yang lebih curam
dari 45 dianggap vertikal dan yang kurang dari 45 dianggap
horisontal. Jalur vertikal dianggap memiliki daya tahan
terhadap aliran 3 kali lebih kuat daripada jalur horisontal.
Oleh karena itu, rumusnya adalah :

Lv + 1/3 Lh
CL = ------------------ (3.9)
H

di mana :
CL = Angka rembesan Lane (lihat Tabel 3.7)
Lv = jumlah panjang vertikal, m
E LH = jumlah panjang horisontal, m
H = beda tinggi muka air, m.

27
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

3.4 Beban akibat Gempa


Faktor-faktor beban akibat gempa yang akan digunakan dalam
perencanaan bangunan-bangunan pengairan diberikan dalam bentuk peta
yang diterbitkan oleh DPMA dalam tahun 1981 dengan judul : Peta Zona
Seismik untuk Perencanaan Bangunan Air Tahan Gempa". Peta tersebut
direproduksi lagi seperti tampak pada Gambar 3.12, 3.13 dan 3.14. Pada
peta itu pulau-pulau di Indonesia dibagi menjadi 5 daerah dengan
parameter gempa yang berbeda-beda.
Koefisien gempa dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

ad = n (ac * z)m, .. (3.10)

ad
E = ----- .. (3.11)
g
di mana :
ad = percepatan gempa rencana, cm/dt2
n, m = koefisien untuk jenis tanah (lihat Tabel 3.8)
2
ac = percepatan kejut dasar, cm/dt (untuk harga per periode ulang
lihat Tabel-3.9).
E = koefisien gempa
g = percepatan gravitasi, cm/dt2 ( 980)
z = faktor yang bergantung kepada letak geografis (Koefisien Zona
lihat Gambar 3.12, 3.13 dan 3.14).

28
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

29
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

30
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

31
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

Faktor gempa E yang dicari dari rumus dan peta di atas dipakai dalam
perhitungan stabilitas di mana faktor itu harus dikalikan dengan berat
sendiri bangunan dan dipakai sebagai gaya horisontal.

3.5 Kombinasi Pembebanan

Tabel 3.10 menunjukkan kombinasi pembebanan dan kenaikan dalam


tegangan izin rencana.

Dalam Table 3.10 :


M = Beban mati
H = Beban hidup
K = Beban kejut
T = Beban tanah
Thn = Tekanan air normal
Thb = Tekanan air selama banjir
G = Beban gempa
Ss = Pembebanan sementara selama pelaksanaan

32
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

3.6 Tegangan Izin dan Faktor Keamanan

3.6.1 Tegangan izin

Tegangan izin untuk beton (bertulang} baja dan kayu diuraikan


dalam standar persyaratan di bawah ini :
(1) PBI-1971 (NI-2) Peraturan Beton Bertulang Indonesia
(2) VOSB-1963 Peraturan-peraturan Perencanaan Bangunan
Konstruksi Baja dan PPBBI-1983 Peraturan Perencanaan
Bangunan Baja Indonesia (Jembatan dan Bangunan)
(3) PKKI-1961 (NI-5) Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia.

Untuk pasangan, tegangan-tegangan izin adalah :


- pasangan batu d = 7 N/mm2 (= 7 kgf/cm2)
- pasangan bata merah d = 2,5 N/mm2 (=25 kgf/cm2)
- tidak boleh ada tegangan tarik pada bangunan dari pasangan.

3.6.2 Faktor keamanan

(a) Harga-harga faktor keamanan terhadap bahaya guling


(overturning) diberikan pada Tabel 3.11 untuk berbagai
kombinasi pembebanan seperti yang ditunjukkan pada Tabel
3.10.

(b) Harga-harga faktor keamanan terhadap gelincir (sliding) Fs


diberikan pada Tabel 3.12 untuk berbagai kombinasi
pembebanan.

33
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

(c) Faktor keamanan terhadap gaya tekan ke atas sebaiknya


diambil antara 1,1 dan 1,5.

4. PASANGAN BATU DAN BATA MERAH

4.1 Umum

Pasangan, khususnya pasangan batu, sering dipakai untuk pembuatan


bangunan-bangunan irigasi dan pembuang. Bahan-bahan ini mempunyai
kelebihan-kelebihan penting dibandingkan dengan bahan-bahan lain,
misalnya :

- awet
- konstruksi sederhana, dapat dikerjakan oleh para pekerja setengah-
setengah terampil
- para kontraktor telah terbiasa dengan penggunaan bahan ini
- murah jika batu bisa didapat di tempat konstruksi.

Dalam bagian-bagian berikut akan diberikan spesifikasi pokok bahan


tersebut.

4.2 Batu

Pasangan yang dipakai untuk bangunan-bangunan irigasi terutama dibuat


dari batu kali atau batu galian dan kadang-kadang batu koral. Bata merah
dipakai di daerah-daerah di mana jarang terdapat batu alamiah, sedangkan
bata merah mudah didapat. Bata merah juga mungkin dipakai untuk
membuat bangunan-bangunan kecil di petak-petak tersier di mana
pasangan bata merah akan lebih cocok untuk ukuran konstruksi yang
diperlukan. Standar yang dapat diterapkan untuk bahan-bahan ini adalah
N.I. 13 (Batu Belah), N.I. 10 (Bata Merah) dan PUBI-1982 (Persyaratan
Umum Bahan Bangunan di Indonesia).

34
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

Harga kekuatan tekan batu alamiah yang akan digunakan untuk pasangan
batu menurut PUBI-1982 adalah 80-150 N/mm 2 (800 -1500 kgf/cm2).
Kekuatan rata-rata bata merah adalah 2,5 - 25 N/mm 2 (25 - 250 kgf/cm2)
untuk bata merah kelas 25 sampai 250.

Ada tipe khusus pasangan batu, yakni pasangan dari batu candi yang pada
pokoknya berupa batu-batu pecahan yang dipasang rapat untuk meng-
hasilkan permukaan yang awet dan tahan gerusan (abrasi). Tipe pasangan
ini dipakai sebagai lapisan permukaan untuk bendung pelimpah dan
bangunan-bangunan lain yang terkena aliran cepat yang mengangkut
sedimen kasar.

Gambar 41 menunjukkan blok-blok batu yang dipakai untuk batu candi

Gambar 4.1 Blok-blok batu candi

Jenis-jenis batu yang dipakai sebagai bahan untuk membuat batu candi
ialah : andesit, basal, dasit, diabase, diorit, gabro, granit dan grano-diorit.

4.3 Mortel

Ada berbagai mortelIadukan yang dipakai untuk pekerjaan pasangan,


yakni :

(a) Untuk pasangan batu candi :


- 1 semen : 2 pasir untuk bagian yang akan terkena kontak
langsung dengan aliran air
- 1 semen : 3 sampai 4 pasir untuk mortel yang tidak terkena
kontak langsung dengan aliran.

35
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

(b) Untuk pasangan batu yang lain :


- 1 semen : 2 pasir untuk konstruksi berkekuatan tinggi;
- 1 semen : 3 pasir untuk mortel yang terkena kontak langsung
dengan aliran air, dan
- 1 semen : 4 pasir untuk pondasi dan bagian-bagian yang tidak
terkena kontak dengan aliran air.

Untuk konstruksi-konstruksi yang terkena kontak dengan air laut, semen


yang dipakai hendaknya semen Portland kelas V yang tahan sulfat.

5. BETON

5.1 Klasifikasi

Beton harus dipakai dan direncana sesuai dengan persyaratan yang


tercantum dalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia, PBI-1971 atau
NI-2. PBI-1971 memakai klasifikasi beton seperti yang diberikan pada
Tabel 5.1.

Beton dengan mutu B 0 dipakai untuk pengedapan (blinding) dan lantai


kerja. Campurannya harus paling tidak 1 semen : 8 agregat (kerikil dan
pasir dicampur).

Mutu B 1 dipakai untuk beton tumbuk dalam pondasi dan timbunan;


campurannya dapat diambil 1: 2: 3 atau. 1: 1,5 : 2,5 (semen : pasir :
kerikil).

Mutu K 125 dipakai untuk beton-massa di dalam tubuh bendung atau


dinding penahan yang besar. Untuk mutu ini campuran bisa diambil
seperti untuk mutu B 1.

36
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

37
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06
K 175 dipakai untuk bangunan-bangunan bertulang yang dicetak di tem-
pat/lapangan dan campurannya harus sesuai dengan persyaratan yang
diberikan dalam PBI-1971.

K 225 dipakai untuk bagian-bagian yang berkekuatan tinggi seperti


bangunan atas jembatan atau pipa-pipa pracetak. campurannya sesuai
dengan ketentuan dalam PBI-1971.

5.2 Sifat-sifat Beton

Tegangan-tegangan izin untuk berbagai mutu beton dan tipe pembebasan


diberikan pada Tabel 5.2
Modulus elastisitas untuk semua kelas beton adalah 1,4 * 10 4 N/mm2 (1,4
= 105 kgf/cm2), sedangkan koefisien ekspansi linier adalah: 1,1 * 10-5/oC

5.3 Tulangan

Penutup beton sebaiknya diambil seperti yang diberikan pada Tabel 5.4.

Di lingkungan yang korosif, misalnya bangunan-bangunan yang kena


kontak langsung dengan air laut, air alkali atau tanah, harga-harga dari
Tabel 5.4 sebaiknya ditambah dengan 10 mm.

Penutup beton hendaknya jangan diambil kurang dari besarnya diameter


batang-batang tulangan.

38
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06
5.4 Analisis Kekuatan Batas Beton Bertulang

Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PB1-1971) memperbolehkan


penggunaan metode kekuatan batas untuk perencanaan beton bertulang.
Karena mengacu kepada perencanaan yang lebih ekonomis, metode ini
lebih sesuai daripada metode-n elastik konvensional.
Untuk tujuan-tujuan perencanaan, di sini direproduksi beberapa tabel dan
grafik dari sebuah artikel yang ditulis oleh Wiratman Wangsadinata,
"Ultimate Strength Analysis of Reinforced Concrete Sections yang
diterbitkan dalam Insinyur Indonesia, 1972 No. 1/3 & 4/6 untuk jenis
bangunan yang dipakai di jaringan irigasi.

5.4.1 Notasi

Dalam Gambar 5.1 dan 5.2 ditunjukkan notasi-notasi yang akan


digunakan pada Tabel dan Grafik bagian ini.

Potongan flens bisa dianggap sebagai potongan segi empat ekuivalen


dengan menggunakan Gambar 5.3 dan Tabel 5.5. Untuk yu < 1,25 t,
analisisnya mirip dengan analisis untuk potongan segi empat, dan lebar
bagian tekan hendaknya diambil sama dengan lebar efektif flens. (Untuk
lebar efektif potongan flens, lihat pasal 10.8 dari PBI-1971}.

39
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

Untuk yu > 1,25 t dan bm/bo 5 dapat digunakan Tabel 5.5 untuk
memperkirakan lebar ekuivalen. Untuk menggunakan tabel tersebut kita
memperkirakan u guna memperoleh b sampai untuk harga-harga t/h
dan bm/bo yang sudah diketahui. Bila potongan flens selanjutnya dianggap
sebagai potongan segi empat dengan lebar b, maka analisisnya harus
menunjukkan kebenaran u yang diperkirakan, kalau tidak analisis harus
diulangi lagi dengan u yang sudah dikoreksi.

40
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

5.4.2 Penggunaan grafik untuk perencanaan

Dengan mempertimbangkan batas-batas yang diberikan pada pasal


5.4.3, penggunaan grafik pada Gambar 5.4 dapat diringkas sebagai
berikut :

Perencanaan :

Hitunglah Cu dari :

41
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06
Perkiraan , dengan meperhitungkan syarat kebutuhan liat
(ductility requirements) atau harga momen lawan. Masukkan
harga-harga q dan u. Untuk lentur murni hitunglah baja tarik
secara langsung dari

Sedangkan untuk lentur dengan gaya normal, hitunglah i dahulu


dari :

dan selanjutnya baja tarik dari :

Untuk lentur dengan gaya tekan normal, potongan itu pada


akhirnya harus dicek apakah dengan tulangan yang diperoleh,
keluluhan (failure) itu benar-benar dikontrol oleh tarikan, dengan
menggunakan :

Apabila untuk lentur dengan gaya tekan normal diperlukan


tulangan simetris, maka dianjurkan untuk menghitung tulangan
secara langsung dari :

42
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06
dan

Bukannya menggunakan metode-i yang mulai dengan

Persamaan

sekarang harus dipakai untuk mencek tipe dari keluluhan. Jika


potongan flens dipertimbangkan, maka andaikan dahulu u < 1,25
t/h dan anggaplah potongan tersebut sebagai potongan segi empat
dengan lebar bm. Cek apakah dari bagan itu u 1,25 t/h untuk Cu
dan yang sudah diketahui Jika demikian analisis dapat
dilanjutkan; jika tidak, perkirakan u untuk mendapatkan dari
Tabel 5.5 untuk t/h dan bm/bo yang sudah diketahui. Selanjutnya,
anggap potongan tersebut sebagai potongan segi empat dengan

b = bm . (515)

Dari bagan ceklah kebenaran harga perkiraan u untuk Cu dan


yang sudah diketahui Kalau uu sudah sesuai dengan harga yang
diperkirakan, maka analisis bisa dilanjutkan; jika tidak, prosedur
itu harus diulangi lagi dengan harga u yang sudah dikoreksi.

Pengecekan

Untuk lentur murni hitunglah q dari Persamaan (5.3); untuk lentur


dengan gaya normal perkirakan dahulu u untuk mendapatkan i
dari Persamaan (5.5), lalu hitunglah q dari Persamaan (5.6).
Hitunglah dari Persamaan (5.8) atau Persamaan (5.9).

Masukkan ke dalam bagan q dan yang sudah diketahui untuk

43
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

memperoleh Cu dan u. Untuk lentur dengan gaya normal, u


yang didapat harus sesuai dengan harga perkiraan, kalau tidak,
maka prosedur harus diulangi lagi mulai dengan harga u yang
sudah dikoreksi. Kapasitas batas momen didapat dari Persamaan
(5.1) atau Persamaan (5.4) untuk lentur murni dan dari Persamaan
(5.2) atau Persamaan (5.7) untuk lentur dengan gaya normal.
Untuk lentur dengan gaya tekan normal, harus dicek apakah
keluluhan benar-benar di kontrol oleh tarikan dengan
menggunakan Persamaan (5.10) Bila untuk lentur dengan gaya
tekan normal tulangannya simetris, maka harus dipakai Persamaan
(5.14) untuk mencek tipe dari keluluhan. Dalam hal ini dianjurkan
untuk secara langsung menghitung kapasitas momen batas dari
Persamaan (5.11) dan Persamaan (5.12), ini lebih baik daripada
menggunakan metode-i yang mulai dengan Persamaan (5.13} Jika
dipertimbangkan suatu potongan flens, maka harus diikuti
prosedur yang sama seperti untuk perencanaan.

5.4.3 Batasan

Tabel 5.6 dan 5.7 memberikan indeks baja tarik minimum q min dan
lengan dalam maksimum u maks.

Lihat grafik (Gambar 5.4) untuk memperoleh penjelasan mengenai


qmin dan u maks.

44
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

45
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

46
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

47
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

48
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

49
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

50
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

DAFTAR PUSTAKA

Capper,P.L. & Cassie,W.F, The Mechanics of Engineering Soils, EA F.N. Spon Ltd,
London, 1976.

Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Buku Pedoman Perencanaan untuk


Struktur Bcton Bertulang Biasa dan Struktur Tembok Bertulang untuk Gedung, 1983,

Djoko Untung Soedarsonojr, Konstruksi Jalan Raya, Badan Penerbit Pekerjaan


Umum, Jakarta, 1984.

Nasroen Rivai,M,Ir, Kayu sebagai bahan bangunan, Yayasan. Penyelidikan Masalah


Bangunan, Bandung, 1979.

NI-2 (PBI-1971}, Peraturan Bcton Bertulang Indonesia, (Specifications for reinforced


concrete}

NI-5 (PKKI-1961, Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia, (Specifications for timber


construction}

NI-7, Syarat-syarat untuk kapur, (Specifications for lime}

N148 Peraturan semen portland, (Specifications for Portland cement}

NI-10, Bata mcrah- sebagai bahan bangunan, (Brick as construction material~

NI-13, Peraturan batu belah,(Specifications for stones}

NI-18 (PPI-19831 Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung, (Indonesian


loading specifications for buildings

NI-20, Peraturan tras & semen merah, (Specifications for trans and red cement

PPBBI-1983, Peraturan-peraturan perencanaan bangunan baja Indoensia,


(Specifications fpr the design of steel building structures).

PUBI-1982, Persyaratan Umum bahan Bangunan di Indonesia, (General


Specifications for Construction Materials in Indonesia).

Sutami, Konstruksi Beton Indonesia, Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta, 1971.

51
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06
VOSB-1963, Peraturan-peraturan untuk merencanakan jembatan konstruksi baja.
Wiratman Wangsadinatajr, Ultimate Strength Analysis of Reinforced Concrete
Sections, Insinyur Indonesia, 1972 No. 113 & 4/6.

Wiratman Wangsadinatajr, Keamanan Konstruksi dalam Perhitungan Beton


(sehubungan dengan peraturan beton bertulang Indonesia 1970), yayasan LPMB,
Bandung, 1984.

Wiratman Wangsadinata,Ir, Perhitungan Lentur dengan cara "n" (disesuaikan kepada


peraturan beton bertulang Indonesia 1971), Yayasan LPMB, Bandung, 1979.

Wiratman Wangsadinatajr, Teori kekuatan Batas sebagai -kriterium barn bagi analisa
konstruksi, (Ultimate load theory as a new design criterion for the analysis of
structures), 1968.

52
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

LAMPIRAN 1

53
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

54
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

LAMPIRAN 2

55
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

56
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

57
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

58
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

59
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

60
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

61
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

62
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

63
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi KP 06

64

Anda mungkin juga menyukai